Kementrian Lembaga: BI

  • Fakta-Fakta Google Catat Kurs Rupiah jadi 8.000-an per Dolar AS – Page 3

    Fakta-Fakta Google Catat Kurs Rupiah jadi 8.000-an per Dolar AS – Page 3

    Bank Indonesia (BI) angkat bicara terkait nilai tukar rupiah yang tiba-tiba menguat terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) dan euro dalam layanan Google Finance pada Sabtu, 1 Februari 2025.

    Dalam layanan Google Finance, ketika mengetik USD to IDR, dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah di posisi 8.170 pada 1 Februari. Dengan demikian dolar AS turun 50,04 persen terhadap rupiah.

    Selain dolar AS, rupiah juga perkasa terhadap euro. Posisi euro terhadap rupiah di kisaran 8.348, sehingga euro susut 50,68 persen terhadap rupiah.

    Hal itu pun ramai di media sosial. Kata dolar dan 1 USD menjadi trending topik di platform X (dahulu bernama Twitter) hingga Sabtu malam ini.

    Saat dikonfirmasi mengenai hal itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti menuturkan, posisi rupiah sentuh 8.000 karena ada masalah di Google. Ia pun menunjukkan tangkapan layar yang menunjukkan posisi dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.300 pada 1 Februari 2025. Selain itu tangkapan layar di Yahoo Finance, posisi dolar AS terhadap rupiah di 16.294.

    “Ada permasalahan di Googlenya,” ujar Destry saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Sabtu (1/2/2025).

    Bank Indonesia (BI) telah melaporkan hal itu ke tim Google. “Tim kami sudah melaporkan ke sana sekarang dalam pengecekan tim Google,” kata dia.

    Hal senada disampaikan Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso. Ia menuturkan, level nilai tukar USD terhadap rupiah 8.100-an seperti yang tercantum di Google bukan level seharusnya.

    “Data Bank Indonesia mencatat kurs Rp 16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025,” kata dia.

    BI juga berkoordinasi dengan Google Indonesia terkait ketidaksesuaian itu. “Kami sedang berkoordinasi dengan pihak Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan,” kata Ramdan.

  • Ekonom Prediksi Terjadi Disinflasi pada Januari 2025, Ini Penyebabnya

    Ekonom Prediksi Terjadi Disinflasi pada Januari 2025, Ini Penyebabnya

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memproyeksikan Indeks Harga Konsumen atau IHK bulanan pada Januari 2025 masih akan mencatatkan inflasi, tetapi lebih lambat dari bulan sebelumnya, alias terjadi disinflasi.

    Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan IHK akan mencatat tingkat inflasi bulanan sebesar 0,4% secara bulanan atau (month to month/MtM). Angka tersebut lebih rendah dari 0,44% pada Desember 2024.

    “Kelompok harga bergejolak menjadi pondorong terbesar inflasi sepanjang bulan Januari yang lalu,” ujarnya, Minggu (2/2/2025).

    Sekalipun menjadi pendorong inflasi, Josua memperkirakan inflasi kelompok harga bergejolak inflasi 1,71% (MtM), sedikit lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami kenaikan 2,04%.

    Kenaikan komponen inflasi harga bergejolak sejalan dengan pola musiman dari masalah pasokan bahan makanan menjelang musim panen. Di sisi lain, seiring dengan berkurangnya permintaan dari musim liburan, inflasi harga bergejolak cenderung menurun dibandingkan bulan sebelumnya.

    Indeks harga yang diatur pemerintah secara bulanan diperkirakan akan stabil, karena pemerintah tidak melakukan penyesuaian harga yang signifikan untuk energi atau barang/jasa lainnya.

    Sementara itu, inflasi inti diproyeksikan sedikit meningkat menjadi 0,18% (MtM) dipengaruhi oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan kenaikan harga emas.

    Adapun, secara tahunan (year on year/YoY), Josua memperkirakan tingkat inflasi umum akan meningkat dari 1,57% pada Desember 2024 menjadi 1,94% di Januari 2025. Sebaliknya, inflasi IHK inti tahunan diperkirakan turun tipis menjadi 2,24% dari 2,26% di Desember 2024.

