Kementrian Lembaga: BMKG

  • 19 Kali Gempa Susulan Guncang Poso Dalam 4 Jam, Ini Detailnya

    19 Kali Gempa Susulan Guncang Poso Dalam 4 Jam, Ini Detailnya

    Liputan6.com, Jakarta Gempa magnitudo 6,0 yang mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (17/8) pukul 05.38 WIB, menyebabkan 29 warga terluka dan sejumlah bangunan rusak.

    “Laporan sementara didapati sebanyak 29 orang mengalami luka-luka, dengan rincian 13 orang dirujuk ke RSUD Poso, yang mana 2 orang dalam kondisi kritis dan 6 orang lainnya mendapat perawatan di Puskesmas Tokorondo,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari kepada wartawan, Minggu (17/8).

    Sebagian besar warga di wilayah Kecamatan Poso Pesisir seperti Desa Masani, Tokorondo, Towu, Pinedapa, Tangkura dan Lape merasakan dampak guncangan.

    Di Kabupaten Poso, gempa dirasakan kuat selama kurang lebih 15 detik. Sebagian besar masyarakat berhamburan keluar rumah untuk mencari tempat aman.

    Sementara itu di Kabupaten Sigi, guncangan dirasakan sedang selama sekitar 7 detik. Masyarakat juga sempat keluar rumah, dan BPBD setempat melakukan langkah monitoring serta koordinasi dengan aparat setempat.

    Beberapa kali terjadi gempa susulan. Hingga pukul 09.13 WIB, ada 19 kali gempa. Berikut rangkuman Liputan6.com dari BMKG:

    1. Terjadi pada pukul 06.01 WIB. Magnitudo gempa 3,2. Koordinat gempa di 1.36 LS, 120.60 BT, berjarak 17 km arah Barat Laut Poso.

    2. Gempa kedua pukul 06.16 WIB. Kekuatan gempa magnitudo 2,2. Titik koordinat sama dengan gempa pertama, namun berjarak 15 km arah Barat Laut Poso. Berada di kedalaman 10 km dari permukaan laut.

    3. Pada pukul 06.34 WIB, terjadi gempa ketiga magnitudo 2,1 terjadi. Koordinat 1.33 LS, 120.58 BT, berjarak 20 km Barat Laut Poso. Kedalaman sama dengan gempa kedua.

    4. Jeda satu menit, menyusul gempa keempat magnitudo 2,0. Koordinat 1.38 LS, 120.61 BT. Jarak 16 km arah Barat Laut Poso.

    5. Gempa kelima magnitudo 2,1 terjadi pada pukul 06.38 WIB. Koordinat 1.30 LS, 120.56 BT, berjarak 24 km arah Barat Laut Poso. Gempa berada di kedalaman 10 Km dari permukaan laut.

    6. Gempa keenam bermagnitudo 2,3. terjadi pada pukul 06.43 WIB. Koordinat 1.31 LS, 120.58 BT. Berjarak 21 km Barat Laut Poso.

    7. Gempa magnitudo 2.4 mengguncang pada pukul 06:49 WIB. Koordinat 1.28 LS, 120.67 BT dengan jarak 15 km Barat Laut Poso.

    8. Gempa magnitudo 2,7 terjadi pada pukul 06.55 WIB. Berjarak 17 km arah Barat Laut dari Poso.

    9. Gempa magnitudo 2,9 mengguncang pada pukul 07.08 WIB.

    10. Gempa magnitudo 2.6 terjadi pukul 07.35 WIB. Koordinat 1.32 LS, 120.57 BT. Berjarak 22 km arah Barat Laut dari Poso.

    11. Gempa susulan kesebelas dengan magnitudo 2,6 mengguncang pada pukul 07.43 WIB. Berjarak 22 km arah Barat Laut Poso.

    12. Gempa selanjutnya bermagnitudo 2,5 terjadi pada pukul 07.45 WIB.

    13. Berjarak 9 menit kemudian, tepatnya pada pukul 07.54 WIB, terjadi gempa magnitudo 2,8. Pusat gempa berada di jarak 20 km arah Barat Laut Poso.

