Lewati Masa Rehabilitasi Panjang, 6 Orangutan Dilepasliarkan di TN Bukit Baka Bukit Raya
Tim Redaksi
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com
– Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Kalimantan Tengah
(Kalteng) kembali melepasliarkan enam
orangutan
yang telah menjalani proses rehabilitasi intensif di Pusat Rehabilitasi
Orangutan
Nyaru Menteng, Kota Palangka Raya, Provinsi Kalteng.
Keenam individu orangutan tersebut terdiri dari tiga jantan dan tiga betina, masing-masing bernama Happy, Jengyos, Runtu, Bejo, Blegi, dan Meryl.
Mereka resmi kembali ke habitat alami di kawasan konservasi Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR), Resort Tumbang Hiran, Seksi Pengelolaan Wilayah II Kasongan, Kabupaten Katingan, Provinsi Kalteng, setelah dilepasliarkan pada Sabtu (9/11/2024).
Pelepasliaran dilaksanakan dengan melibatkan Balai TNBBR, berkolaborasi dengan Yayasan Penyelamatan Orangutan Borneo (Yayasan BOS), dan mitra terkait.
Kepala BKSDA Kalteng, Agussetia Sitepu menjelaskan, orangutan yang dilepasliarkan ini telah melewati proses rehabilitasi yang panjang agar mampu bertahan di alam liar, mereka berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
“Dengan keterampilan yang diasah selama rehabilitasi, mereka kini siap untuk melanjutkan peran sebagai spesies payung di hutan hujan tropis Kalimantan,” ujar Agussetia dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (12/11/2024) pagi.
Agussetia mengatakan, pelepasliaran itu dilakukan bertepatan dengan Hari Pahlawan 2024. Dia mengapresiasi ketangguhan orangutan dalam beradaptasi dengan alam liar dan berperan penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem.
“Meskipun kami berperan dalam mengembalikan orangutan ke habitat alaminya, sesungguhnya, pahlawan sejati adalah orangutan itu sendiri. Keenam individu ini adalah simbol kemampuan luar biasa dalam menghadapi tantangan alam. Dengan keterampilan yang diasah selama rehabilitasi, mereka membuktikan sebagai pahlawan yang berjuang untuk kebebasan mereka sendiri,” jelas dia.
Kepala Balai TNBBBR, Andi Muhammad Kadhafi menambahkan, pelepasliaran ini adalah simbol komitmen bersama dalam menjaga kelestarian keanekaragaman hayati dan habitat alami di kawasan konservasi.
Pihaknya berharap bahwa setiap orangutan yang dilepasliarkan dapat menjalani hidup yang bebas, aman, dan terlindungi di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya. Langkah ini bukan hanya sebagai wujud kepedulian pihaknya terhadap kesejahteraan individu orangutan, tetapi juga sebagai bagian dari upaya jangka panjang untuk memperkuat ekosistem.
“Dengan begitu, kami turut memastikan bahwa keberlanjutan alam ini akan tetap terjaga bagi generasi yang akan datang,” pungkas dia.
Ketua Pengurus Yayasan BOS, Jamartin Sihite menekankan pentingnya kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, organisasi konservasi, hingga masyarakat lokal, dalam menghadapi ancaman terhadap satwa liar.
“Pada momen Hari Pahlawan ini, kami diingatkan akan kebutuhan mendesak untuk melindungi satwa liar Indonesia yang terancam punah dan menjaga keseimbangan ekosistem yang mendukung keberlanjutan seluruh makhluk hidup,” ujar dia.
Dengan dukungan dari seluruh pihak, pihaknya yakin bahwa upaya konservasi dapat memberi manfaat jangka panjang, baik untuk satwa maupun untuk manusia sendiri.
“Mari kita bersama berkomitmen menjaga keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi warisan tak bernilai untuk generasi mendatang,” imbuh dia.
Dalam siaran pers tersebut, diketahui bahwa sejak 2012, Yayasan BOS sampai hari ini telah melepasliarkan 533 orangutan ke dua lokasi pelepasliaran di Kalimantan Tengah (Hutan Lindung Bukit Batikap dan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya) dan satu di Kalimantan Timur (Hutan Kehje Sewen).
