Kementrian Lembaga: BI

  • Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Dolar AS Sudah Tembus Rp 16.300, Ini Kata BI!

    Jakarta

    Rupiah berada dalam tren pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mata uang Paman Sam tersebut bahkan sudah menembus level Rp 16.300.

    Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan melemahnya rupiah dipengaruhi oleh indeks mata uang dolar AS yang naik tinggi sehingga membuat pelemahan berbagai mata uang dunia. Hal itu dipengaruhi oleh situasi yang terjadi di AS.

    “Indeks mata uang dolar AS naik tinggi makin menambah tekanan pelemahan berbagai mata uang dunia. Berbagai perkembangan global ini memerlukan penguatan respons kebijakan dalam memitigasi dampak rambatan global tersebut untuk tetap menjaga stabilitas dan di sisi lain mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

    Perry menyebut perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari perkiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas. Hal itu menahan proses disinflasi di AS dan berdampak pada menguatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) yang lebih terbatas.

    Kebijakan fiskal AS yang lebih ekspansif mendorong yield US Treasury tetap tinggi, baik pada tenor jangka pendek maupun jangka panjang. Bersamaan dengan ketegangan geopolitik yang meningkat, perkembangan itu disebut menyebabkan makin besarnya preferensi investor global untuk memindahkan portofolionya ke AS.

    Meski begitu, Perry menyebut nilai tukar rupiah masih terkendali. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sampai 14 Januari 2025 disebut hanya melemah 1% dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2024.

    Perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga disebut relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya seperti rupee India, peso Filipina dan baht Thailand yang masing-masing melemah 1,20%; 1,33%; dan 1,92%.

    “Nilai tukar rupiah tercatat menguat terhadap mata uang kelompok negara maju di luar dolar AS dan stabil terhadap mata uang kelompok negara berkembang. Perkembangan tersebut sejalan dengan kebijakan stabilisasi BI, serta didukung oleh aliran masuk modal asing yang masih berlanjut, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang menarik, serta prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik,” bebernya.

    Berdasarkan data RTI, per pukul 14.55 WIB dolar AS sudah berada di level Rp 16.319. Posisi itu menguat 59 poin atau 0,36%.

    Lihat juga video: Horor Jika Dolar Tak Terkendali

    (kil/kil)

  • Tok! BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

    Tok! BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5,75 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%.

    Selain itu, suku bunga deposit facility juga diturunkan sebesar 25 basis poin menjadi 5%, dan suku bunga lending facility turun 25 basis poin menjadi 6,5%.

    Keputusan ini diambil dalam rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 14-15 Januari 2024.

    Sebelumnya, BI telah mempertahankan suku bunga acuan di level 6% selama empat bulan. Penurunan terakhir terjadi pada September 2024, dari 6,25% ke 6%.

    “Keputusan ini konsisten dengan rendahnya perkiraan inflasi untuk 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya nilai tukar rupiah sesuai fundamental dalam pengendalian inflasi, dan perlunya upaya mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil RDG Januari 2025 di gedung Thamrin, BI, Rabu (15/1/2025).

    BI terus menjalankan kebijakan makroprudensial yang longgar untuk mendorong kredit dan pembiayaan perbankan, khususnya kepada sektor-sektor prioritas, seperti UMKM dan ekonomi hijau.

    Penguatan strategi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial ini mulai diterapkan sejak Januari 2025, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

    Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor perdagangan dan UMKM. Hal ini dilakukan dengan memperkuat infrastruktur sistem pembayaran, memperluas akseptasi digitalisasi, dan menjaga keandalan struktur industri sistem pembayaran.

    “Arah bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran ditujukan untuk menjaga stabilitas sekaligus memperkuat pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” tambah Perry.

    Sebelumnya, ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang memperkirakan, BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada Januari 2025. Menurutnya, kebijakan ini sejalan dengan kondisi perekonomian global dan kebijakan suku bunga bank sentral AS.

    “Perkiraannya tetap di 6% karena adanya antisipasi perkembangan ekonomi global. Hal ini sejalan dengan indeks DXY yang terus menguat hingga level 109,” ujar Hosianna.

    Namun, Hosianna juga menilai bahwa ruang untuk menurunkan suku bunga BI semakin terbatas pada 2025. Hal ini dikarenakan BI harus mempertimbangkan dampak kebijakan tarif dari Donald Trump, yang dikhawatirkan dapat memperkuat dolar AS dan melemahkan mata uang negara berkembang.