    14. Gempa magnitudo 2,4 mengguncang di pukul 08.05 WIB.

    15. Di pukul 08.08 WIB, terjadi gempa magnitudo 2,3 berjarak 23 km Barat Laut Poso.

    16. Selanjutnya gempa magnitudo 2,4 mengguncang Poso pada pukul 08.12 WIB.

    17. Pada pukul 08.58 WIB, gempa magnitudo 2,0 mengguncang Poso. Pusat gempa berada di kedalaman 10 km dari permukaan laut.

    18. Gempa magnitudo 2,3 terjadi pukul 09.13 WIB.

    19. Kemudian pada pukul 09.30 WIB, gempa magnitudo 3,3 mengguncang Palu.

  • Cuaca Jakarta cerah pada peringatan HUT Ke-80 RI

    Cuaca Jakarta cerah pada peringatan HUT Ke-80 RI

    logo BMKG

    Cuaca Jakarta cerah pada peringatan HUT Ke-80 RI
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 17 Agustus 2025 – 07:03 WIB

    Elshinta.com – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa cuaca DKI Jakarta pada Minggu, bertepatan dengan HUT Ke-80 RI diprakirakan cerah hingga berawan tebal mulai dari pagi sampai malam hari. Informasi resmi BMKG yang dikutip di Jakarta, Minggu, memprakirakan semua wilayah DKI yang terdiri atas Jakarta Barat, Timur, Selatan, Utara, dan Pusat, pada pagi hari cerah, sementara Kabupaten Kepulauan Seribu cerah berawan.

    Suhu udara pada pagi hari di wilayah DKI Jakarta rerata di angka 25 sampai dengan 29 derajat celcius. Beranjak pada siang hari, wilayah DKI Jakarta diprakirakan cerah berawan dengan suhu terasa 31-31 derajat celcius, Pada sore dan malam hari Jakarta masih cerah berawan hingga berawan tebal dengan suhu berada di kisaran 28-30 derajat celcius. Sementara untuk kecepatan angin pada hari yang sama yaitu berkisar 7 hingga 8 kilometer per jam.

    Sumber : Antara

  • Rentetan Gempa Susulan Guncang Poso

    Rentetan Gempa Susulan Guncang Poso

    Liputan6.com, Jakarta Gempa magnitudo 6,0 mengguncang Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (17/8) pukul 05.38 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat ada tujuh gempa susulan dalam rentang waktu satu jam.

    Gempa susulan pertama terjadi pada pukul 06.01 WIB. Magnitudo gempa 3,2. Koordinat gempa di 1.36 LS, 120.60 BT, berjarak 17 km arah Barat Laut Poso.

    Gempa kedua pukul 06.16 WIB. Kekuatan gempa magnitudo 2,2. Titik koordinat sama dengan gempa pertama, namun berjarak 15 km arah Barat Laut Poso. Berada di kedalaman 10 km dari permukaan laut.

    Kemudian pada pukul 06.34 WIB, terjadi gempa ketiga magnitudo 2,1 terjadi. Koorniat 1.33 LS, 120.58 BT, berjarak 20 km Barat Laut Poso. Kedalaman sama dengan gempa kedua.

    Jeda satu menit, menyusul gempa keempat magnitudo 2,0. Koordinat 1.38 LS, 120.61 BT. Jarak 16 km arah Barat Laut Poso.

    Gempa kelima magnitudo 2,1 terjadi pada pukul 06.38 WIB. Koordinat 1.30 LS, 120.56 BT, berjarak 24 km arah Barat Laut Poso. Gempa berada di kedalaman 10 Km dari permukaan laut.

    Gempa keenam bermagnitudo 2,3. terjadi pada pukul 06.43 WIB. Koordinat 1.31 LS, 120.58 BT. Berjarak 21 km Barat Laut Poso.

    Kemudian gempa ketujuh magnitudo 2.4 mengguncang pada pukul 06:49 WIB. Koordinat 1.28 LS, 120.67 BT dengan jarak 15 km Barat Laut Poso.

    Sebelumnya, gempa magnitudo 6,0 mengguncang wilayah Poso, pukul 05.38 WITA. BMKG melaporkan, gempa berpusat di kedalaman laut 20 km, tepatnya 18 km barat laut Poso, dengan koordinat 1,30 lintang selatan dan 120,62 bujur timur.

