Video
Video: Bos BI: Alhamdulillah Masyaallah, RI Juara 3 Ekonomi Syariah
News
9 detik yang lalu

Video
Video: Bos BI: Alhamdulillah Masyaallah, RI Juara 3 Ekonomi Syariah
News
9 detik yang lalu

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia melaporkan bahwa cadangan devisa telah menurun dalam tiga bulan beruntun.
Bank Indonesia mencatat cadangan devisa sebesar US$148,7 miliar pada akhir September 2025. Angka itu menandakan terjadinya tren penurunan cadangan devisa dari US$152,6 pada Juni 2025, US$152 miliar pada Juli 2025, dan US$150,7 miliar pada Agustus 2025.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengaku tidak khawatir dengan perkembangan cadangan devisa tersebut. Menurutnya, penurunan tersebut terjadi karena otoritas sedang melakukan stabilisasi pasar.
Lagi pula, sambungnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belakangan terus naik beberapa waktu belakangan. Purbaya pun meyakini pasar mulai semakin percaya diri dengan perusahaan-perusahaan dan perkembangan ekonomi Indonesia ke depan.
“Itu asing pelan-pelan akan masuk lagi. Jadi dia [cadangan devisa] untuk menambah sentimen positif ke ekonomi, harus seperti itu emang, cadev [cadangan devisa] emang digunakan untuk itu,” kata Purbaya di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Selasa (7/10/2025).
Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede menilai penurunan cadangan devisa terjadi akibat dua faktor utama yang berlangsung bersamaan, yakni pembayaran utang luar negeri pemerintah yang jatuh tempo dan intervensi BI di pasar valuta asing.
Di luar dua faktor utama itu, sambungnya, ada tiga penekan tambahan yang membuat tren penurunan bertahan. Pertama, penguatan dolar yang menggerus nilai cadangan berdenominasi mata uang non dolar secara perhitungan.
Kedua, normalisasi penerimaan devisa ekspor setelah lonjakan pada paruh pertama tahun ini. Ketiga, arus modal portofolio yang mudah berubah mengikuti dinamika kebijakan dagang dan politik di negara maju.
Meski mengalami penurunan, posisi cadangan devisa saat ini dinilai masih aman. Menurut Josua, level US$148,7 miliar setara dengan pembiayaan enam bulan impor, jauh di atas ambang batas kecukupan internasional tiga bulan.
“Sehingga daya tahan eksternal tetap terjaga,” ujar Josua kepada Bisnis, dikutip Rabu (8/10/2025).
Untuk prospek ke depan, Josua menilai arah cadangan devisa akan sangat bergantung pada keseimbangan antara kebutuhan stabilisasi rupiah dan masuknya arus devisa baru. Dia memperkirakan, dengan peluang pelonggaran suku bunga global dan fundamental domestik yang relatif solid, tekanan terhadap cadangan akan mulai berkurang.
Dia memproyeksikan cadangan devisa berpeluang stabil lalu naik tipis di kisaran US$150–156 miliar pada akhir tahun. Hanya saja, dia mengingatkan bahwa risiko eksternal seperti penguatan kembali dolar, ketidakpastian geopolitik, atau kenaikan impor dan pembayaran eksternal masih bisa menahan pemulihan cadangan.
Sebaliknya, perbaikan harga komoditas ekspor dan penguatan arus modal portofolio ke surat berharga negara (SBN) maupun saham akan menjadi faktor penopang tambahan.
“Ke depan, peluang stabil hingga meningkat kembali lebih besar dibanding penurunan berlanjut, selama ketidakpastian eksternal mereda dan aliran devisa membaik,” kata Josua.
Dia menyimpulkan, faktor-faktor yang perlu dipantau ke depan meliputi kekuatan dolar, perkembangan harga komoditas, arus portofolio ke SBN dan saham, serta jadwal pembayaran eksternal pemerintah dan BUMN.
Laporan Bank Indonesia
Sebelumnya, Bank Indonesia melaporkan posisi cadangan devisa Indonesia mencapai US$148,7 miliar atau sekitar Rp2.461 triliun per akhir September 2025.
Posisi cadangan devisa ini lebih rendah US$2 miliar atau Rp33 triliun dari posisi pada akhir Agustus 2025 yang mencapai US$150,7 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Deny Prakoso mengatakan penurunan ini dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah Bank Indonesia dalam menghadapi ketidakpastian pasar keuangan global yang tetap tinggi.