    “Jika rupiah tidak mengalami pelemahan yang signifikan, kemungkinan pada semester II 2025, BI dapat kembali menurunkan suku bunga,” jelasnya dalam merespon suku bunga acuan BI atau BI rate.

  • Ekspor Lesu-Konsumsi Rumah Tangga Melemah, BI Pangkas Proyeksi Ekonomi 2025

    Ekspor Lesu-Konsumsi Rumah Tangga Melemah, BI Pangkas Proyeksi Ekonomi 2025

    Jakarta

    Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan di 2024 dan 2025. Hal itu melihat kondisi masih melambatnya sejumlah indikator seperti ekspor, investasi swasta, hingga konsumsi rumah tangga.

    Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan pertumbuhan ekonomi pada 2024 diperkirakan akan lebih rendah atau berada di bawah titik tengah yang sebelumnya diperkirakan pada kisaran 4,7-5,5%.

    “Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih relatif baik dengan kecenderungan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV sedikit di bawah perkiraan dipengaruhi oleh lebih rendahnya permintaan domestik baik konsumsi maupun investasi. Secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 diperkirakan sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5%,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (15/1/2025).

    Perry juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2025 menjadi di kisaran 4,7-5,5%. Sebelumnya pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan berada di kisaran 4,8-5,6%.

    “Ekspor diperkirakan lebih rendah sehubungan dengan melambatnya permintaan negara-negara mitra dagang utama kecuali dari AS. Konsumsi rumah tangga juga masih lemah khususnya golongan menengah ke bawah sehubungan dengan belum kuatnya ekspektasi penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja. Pada saat yang sama, dorongan investasi swasta juga belum kuat karena masih lebih besarnya kapasitas produksi dalam memenuhi permintaan baik domestik maupun ekspor,” beber Perry.

    “BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada pada kisaran 4,7-5,5%, sedikit lebih rendah dari kisaran perkiraan sebelumnya 4,8-5,6%,” tambahnya.

    Dalam kaitan ini, Perry menegaskan pihaknya akan terus mengoptimalkan bauran kebijakan BI untuk tetap menjaga stabilitas dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    “Upaya tersebut dilakukan melalui optimalisasi stimulus kebijakan makroprudensial dan akselerasi digitalisasi transaksi pembayaran yang ditempuh BI dengan sinergitas yang erat, kebijakan stimulus fiskal pemerintah,” ujar dia.

    (kil/kil)

  • BI Pangkas Bunga Acuan Jadi 5,75% di Januari 2025 – Page 3

    BI Pangkas Bunga Acuan Jadi 5,75% di Januari 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,75%, setelah melaksanakan pertemuan pada 14-15 Januari 2025. BI memangkas BI-Rate sebesar 25 basis poin.

    “Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%, suku bunga Deposit Facility turun 25 basis poin menjadi 5%, dan suku bunga Lending Facility juga turun 25 basis poin menjadi 6,50%” ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur BI Januari 2025, Rabu (15/1/2025).

    Perry menuturkan, keputusan ini konsisten dengan tetap rendahnya prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,50+-1%, dan terjaganya nilai Rupiah yang sesuai dengan fundamental untuk pengendalian inflasi dalam sasarannya serta upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

    “Ke depan, Bank Indonesia akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasarannya dan nilai tukar yang sesuai fundamental, dengan tetap mencermati ruang untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional,” jelas Perry.

    Sementara itu, Perry melanjutkan, kebijakan makroprudensial dan sistem pembayaran terus diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    “Kebijakan makroprudensial longgar terus ditempuh untuk meningkatkan kredit/pembiayaan perbankan kepada sektor-sektor prioritas pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja, termasuk UMKM dan ekonomi hijau melalui penguatan strategi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) mulai Januari 2025 ini dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian,” paparnya.

    “Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut mendorong pertumbuhan, khususnya sektor perdagangan dan UMKM, dengan memperkuat keandalan infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas akseptasi digitalisasi sistem pembayaran,” kata Perry.

  • BI Rate Turun Jadi 5,75%!

    BI Rate Turun Jadi 5,75%!

    Jakarta

    Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan bunga acuan 25%.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan penurunan bunga acuan ini diikuti dengan penurunan deposit facilty dan lending facility.

    “Rapat dewan gubernur BI pada 14-15 Januari 2025 memutuskan untuk menurunkan BI rate 25 bps menjadi 5,75% suku bunga deposit facility turun 25 bps jadi 5% dan lending facility turun 25 bps menjadi 6,5%,” kata Perry dalam konferensi per, Rabu (15/1/2025).

