Kementrian Lembaga: BIN

  • 7 Amalan Utama Bulan Syawal: Puasa, I’tikaf hingga Menikah – Halaman all

    7 Amalan Utama Bulan Syawal: Puasa, I’tikaf hingga Menikah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Bulan Syawal adalah bulan yang sarat dengan berkah dan merupakan kesempatan emas untuk meraih pahala.

    Setelah berpuasa di bulan Ramadan, umat Islam dianjurkan untuk terus mempertahankan semangat ibadah dengan melaksanakan berbagai amalan sunnah. 

    Berikut adalah beberapa amalan yang bisa dikerjakan oleh setiap Muslim di bulan Syawal, bulan yang penuh kemuliaan ini.

    1.  Puasa Syawal 6 Hari

    Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan seperti puasa sepanjang tahun.

    Sebagaimana disebutkan dalam riwayat yang berasal dari Abu Ayub Al Anshari, Rasulullah SAW bersabda:

    مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

    “Barang siapa berpuasa Ramadan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun.” (HR Muslim, Imam Ahmad juga meriwayatkan dari hadits Jabir).

    2.  Puasa Senin Kamis

    Beberapa riwayat mengatakan puasa Senin dan Kamis merupakan salah satu puasa sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW.

    Sebagaimana diriwayatkan dari Aisyah ra : “Rasulullah SAW sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Imam Ahmad).

    Dikutip dari buku Puasa Senin-Kamis oleh Mahmud Ahmad Mustafa, hari Senin dan Kamis merupakan hari diperiksanya amal seseorang.

    Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Amal-amal perbuatan itu diajukan (diaudit) pada hari Senin dan Kamis, oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan (diaudit) pada saat aku sedang puasa.” (HR Tirmidzi).

    3.  Puasa Ayyamul Bidh

    Puasa sunnah ini dikerjakan setiap tangal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriah) setiap bulannya.

    Dalam riwayat Bukhari yang berasal dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash RA disebutkan, salah satu keutamaan dari puasa Ayyamul Bidh adalah seperti berpuasa sepanjang tahun.

    Keutamaan ini juga dijelaskan dalam riwayat Abu Daud.

    صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

    Artinya: “Puasa tiga hari di setiap bulannya adalah seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Bukhari). 

    4.  Silaturahmi

    Syawal adalah bulan yang baik untuk menyambung tali silaturahmi.

    Silaturahmi tidak hanya meningkatkan keimanan, tetapi juga membuka pintu rezeki dan menghindarkan diri dari dosa yang bisa menjerumuskan kita ke dalam neraka.

    5.  Bersedekah

    Sedekah adalah amalan yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk dilakukan kapan saja, termasuk di bulan Syawal.

    Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

    Artinya : “Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)

    Dengan bersedekah, kita dapat melatih rasa empati, menghindari sifat kikir, dan membuka pintu rezeki yang tidak terduga dari Allah SWT.

    6.  Melangsungkan Pernikahan

    Amalan lain yang dianjurkan pada Bulan Syawal adalah melangsungkan pernikahan atau membangun rumah tangga.

    Menikah pada Bulan Syawal merupakan salah satu sunah rasul yang pada masa dahulu ditujukan untuk menepis kepercayan sesat dari orang-orang jahiliyah yang menganggap pernikahan di bulan syawal dapat membawa kesialan atau bencana.

    Sebagaimana hadist Rasulullah yang diriwayatkan oleh Aisyah Radhiyallahu Anha;

    تَزَوَّجَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَوَّالٍ وَبَنَى بِي فِي شَوَّالٍ فَأَيُّ نِسَاءِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ أَحْظَى عِنْدَهُ مِنِّي

    Artinya: “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku?” (HR Muslim).

    Dengan demikian, Menikah di bulan Syawal bukanlah sebuah tradisi masyarakat semata, melainkan bagian dari anjuran yang sudah dijelaskan dalam hadist nabi.

    7.  I’tikaf

    I’tikaf adalah amalan berdiam diri di masjid dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah.

    Meskipun i’tikaf biasanya dilaksanakan pada bulan Ramadan, amalan ini juga dianjurkan untuk diteruskan di bulan Syawal.

    Selama i’tikaf, kita dapat berzikir, melaksanakan salat wajib dan sunnah, serta membaca Al-Qur’an.

    I’tikaf adalah salah satu bentuk ibadah yang sangat dicintai Allah SWT, baik dilaksanakan di bulan Ramadan maupun di luar Ramadan.

    I’tikaf dapat dilaksanakan dalam beberapa waktu tertentu, misal dalam waktu 1 jam, 2 jam, 3 jam dan seterusnya, dan boleh juga dilaksanakan dalam waktu sehari semalam (24 jam).

    (Tribunnews.com/Widya)

  • Ini Unggahan Sarwendah Usai Ruben Onsu Masuk Islam, Tulis Pesan untuk Anak-anaknya

    Ini Unggahan Sarwendah Usai Ruben Onsu Masuk Islam, Tulis Pesan untuk Anak-anaknya

    GELORA.CO – Inilah unggahan Sarwendah usai Ruben Onsu umumkan resmi mualaf.

    Sarwendah menulis pesan untuk anak-anaknya.