Posisi cadangan devisa akhir September 2025 tersebut setara dengan pembiayaan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
”Bank Indonesia menilai cadangan devisa ini tetap kuat mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” ungkap Ramdan dalam keterangan resminya, Selasa (7/10/2025).
Dia menambahkan, BI meyakini ketahanan sektor eksternal tetap kuat sejalan dengan prospek ekspor yang tetap terjaga serta neraca transaksi modal dan finansial yang diperkirakan tetap mencatatkan surplus.
Hal ini sejalan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik dan imbal hasil investasi yang tetap menarik.
”Bank Indonesia terus meningkatkan sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal guna menjaga stabilitas perekonomian untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkasnya.

Jakarta –
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) merespons laju inflasi yang mencapai 5,32% (yoy) pada September 2025. Gubernur Sumut, Muhammad Bobby Afif Nasution menegaskan pengendalian inflasi menjadi prioritas utama demi menjaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat.
“Inflasi ini bukan sekadar angka, tapi mencerminkan tekanan yang dirasakan masyarakat di lapangan. Karena itu, kita ambil langkah cepat dan terukur agar harga-harga, terutama bahan pangan, bisa segera stabil,” ujar Bobby dalam keterangan tertulis, Selasa (7/10/2025).
Hal tersebut ia sampaikan usai mengikuti Rakor Pengendalian Inflasi bersama Kemendagri, dari Rumah Dinas Gubernur Sumut, Jalan Sudirman No. 41 Medan, Senin (6/10).
Tekanan inflasi di Sumut terutama disebabkan oleh kenaikan harga komoditas pangan seperti cabai merah, bawang merah, beras, dan daging ayam ras. Untuk menekan gejolak harga, Pemprov Sumut bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menyiapkan 11 langkah cepat dalam tiga bulan ke depan untuk menurunkan harga komoditas utama penyumbang inflasi.
Langkah tersebut meliputi pembagian gratis komoditas penyumbang inflasi, bundling beras SPHP harga murah dengan cabai merah, percepatan program bantuan pangan, pasar murah, intervensi tata niaga, sidak pasar, monitoring distribusi pangan, memperkuat kerja sama antar daerah, penugasan BUMD dalam pengelolaan cabai dan bawang merah, antisipasi pasokan pangan untuk program MBG, serta penetapan toko pantau inflasi.
Bobby menegaskan seluruh langkah ini akan dijalankan berdasarkan prinsip 4T (tepat lokasi, tepat komoditi, tepat sasaran, dan tepat waktu) agar dampaknya benar-benar dirasakan masyarakat.
Ia juga menilai bahwa pengendalian inflasi tidak cukup hanya dengan operasi pasar, melainkan memerlukan sinergi lintas sektor, termasuk peran aktif BUMD pangan daerah dalam menjaga ketersediaan stok komoditas strategis. Untuk itu, Bobby menugaskan PD Aneka Industri dan Jasa (AIJ), PT Dhirga Surya, dan PT Pembangunan Sumatera Utara (PPSU) untuk terlibat langsung dalam pengelolaan serta penyaluran pasokan cabai, bawang, dan beras.
Sementara itu, Kepala Biro Perekonomian Setdaprov Sumut, Poppy Marulita Hutagalung, menambahkan bahwa selain langkah cepat, pemerintah juga tengah memperkuat kapasitas produksi pangan lokal dan memperbaiki rantai pasok dari hulu ke hilir.
“Dengan cara ini, kita ingin Sumut tidak lagi terlalu bergantung pada pasokan dari luar provinsi. Kalau produksi dan distribusi di dalam daerah kuat, maka harga akan lebih terkendali,” tambahnya.
Selain itu, koordinasi antara TPID Provinsi, Bank Indonesia, BPS, Bulog, dan Satgas Pangan juga diperkuat. Setiap perkembangan akan dikomunikasikan secara terbuka melalui siaran pers dan konferensi pers berkala agar masyarakat mendapat informasi yang jelas dan akurat mengenai kondisi harga serta langkah pengendalian yang ditempuh pemerintah.
(prf/ega)

Bisnis.com, JAKARTA – Dewasa ini pengangguran dan upaya menciptakan lapangan kerja baru menjadi tantangan utama yang harus dihadapi Indonesia.
Berdasarkan survei Bank Indonesia yang dirilis pertengahan bulan September 2025 lalu, Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLP) Agustus 2025 tercatat 93,2 masih berada pada level kurang dari 100 atau berada di zona pesimistis.