    Meski bermagnitudo yang cukup besar, BMKG menyatakan gempa ini tidak berpotensi tsunami.

  • BMKG prakiraan awan tebal gelayuti Monas saat perayaan HUT RI

    BMKG prakiraan awan tebal gelayuti Monas saat perayaan HUT RI

    Ilustrasi – Awan tebal yang menyelimuti pemukiman dan gedung bertingkat di Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU/am.

    BMKG prakiraan awan tebal gelayuti Monas saat perayaan HUT RI
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Minggu, 17 Agustus 2025 – 06:31 WIB

    Elshinta.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan awan tebal akan bergelayut di atas kompleks Istana Kepresidenan hingga kawasan Monas, Jakarta Pusat, saat perayaan HUT Ke-80 Kemerdekaan RI, Minggu. Laman BMKG di Jakarta menginformasikan situasi cuaca di wilayah Jakarta Pusat berpotensi hujan sejak dini hari, siang, hingga malam, kecuali pagi hari. 

    Suhu rata-rata berkisar 24 hingga 32 derajat Celcius serta kecepatan angin mencapai 8 km/jam.

    “Potensi hujan ringan hingga sedang di beberapa wilayah akibat dinamika atmosfer,” kata Prakirawan BMKG Nurul Izzah.

    Ia mengatakan sirkulasi siklonik terpantau di barat Sumatera Barat, barat daya Banten, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, dan Kepulauan Aru yang membentuk area konvergensi.Selain itu, fenomena konfluensi juga teridentifikasi di sejumlah wilayah, antara lain Bengkulu, Aceh, Sumatera Barat, Laut Cina Selatan, Natuna, Selat Karimata, Laut Jawa, Selat Sunda, Maluku, Laut Arafuru, dan Papua Utara.

    “Kondisi ini berpotensi meningkatkan peluang hujan di daerah setempat,” katanya.

    BMKG menambahkan, dinamika atmosfer terkini juga menimbulkan potensi hujan sedang di Jawa Tengah, Maluku Utara, dan Papua Tengah. Sementara itu, hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat berpeluang terjadi di wilayah pegunungan Papua. Angin kencang juga perlu diwaspadai di Aceh, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Timur, serta Maluku.

    Secara umum, kata Nurul, prakiraan cuaca pada momentum peringatan HUT Ke-80 RI relatif kondusif, terutama di kota-kota besar penyelenggara perayaan HUT, seperti Jabodetabek. BMKG mengimbau masyarakat agar tetap mewaspadai perubahan cuaca lokal yang bisa terjadi secara tiba-tiba di wilayah tertentu.

    Perayaan HUT Ke-80 RI akan berpusat di kawasan Monas dan halaman Istana Merdeka, Jakarta Pusat, hari ini, sejak pagi hingga malam. Puncak peringatan diwarnai rangkaian acara seremonial dan hiburan rakyat. Agenda utama dimulai dengan kirab bendera Sang Merah Putih dari Monas menuju Istana Merdeka pada pagi hari, dilanjutkan upacara detik-detik proklamasi pukul 10.00 WIB, hingga upacara penurunan bendera sore harinya.

    Malam hari, perayaan ditutup dengan karnaval “Bersatu Kemerdekaan” yang melintasi rute Monas–Bundaran HI–Semanggi. Selain prosesi kenegaraan, pesta rakyat juga digelar di kawasan Monas sejak pagi hingga malam dengan panggung hiburan di sepanjang Jalan M.H. Thamrin hingga Sudirman.

     

    Sumber : Antara

  • Rentetan Gempa Susulan Guncang Poso

    Pagi Ini Poso Diguncang Gempa Magnitudo 6,0

    Liputan6.com, Jakarta Gempa magnitudo 6,0 mengguncang wilayah Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (17/8) pukul 05.38 WITA. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gempa berpusat di kedalaman laut 20 km, tepatnya 18 km barat laut Poso, dengan koordinat 1,30 lintang selatan dan 120,62 bujur timur.

    Meski bermagnitudo yang cukup besar, BMKG menyatakan gempa ini tidak berpotensi tsunami.

    Namun, masyarakat diimbau tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.