    Diberitakan sebelumnya lewat akun Instagramnya, Ruben Onsu mengumumkan telah menjadi mualaf.

    “Assalamualaikum

    Mungkin ini saatnya saya bisa sampaikan, maafkan jika baru bisa saya sampaikan, krn saya ingin focus ibadah . 

    Sebagai manusia saya yang tak luput dari salah, dan terus berusaha memperbaiki kedepan untuk bisa menjadi lebih baik, semua keputusan ini sudah saya pikirkan lama, 

    dan tidak ada kaitan nya dgn rumah tangga yg pernah saya jalanin, dan ini bukan krn paksaan siapapun. 

    Semoga saya bisa istiqomah, dan lewat tulisan ini saya Meminta maaf pd siapapun, jika ada perkataan dan tingkah laku saya selama ini.” tulis Ruben.

    Ia juga mengucap terimakasih pada sejumlah pihak.

    “Terima kasih untuk @habibusmanbinyahya untuk bimbingan nya yg tak henti perhatian nya untuk saya yg trs belajar, jng lelah ya bib dan @kartikaputriworld yg selalu baik dan tak henti menyemangati

    Terima kasih untuk @lestikejora yg dari awal tak henti untuk menyemangati dlm saya berproses, juga pendengar yg baik dan memberikan jawaban2 yg baik tanpa menyakiti org lain, sehat trs ya dan bahagia trs yaa bersama @rizkybillar dan anak2

    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H

    Assalamualaikum,” tulis Ruben Onsu.

    Tak berselang lama pengumuman Ruben, Sarwendah juga membuat postingan.

    Ia mengunggah foto bersama tiga anaknya.

    Sarwendah juga menyertakan akun Instagram Betrand Peto.

    “Tertawa bersama, menangis bersama, bermain bersama, beragument bersama, apapun itu didasari oleh rasa cinta dan sayang. Enjoy anak-anakku” tulis Sarwendah

    Setelah menjadi mualaf, Ruben Onsu juga merayakan Idul Fitri pertamanya.

    Ia merakan Lebaran 2025 bersama Ivan Gunawan.

    Ruben dan Igun sama-sama memakai baju muslim daat salat Idul Fitri di Masjid Fatahilah, Kompleks Mabad 124 Rempoa, Jakarta Selatan.

    “Hidayah adalah milik Allah, Allah tahu siapa yang layak mendapatkannya, dan Allah akan memberikan hidayah kepada setiap hamba-Nya yang berusaha ingin mencarinya,” tulis Ivan Gunawan.

    Habib Usman Yahya yang Bimbing Ruben Onsu

    Ruben Onsu mengungkapkan bahwa sosok yang membimbingnya menjadi seorang mualaf yakni Habib Usman bin Yahya 

    Habib Usman Bin Yahya adalah seorang ulama kelahiran 1 Januari 1970.

    Habib Usman Bin Yahya adalah Pemimpin Majelis Bin Yahya Daarul Fadhililah yang terletak di Jalan Raya Puncak Hankam, Cisarua, Bogor. 

    Majelis ini rutin mengadakan berbagai acara, seperti buka puasa bersama, shalat tarawih, khotmil Quran, serta tabligh akbar setiap bulan.

    Habib Usman, yang merupakan suami dari Kartika Putri, sebelumnya sudah menikah dua kali.

    Istri pertamanya, Ria Tatu, dinikahinya pada tahun 2004, namun mereka bercerai pada tahun 2016. 

    Dari pernikahan keduanya, mereka dikaruniai tiga orang anak, dan mereka bercerai secara baik-baik.

    Setelah itu, muncul sosok Nida, yang disebut-sebut menikah dengan Habib Usman selama sekitar satu bulan. 

    Pertemuan antara Habib Usman dan Kartika Putri terjadi melalui perkenalan yang difasilitasi oleh Manajer Raffi Ahmad, Mira Syamsiah Ahmad.

    Mira menilai bahwa tidak ada yang salah dengan perkenalan mereka karena Habib Usman sudah berstatus duda setelah bercerai dari istrinya. 

    Kartika Putri sendiri menganggap Habib Usman sebagai pria idaman yang baik, tahu agama, dan seorang yang menghargai perempuan.

    Kartika Putri juga mengungkapkan bahwa dia telah mengenal Habib Usman sejak 2012 dan menyebutkan bahwa Habib Usman adalah orang yang mengajaknya untuk berubah menjadi lebih baik.

    Untuk diketahui, Ruben Onsu menunaikan ibadah Salat Idul Fitri bersama dengan designer Ivan Gunawan. 

    Momen salat Ied Ruben Onsu dibagikan oleh Ivan Gunawan melalui unggahan di Insta Storiesnya @ivan_gunawan, Senin (31/3/2025). 

    Dalam foto tersebut tampak Ruben Onsu duduk di sebelah Ivan Gunawan di antara jamaah salat Ied lainnya.

    Ruben Onsu pun tampak tersenyum saat duduk di antara jamaah salat Idul Fitri. Ayah angkat Betrand Peto itu terlihat mengenakan baju koko berwarna putih emas lengkap dengan pecinya.

    Di mana dalam unggahan berbentuk reels itu, Ruben Onsu tampak mengenakan pakaian koko yang lengkap dengan peci.