    Keputusan ini konsisten tetap rendahnya perkiraan inflasi 2025 dan 2026 yang terkendali dalam sasaran 2,5% plus minus 1% untuk pengendalian inflasi dan sasarannya dan perlunya upaya untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi.

    BI akan mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi sesuai sasarannya dan mencermati ruang pertumbuhan ekonomi dan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan nasional.

    (kil/kil)

  • LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    LPEM UI harap BI tahan suku bunga di 6 persen pada RDG Januari 2025

    Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teuku Riefky mengharapkan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga di angka 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Januari 2025.

    Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu, ia mengatakan bahwa penahanan suku bunga Bank Indonesia tersebut diperlukan untuk menopang rupiah yang masih berada di bawah tekanan sepanjang Desember 2024.

    Ia menyatakan bahwa tertekannya rupiah terutama karena revisi ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat The Fed akan menurunkan suku bunga hanya dua kali pada 2025, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yaitu empat kali penurunan suku bunga.

    “Penyesuaian ini mencerminkan inflasi yang masih tinggi di AS dan potensi dampak inflasi dari kebijakan-kebijakan yang mungkin diambil oleh presiden terpilih Trump,” jelasnya.

    Riefky menuturkan meskipun The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,25 persen hingga 4,5 persen pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2024, arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, masih berlanjut.

    Pihaknya mencatat bahwa sejak pertengahan Desember 2024 hingga pertengahan Januari 2025, arus modal keluar dari Indonesia mencapai 750 juta dolar AS (Rp12,22 triliun, kurs per Rabu 1 dolar AS = Rp16.292).

    Angka tersebut terdiri atas 120 juta dolar AS (Rp1,96 triliun) yang keluar dari pasar obligasi dan 630 juta dolar AS (Rp10,26 triliun) yang keluar dari pasar saham.

    Selama periode tersebut, Riefky mengatakan bahwa rupiah melanjutkan depresiasi, mencapai Rp16.195 per dolar AS pada 9 Januari 2025, turun 2,11 persen dari level bulan sebelumnya sebesar Rp15.860 per dolar AS.

    Sementara secara year-to-date (ytd), rupiah terdepresiasi sebesar 0,67 persen, berkinerja lebih buruk dibandingkan sebagian besar mata uang negara berkembang lainnya, termasuk peso Argentina, ringgit Malaysia, rand Afrika Selatan, rupee India, peso Filipina, lira Turki, real Brasil, dan rubel Rusia.

    Berbagai mata uang negara berkembang tersebut semuanya mencatatkan pelemahan yang lebih kecil atau bahkan penguatan terhadap dolar AS.

    Walau demikian, kinerja rupiah setara dengan yuan Tiongkok, tapi sedikit lebih baik dibandingkan baht Thailand, yang mengalami depresiasi sebesar 0,90 persen ytd.

    “Kami melihat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan suku bunga BI tidak berubah di level 6 persen pada pertemuan Dewan Gubernur pertama di tahun 2025 untuk mencegah rupiah melemah lebih lanjut,” imbuh Teuku Riefky.

    Pewarta: Uyu Septiyati Liman
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • 5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    5 Emiten Bagikan Dividen Interim Hari Ini, BBRI hingga ADRO

    Bursa Efek Indonesia (BEI) melaporkan sejumlah aksi korporasi dipenuhi dengan pembayaran dividen tunai interim dari lima emiten. Dividen Interim yang menjadi sorotan oleh pemegang Saham, yakni dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan nilai Rp20,3 triliun, menjadi yang terbesar hari ini, Rabu (15/1).

    Kemudian, emiten pertambangan batu baru PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) akan membagikan dividen interim sebesar Rp3,23 triliun.

    Simak lima emiten yang akan membagikan dividen interim hari ini, 15 Januari 2025:

    1. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)

    PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) telah mengumumkan pembagian dividen interim untuk tahun buku 2024 sebesar Rp135 per saham, dengan total nilai mencapai Rp20,46 triliun. Pencairan dividen interim yang besar ini dijadwalkan akan dilakukan pada Rabu (15/1) hari ini.

    Nilai dividen interim BBRI pada 2024 mengalami lonjakan sebesar 60,7% dibandingkan dengan dividen interim tahun sebelumnya yang sebesar Rp84 per saham atau total Rp12,66 triliun.