    BMKG juga mengingatkan warga untuk selalu memperhatikan arahan dari otoritas setempat, tidak terpancing isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan, serta memastikan keselamatan diri dengan menjauhi bangunan retak atau rawan runtuh.

    Hingga kini belum ada laporan resmi mengenai dampak kerusakan maupun korban akibat gempa tersebut.

    Secara geografis, Indonesia merupakan negara yang termasuk bagian dari lintasan The Pasific Ring of Fire (Cincin Api Pasifik), yaitu suatu lintasan di mana terdapat deretan gunung api, sehingga tidak mengherankan kalau negara yang dilewati cincin api ini terjadi gempa.

  • Pendaki Asal Magetan Meninggal di Gunung Lawu, Diduga Hipotermia
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        16 Agustus 2025

    Pendaki Asal Magetan Meninggal di Gunung Lawu, Diduga Hipotermia Regional 16 Agustus 2025

    Pendaki Asal Magetan Meninggal di Gunung Lawu, Diduga Hipotermia
    Tim Redaksi
    KARANGANYAR, KOMPAS.com
    – Seorang pendaki laki-laki dikabarkan meninggal dunia di Gunung Lawu, Jawa Tengah, Sabtu (16/8/2025). Korban diketahui bernama Paul, asal Magetan, Jawa Timur.
    Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Hendro Prayitno mengatakan, Paul melakukan pendakian ke puncak Gunung Lawu via jalur Cetho sekitar pukul 08.15 WIB.
    Saat itu, korban mendaki bersama empat orang temannya yang berasal dari Sragen.
    “Mereka naik, sekira pukul 14.00 WIB salah satu pendaki (korban) muntah-muntah, diduga hipotermia,” kata Hendro saat dihubungi, Sabtu (16/8/2025).
    Paul mengalami kedinginan saat melintasi pos 3. Teman-temannya sempat membantu melakukan pertolongan, tetapi nyawa korban tidak tertolong.
    Hendro mengatakan, pihaknya mendapatkan laporan sekitar pukul 16.00 WIB. Tim SAR gabungan kemudian mendatangi Pos Candi Cetho untuk persiapan melakukan evakuasi terhadap korban.
    “Sempat dilakukan pertolongan pertama oleh teman-teman relawan dan porter sekira pukul 14.00, tapi kemudian dinyatakan meninggal dunia,” ucapnya.
    Hendro menambahkan, selama proses evakuasi, jalur pendakian Lawu Via Cetho ditutup. Pihak keluarga korban juga sudah dihubungi, agar jenazah korban bisa langsung diserahkan kepada pihak keluarga setelah dibawa ke puskesmas terdekat.
    “Pendakian sementara ditutup. Diperkirakan korban sampai lokasi (Pos Cetho) pukul 19.00-20.00 WIB,” ucapnya.
    Hendro juga mengimbau agar para pendaki mempersiapkan perlengkapan dan fisik yang mumpuni. Meski saat ini musim kemarau, pendakian gunung Lawu cukup dingin.
    “Kami mengimbau kepada masyarakat yang ingin mendaki untuk tetap berhati-hati, karena cuaca di Lawu kondisinya masih cukup dingin. Meski musim kemarau, sesuai prediksi BMKG saat ini kemarau basah,” tutup dia.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cinta Indonesia Tak Cukup dengan Kisah Heroik Merebut Bendera

    Cinta Indonesia Tak Cukup dengan Kisah Heroik Merebut Bendera

    Jakarta

    Film animasi Merah Putih: One for All baru-baru ini menjadi sorotan publik. Ceritanya sederhana dan penuh semangat persatuan: delapan anak dari berbagai daerah di Indonesia bersatu menyelamatkan bendera pusaka yang hilang tiga hari sebelum upacara kemerdekaan. Pesan yang ingin disampaikan jelas: keberagaman adalah kekuatan, dan simbol negara harus dijaga.

    Namun, pertanyaannya: apakah cinta Indonesia hanya sebatas kisah heroik menyelamatkan bendera?