  • Sejarah Panjang Tradisi Membeli Pakaian Baru untuk Lebaran

    Sejarah Panjang Tradisi Membeli Pakaian Baru untuk Lebaran

    JAKARTA – Menjelang Hari Raya Idulfitri, ada satu tradisi yang mungkin tidak boleh dilewatkan sebagian umat Muslim, yaitu berburu baju baru untuk dikenakan saat Lebaran. Memakai baju baru saat Lebaran ternyata sudah dilakukan sejak zaman dulu.

    Salah satu agenda yang tak bisa dilewatkan ketika menjelang Idulfitri adalah menyiapkan baru Lebaran. Tradisi ini ternyata sudah mengakar kuat dalam budaya masyarakat Indonesia di berbagai kalangan.

    Memakai baju baru saat Lebaran tidak sekadar untuk mempercantik diri, tetapi juga kesucian dalam merayakan hari kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa Ramadan. Menurut Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia Agus Aris Munandar, pakaian Idulfitri melambangkan kesucian di hari raya.

    “Awalnya harus memakai baju baru, sarung, atau mukena bersih pada waktu shalat Idulfitri. Itu simbol umat Islam yang kembali fitri setelah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan,” jelas Agus, dinukil Kompas.

    Tradisi memakai baju baru saat Idulfitri sudah dilakukan umat Muslim sejak zaman Hindia Belanda. (Instagram/@hearttroops)

    Dalam tradisi beli baju baru, biasanya orangtua lebih mendahulukan anak-anak. Selain untuk dikenakan saat Salat Id, juga untuk berkunjung ke rumah saudara.

    “Kalau untuk orang dewasa sih pakaian baru itu cuma simbol, yang penting niat baru untuk melaksanakan agama Islam secara baik,” imbuhnya.

    Sebenarnya, sejak kapan tradisi baju Lebaran berlangsung di Indonesia?

    Sejak Zaman Hindia Belanda

    Mengutip Kompas, tradisi membeli baju Lebaran sudah ada sejak awal abad ke-20, sebagaimana dituturkan orientalis Belanda yang kala itu menjadi Penasihat Urusan Pribumi untuk Pemerintah Kolonial, Snouck Hugronje.

    “Di mana-mana perayaan pesta ini disertai hidangan makan khusus, saling bertandang yang dilakukan oleh kaum kerabat dan kenalan, pembelian pakaian baru, serta berbagai bentuk hiburan yang menggembirakan,” tulis Hugronje dalam suratnya yang termuat dalam Nasihat-Nasihat Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya kepada Pemerintah Hindia Belanda 1889–1936 Jilid IV.

    Hugronje menggambarkan bahwa di masa tersebut orang-orang merayakan pesta disertai hidangan khusus. Mereka juga saling berkunjung ke sanak saudara dan kerabat. Tak ketinggalan, masyarakat juga membeli pakaian baru sebagai hiburan yang menggembirakan. Tradisi membeli pakaian saat Lebaran menurut Hugronje juga ternyata mirip dengan kebiasaan orang di Eropa saat perayaan tahun baru.

    Seorang mahasiswi melihat koleksi foto-foto hasil jepretan Snouck Hurgronje di kampus Universitas Islam Negeri Serang, Banten pada Kamis (7/9/2023). (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/hp)

    Sementara itu, sumber lain menyebutkan baju Lebaran sudah menjadi tradisi masyarakat Kerajaan Islam Banten sekitar tahun 1596-an. Hal ini dijelaskan sejarawan Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto dalam sebuah karya tulis berjudul Sejarah Nasional Indonesia.

    Selain Kerajaan Islam Banten, penduduk Kesultanan Yogyakarta pada masa itu juga ikut memakai baju baru saat Lebaran. Dan tradisi itu bertahan sampai sekarang.

    Menurut Hidayat Surya Abadi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel (2019), asal usul beli baju baru Lebaran menjadi sebuah tradisi juga terpengaruh oleh iklan. Dalam iklan, ‘mitos’ baju baru dimunculkan dengan aneka gimik, adegan, dan cerita yang menarik. Bahkan kisah dalam iklan itu juga menunjukkan memberi baju baru adalah bentuk rasa sayang atau bakti kepada orangtua.

    Mengenakan pakaian terbaik saat Idulfitri menjadi salah satu landasan dalam tradisi memakai baju baru. sebagaimana diriwayatkan Al-Hakim, menyebut bahwa cucu Nabi, Hasan bin Ali, mengatakan:

    “Pada setiap hari raya [Idulfitri], Rasulullah saw. menyuruh kami agar mengenakan pakaian terbaik yang kami miliki, memakai minyak wangi terbaik yang kami punya, dan menyembelih kurban hewan termahal yang mampu kami sediakan.”

    Hadis tersebut memang tidak secara eksplisit mewajibkan pembelian baju baru, namun interpretasi terhadap frasa pakaian terbaik sering dikaitkan dengan pakaian baru, bersih, dan paling layak.

    Memunculkan Perdebatan

    Pada dasarnya, pandangan agama menekankan bahwa yang terpenting adalah kebersihan dan kerapian pakaian, bukan semata-mata kebaruannya. Jika seseorang tidak mampu membeli baju baru, mengenakan pakaian lama yang bersih, rapi, dan terbaik yang dimiliki, tetap dianggap sesuai dengan anjuran agama.