    Indeks harga yang diatur pemerintah diperkirakan akan menunjukkan tingkat inflasi sebesar 1,05%, sedangkan indeks harga bergejolak diperkirakan mengalami inflasi sebesar 1,82%.

    “Kami memperkirakan inflasi akan meningkat menjadi sekitar 2% di tahun 2025, seiring dengan revisi peraturan kenaikan tarif PPN oleh pemerintah,” lanjutnya.

    Senada, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Hosianna Evalita Situmorang meramalkan inflasi Indonesia pada Januari 2025 pada level 0,3% (MtM), dengan inflasi tahunan sebesar 1,83% dan inflasi inti di 2,3% (YoY).

    Hosianna menyebutkan kendati ada faktor musiman yang mempengaruhi harga barang, seperti permintaan tinggi, secara keseluruhan inflasi terjaga dengan baik.

    “Tren ini menunjukkan adanya perbaikan daya beli masyarakat, seiring dengan kebijakan moneter yang proaktif dari Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas harga,” tuturnya.

    Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan realisasi IHK Januari 2025 pada Senin (3/2/2025) pada pukul 11.00 WIB.

  • Nyaris Rp 1 Triliun Modal Asing Cabut dari Indonesia, Ada Apa? – Page 3

    Nyaris Rp 1 Triliun Modal Asing Cabut dari Indonesia, Ada Apa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Bank Indonesia (BI) mencatat modal asing mengalir keluar pada akhir Januari 2025. Sepanjang 2025, tercatat masih banyak modal asing yang keluar dari Indonesia.

    Direktur Eksekutif Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, berdasarkan data transaksi 30 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 0,82 triliun

    “Nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 0,82 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp 0,40 triliun di pasar saham, jual neto Rp 0,43 triliun di pasar SBN, dan beli neto Rp 5 miliar di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” kata Ramdan dikutip dari situs resmi Bank Indonesia, Minggu (2/2/2025).

    Ramdan menambahkan, Selama tahun 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 30 Januari 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 1,72 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp 2,11 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 12,93 triliun di SRBI. 

    “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” jelas Ramdan.

    Premi CDS Indonesia 5 tahun per 30 Januari 2025 sebesar 74,74 bps, naik dibanding dengan 24 Januari 2025 sebesar 72,93 bps. Sedangkan Rupiah dibuka pada level (bid) Rp 16.260 per dolar AS dan Yield SBN 10 tahun stabil di 6,96 persen.

    Rupiah Akhir Januari 2025

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah (kurs) melemah pada pembukaan perdagangan hari ini, Jumat (31/1/2025). Rupiah amblas 40 poin atau 0,25 persen menjadi 16.297 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.257 per dolar AS.

    Analis Mata Uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan nilai tukar atau kurs rupiah melemah usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengancam Kanada dan Meksiko atas kebijakan tarif sebesar 25 persen.

    “Rupiah diperkirakan akan kembali melemah terhadap dolar AS yang menguat. Dolar AS yang sempat melemah pascadata pertumbuhan PDB AS kuartal IV 2024 yang lebih rendah dari perkiraan berbalik menguat setelah Trump yang kembali mengancam tarif 25 persen kepada Kanada dan Meksiko,” ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (31/1/2025).

     

  • Heboh Rupiah Menguat hingga Rp 8.170 per Dolar AS, BI, Google hingga Analis Pasar Uang Angkat Bicara – Halaman all

    Heboh Rupiah Menguat hingga Rp 8.170 per Dolar AS, BI, Google hingga Analis Pasar Uang Angkat Bicara – Halaman all

    TRINUNNEWS.COM, JAKARTA – Pihak Bank Indonesia, Google hingga analis pasar uang angkat bicara perihal munculnya data nilai tukar Rupiah menguat Rp 8 ribuan per dolar AS (USD) di platform Google pada Sabtu (1/1/2025) hingga menghebohkan publik dan jagat maya di Indonesia.