    Nasionalisme yang Masih Seremonial

    Film ini mewakili bentuk nasionalisme yang sangat seremonial-menjaga simbol, mengibarkan bendera, dan bersatu demi momen upacara. Tentu, itu penting. Tapi di dunia nyata, “bendera” yang kita jaga seharusnya tidak hanya kain merah putih di tiang, melainkan juga hutan yang lestari, laut yang bersih, udara yang sehat, tanah yang subur, dan keanekaragaman hayati yang kaya.

    Di banyak daerah, sumber daya alam kita sedang dijarah. Hutan Papua terus ditebang untuk perkebunan monokultur, tambang nikel di Sulawesi menggerus pesisir dan mencemari laut, sungai-sungai di Kalimantan berubah menjadi cokelat pekat karena tambang emas ilegal. Jika semua itu dibiarkan, kita sebenarnya sedang kehilangan “bendera kehidupan” yang jauh lebih vital daripada selembar kain simbol negara.

    Cinta Tanah Air di Era Krisis Iklim

    Kita hidup di era krisis iklim. Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan suhu rata-rata Indonesia meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Akibatnya, kita semakin sering menghadapi banjir bandang, kekeringan ekstrem, kebakaran hutan, dan abrasi pantai.

    Ironisnya, banyak kerusakan ini justru disebabkan oleh proyek-proyek yang dibungkus jargon pembangunan dan investasi. Padahal, proyek semacam itu seringkali merusak ekosistem, mengancam sumber air, dan mengurangi daya serap karbon yang sangat dibutuhkan untuk memperlambat pemanasan global.

    Di tengah situasi ini, cinta tanah air seharusnya diukur dari keberanian melawan para perusak alam, mempertahankan hutan adat, melindungi satwa langka dan memastikan sumber daya alam dikelola secara berkelanjutan.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Sustainable Development Goals (SDGs) telah menetapkan Goal 13: Climate Action-mengambil langkah cepat untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, memegang peran strategis dalam pencapaian tujuan ini.

    Jika kita benar-benar cinta Indonesia, maka kita harus serius memenuhi target SDGs 13: mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana iklim, dan melindungi ekosistem yang menjadi penyangga kehidupan.

    Sayangnya, komitmen ini sering kali hanya manis di dokumen, tapi lemah di lapangan.
    Film seperti Merah Putih: One for All sebenarnya bisa menjadi medium edukasi yang efektif. Alur ceritanya bisa diubah atau diperkaya dengan pesan menjaga lingkungan.

    Misalnya, tokoh-tokohnya tidak hanya mencari bendera yang hilang, tetapi juga menyelamatkan hutan dari pembakaran liar atau membersihkan laut dari tumpahan minyak.

    Dengan begitu, pesan nasionalisme yang disampaikan tidak hanya simbolis, tetapi juga relevan dengan tantangan zaman.

    Seni untuk Lingkungan

    Seni dan film memiliki kekuatan untuk mengubah cara pandang masyarakat. Ketika anak-anak menonton film nasionalis yang juga mengajarkan perlindungan alam, mereka tumbuh dengan kesadaran bahwa membela negara berarti juga membela bumi tempat mereka berpijak.

    Bayangkan jika generasi muda kita diajak percaya bahwa pahlawan masa kini adalah mereka yang menanam pohon, memulihkan terumbu karang, menghentikan pembalakan liar, atau mengadvokasi energi terbarukan. Itulah wujud cinta tanah air yang paling relevan di era krisis iklim.

    Kemerdekaan yang Utuh

    Kemerdekaan tidak hanya berarti bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari ketergantungan pada model pembangunan yang merusak lingkungan. Kemerdekaan sejati adalah saat rakyat Indonesia dapat hidup di tanah yang subur, menghirup udara bersih, meminum air yang aman, dan mewariskan bumi yang layak huni bagi generasi mendatang.

    Film Merah Putih: One for All boleh menjadi hiburan bertema nasionalisme. Tapi mari kita ingat: cinta Indonesia bukan sekadar berkibar di tiang bendera, melainkan tumbuh di setiap pohon yang kita lindungi, mengalir di sungai yang kita jaga dan bernafas di udara yang kita bersihkan.

    Jika kita ingin merayakan kemerdekaan yang utuh, maka perjuangan terpenting hari ini adalah memenangkan pertempuran melawan krisis iklim-pertempuran yang jauh lebih menentukan masa depan bangsa daripada sekadar menyelamatkan selembar bendera di layar lebar.