    Direktur Urusan Agama Islam dan Bina Syariah Kemenag RI Arsad Hidayat menuturkan, tradisi baju baju Lebaran tidak hanya ada di Indonesia. Sejumlah negara yang penduduknya mayoritas Islam juga melakukan hal yang sama.

    Namun belakangan, tradisi memakai baju Lebaran memunculkan perdebatan mengenai aspek ekonomi dan dampak terhadap lingkungan. Bagi keluarga dengan ekonomi terbatas, membeli baju Lebaran dapat menjadi beban tersendiri. Padahal, tradisi ini awalnya bertujuan baik.

    Studi dari Jurnal Pendidikan dan Ilmu Sosial mengeksplorasi budaya konsumsi baju Lebaran di Desa Jubung, Sukorambi, Jember. Dari jurnal tersebut para peneliti menemukan bahwa tradisi membeli baju Lebaran erat kaitannya dengan gaya hidup konsumtif masyarakat Muslim di Indonesia.

    Tradisi membeli baju baru saat Lebaran belakangan ini memunculkan dampak ekonomi dan lingkungan. (Unsplash)

    Ada beberapa faktor yang memengaruhinya, mulai dari tekanan sosial, dominasi budaya visual, sampai citra diri yang diperoleh dari memiliki pakaian baru. Perilaku konsumtif menjelang Lebaran ini seringkali mengalihkan fokus orang-orang dari esensi spiritual Lebaran yang seharusnya introspektif dan solidaritas.

    Selain itu, industri fesyen yang terjadi akibat tingginya permintaan baju baru saat Lebaran juga diiringi dengan meningkatnya kesadaran sebagian kalangan mengenai isu keberlanjutan.

    Industri fesyen, utamanya dengan konsep fast fashion, memiliki dampak lingkungan yang besar. Karena itulah, bagi sebagian orang, menyambut Idulfitri tidak selalu dengan membeli baju baru.

    Ada alternatif yang lebih berkelanjutan yang layak dipertimbangkan, seperti memakai lagi pakaian lama atau melakukan upcycling pakaian.

  • Gubernur Sulawesi Tengah kecam penghinaan pendiri Alkhairaat

    Gubernur Sulawesi Tengah kecam penghinaan pendiri Alkhairaat

    Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid memberikan keterangan kepada sejumlah pewarta usai Shalat Idul Fitri 1447 Hijriah, di Palu, Sulteng, Senin (31/3/2025). (ANTARA/Rangga Musabar)

    Gubernur Sulawesi Tengah kecam penghinaan pendiri Alkhairaat
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 31 Maret 2025 – 14:24 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid mengecam keras penghinaan terhadap pendiri Alkhairaat Sayyid Idrus bin Salim Al Jufri atau Guru Tua yang dilakukan oleh seseorang bernama Fuad Plered.

    “Sebagai Abnaul Khairaat, saya mengutuk keras penghinaan Guru Tua karena perbuatan itu sesungguhnya perbuatan yang sangat keji,” kata Anwar Hafid usai Shalat Idul Fitri 1446 Hijriah 2025 di Palu, Senin.

    Menurutnya, hal ini juga menjadi pelajaran sangat penting bagi semua kalangan untuk menjaga tutur kata dari ujaran kebencian.

    Ia juga mengingatkan bahwa sebelum menilai seseorang, perlu adanya pemahaman yang cukup agar tidak keliru dalam mengambil sikap.

    “Mereka tidak tahu sebetulnya siapa Guru Tua. Jangan mengeluarkan pernyataan yang hanya menghina dan menghujat. Mudah-mudahan dia (Fuad Plered) sadar dan diberikan hikmah,” ujarnya.

    Sebagaimana diketahui, pernyataan kontroversial dari akun media sosial @gusfuadplered dalam sebuah video berdurasi 22 detik telah memicu kegaduhan, terutama di kalangan Abnaul Khairaat atau sebutan bagi para pengikut dan alumni Alkhairaat.

    “Tindakan ujaran dilakukan Fuad Plered dapat mengganggu kerukunan,” ucap Anwar.

    Penghinaan terhadap Guru Tua telah memicu reaksi keras dari berbagai kalangan, khususnya dari Abnaul Khairaat yang tersebar di berbagai daerah.

    Banyak pihak menuntut agar pelaku meminta maaf secara terbuka dan diberikan sanksi atas perbuatannya.

    Selain menanggapi penghinaan tersebut, Gubernur Sulawesi Tengah juga menyinggung pengusulan Guru Tua sebagai pahlawan nasional.

    Menurutnya, upaya ini telah diperjuangkan oleh gubernur-gubernur sebelumnya, dan ia pun melanjutkan perjuangan tersebut dengan kembali memberikan rekomendasi ke pemerintah pusat.

    “Sebenarnya, sosok Guru Tua sudah sangat dikenal, mulai dari anak-anak hingga pejabat tinggi pun tahu siapa beliau (Sayid Idrus bin Salim Al-jufri). Kini kita hanya bisa berdoa dan terus mendukung agar pemerintah Republik Indonesia, di bawah kepemimpinan Pak Prabowo Subianto dapat melihat dan menghargai perjuangan Guru Tua,” kata dia.