Pelepasliaran ini adalah yang ke-44 kali di Kalteng. Pelepasliaran ini menjadikan jumlah orangutan yang dilepasliarkan di Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya 214 individu.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kementrian Lembaga: BKSDA
-
/data/photo/2024/11/12/6732c9385e9b0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Lewati Masa Rehabilitasi Panjang, 6 Orangutan Dilepasliarkan di TN Bukit Baka Bukit Raya Regional 12 November 2024
-

Ini Daftar Satwa yang Diduga Dijual Oknum Tenaga Harian Lepas Madiun Umbul Square
Madiun (beritajatim.com) – Sejumlah satwa diduga dijual oleh oknum petugas Umbul Square Madiun. Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Madiun telah meminta klarifikasi soal dugaan penjualan satwa secara ilegal tersebut dari jajaran manajemen Madiun Umbul Square.
BKSDA meminta klarifikasi dugaan penjualan satwa secara ilegal, kepada jajaran manajemen wisata Madiun Umbul Square. Kabidwil BKSDA Madiun Agustinus Krisdijantoro mengungkapkan, indikasi adanya penjualan satwa titipan BBKSDA Jatim di obyek wisata tersebut, muncul dari hasil monitoring pada 29 Agustus 2024.
”Kandang antelop ini kosong. Sehingga, tim kami meminta keterangan staf. Baik Staf kandang hingga manajer satwa,” terang Agustinus, Kamis (5/9/2024)
Usut punya usut, satwa tersebut ternyata dijual pada 19 Agustus, oleh Tenaga Harian Lepas Madiun Umbul Square, inisial MFR. Pihaknya telah melakukan investigasi lanjutan dengan memanggil MFR tanggal 4 September 2024.
Ternyata, antelop itu dijual ke Jepara. Setelah dikembangkan lagi ternyata muncul informasi bahwa di bulan Maret, MFR menjual satu ekor Antelop anakan, seekor Rusa Tutul, dan dua ekor Kambing Praha.
”Jika dirinci di bulan Maret lalu Rusa Tutul dijual seharga Rp 14 juta di Solo, Kambing Praha 2 ekor Rp 7,5 juta, dan seekor Antelop Rp 36 juta. Sementara 2 ekor Antelop juga dijual Rp 100 juta pada Agustus lalu. Kemarin kami mengundang Direktur Madiun Umbul Square, untuk dimintai konfirmasi. Kami juga mengembangkan lagi, kenapa satwa itu bisa keluar,” pungkas Agustinus.
Terpisah, Manajemen Madiun Umbul Square, tengah menyiapkan sanksi berat kepada Oknum Staf Internal MFR atau F, lantaran diduga telah menjual Satwa Milik Negara, Antelop, secara ilegal. Pihaknya kecolongan dengan adanya kejaidan itu. Pihaknya berupaya untuk mengembalikan satwa tersebut ke Madiun Umbul Square.
“Kami terus berupaya untuk mengembalikan satwa tersebut. Pengakuan yang kami dapat, pelaku dan pembeli sudah sepakat dengan uang muka, tapi kami jelas meminta segera dikembalikan, sebab kami tidak ada urusan sama sekali,” ungkap Direktur Madiun Umbul Square Afri Handoko, Kamis (5/9/2024).
Menurutnya, peristiwa ini bisa terjadi disebabkan karena faktor kelonggaran,yang diberikan oleh manajemen kepada oknum internal tersebut. Namun hingga saat ini, pihaknya masih mencari keberadaan pembeli satwa tersebut. Soal uang tunai hasil penjualan satwa sebesar ratusan juta rupiah, Afri menegaskan, pihaknya tidak menerima uang tersebut.
“Uang itu dibawa langsung oleh yang bersangkutan. Kami tidak mau menerima dan memang tidak berniat atau memberi izin untuk melepas,” tegasnya.
Selain dikenakan sanksi, lanjut Afri, oknum tersebut harus bersedia mengembalikan Antelop ke kandangnya, walaupun hewan spesies tersebut termasuk satwa eksotik, bukan hewan yang dililndungi.