    Nofi Yendri Sudiar. Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang.

    (rdp/imk)

  • Gempa M 4,4 Terjadi di Maluku

    Gempa M 4,4 Terjadi di Maluku

    Jakarta

    Gempa berkekuatan magnitudo (M) 4,4 terjadi di Maluku Barat Daya. Kedalaman gempa 13 Km.

    Melalui akun X nya, BMKG melaporkan gempa terjadi pada Jumat (16/8/2025) pukul 00.09 WIB. Gempa berada pada 92 KM Timur Laut Maluku Barat Daya.

    “Gempa Mag:4.4,” tulis BMKG.

    Titik koordinat gempa 7,60 Lintang Selatan dan 128,42 Bujut Timur. BMKG menyampaikan informasi gempa ini dapat berubah seiring kelengkapan data.

    “Disclaimer:Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” imbuhnya.

    (dek/dek)

  • Kiamat Sudah Dekat, Cuma 5 Makhluk yang Mampu Bertahan di Bumi

    Kiamat Sudah Dekat, Cuma 5 Makhluk yang Mampu Bertahan di Bumi

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bumi menghadapi krisis perubahan iklim serius yang bisa dibilang sebagai ‘tanda kiamat’. Temperatur Bumi terus-menerus memecahkan rekor baru. Bencana alam juga makin sering terdengar di berbagai belahan dunia. 

    Indonesia yang terletak di Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) memiliki kerentanan terhadap bencana gempa dan tsunami, sebab posisinya berada pada pertemuan lempeng tektonik.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) beberapa saat lalu memperingatkan gempa Megathrust tinggal menunggu waktu, sebab sudah ratusan tahun stabil.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati beberapa saat lalu juga memberikan peringatan soal ancaman bencana alam dahsyat pada 2050. Prediksi tersebut berasal dari data dan analisis yang dikumpulkan BMKG, bersama dengan Organisasi Pangan Dunia (FAO) dan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO).

    Ia mengatakan era pendidihan global (Global Boiling) akan makin ganas jika tak direm. Di tengah ancaman petaka tersebut, ternyata ada 5 makhluk yang dilaporkan tahan banting terhadap ‘kiamat’ di Bumi, menurut laporan Insider. Simak daftar lengkapnya berikut ini:

    Semut

    Menurut New York Post, para ilmuwan membuktikan bahwa semut lebih mampu mengetahui apakah ada semut yang terinfeksi patogen atau virus dibandingkan manusia.

    Bahkan sebelum suatu penyakit sempat menyebar, semut akan membunuh anggota kru mereka yang terinfeksi.

    Semut juga dapat bertahan hidup di hampir semua iklim, termasuk Gurun Sahara. Ada juga spesies semut air yang hidup di laut. Mereka punya hubungan baik di darat maupun di laut.

    Kecoa

    Kerap menjadi ‘musuh’ di rumah, kecoak ternyata menjadi salah satu hewan yang bisa bertahan saat kiamat tiba. Kecoak mampu mengembangkan resistensi terhadap beberapa jenis insektisida.

    Selain itu, kecoak dapat memakan apa saja, bahkan makanan busuk sekaligus. Hewan ini memiliki kekebalan luar biasa dan dapat tumbuh dengan panjang hingga 2-inci.

    Usai bom atom dilepaskan di Hiroshima dan Nagasaki, kecoak tampak berkeliaran di sekitar reruntuhan. Hal ini membuktikan hewan ini mampu bertahan hidup dalam jumlah radiasi sebesar itu.

    Beruang Air

    Hewan yang disebut pula ‘tardigrade’ ini diprediksi akan terhindar dari kepunahan hingga enam miliar tahun ke depan. Bahkan, beruang air bisa tetap hidup ketika Bumi dihantam asteroid.

    Sebab, mereka dapat hidup di lubang vulkanik di dasar lautan. Mereka juga bisa bertahan tanpa makanan dan air hingga 30 tahun.

    Beruang air bahkan tidak terpengaruh oleh suhu ekstrem dan paparan radiasi. Ajaibnya, mereka juga mampu hidup di luar angkasa, menurut penelitian National Geographic.