    Di platform X, kata kunci 1 USD, Rupiah, dan “Error” sempat menjadi trending topic urutan petama.

    Terpantau hingga Minggu (2/2/2025) pukul 11.40 WIB, “1 dolar berapa rupiah” memuncaki trending topik Google Trends. 

    Nilai tukar rupiah periode 20-31 Januari 2025

    Penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS ini terjadi secara drastis. Dan penguatan rupiah ini terjadi di saat perdagangan pasar sedang libur akhir pekan.

    Pada penutupan perdagangan pasar, Jumat (31/1/2025), Rupiah berada di level Rp16.312 per dolar AS.

    Dilansir dari informasi resmi Bank Indonesia (BI), menurut data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS selama sepekan sebagai berikut:

    20 Januari 2025: Rp 16.372

    21 Januari 2025: Rp 16.331

    22 Januari 2025: Rp 16.327 23

    Januari 2025: Rp 16.276

    24 Januari 2025: Rp 16.200

    30 Januari 2025: Rp 16.259

    31 Januari 2025: Rp 16.312.

    Sebagai informasi, JISDOR adalah harga spot USD/IDR, yang disusun berdasarkan kurs transaksi USD/IDR terhadap rupiah antar bank di pasar valuta asing Indonesia, melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR) di Bank Indonesia secara real time.

    JISDOR dimaksudkan untuk memberikan referensi harga pasar yang representatif untuk transaksi spot USD/IDR pasar valuta asing Indonesia.

    Untuk diketahui, JISDOR mulai diterbitkan sejak 20 Mei 2013. Data JISDOR tersedia untuk setiap hari kerja, dalam hal ini tidak termasuk Sabtu, Minggu, hari libur nasional, atau hari lain yang ditetapkan sebagai hari libur yang berakibat bank tidak melakukan kegiatan operasi.

    Penjelasan Bank Indonesia

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso memastikan, nilai tukar rupiah Rp 8.170,65 per dolar AS yang muncul di Google tersebut bukanlah level yang seharusnya.

    “Level nilai tukar dolar AS ke rupiah yang berada di angka Rp 8.100-an sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya,” ujar Ramdan dalam keterangan resminya, Sabtu (1/2/2025).

    Ia menjelaskan, data Bank Indonesia mencatat kurs atau nilai tukar rupiah senilai Rp 16.312 per dolar AS pada 31 Januari 2025.

    Penjelasan Google

    Perwakilan Google juga memberikan penjelasan perihal drastisnya data penguatan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS ini.

    Mereka menyadari adanya kesalahan pada mesin pencariannya.

    “Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar rupiah (IDR) di Google Search,” ujar Perwakilan Google seperti dikutip Kompas.com, Sabtu (1/2/2025).

    Menurut Google, kesalahan tersebut ada pada data pihak ketiga. 

    “Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kmi mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” lanjutnya.

    Analisa Pengamat Pasar Uang

    Analis Pasar Uang Ibrahim Assuaibi menduga data penguatan rupiah di Platform Google semata-semata karena ulah peretas (hacker).

    Ibrahim menilai hacker kemungkinan menunjukkan rasa kekecewaan terhadap pelemahan mata uang rupiah.

    “Ini kemungkinan besar tidak berlangsung lama, namun bisa saja pada pembukaan perdagangan Senin (3/1/2025) rupiah kembali mengalami pelemahan,” ucapnya kepada wartawan. (Tribunnews.com/Kompas.com)

  • KAI Commuter Catatkan 28,5 Juta Transaksi QRIS di 2025

    KAI Commuter Catatkan 28,5 Juta Transaksi QRIS di 2025

    Jakarta, CNBC Indonesia – KAI Commuter selaku operator Commuter Line berkomitmen agar layanan terus ditingkatkan, salah satunya dengan transformasi digital. VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus mengatakan digitalisasi akan memberikan kemudahan transaksi, seamless dan pelayanan lebih cepat kepada pengguna.