    Sementara itu, dorongan untuk menjadikan Guru Tua sebagai Pahlawan Nasional terus menguat, masyarakat berharap agar pemerintah pusat segera meresmikan gelar tersebut sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi Guru Tua dalam bidang pendidikan dan dakwah Islam.

    “Guru Tua adalah sosok yang telah berjuang tanpa pamrih untuk mencerdaskan masyarakat. Sudah sepantasnya pemerintah memberikan penghargaan yang layak atas jasa-jasanya,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Pengakuan Jujur Ruben Onsu Umumkan Mualaf saat Lebaran, Unggah Momen Ikut Salat Id

    Pengakuan Jujur Ruben Onsu Umumkan Mualaf saat Lebaran, Unggah Momen Ikut Salat Id

    GELORA.CO – Artis Ruben Onsu memberikan pengakuan jujur setelah memeluk agama Islam atau mualaf. 

    Kabar itu diungkapkan Ruben melalui unggahan terbaru di media sosial. Ia meminta maaf baru dapat menyampaikan kabar itu karena fokus ibadah.

    Ruben kemudian memastikan keputusan mualaf itu bukan disebabkan persoalan rumah tangga atau paksaan pihak tertentu. Hal itu disampaikan pada hari pertama Lebaran 2025. 

    “Assalamualaikum. Mungkin ini saatnya saya bisa sampaikan, maafkan jika baru bisa saya sampaikan, krn saya ingin fokus ibadah,” tulis Ruben via akun Instagram @ruben_onsu, Senin (31/3/2025).

    “Sebagai manusia saya yang tak luput dari salah, dan terus berusaha memperbaiki ke depan untuk bisa menjadi lebih baik, semua keputusan ini sudah saya pikirkan lama, dan tidak ada kaitannya dengan rumah tangga yg pernah saya jalani, dan ini bukan karena paksaan siapa pun,” lanjutnya.

    Ruben kemudian meminta maaf kepada publik jika ada perkataan dan tindakan yang menyinggung. Ia juga memohon doa supaya dapat istikamah alias konsisten setelah resmi menjadi seorang Muslim.

    “Semoga saya bisa istikamah, dan lewat tulisan ini saya meminta maaf kepada siapa pun, jika ada perkataan dan tingkah laku saya selama ini,” ujar Ruben.

    Selain itu, pemandu acara hit tersebut juga turut menyampaikan terima kasih kepada beberapa pihak, seperti Habib Usman Bin Yahya selaku ulama yang memandu Ruben memeluk agama Islam.

    Ruben tidak hanya mengunggah pengumuman itu, tetapi juga mulai membagikan momen dirinya usai menjadi Muslim.

    Dalam unggahan Instagram Story, Ia tampak ikut salat Id bersama Ivan Gunawan. Ruben juga turut mengunggah beberapa foto ucapan Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah.

    Ruben Onsu dikenal sebagai pembawa acara hit yang telah memandu berbagai program populer, seperti Ceriwis, Happy Family, Ada Ada Aja, hingga Brownis.

    Ia juga sempat menjalin rumah tangga dengan Sarwendah. Pernikahan itu berakhir setelah Ruben dan Sarwendah resmi cerai secara verstek berdasarkan putusan Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada September 2024.

    Sumber: tvone

  • Bikin Haru, Ini Doa dan Harapan Ruben Onsu setelah Jadi Mualaf

    Bikin Haru, Ini Doa dan Harapan Ruben Onsu setelah Jadi Mualaf

    Jakarta, Beritasatu.com – Presenter Ruben Onsu kini resmi menjadi mualaf setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat yang dibimbing oleh Habib Usman bin Yahya. Kabar tersebut diungkapkannya tepat pada Hari Raya Idulfitri 2025 sehingga menjawab pertanyaan publik.

    Dalam video yang diunggahnya dala. akun Instagram pribadi, Ruben Onsu terlihat khusyuk berdoa setelah mengucapkan syahadat. Ia mengungkapkan harapannya agar keputusan besar ini membawa berkah dalam hidupnya. 

    “Hamba hanya meminta diberikan kesehatan, diberikan senyuman, dan hati yang lapang. Dan dijauhkan dari orang-orang yang syirik, munafik, serta fitnah yang keji,” ujar Ruben Onsu dalam video tersebut dikutip Senin (31/3/2025).

    Ruben juga menyampaikan, ia kini telah sepenuhnya memasrahkan hidupnya kepada Allah Swt sebagai penolong sejati dalam hidupnya. 

    “Saat ini, dalam setiap doaku, dalam setiap sujudku, dan di setiap langkahku, hamba serahkan semuanya kepada-Mu, ya Allah,” jelas Ruben Onsu.

    Ruben pun berharap agar ia dapat tetap Istikamah dalam menjalani kehidupan sebagai seorang muslim. 

    Mantan suami Sarwendah Tan itu juga bertekad untuk terus belajar dan berusaha menjadi muslim yang baik, sesuai dengan ajaran-ajaran syariat Islam.

    “Saya berharap bisa konsisten dengan agama baru saya ini dan terus belajar menjadi muslim yang baik,” tandas Ruben Onsu yang berdoa agar istikamah setelah menjadi mualaf.