“Bukan satwa dilindungi tetapi satwa eksotik. Madiun Umbul Square, tidak menjual satwa. Jadi itu terus kami kejar,” ucapnya. [fiq/suf]
-

BBKSDA Dalami Dugaan Penjualan Satwa di Madiun Umbul Square
Madiun (beritajatim.com) – Praktik penjualan satwa yang diduga melibatkan Madiun Umbul Square di Desa Glonggong, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, tengah menjadi sorotan.
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Madiun telah memanggil manajemen dari tempat wisata tersebut untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
Kabidwil BBKSDA Madiun, Agustinus Krisdijantoro, membenarkan adanya pemanggilan terhadap direktur Madiun Umbul Square. “Hari ini kami memanggil direktur Madiun Umbul Square untuk dimintai keterangan,” ujarnya pada Rabu (4/9/2024).
Agustinus menjelaskan bahwa pihaknya saat ini masih dalam tahap penyelidikan dan belum dapat memberikan kesimpulan. Namun, fokus utama dari pemeriksaan ini adalah dugaan penjualan satwa yang melibatkan pihak manajemen Madiun Umbul Square.
Seperti diketahui, Madiun Umbul Square selama ini dikenal sebagai destinasi wisata yang menyajikan berbagai koleksi satwa, termasuk satwa yang dilindungi. Namun, adanya dugaan penjualan satwa ini tentu mengundang pertanyaan besar terkait pengelolaan satwa di tempat wisata tersebut.
“Kami akan terus melakukan pemeriksaan terhadap pihak-pihak terkait. Informasi lebih lanjut akan kami sampaikan setelah proses investigasi selesai,” tegasnya.
Dugaan penjualan satwa ini tentu saja menjadi perhatian serius mengingat pentingnya perlindungan terhadap satwa liar. BKSDA Madiun berkomitmen untuk menyelidiki kasus ini hingga tuntas dan akan mengambil tindakan tegas sesuai dengan peraturan yang berlaku. [fiq/beq]
-

Petugas Damkarla Gresik Evakuasi Buaya Muara
Gresik (beritajatim.com) – Petugas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarla) Gresik melakukan evakuasi buaya muara peliharaan di salah satu pondok pesantren, Sahabat Karomah Alquran (Sakur) Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah.
Evakuasi ini dilakukan karena pengasuh pondok pesantren mau melaksanakan ibadah haji. Sehingga, dikuatirkan menganggu keselamatan para santri.
Pemilik rumah Soleh warga Desa Banyuurip mengatakan, karena dirinya kuatir. Selanjutnya melaporkan ke pos Damkarla Kecamatan Dukun untuk segera dievakuasi.
“Daripada mengganggu santri dan warga meski berasa di kurungan. Lebih baik dievakuasi ke tempat yang lebih aman,” katanya, Senin (20/5/2024).
Petugas piket Damkarla Pos Dukun, M.Nurul Haqqi menuturkan, setelah pihaknya mendapat laporan untuk mengevakuasi buaya muara. Pihaknya menerjunkan 6 personel serta satu unit mobil rescue. “Tim kami langsung menuju ke lokasi melakukan proses evakuasi buaya. Selanjutnya dibawa ke tempat yang lebih aman,” tuturnya.
Saat melakukan evakuasi kata dia, petugas yang diterjunkan sempat kewalahan karena buaya yang didalam kurungan sempat berontak. Namun, setelah butuh waktu beberapa menit. Buaya tersebut berhasil dievakuasi.
“Agar lebih mudah dievakuasi dari kurungan petugas kami terlebih dulu menggiring buaya ke pojok jeruji kurungan. Kemudian mulutnya dijepit lalu dilakban guna menghindari gigitan,” katanya.
Setelah bersusah payah, akhirnya buaya muara tersebut dikeluarkan dan kurungan lalu dimasukkan ke kotak selanjutnya dibawa ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). [dny/kun]
-

Bukan Harimau Jawa, Hewan Buas Ini Penunggu JLS Blitar
Blitar (beritajatim.com) – Belakang ini masyarakat Blitar dihebohkan dengan kabar bohong soal kemunculan Harimau Jawa di Jalur Lintas Selatan (JLS). Meski itu kabar bohong, namun sebagian besar masyarakat masih bertanya-tanya benarkah masih ada harimau jawa di JLS Blitar.