    Menurutnya, KAI Commuter juga melihat bahwa pertumbuhan pengguna Commuter Line di Jabodetabek pada tahun 2024 sendiri tercatat kenaikan 4% daripada tahun 2023. Dari data yang terangkum, angka perbandingan di kedua tahun tersebut, dari 290 juta orang tumbuh menjadi 328 juta pengguna.

    “Ini tentunya tidak lepas dari kemudahan transaksi yang dilahirkan KAI Commuter sebagai pengelola. Meskipun terus mengembangkan teknologi relevan, namun juga tetap mempertimbangkan kebutuhan masyarakat pengguna Commuter Line, agar leluasa diakses semua kalangan,” ungkap Joni dalam keterangan resmi, yang diterima, Minggu (2/2/2024).

    Terkait transaksi sejauh ini, transaksi melalui QRIS pada tahun 2023 adalah 6% atau sebanyak 17 juta transaksi dari total transaksi pembayaran tiket Commuter Line. Sedangkan tahun 2024, transaksi QRIS naik menjadi 28,5 juta transaksi atau 9% dari total transaksi total yang sama. Artinya ada kenaikan penggunaan QRIS dan diproyeksikan akan terus tumbuh mengingat masyarakat sudah mulai familiar menggunakannya.

    Meski begitu, Joni memastikan bahwa loket-loket di stasiun akan tetap melayani pengguna, masyarakat tidak perlu khawatir. Pelayanan loket tidak langsung ditutup, edukasi dan layanan pelanggan yang akan bermobilisasi.

    Selain itu terdapat penambahan layanan seperti vending machines sebagai alternatif kemudahan bertransaksi. Semua ini guna mendukung program Bank Indonesia, transaksi cashless.

    “Pengguna Commuter Line sangat beragam dari berbagai profesi dan kelas ekonomi yang berbeda-beda. Tentunya kami akan memberikan pelayanan secara komprehensif dengan tetap mengutamakan keselamatan, kemudahan dan kenyamanan,” jelas Joni.

    Untuk diketahui, pascapandemi, minat publik terhadap transportasi umum menggeliat kembali. KAI Commuter selaku operator Commuter Line akan terus meningkatkan fasilitas dan layanan kepada masyarakat pengguna transportasi ini.

    (haa/haa)

  • Klarifikasi Bank Indonesia soal Kurs 1 Dolar AS Anjlok ke Rp8 Ribu di Google

    Klarifikasi Bank Indonesia soal Kurs 1 Dolar AS Anjlok ke Rp8 Ribu di Google

    PIKIRAN RAKYAT – Bank Indonesia (BI) menyampaikan klarifikasi terkait anjloknya kurs dolar AS terhadap rupiah yang sempat menghebohkan publik. Sebab, dalam tampilan di Google, tiba-tiba kurs 1 dolar AS turun dari yang biasa berkisar di Rp16.000-an menjadi Rp8.000-an.

    Menanggapi hal itu, Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso pun memberikan penjelasan.

    “Level nilai tukar USD/IDR Rp8.100-an sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya. Data Bank Indonesia mencatat Kurs Rp16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025,” katanya dalam keterangan yang diterima Pikiran-Rakyat.com pada Sabtu 1 Februari 2025 malam.

    “Kami sedang berkoordinasi dengan pihak Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan,” ucap Ramdan Denny Prakoso menambahkan.

    Penjelasan Google Indonesia

    Kepada tim Pikiran Rakyat, perwakilan Google Indonesia memberikan keterangan terkait kehebohan anjloknya kurs dolar ke rupiah di sore ini.

    Google Indonesia mengakui bahwa ada masalah dalam informasi nilai tukar rupiah di fitur miliknya yakni Google Search. Selain itu, Google juga mengakui bahwa data yang ditampilkan berasal dari pihak ketiga.

    “Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” ucap perwakilan Google Indonesia.

    Lantas dari siapa data tersebut berasal? Google Indonesia tidak memberikan keterangan lebih lanjut terkait hal ini.

    Pengamat Curiga Ada Ulah Hacker

    Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mencurigai bahwa nilai tukar rupiah yang tercatat sebesar Rp8.170,65 per dolar Amerika Serikat (AS) di Google ada kaitannya dengan aksi peretasan (hacking).