  • Tangis Bahagia Ruben Onsu seusai Putuskan Jadi Mualaf

    Tangis Bahagia Ruben Onsu seusai Putuskan Jadi Mualaf

    Jakarta, Beritasatu.com – Ruben Onsu mengungkapkan, dirinya sempat menangis dan tidak bisa menahan air matanya ketika mengikrarkan diri menjadi seorang mualaf. Pengakuan tersebut ia sampaikan Ruben melalui akun Instagram pribadinya.

    “Air mata ini tidak bisa kubendung, bukan karena kesedihan tetapi aku ngerasa ada kedamaian yang selama ini hilang. Di hadapan-Nya aku menemukan jati diriku,” tutur Ruben Onsu dikutip Beritasatu.com, Senin (31/3/2025).

    Mantan suami Sarwendah Tan itu mengungkapkan, hingga saat ini Ruben masih terus belajar untuk memahami dan memperdalam ajaran agama Islam.

    Dalam video yang viral di media sosial, Ruben Onsu tampak bersungguh-sungguh saat belajar gerakan salat yang wajib dikerjakan dan merupakan kewajiban setiap muslim. Dirinya juga mengaku terus memperbaiki diri setelah memutuskan menjadi mualaf.

    “Ya Allah, sampai saat ini saya terus ingin belajar menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna bagi banyak orang,” tambahnya.

    Ruben juga mengungkapkan, ia merasa menemukan kedamaian dan kenyamanan dalam proses belajar Islam, terutama saat dirinya salat dan berdoa kepada Allah Swt.

    “Setiap gerakan, setiap doa, dan setiap sujud membawaku lebih dekat kepada-Nya, Sang Maha pembolak-balik hati. Ini bukan hanya kewajiban, tetapi juga momen yang memberikan kedamaian yang selama ini aku cari,” tandasnya.

    Sebelumnya, dalam sebuah video yang diunggah di media sosialnya, Ruben Onsu terlihat dibimbing oleh Habib Usman bin Yahya ketika mengikrarkan diri sebagai mualaf.

  • Amalan yang Sunnah Dilakukan saat Bulan Syawal, Mulai dari Puasa hingga Bersedekah – Halaman all

    Amalan yang Sunnah Dilakukan saat Bulan Syawal, Mulai dari Puasa hingga Bersedekah – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Memasuki bulan Syawal, berikut beberapa amalan sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan.

    Syawal adalah bulan kemenangan bagi umat Islam setelah menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadan.

    Bulan Syawal mempunyai keistimewaan sebagai pelengkap ibadah di bulan Ramadhan.

    Maka keberkahannya akan terus mengalir bagi semua muslim.

    Namun terdapat sejumlah amalan yang dapat mendatangkan pahala berlimpah apabila dikerjakan semata-mata karena Allah.

    Mengutip dari Baznas.go.id, berikut amalan-amalan yang dianjurkan untuk dikerjakan setiap muslim pada bulan Syawal, mulai dari puasa hingga sedekah.

    Amalan Sunnah di Bulan Syawal

    Puasa Syawal 6 Hari

    Puasa enam hari di bulan Syawal memiliki keutamaan seperti puasa sepanjang tahun.

    Seperti yang telah disebutkan dalam riwayat yang berasal dari Abu Ayub Al Anshari, Rasulullah SAW bersabda:

    مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر

    “Barang siapa berpuasa Ramadan lalu melanjutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka itu setara dengan puasa sepanjang tahun.”

    (HR Muslim, Imam Ahmad juga meriwayatkan dari hadits Jabir).

    2. Puasa Senin Kamis

    Selain puasa Syawal, beberapa riwayat mengatakan puasa Senin dan Kamis merupakan salah satu puasa sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW.

    Sebagaimana diriwayatkan Aisyah ra : “Rasulullah SAW sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam melakukan puasa pada hari Senin dan Kamis.”

    (HR. Tirmidzi, An-Nasai, Ibnu Majah, Imam Ahmad).

    Mengutip dari buku Puasa Senin-Kamis oleh Mahmud Ahmad Mustafa, hari Senin dan Kamis merupakan hari diperiksanya amal seseorang, diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

    “Amal-amal perbuatan itu diajukan (diaudit) pada hari Senin dan Kamis, oleh karena itu aku ingin amal perbuatanku diajukan (diaudit) pada saat aku sedang puasa.” (HR Tirmidzi).

    Para ulama menyebutkan bahwa niat puasa Senin Kamis yang digabungkan dengan puasa Syawal hukumnya adalah boleh dilakukan.

    Puasa Senin Kamis dan puasa Syawal baik untuk digabungkan, diibaratkan seperti niat melakukan sedekah dan silaturahmi. 

    Jika seseorang menggabungkan dua puasa sunnah, maka akan memperoleh pahala dari keduanya.

    Maka umat muslim yang mengerjakannya bisa mendapatkan dua manfaat dari dua aktivitas puasa sunnah tersebut.

    3. Puasa Ayyamul Bidh

    Amalan sunnah di bulan Syawal lainnya adalah puasa Ayyamul Bidh.

    Puasa sunnah ini dikerjakan setiap tangal 13, 14, dan 15 (dari bulan Hijriah) setiap bulannya.