Mendengar kehebohan kabar tersebut BKSDA Kediri angkat bicara. Kepala seksi konservasi Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam, Andik Sumarsono, mengatakan jika hal tersebut adalah hoaks dan tidak benar.
Ditegaskan Andik jika hewan endemik di Pulau Jawa tersebut sudah sulit untuk ditemukan. Bahkan bisa disebut jika keberadaannya sudah punah.
“Berdasarkan referensi dan fakta-fakta di lapangan sampai saat ini belum pernah dijumpai Harimau Jawa,” kata Andik, Jumat (19/4/2024).
Andik menjelaskan bahwa keberadaan harimau jawa di hutan selatan Kabupaten Blitar diperkirakan sudah punah. Namun ada hewan buas lain yang menghuni hutan di sekitar JLS Blitar.
Hewan itu adalah macan dahan. Hewan buas ini memang memiliki perawakan seperti harimau.
Macan dahan benua memiliki nama ilmiah yakni Neofelis nebulosa. Hewan ini merupakan sejenis kucing berukuran sedang, dengan panjang tubuh mencapai 95 cm.
Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan gambaran seperti awan dan bintik hitam di tubuhnya. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil dan terdapat totol putih di belakang telinga.
Macan dahan mempunyai kaki pendek dengan telapak kaki besar serta ekor panjang dengan garis dan bintik hitam. Macan dahan betina serupa.
“Bisa saja itu merupakan macan dahan yang saat ini masih bisa ditemui,” tegasnya lagi.
Untuk diketahui, jika Harimau Jawa atau nama latinnya Panthera tigris sondaica merupakan subspesies harimau yang hidup terbatas (endemik) di Pulau Jawa.
Mengutip wikipedia, hewan ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis.
Sebelumnya, di tahun 2020 lalu, sejumlah warga di Tulungagung juga mengaku melihat hewan tersebut.
Bahkan konon ada dua ekor yang terlihat di lereng Gunung Wilis Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.
Setelah dilakukan penelusuran hal tersebut juga dipastikan jika hoaks dan tidak benar. [owi/beq]
-

Kawanan Monyet Teror Permukiman Warga di Jombang
Jombang (beritajatim.com) – Kawanan monyet meresahkan warga Desa/Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang Jawa Timur. Monyet tersebut jumlahnya tujuh ekor. Mulai ukuran kecil hingga besar. Tentu saja, warga sekitar tak nyaman dengan kehadiran tamu tak diundang itu.
Keresahan itu disampaikan oleh Eni Sa’adah (53), warga RT 14 RW 02 Desa Peterongan. Menurut Eni, kawanan hewan tersebut mulai muncul sebelum lebaran. Monyet-monyet tersebut menganggu aktivitas warga.
Semisal, ada warga yang memetik sayur nangka muda, kawanan tersebut berusaha untuk merebut. Namun demikian, hewat primata ini belum menyerang anak-anak. “Kami khawatir, kawanan monyet tersebut masuk ke rumah-rumah,” ujar Eni, Kamis (18/4/2024).
Dari mana asal monyet itu? Eni mengaku tidak tahu secara pasti. Dia hanya menegaskan bahwa monyet yang memasuki desa tersebut adalah liar. Karena selama ini tidak ada warga yang memelihara monyet.
Pernah suatu hari, warga mengintai asal muasal monyet itu. Ternyata, hewan yang pandai memanjat ini turun dari pagar rumah kosong. Pagar tersebut tingginya 4 meter, sedangkan rumah tersebut sudah puluhan tahun tak berpenghuni alias kosong.
“Kemungkinan monyet-monyet itu muncul dari rumah kosong tersebut. Dulu rumahnya milik seorang Tionghoa. Namun sudah lama tidak dihuni. Rumah berpagar tembok tinggi tersebut dibiarkan kosong,” lanjutnya.
Warga yang resah akhirnya melaporkan fenomena ganjil tersebut ke Babinsa dan Bhabinkantimmas. Kemudian dilanjutkan ke Polsek Peterongan. Dari situ, petugas melakukan koordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang.