    Pada penutupan perdagangan hari Jumat, 31 Januari 2025, nilai tukar rupiah tercatat di level Rp16.305 per dolar AS, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai tukar yang tertera di Google pada Sabtu, 1 Februari 2025 sore.

    Ibrahim menduga ada pihak yang sengaja mengacaukan data kurs rupiah sebagai bentuk protes atau ketidakpuasan pada target yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

    Menurut Ibrahim, peretasan ini seperti sebuah pesan terselubung. Para peretas ingin menunjukkan potensi rupiah jika ekonomi kita benar-benar tumbuh sebesar 8 persen seperti target pemerintah. Estimasi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih menjadi perdebatan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Aliran Modal Asing Seret pada Akhir Januari 2025, Masuk Rp5 Miliar

    Aliran Modal Asing Seret pada Akhir Januari 2025, Masuk Rp5 Miliar

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia melaporkan aliran modal asing yang masuk pada pekan terakhir Januari 2025 senilai Rp5 miliar yang berasal dari beli neto nonresiden pada instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia/SRBI.

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan secara umum terjadi arus keluar dari pasar keuangan Tanah Air pada pekan terakhir Januari 2025, senilai Rp0,82 triliun.

    Modal asing yang keluar tersebut berasal dari pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang pemerintah terbitkan untuk memenuhi kebutuhan fiskal.

    “Terdiri dari jual neto sebesar Rp0,40 triliun di pasar saham, jual neto Rp0,43 triliun di pasar SBN, dan beli neto Rp5 miliar di SRBI,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip pada Minggu (2/2/2025).

    Secara kumulatif sepanjang 2025, berdasarkan data setelmen sampai dengan 30 Januari 2025, investor asing alias nonresiden tercatat melakukan aksi jual neto sejumlah Rp1,72 triliun di pasar saham.

    Sementara di pasar SBN dan instrumen pro-market milik BI, yakni SRBI, asing tercatat melakukan beli neto masing-masing senilai Rp2,11 triliun dan Rp12,93 triliun.

    Sejalan dengan hal tersebut, rupiah dibuka melemah pada level (bid) Rp16.260 per dolar AS pada Jumat pagi (31/1/2025) usai pada hari sebelumnya ditutup pada level (bid) Rp16.255 per dolar AS.

    Pada saat pelemahan rupiah terjadi, indeks dolar (DXY) menunjukkan  penguatan ke level 107,80 pada penutupan perdagangan, Kamis (30/1/2025).

    Melihat perkembangan imbal hasil atau yield dari SBN tenor 10 tahun turun ke 6,96% pada pembukaan pasar Jumat pagi (31/1/2025), stabil dari penutupan perdagangan hari sebelumnya.

    Dari sisi surat utang milik pemerintah AS atau US Treasury Note 10 tahun, Yield SBN tenor 10 tahun turun ke 6,96% dan UST juga turun ke 4,516% pada Kamis (30/1/2025).

    Pada saat yang sama, premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 30 Januari 2025 sebesar 74,74 bps, naik dibanding dengan 24 Januari 2025 sebesar 72,93 bps.

    Adapun berdasarkan data yang Bisnis himpun dari Bank Indonesia, sepanjang Januari 2025 ini terdapat tiga pekan yang mencatatkan modal asing keluar, total senilai Rp14,77 triliun.

    Pada dua pekan lainnya, tercatat arus modal asing masuk ke pasar keuangan Indonesia total senilai Rp12,6 triliun.

    Sebelumnya dalam Forum Investasi Tahunan (FIT) 2025, Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan optimisme dan keyakinan investor yang akan mendukung aliran modal dalam rangka menjaga stabilitas dan ketersediaan pembiayaan pembangunan menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.

    “Indonesia secara konsisten menjadi salah satu negara tujuan investasi dengan fundamental ekonomi yang kuat, mari berinvestasi di Indonesia,” ujarnya, Jumat (24/1/2025). 

  • Dalang Anjloknya Kurs 1 Dolar AS Jadi Rp8.170, Siapa yang Salah?