    Ikan Lumpur

    Hewan yang memiliki nama mummichog ini kerap dijuluki ‘ikan pembunuh’ atau ‘ikan lumpur kecil’. National Geographic menemukan bahwa ikan ini mampu beradaptasi di sungai yang sangat beracun.

    Secara umum, ikan ini sangat mudah beradaptasi. Mereka dapat hidup di air tawar dan air asin, dan memiliki kendali penuh atas genomnya. Mereka memiliki kemampuan untuk menghidupkan dan mematikan gen tergantung pada lingkungannya, menurut NewScientist.

    Kalajengking

    Kalajengking dapat bertahan hidup di gurun, hutan, bahkan pegunungan. Faktanya, menurut National Geographic, para peneliti pernah membekukan kalajengking semalaman.

    Nyatanya, mereka bisa bertahan dan baik-baik saja. Kalajengking juga dapat memperlambat laju metabolismenya hingga mereka dapat bertahan hidup dengan memakan serangga selama satu tahun penuh.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cuaca di Istana Merdeka Jakarta cerah berawan hingga 17 Agustus

    Cuaca di Istana Merdeka Jakarta cerah berawan hingga 17 Agustus

    Ilustrasi – Suasana gedung pusat perkantoran dan bisnis di Jakarta dengan latar belakang langit Jakarta yang cerah berawan. ANTARA/Dewa Ketut Sudiarta Wiguna/pri (.)

    BMKG: Cuaca di Istana Merdeka Jakarta cerah berawan hingga 17 Agustus
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 15 Agustus 2025 – 12:59 WIB

    Elshinta.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan cuaca wilayah Provinsi Jakarta pada Jumat ini akan cerah berawan hingga peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 di Istana Merdeka pada 17 Agustus 2025.

    Direktur Meteorologi Publik BMKG Andri Ramadhani di Jakarta, Jumat, menjelaskan bahwa meski sebagian wilayah diperkirakan hujan sedang- lebat, prakiraan cuaca di Provinsi Jakarta cerah berawan-berawan selama periode tersebut.

    “Untuk wilayah DKI Jakarta, kondisi cuaca cerah berawan hingga berawan diprediksi terjadi pada tanggal 17 Agustus 2025,” kata dia.

    Kondisi cuaca dinilai turut berkontribusi untuk menunjang kelancaran pelaksanaan upacara peringatan kemerdekaan dan segenap kegiatan kenegaraan yang akan digelar terpusat di Jakarta.

    Tim Meteorologi BMKG dalam prospek cuaca sepekan periode 15–17 Agustus 2025 memprakirakan cuaca di Indonesia secara umum akan didominasi oleh kondisi berawan hingga hujan lebat.

    Peningkatan hujan berintensitas sedang perlu diwaspadai di Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua, dan Papua Selatan.

    Hujan berintensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang juga berpotensi terjadi di sejumlah wilayah. BMKG mengeluarkan kategori siaga hujan lebat untuk Sumatera Utara, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Maluku, dan Papua Pegunungan.

    Sementara itu, kategori waspada hujan sangat lebat dikeluarkan untuk wilayah Papua Tengah.

    Peringatan dini angin kencang berlaku pada periode tersebut di Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua Selatan.

    BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi hujan berintensitas sedang hingga lebat pada momentum perayaan hari kemerdekaan RI, khususnya di Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Maluku, dan mayoritas Papua.

    Adapun Parlemen menggelar Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR-DPD RI Tahun 2025 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (15/8).

    Dalam rangkaian acara Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD 2025, Presiden Prabowo Subianto akan memaparkan pidato tentang laporan kinerja lembaga-lembaga negara dan pidato kenegaraan dalam rangka HUT ke-80 Kemerdekaan RI.

    Sidang Tahunan dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2025 dilaksanakan menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang bertema “Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”.

    Sementara pada Minggu (17/8), akan dilangsungkan upacara pengibaran Bendera Pusaka Merah Putih di Istana Merdeka, dan pembacaan teks proklamasi oleh Presiden Prabowo Subianto yang diiringi dengan segenap kegiatan memperingati HUT RI Ke-80.

    Sumber : Antara