Berbeda dengan lulusan pascasarjana dan sarjana yang cenderung optimis, untuk pencari kerja berpendidikan SMA umumnya pesimistis menyikapi kondisi ekonomi nasional yang sedang tidak baik-baik saja. Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2025 bertambah 83.450 orang jika dibandingkan data Februari 2024.
Berbagai kasus PHK dan angka pengangguran yang terus meningkat ini, bukan saja berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi dan menjadi beban sosial, tetapi juga sumber kecemasan bagi para pencari kerja. Untuk mencegah agar angka pengangguran tidak terus bertambah, Pemerintah Indonesia telah mengumumkan 17 paket stimulus ekonomi untuk tahun 2025—2026.
Paket stimulus yang digulirkan intinya mencakup program akselerasi, keberlanjutan, dan penciptaan lapangan kerja. Penciptaan lapangan kerja menjadi prioritas tersendiri, sebab disadari bahwa barisan pencari kerja yang terus bertambah niscaya akan menjadi bom waktu yang berbahaya. Pengalaman unjuk rasa yang terjadi di Nepal menjadi pelajaran yang berharga tentang bagaimana kita seharusnya bersikap menghadapi peningkatan jumlah pengangguran di berbagai daerah.
Dari total 17 paket stimulus ekonomi yang dikucurkan, pemerintah membagi ke dalam tiga kategori utama, yaitu: 8 program akselerasi untuk tahun 2025, termasuk magang lulusan baru, bantuan pangan, dan program padat karya tunai. Selanjutnya ada 4 program lanjutan hingga 2026, seperti perpanjangan insentif pajak UMKM dan diskon iuran BPJS.
Selanjutnya ada 5 program prioritas untuk mendorong pengembangan penyerapan tenaga kerja, yang menjadi andalan pemerintah dalam membuka jutaan lapangan kerja baru. Melalui program unggulan yang ditargetkan menyerap lebih dari 3,5 juta tenaga kerja, pemerintah telah merancang ke sejumlah program unggulan, meliputi: pengembangan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang ditargetkan mampu menyerap 1,38 juta pekerja.
Program Kampung Nelayan Merah Putih yang diharapkan dapat menciptakan 200.000 lapangan kerja di 100 desa pesisir. Program revitalisasi tambak pantura seluas 20.000 hektare yang diprediksi akan mampu menyerap 168.000 tenaga kerja.
Sementara itu, untuk program modernisasi 1.000 kapal nelayan diharapkan akan dapat membuka 200.000 peluang kerja baru. Dan, yang terakhir program pengembangan perkebunan rakyat atau replanting 870.000 hektare yang diproyeksikan akan dapat menciptakan 1,6 juta lapangan kerja dalam dua tahun ke depan.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, dalam kete-rangannya kepada media massa menyatakan bahwa pengguliran paket stimulus ekonomi ini dirancang untuk menjaga stabilitas fiskal, sekaligus memberi sinyal kuat kepada pasar bahwa pemerintah serius dalam memperluas kesempatan kerja dan mempertahankan momentum pertumbuhan.
Meski didukung alokasi dana yang besar, bukan tidak mungkin program ini akan kurang maksimal karena krisis kepercayaan publik dan pasar. Untuk itu, membangun dan merebut kembali kepercayaan publik dan pasar menjadi penting.
Program paket stimulus ekonomi ini, menurut pemerintah juga menyasar pekerja informal seperti ojek online, kurir, dan sopir dengan insentif berupa diskon iuran BPJS Ketenagakerjaan hingga 50%.
Diskon iuran BPJS ini mencakup lebih dari 700.000 pekerja pada tahap awal. Dengan peluncuran 17 paket stimulus ekonomi, pemerintah menegaskan bahwa pemulihan ekonomi bukan hanya soal perbaikan angka makro ekonomi, tetapi juga soal membuka akses kerja nyata bagi jutaan warga yang membutuhkan.
Indonesia, saat ini sedang dalam kondisi darurat pengangguran. PHK yang terjadi di berbagai industri di Tanah Air dan perkembangan aktivitas bisnis yang cenderung seret, menyebabkan peluang pencari kerja untuk mendapatkan pekerjaan menjadi makin kecil. Tanpa ada intervensi program dari pemerintah, bukan tidak mungkin daftar pencari kerja di Tanah Air akan makin panjang.