    Dalang Anjloknya Kurs 1 Dolar AS Jadi Rp8.170, Siapa yang Salah?

    PIKIRAN RAKYAT – Pada Sabtu 1 Februari 2025 sore, mesin pencari Google Search menghebohkan publik dengan menampilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di level Rp8.170,65 per 1 dolar AS. Informasi yang sangat berbeda dari data resmi ini memicu perdebatan, spekulasi, hingga teori konspirasi.

    Sebagai perbandingan, pada Jumat 31 Januari 2025, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan berada di Rp16.305 per dolar AS, melemah 49 poin atau 0,30 persen dari sebelumnya Rp16.257 per dolar AS. Sementara itu, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat kurs di Rp16.312 per dolar AS.

    Google Error atau Serangan Hacker?

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Ramdan Denny Prakoso, segera menanggapi kejadian ini.

    “Level nilai tukar Rp8.100-an per dolar AS sebagaimana yang muncul di Google bukan merupakan level yang seharusnya,” ujarnya di Jakarta, Sabtu 1 Februari 2025.

    BI mencatat bahwa kurs yang valid tetap berada di kisaran Rp16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025.

    Sementara itu, Pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan kemungkinan lain. Menurutnya, bisa jadi ini adalah aksi peretas yang ingin “memainkan” nilai tukar rupiah sebagai bentuk protes atau satire terhadap target ekonomi pemerintah.

    “Data kurs rupiah di Google itu bisa jadi cara peretas menunjukkan bahwa rupiah bisa bernilai Rp8.000 jika pertumbuhan ekonomi Indonesia benar-benar mencapai 8 persen,” katanya.

    Kesalahan Data Pihak Ketiga

    Google akhirnya memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini.

    “Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga,” ujar perwakilan Google dalam keterangan tertulis, Sabtu 1 Februari 2025.

    Setelah mendapat laporan tentang ketidakakuratan data, Google menghubungi penyedia data untuk segera melakukan koreksi.

    “Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami langsung menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” ucap Google.

    Publik Disesatkan?

    Pakar keamanan siber, Pratama Persadha menilai bahwa kesalahan ini berpotensi menyesatkan publik, terutama di era digital saat ini.

    “Jika Google sebagai perusahaan teknologi terbesar di dunia tidak memiliki mekanisme cepat untuk memperbaiki kesalahan informasi finansial, maka kepercayaan publik terhadap akurasi data mereka akan semakin dipertanyakan,” tuturnya.

    Pratama Persadha juga menambahkan bahwa spekulasi yang berkembang di media sosial semakin memperkeruh keadaan.

    “Ada netizen yang salah paham dan mengira Google mengambil data kurs dari tahun 2009 karena membaca timestamp sebagai ’01 Feb, 09′. Padahal, itu merujuk pada waktu update terakhir, yakni pukul 16.17 WIB,” katanya.

    Tim riset keamanan siber CISSReC yang dipimpin oleh Pratama juga melakukan pengecekan lebih lanjut.

    “Kami membandingkan nilai tukar di Google dengan situs xe.com, dan hampir seluruh nilai tukar mata uang sesuai kecuali untuk USD ke IDR. Situs xe.com menunjukkan 1 dolar AS senilai Rp16.304,69 pada pukul 20.49 WIB,” ujarnya.

    Dampak untuk Rakyat

    Meski sudah diklarifikasi, kejadian ini tetap menimbulkan kebingungan di masyarakat. Bagi sebagian orang, kesalahan ini mungkin terlihat sepele, namun bagi pelaku pasar, investor, dan pengusaha yang bergantung pada nilai tukar akurat, informasi yang salah seperti ini dapat berdampak besar.

    Kejadian ini mengajarkan pentingnya verifikasi informasi dari sumber resmi sebelum mempercayai data yang beredar di internet.