    Pada riwayat Bukhari yang berasal dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash RA disebutkan, salah satu keutamaan dari puasa Ayyamul Bidh adalah seperti berpuasa sepanjang tahun.

    Keutamaan ini juga dijelaskan dalam riwayat Abu Daud.

    صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

    Artinya:

    “Puasa tiga hari di setiap bulannya adalah seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR Bukhari).

    Puasa Ayyamul Bidh juga menjadi salah satu dari tiga hal yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW.

    Sebagaimana tertulis dalam riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW memberikan tiga wasiat kepada salah seorang sahabatnya, Abu Darda.

    أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

    Artinya:

    “Rasulullah SAW berpesan kepadaku tiga hal yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati, yaitu berpuasa setiap tiga hari pada setiap bulannya, mengerjakan dua rakaat salat duha, serta salat witir sebelum tidur.” (HR Bukhari dan Muslim).

    4.  Silaturahmi

    Syawal merupakan bulan yang baik untuk menyambung tali silaturahmi.

    Anjuran untuk menjalin tali silaturahmi disebutkan dalam sebuah hadis dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasulullah menjawab :

    تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ

    Artinya:

    “Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5983)

    Selain mendapatkan keutamaan berupa kelapangan rezeki dan juga perwujudan keimanan seseorang, menyambung tali silaturahmi juga dapat mencegah diri kita dari dosa yang menjerumuskan kita ke dalam api neraka. Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam hadis dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

    مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا – مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ – مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ

    Artinya:

    “Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih).

    5.  Bersedekah

    Sedekah juga menjadi amalan yang dianjurkan oleh Rasulullah untuk dilakukan kapanpun.

    Sedekah sebaiknya dilakukan segera sebagai salah satu bentuk ungkapan syukur atas nikmat Allah SWT.

    Amalan ini sangat dicintai Allah, sehingga diberikan balasan dan pahala yang berlipat ganda bagi setiap muslim yang mengerjakannya.

    Dengan melaksanakan sedekah, kita jadi memiliki empati yang tinggi, terhindar dari sifat kikir dan selalu bersyukur, serta membukakan pintu rezeki dari arah manapun.

    Maka sedekah tidak pernah mengurangi harta, dan malah sebaliknya.

    Sedekah justru akan membuka pintu rejeki selebar-lebarnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

    مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ

    Artinya :

    “Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)

    Menurut riwayat lain, Asma’ binti Abi Bakr berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku:

    أنفقي أَوِ انْفَحِي ، أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي اللهُ عَلَيْكِ

    Artinya :

    “Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.”

    (Tribunnews.com/Oktavia WW)

  • Sejarah Halalbihalal, Tradisi Khas Lebaran Idul Fitri di Indonesia – Halaman all

    Sejarah Halalbihalal, Tradisi Khas Lebaran Idul Fitri di Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Halalbihalal adalah tradisi yang sangat dikenal di Indonesia, terutama saat perayaan Idul Fitri.

    Acara halal bihalal sering kali diadakan dalam berbagai bentuk, mulai dari pertemuan keluarga, pertemuan antar tetangga, hingga acara yang lebih formal seperti halal bihalal antar pejabat pemerintah, organisasi, atau perusahaan.

    Bahkan, dalam banyak kesempatan, halal bihalal juga dilaksanakan di tempat-tempat umum seperti masjid atau gedung pertemuan.

    Pada umumnya, halal bihalal di Indonesia melibatkan saling berkunjung ke rumah kerabat atau teman-teman untuk bersalam-salaman dan bermaaf-maafan.

    Selain itu, acara ini sering kali dilengkapi dengan hidangan khas Lebaran, seperti ketupat, opor ayam, rendang, dan kue-kue Lebaran lainnya.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), halalbihalal berarti hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan, biasanya diadakan di sebuah tempat (auditorium, aula, dan sebagainya) oleh sekelompok orang. Halalbihalal juga diartikan sebagai bentuk silaturahmi.

    Ada dua versi terkait sejarah halalbihalal, dikutip dari laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

    Sejarah Halal Bihalal Versi I

    Istilah Halalbihalal berasal dari kata ‘alal behalal’ dan ‘halal behalal’, yang tercatat dalam kamus Jawa-Belanda karya Dr. Th. Pigeaud pada tahun 1938.

    Dalam kamus tersebut, ‘alal behalal’ diartikan sebagai salam (datang atau pergi) untuk memohon maaf atas kesalahan terhadap orang yang lebih tua atau orang lain setelah berpuasa (seperti pada Lebaran atau Tahun Baru Jawa).

    Sementara itu, ‘halal behalal’ diartikan sebagai salam (datang atau pergi) untuk saling memaafkan pada saat Lebaran.

    Asal usul istilah Halal Bihalal ini bermula pada sekitar tahun 1935-1936 di Taman Sriwedari, Solo, yang melibatkan pedagang martabak asal India.

    Pada masa itu, martabak masih merupakan makanan baru bagi masyarakat Indonesia.

    Pedagang martabak tersebut, dengan bantuan pembantu pribuminya, mempromosikan dagangannya dengan kata-kata “martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal.”

    Sejak saat itu, istilah “halal bihalal” mulai dikenal di masyarakat Solo.