PEMBERDAYAAN
Dengan dukungan dana sebesar Rp16,23 triliun, harus diakui ini menjadi bukti komitmen pemerintah untuk mengatasi persoalan krisis ekonomi yang dihadapi masyarakat.
Suntikan dana Rp200 triliun ke bank negara dan pengguliran program paket bantuan ke masyarakat berpotensi menjadi jalan cerah bagi pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja serta penguatan UMKM. Kendati demikian, yang masih menjadi persoalan adalah seberapa jauh pengguliran program paket stimulus ekonomi ini mampu berdampak signifikan bagi upaya perbaikan taraf kesejahteraan masyarakat, khusus dalam mengatasi persoalan pengangguran yang belakangan ini makin meresahkan?
Pertanyaan ini penting dikaji secara mendalam, sebab diakui atau tidak, banyak pihak sebetulnya masih meragukan manfaat program paket stimulus ekonomi bagi upaya penciptaan lapangan kerja. Hingga saat ini, peran koperasi merah putih harus diakui masih belum seperti yang diharapkan.
Demikian pula untuk program modernisasi perikanan, tentu sulit diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru karena modernisasi dan mekanisasi perikanan justru akan meminggirkan posisi buruh nelayan yang tidak memiliki apa-apa kecuali tenaga manualnya.
Satu hal yang seharusnya dihindari dalam program penciptaan lapangan kerja adalah cara-cara instan yang hasilnya tidak jangka panjang. Keberlanjutan program sering terbukti terputus ketika program diperlakukan seperti proyek yang sifatnya sesaat.
Berbeda dengan program berkelanjutan yang umumnya dibangun dari basis kultur dan modal sosial masyarakat yang kontekstual, program yang sifatnya top down umumnya dampaknya temporer dan segmenter.
Pengalaman telah banyak membuktikan bahwa pelaksanaan program padat karya dan pemberian bantuan modal usaha, dampaknya hanya jangka pendek. Pada saat tahun anggaran berjalan, pelaksanaan program biasanya terkesan lancar dan efektif. Namun, lain soal ketika program tidak lagi didukung dana dan pendampingan dari pemerintah.
Masyarakat yang menjadi kelompok sasaran program sering tidak memiliki sense of belonging, dan partisipasi mereka otomatis berhenti tatkala tidak lagi didukung anggaran yang cukup.
Di berbagai daerah, selama ini program populis yang dikembangkan pemerintah umumnya tidak berorientasi pada upaya empowermentyang berkelanjutan. Program yang dilaksanakan umumnya lebih banyak menawarkan kesempatan kerja instan yang top down, dan tidak mempersiapkan sumber daya manusia yang ada untuk benar-benar berdaya dan melanjutkan program meski tidak ada lagi dukungan dana dari atas.
Bahkan, yang lebih memprihatinkan, alih-alih membangun keberdayaan, program yang dikembangkan pemerintah sering justru mematikan potensi self-help masyarakat untuk berdaya menolong dirinya sendiri. Program yang digulirkan justru tanpa sadar malah menimbulkan ketergantungan yang menyebabkan keberlanjutan program menjadi terputus.
/data/photo/2025/09/10/68c12bf986310.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Inflasi Medan Melonjak, Wali Kota Rico Waas Ungkap Akar Masalahnya
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com
– Wali Kota Medan, Rico Tri Putra Bayu Waas, menanggapi sorotan Kementerian Dalam Negeri yang menyebut Medan sebagai salah satu kota dengan tingkat inflasi tertinggi di Indonesia.
Rico mengatakan, tim pengendali inflasi daerah (TPID) bersama Pemerintah Kota Medan, Bank Indonesia, Bulog, dan sejumlah pemangku kepentingan tengah mewaspadai lonjakan harga pada komoditas tertentu yang berdampak langsung pada masyarakat.
“Baru-baru ini yang kita lihat itu adalah naiknya harga cabai. Ini sudah diprediksi BPS (Badan Pusat Statistik) akan terjadi,” kata Rico kepada
Kompas.com
melalui sambungan telepon, Senin (6/10/2025) malam.
Menurut Rico, kenaikan harga cabai terjadi akibat masa panen di sentra produksi terganggu oleh kemarau panjang sehingga hasil panen berkurang. Kondisi itu membuat pasokan menurun dan harga melonjak di pasar.