Sa;ah satu monyet yang nangkring di ats tembok di Desa/Kecamatan Peterongan
Walhasil, pada Kamis (18/4/2024), tim dari BPBD Jombang mendatangi lokasi. Mereka melakukan pemantauan. Petugas sempat melihat seekor monyet berukuran kecil. Petugas berusaha mengejar. Namun hewan tersebut mampu meloloskan diri dengan lincah.
“Tadi sempat muncul seekor. Namun kabur ketika hendak kita tangkap. Kalau informasi warga ada tujuh ekor, namun hari ini yang menampakkan diri hanya seekor. Ukurannya kecil. Langsung kabur ketika kita kejar,” kata Agung Setiawan, anggota BPBD Jombang.
Supervisor Pusdalops BPBD Jombang, Stevie Maria membenarkan adanya laporan kawanan monyet yang masuk ke permukian warga itu. Namun sejauh ini timnya masih berupaya melakukan pengecekan di lapangan.
Pepi, panggilan akrab Stevie Maria mengatakan, pihaknya akan melakukan komunikasi dengan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). “Karena BKSDA yang memiliki wewenang terkait perlindungan hewan,” pungkasnya. [suf]
-

Buaya di Sungai Bengawan Solo wilayah Bojonegoro Muncul Kembali
Bojonegoro (beritajatim.com) – Seekor buaya muncul ke permukaan Sungai Bengawan Solo turut Desa Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro, Selasa (12/3/2024) sekitar pukul 13.30 WIB. Kemunculan buaya itu kerap diketahui oleh warga setempat.
Bahkan, pada Jumat, 16 Februari 2024 sekitar pukul 12.30 WIB petugas Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kabupaten Bojonegoro telah mengamankan satu ekor buaya yang lokasinya tidak jauh dari lokasi kemunculan yang sekarang.
“Untuk hari ini, buaya tersebut muncul kembali. Tetapi karena kondisi air sungai Bengawan Solo masih meluap sehingga tidak memungkinkan untuk ditangkap atau di jebak,” ujar Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan Damkarmat Bojonegoro, Zaenul Ma’arif.
Untuk itu, lanjut pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris BPBD Bojonegoro itu, petugas dari Damkarmat Bojonegoro Pos Padangan bersiaga di sekitar lokasi kemunculan buaya tersebut. Sehingga diharapkan bisa memberi kenyamanan warga setempat dalam beraktivitas.
“Petugas Damkarmat Pos Padangan selalu standby untuk mengamankan warga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jika memungkinkan, buaya tersebut akan ditangkap dan serahkan ke BKSDA,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, tidak jauh dari lokasi kemunculan buaya yang sekarang, tepatnya di Sungai Prudung Dusun Brangkal RT 03 RW 01 Desa Kebonagung Kecamatan Padangan Kabupaten Bojonegoro petugas Damkarmat Bojonegoro berhasil mengevakuasi buaya sepanjang kurang lebih 2,5 meter.
Buaya yang muncul ke permukaan itu kali pertama diketahui Sulkan warga setempat sekitar pukul 10.00 WIB, Jumat (16/2/2024). Kemunculan buaya di anak Sungai Bengawan Solo itu akhirnya di laporkan ke Petugas Damkarmat dan berhasil dievakuasi dengan cara dijebak menggunakan simpul tali.
“Setelah kami mendapat laporan dari masyarakat, kemudian melakukan penjebakan dengan simpul tali di jalur yang sering dilalui dan berhasil menjerat moncongnya,” ujar Kepala Damkarmat Bojonegoro, Ahmad Gunawan pada kesempatannya.
Bengawan Solo
Sekadar diketahui, proses evakuasi buaya itu dilakukan dengan mengerahkan 8 anggota, 5 anggota Pos Padangan dan 3 personel Pos Damkarmat Kota. Setelah berhasil dievakuasi, buaya sepanjang kurang lebih 2,5 meter itu selanjutnya diserahkan ke Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) wilayah Bojonegoro.
Seringnya terlihat buaya yang tidak jauh dari pemukiman warga, sehingga pihak Damkarmat Bojonegoro memasang papan peringatan agar tidak melakukan aktivitas di sungai. “Setahun lalu, jarak sekitar 1 km dari kemunculan yang sekarang ini ada 2 ekor yang muncul,” jelasnya. [lus/suf]