    Kemudian, masyarakat mulai menggunakan istilah ini untuk menggambarkan aktivitas seperti berkunjung ke Sriwedari pada hari Lebaran atau saling bersilaturahmi saat Lebaran.

    Aktivitas Halal Bihalal ini akhirnya berkembang menjadi tradisi silaturahmi dan saling memaafkan di hari Lebaran.

    Sejarah Halal Bihalal Versi II

    Versi kedua dari asal usul Halal Bihalal berasal dari KH Abdul Wahab Hasbullah pada tahun 1948.

    KH Wahab, seorang ulama dan pendiri Nahdlatul Ulama, memperkenalkan istilah Halal Bihalal kepada Bung Karno sebagai cara untuk mempererat silaturahmi antar pemimpin politik yang pada saat itu masih menghadapi konflik.

    Atas saran KH Wahab, pada Hari Raya Idul Fitri tahun 1948, Bung Karno mengundang seluruh tokoh politik untuk hadir di Istana Negara guna mengikuti acara silaturahmi yang diberi nama ‘Halal Bihalal.’

    Pada kesempatan itu, para tokoh politik duduk bersama dan mulai menyusun kekuatan untuk membangun persatuan bangsa.

    Sejak peristiwa itu, berbagai instansi pemerintahan di era Bung Karno mulai menyelenggarakan acara Halal Bihalal.

    Halal Bihalal kemudian menyebar dan diikuti oleh masyarakat Indonesia secara luas, khususnya umat Muslim di Jawa yang dipengaruhi oleh para ulama.

    Hingga kini, Halal Bihalal menjadi tradisi yang terus dijaga di Indonesia.

    (Tribunnews.com/Widya)

  • Benarkah Semua Dosa Diampuni Saat Idulfitri?

    Benarkah Semua Dosa Diampuni Saat Idulfitri?

    Jakarta, Beritasatu.com – Idulfitri adalah momen penuh kebahagiaan bagi umat Islam di seluruh dunia. Setelah menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan, hari raya ini menjadi simbol kemenangan atas hawa nafsu serta kesempatan untuk kembali kepada fitrah.

    Namun, muncul pertanyaan penting, apakah benar pada saat Idulfitri semua dosa manusia dapat diampuni?

    Idulfitri memiliki makna mendalam dalam ajaran Islam. Kata “fitri” berasal dari “fitrah”, yang berarti sifat dasar manusia yang suci. Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 58:

    قُلْ بِفَضْلِ اللّٰهِ وَبِرَحْمَتِهٖ فَبِذٰلِكَ فَلْيَفْرَحُوْاۗ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُوْنَ

    Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya itu, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan,’.”.

    Ayat ini menegaskan Idulfitri adalah waktu untuk bersyukur atas rahmat Allah Swt setelah menjalankan ibadah puasa.

    Benarkah Saat Idulfitri Semua Dosa Diampuni?

    Dalam tradisi Islam, Idulfitri sering dikaitkan dengan kesucian dan pengampunan dosa. Rasulullah Saw. bersabda:

    “Barang siapa yang berpuasa Ramadan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (HR Bukhari dan Muslim)

    Pengampunan dosa saat Idulfitri tidak terjadi secara otomatis, tetapi melalui usaha. Puasa Ramadan menjadi syarat utama, sebagaimana sabda Rasulullah SAW siapa yang berpuasa dengan iman dan mengharap pahala akan diampuni dosa-dosanya.

    Selain itu, zakat fitrah berperan dalam menyempurnakan ibadah Ramadan dengan membersihkan jiwa serta menghapus kesalahan kecil yang terjadi selama berpuasa.
    Pengampunan dosa juga terkait dengan hubungan antarsesama.

    Dosa kepada manusia hanya dapat dihapus jika ada permintaan dan pemberian maaf yang tulus. Namun, menurut Habib Umar bin Hafidz, terdapat empat golongan yang tidak akan diampuni dosanya oleh Allah Swt selama Ramadan dan Idulfitri, kecuali jika mereka bertaubat dengan sungguh-sungguh.

    1. Durhaka kepada orang tua

    Mereka yang tidak menghormati atau menyakiti hati orang tua, tidak memenuhi hak-hak mereka, atau bersikap kasar terhadap mereka.

    2. Pemutus silaturahmi

    Orang yang memutus hubungan kekerabatan atau enggan menjalin hubungan baik dengan keluarga dan kerabatnya.

    3. Peminum minuman keras dan zat memabukkan lainnya

    Individu yang mengonsumsi alkohol atau zat lain yang menyebabkan hilangnya kesadaran dan akal sehat.

    4. Menyimpan dendam terhadap sesama muslim

    Mereka yang memelihara rasa benci atau dendam terhadap sesama muslim tanpa berusaha untuk memaafkan atau berdamai.

    Penting untuk dicatat, meskipun dosa-dosa yang disebutkan di atas tidak diampuni secara otomatis, Allah Swt selalu membuka pintu taubat bagi hamba-Nya yang benar-benar menyesal dan bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.

    Dengan bertaubat sebelum Idulfitri, seseorang dapat berharap mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah Swt. Sehingga, Idulfitri menjadi momen yang benar-benar bermakna, bukan hanya sebagai perayaan, tetapi juga kesempatan untuk kembali kepada kesucian dan ketakwaan yang sejati.