Untuk mengantisipasi kondisi tersebut, Pemkot Medan berupaya memperkuat pasokan dengan menjalin kerja sama pengiriman cabai dari Pulau Jawa. Namun, jarak yang jauh membuat kualitas cabai menurun dan kurang diminati warga.
“Nah, kami sedang mencari cara lagi bagaimana supaya transportasi itu bisa dipercepat walaupun harga sedikit lebih naik,” ujarnya.
Selain itu, Rico mengatakan pihaknya mendorong Bank Indonesia untuk mengakomodasi petani binaan agar hasil panennya bisa langsung diserap pemerintah daerah sebagai upaya menjaga stabilitas harga.
Dalam pengendalian inflasi, Pemkot Medan juga menaruh perhatian pada harga beras. Rico memastikan bahan pokok tersebut tetap tersedia dan terjangkau bagi masyarakat.
“Kemarin warga sempat membeli premium dan akhirnya menjadi polemik karena harganya cukup tinggi, menurut masyarakat. Presiden sebelumnya juga sudah perintahkan untuk menyelenggarakan GPH (gerakan pangan murah),” kata Rico.
Sebelumnya, Kemendagri menegur sejumlah kepala daerah karena dianggap pasif menghadapi lonjakan inflasi di wilayahnya. Sekretaris Jenderal Kemendagri, Tomsi Tohir, menyebut beberapa daerah hanya “berharap anugerah Tuhan Yang Maha Esa saja” tanpa langkah konkret menekan kenaikan harga.
Dalam rapat pengendalian inflasi daerah, Tomsi menampilkan data provinsi dengan inflasi tertinggi, di antaranya Sumatera Utara (5,32 persen), Riau (5,08 persen), dan Aceh (4,45 persen). Kenaikan inflasi disebut berdampak langsung terhadap daya beli masyarakat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Jakarta (ANTARA) – PT Hartadinata Abadi Tbk, melalui HRTA Gold Insights, memperkirakan harga emas berpotensi kembali terdorong ke level yang lebih tinggi apabila Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk melanjutkan penurunan suku bunga.
Direktur Investor Relations HRTA Thendra Crisnanda, melalui keterangannya di Jakarta, Senin, menilai bahwa tren pasar emas akan terus memberi peluang bagi investor dan konsumen.
“Kebijakan moneter global, pelemahan mata uang, dan tingginya pembelian emas oleh bank sentral menjadi katalis utama. Di sisi domestik, pelemahan rupiah semakin memperkuat peran emas sebagai aset lindung nilai, sehingga kami melihat momentum pertumbuhan yang kuat hingga akhir tahun,” kata Thendra.
HRTA melihat pasar akan menantikan sejumlah agenda penting. Pertemuan The Fed pada akhir Oktober atau awal November 2025 berpotensi membuka ruang penurunan suku bunga lebih lanjut apabila data ekonomi Amerika Serikat (AS) masih menunjukkan perlambatan.
Sementara itu, BI juga akan menggelar rapat pertengahan Oktober 2025 dengan opsi menjaga stabilitas rupiah sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebagai informasi, harga emas dunia hingga September 2025 kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah dengan menembus lebih dari 3.800 dolar AS per troy ounce. Rata-rata harga emas pada September 2025 berada di level 3.663 dolar AS per troy ounce atau setara Rp1.945.864 per gram.
Dibandingkan tahun lalu, harga emas dalam dolar AS meningkat 39,31 persen year on year (yoy), sementara dalam rupiah melonjak lebih tinggi hingga 51,69 persen yoy akibat pelemahan kurs.
Secara bulanan, harga emas lokal pada September telah meningkat sebesar 10,42 persen month to month (mom).
Kenaikan tajam harga emas ini, catat HRTA, dipicu oleh sejumlah faktor global. Kebijakan The Fed yang lebih dovish dengan penurunan suku bunga 25 bps, pelemahan dolar AS di sebagian besar negara, serta tensi geopolitik dan perang dagang yang berkelanjutan mendorong investor global memilih emas sebagai aset lindung nilai.
Di sisi lain, bank sentral dunia pun terus meningkatkan cadangan emas dengan pembelian lebih dari 1.000 ton per tahun sejak 2022.
Dari dalam negeri, BI turut memangkas suku bunga 25 bps menjadi 4,75 persen pada September 2025 yang semakin memperkuat daya tarik emas.