    Kenaikan dividen tersebut mencerminkan kinerja keuangan BBRI yang sangat baik, dengan laba bersih yang terus menunjukkan pertumbuhan positif.

    2. PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO)

    PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) menetapkan kurs dividen sebesar Rp16.157 per dolar AS. Dengan demikian, investor akan menerima dividen interim sebesar Rp106,84 per saham.

    Kurs yang digunakan untuk pembagian dividen interim mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) per 2 Januari 2025.

    “Sehingga total dividen tunai interim yang akan dibagikan ADRO dalam rupiah adalah Rp3.231.367.081.856 atau sekitar Rp3,23 triliun,” ujar Sekretaris Perusahaan ADRO, Mahardika Putranto, dikutip Rabu (15/1).

    3. PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR)

    PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) akan menebar dividen interim sebesar 25 juta dolar Amerika Serikat (AS), atau sekitar Rp154,39 per saham.

    Sebelumnya, BSSR juga membagikan dividen interim sebesar 30 juta dolar AS, yang setara dengan Rp178,8 per saham dengan asumsi kurs Rp15.629. Dividen interim tersebut telah dicairkan pada 21 November 2024. Dengan demikian, total dividen interim yang berasal dari laba bersih 2024 mencapai 55 juta dolar AS, atau setara dengan Rp333,19 per saham.

    4. PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR)

    Emiten bank digital, PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR) membagikan dividen interim kepada investor sebesar Rp25,21 miliar, atau setara dengan Rp1,40 per saham.

    Adapun AMAR mencatatkan laba bersih sebesar Rp152,26 miliar pada kuartal III-2024. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 6,11% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu Rp162,17 miliar pada kuartal III-2023.

    5. PT Roda Vivatex Tbk (RDTX)

    PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) akan membagikan dividen tunai interim sebesar Rp40,6 miliar atau setara dengan Rp151 per lembar saham.

    Pembagian dividen ini didasarkan pada kinerja keuangan perusahaan selama periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024.

    Pada periode tersebut, perseroan mencatatkan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp203,6 miliar. Selain itu, saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya tercatat sebesar Rp2,84 triliun, dengan total ekuitas mencapai Rp2,99 triliun.

  • Ekonom proyeksikan BI-Rate ditahan di level 6 persen pada RDG Januari

    Ekonom proyeksikan BI-Rate ditahan di level 6 persen pada RDG Januari

    Kami melihat BI masih akan menahan suku bunga pada 6 persen, untuk menjaga stabilitas perekonomian, sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian global

    Jakarta (ANTARA) – Ekonom Bank Mandiri Dian Ayu Yustina memproyeksikan, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-Rate akan tetap ditahan pada level 6 persen dalam pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan Januari 2025 pada Rabu ini.

    “Kami melihat BI masih akan menahan suku bunga pada 6 persen, untuk menjaga stabilitas perekonomian, sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian global yang memberi tekanan pada pasar keuangan domestik,” kata Dian yang merupakan Head of Macroeconomic and Financial Market Research Bank Mandiri saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Namun demikian, Bank Mandiri melihat bahwa BI masih memiliki ruang untuk penurunan BI-Rate pada tahun ini meskipun akan sangat tergantung dengan kondisi global, terutama terkait kebijakan fiskal dan moneter di Amerika Serikat (AS) setelah pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS yang baru.

    “Perkiraan kami (pemangkasan BI-Rate) 50 bps (basis point) di semester 2 (2025),” ujar Dian.

    Hal senada juga disampaikan oleh Head of Macroeconomic and Financial Market Research PermataBank Faisal Rachman yang memperkirakan BI-Rate tetap berada pada level 6 persen, sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian global menuju pelantikan Trump terutama terkait dengan agenda inward-looking.

    “Hal ini diprediksi akan membuat tingkat inflasi AS sulit untuk turun menuju target sasaran 2 persen,” ujar Faisal.

    Ia menambahkan bahwa sinyal dari beberapa pejabat bank sentral AS atau The Fed juga sudah mengindikasikan kemungkknan besar penundaan pemotongan lanjutan Federal Funds Rate (FFR).

    “Bahkan market sendiri sudah melihat ruang pemotongan FFR di tahun ini hanya 25 bps, lebih rendah dari outlook The Fed pada bulan Desember lalu yang sebesar 50 bps,” kata Faisal.

    Risiko global yang meningkat terutama dari kemungkinan terjadinya trade war 2.0 dan high-for-longer rate suku bunga The Fed, jelas Faisal, akan menyebabkan naiknya risk-off sentiment, melebarkan current account deficit atau defisit transaksi berjalan, dan memicu capital outflow, yang berujung pada pelemahan nilai tukar rupiah. Hal ini akan memicu terjadinya imported inflation.

    Faisal mengatakan, PermataBank sendiri melihat ruang penurunan BI-Rate pada paruh pertama 2025 akan cenderung tertutup. Pada paruh kedua tahun ini, ada peluang terbuka pemangkasan BI-Rate namun masih akan sangat bergantung pada kondisi global dan domestik.

    “All in all (secara keseluruhan), kami hanya melihat ruang pemotongan sebesar 25 bps untuk BI-Rate di tahun ini yang mungkin terjadi pada paruh kedua 2025,” kata Faisal.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Mirae Asset prediksi BI turunkan suku bunga pada semester II 2025

    Mirae Asset prediksi BI turunkan suku bunga pada semester II 2025

    Jakarta (ANTARA) – Chief Economist & Head of Research Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto memprediksi Bank Indonesia akan menurunkan suku bunga pada semester II 2025.

    “Dengan kondisi pasar yang masih berfluktuasi tajam dan antisipasi terhadap efek dari kebijakan Trump, Bank Indonesia kemungkinan baru akan menurunkan suku bunga pada semester II 2025,” ungkapnya dalam acara “Media Day: January 2025 – Secure Greater Returns with Dividend Stocks in 2025”, yang dikutip dari keterangan resmi di Jakarta, Rabu.

    Tim Riset Mirae Asset memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan mencapai 5 persen dengan posisi suku bunga acuan 5,5 persen pada akhir tahun.

    Di sisi lain, pihaknya juga optimis pasar modal Indonesia 2025 masih akan positif.

    “Prediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 8.000 tahun ini dapat terealisasi di tengah potensi perang dagang di era pemerintahan Donald Trump Jilid 2 di AS,” kata Rully.

    Meskipun sekarang pelaku pasar masih menunggu berita positif dari global dan dalam negeri, lanjut dia, Mirae Asset masih optimis terhadap pasar saham Indonesia karena dua faktor dari dalam negeri, yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga.

    Indonesia disebut terus menunjukkan penurunan angka inflasi karena didukung stabilitas harga bahan makanan.

    Rully memperkirakan harga bahan makanan akan tetap stabil di tahun depan selama tidak ada gangguan cuaca ekstrem yang dapat mempengaruhi produksi pangan.

    “Dengan stabilnya harga bahan makanan, serta pembatasan pemberlakuan efektif PPN (pajak pertambahan nilai) 12 persen oleh pemerintah khusus untuk barang dan jasa mewah, akan menjadi faktor positif dalam menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia,” ujar dia.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pengamat sebut hasil RDG BI takkan banyak pengaruhi kurs rupiah

    Pengamat sebut hasil RDG BI takkan banyak pengaruhi kurs rupiah

    Potensi pelemahan hari ini masih ke arah Rp16.300-Rp16.310, dengan potensi support di kisaran Rp16.200

    Jakarta (ANTARA) – Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan dilakukan hari ini tidak banyak mempengaruhi nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

    “Melihat pergerakan rupiah belakangan ini dan potensi ancaman perang dagang, BI mungkin tidak akan menurunkan suku bunganya pada RDG hari ini, dan mungkin tidak banyak mempengaruhi rupiah,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Dia menilai bahwa ancaman perang dagang dan pelambatan ekonomi China masih membebani aset-aset berisiko, termasuk rupiah.

    Di sisi lain, indeks dolar AS bergerak lebih rendah menjadi 109,23 dibandingkan Selasa pagi (14/1) yang sebesar 109,63.

    Tekanan terhadap dolar AS disebabkan data inflasi produsen AS bulan Desember 2024 yang dirilis semalam di bawah ekspektasi pasar secara month to month (MoM), naik 0,2 persen dari sebelumnya 0,4 persen.

    Pasar masih menantikan data inflasi konsumen AS yang akan dirilis malam ini. Inflasi utama AS diperkirakan akan naik 0,3 persen MoM dan meningkat dari 2,7 persen menjadi 2,8 persen year on year (YoY).

    “Potensi pelemahan hari ini masih ke arah Rp16.300-Rp16.310, dengan potensi support di kisaran Rp16.200,” ungkap Ariston.

    Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi melemah 22 poin atau 0,14 persen menjadi Rp16.292 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.270 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025