Namun, langkah ini juga menekan rupiah yang sempat melemah hingga Rp16.970 per dolar AS dan rata-rata bergerak di level Rp16.500-16.600 per dolar AS sepanjang bulan. Kondisi tersebut membuat permintaan emas domestik meningkat signifikan.
Data World Gold Council mencatat, permintaan emas di Indonesia pada paruh pertama 2025 tumbuh 20,87 persen yoy menjadi 21,2 ton, didominasi permintaan emas batangan.
Sementara, HRTA mencatat penjualan 8,1 ton emas batangan pada periode yang sama, melonjak 76,86 persen dari tahun sebelumnya.
“Momentum harga emas dunia menjadi pengingat bahwa emas adalah aset yang paling tahan terhadap gejolak global,” kata Direktur Utama HRTA Sandra Sunanto.
Sandra menambahkan hal ini memperkuat visi bahwa emas tidak hanya berfungsi sebagai instrumen lindung nilai, tetapi juga bagian dari perencanaan keuangan jangka panjang keluarga Indonesia.
Adapun per 6 Oktober 2025 pukul 08.41 WIB, harga HRTA Gold tercatat sebesar Rp2.217.000 per gram.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin bergerak menguat di tengah pelaku pasar bersikap wait and see terhadap data ekonomi domestik, termasuk cadangan devisa (cadev) dan likuiditas sistem keuangan.
IHSG dibuka menguat 37,06 poin atau 0,46 persen ke posisi 8.155.36. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,48 poin atau 0,44 persen ke posisi 788,67.
“Pekan kedua Oktober 2025 akan menjadi periode sibuk bagi pasar keuangan Indonesia, dengan sejumlah rilis data penting dari Bank Indonesia (BI), risalah rapat The Fed, serta perkembangan government shutdown Amerika Serikat (AS) yang masih berlangsung,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.
Dari dalam negeri, BI akan merilis cadangan devisa September 2025 pada Selasa (7/10), yang pada Agustus 2025 tercatat 150,7 miliar dolar AS, atau menurun akibat pembayaran utang luar negeri dan intervensi stabilisasi rupiah.
Selain itu, pada hari sama, BI akan merilis data Uang Primer (M0) untuk memantau likuiditas sistem keuangan.
Kemudian, BI akan merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2025 pada Rabu (8/10), yang mana pada Agustus 2025 berada di level 117,2, atau turun dari 118,1, namun masih menunjukkan optimisme.
Selanjutnya, BI akan merilis data penjualan ritel Agustus 2025 pada Kamis (9/10), setelah pada Juli 2025 tumbuh 4,7 persen (yoy), yang menandakan pulihnya permintaan domestik. BI memperkirakan konsumsi akan kembali meningkat di akhir kuartal III.
Dari mancanegara, pemerintah AS masih mengalami shutdown (penutupan) sejak 1 Oktober 2025, akibat kebuntuan anggaran antara Presiden AS Donald Trump dan Partai Demokrat.
Lebih dari 750.000 pegawai federal dirumahkan, dan terjadi “data blackout” ekonomi karena tertundanya publikasi data penting seperti data ketenagakerjaan (NFP) dan inflasi, yang membuat The Fed kekurangan acuan untuk keputusan suku bunga.
Pada Kamis (9/10), risalah rapat FOMC dan sejumlah pidato pejabat The Fed termasuk Jerome Powell akan menjadi perhatian utama pasar. Nada dovish bisa mendorong aset berisiko, sementara nada hawkish berpotensi menekan rupiah.
Pada perdagangan Jumat (3/10) pekan kemarin, bursa saham Eropa ditutup mayoritas menguat, diantaranya Euro Stoxx 50 menguat 0,10 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,67 persen, indeks DAX Jerman melemah 0,18 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 0,31 persen.
Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup mayoritas menguat pada Jumat (3/10), diantaranya indeks S&P 500 menguat 0,01 persen ke 6.715,79, indeks Nasdaq melemah 0,28 persen ke 22.780,51, dan Dow Jones menguat 0,51 persen ke 46.758,28.
Sementara itu, bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 2.094,00 poin atau 4,51 persen ke 47.833,00, indeks Shanghai menguat 20,25 poin atau 0,52 persen ke 3.882,78, indeks Hang Seng melemah 155,94 poin atau 0,64 persen ke 27.013,55, dan indeks Strait Times menguat 4,41 poin atau 0,08 persen ke 4.415,35.
Pewarta: Muhammad Heriyanto
Editor: Evi Ratnawati
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.