    “Masyarakat harus lebih kritis dan selalu memeriksa data dari sumber terpercaya seperti Bank Indonesia atau situs resmi keuangan lainnya,” ucap Pratama Persadha.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Heboh Rupiah Menguat hingga Rp 8.170 per Dolar AS, BI, Google hingga Analis Pasar Uang Angkat Bicara – Halaman all

    Heboh Kurs Dollar AS di Google Jadi Rp 8.170, Bank Indonesia dan Google Beri Penjelasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu (1/2/2025), informasi mengenai nilai tukar dollar AS terhadap rupiah di situs pencarian Google tiba-tiba menjadi sorotan publik.

    Bagaimana tidak, nilai tukar 1 dollar AS ditampilkan secara mengejutkan menjadi Rp 8.170.

    Selain nilai tukar dollar AS, kurs Euro juga mencatatkan penurunan yang signifikan, ditunjukkan dengan nilai tukar sebesar Rp 8.348,5.

    Kejadian ini memicu kegaduhan di kalangan pengguna internet dan menimbulkan pertanyaan mengenai akurasi informasi yang disediakan oleh Google.

    Apa Tanggapan Bank Indonesia (BI) Mengenai Masalah Ini?

    Menanggapi situasi tersebut, Bank Indonesia (BI) segera memberikan penjelasan.

    Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI, menjelaskan, pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan Google untuk meluruskan informasi yang salah tersebut.

    “Tim kami sedang kontak dengan Google untuk meng-clear-kan masalah ini,” ungkap Destry, yang dikutip dari Kontan.co.id.

    Destry menegaskan bahwa posisi nilai tukar rupiah yang ditampilkan di Google adalah akibat dari kesalahan teknis.

    Ia juga memberikan bukti dengan tangkapan layar menunjukkan posisi nilai tukar rupiah di monitor Bloomberg dan Yahoo Finance.

    Menurut data Bloomberg, nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp 16.300 per dollar AS, sedangkan Yahoo Finance mencatat di angka Rp 16.294 per dollar AS.

    Apa Penjelasan Google Mengenai Kesalahan Ini?

    Setelah kegaduhan ini, Google memberikan penjelasan terkait permasalahan yang terjadi.

    Perusahaan mesin pencari tersebut menyatakan bahwa ada masalah yang mempengaruhi informasi kurs rupiah di Google Search.

    “Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga,” demikian pernyataan resmi dari Google.

    Google menjelaskan akan segera melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi.

    “Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” lanjut Google dalam keterangannya.

    Apa Dampak dari Kesalahan Ini Menurut Ahli?

    Pratama Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, berpendapat bahwa kesalahan dalam menampilkan kurs nilai tukar rupiah di Google bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menimbulkan dampak yang lebih luas.

    Ia mengingatkan, Google harus lebih bertanggung jawab atas informasi yang disebarkannya, terutama terkait data ekonomi yang sensitif.

    “Ketika sebuah kesalahan terdeteksi dan dilaporkan oleh banyak pengguna, tetapi tidak segera diperbaiki, hal ini bisa dianggap sebagai kelalaian yang berpotensi merugikan masyarakat,” jelas Pratama.

    Ia menyarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi, dan alangkah baiknya untuk memeriksa kurs rupiah dari sumber resmi seperti Bank Indonesia atau layanan keuangan tepercaya lainnya.

    Bagaimana Kurs Resmi Dolar AS di BI dan Sumber Lain?

    Berdasarkan data yang diperoleh dari laman kurs Bank Indonesia, pada tanggal 31 Januari 2025, kurs jual 1 dollar AS mencapai Rp 16.340,30, dan kurs beli berada pada angka Rp 16.177,70.

    Angka ini sejalan dengan informasi dari Bloomberg yang menunjukkan 1 USD setara dengan Rp 16.304.

    Sementara itu, menurut e-rate BCA pada 12 Februari 2025 pukul 18:46 WIB, kurs jual 1 dollar AS adalah Rp 16.325,00, dan kurs beli Rp 16.295,00.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan

    Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan

    Ilustrasi- Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. (ANTARA FOTO/Reno Esnir

    Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 02 Februari 2025 – 09:57 WIB

    Elshinta.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tiba-tiba menguat tajam di Google, lalu menimbulkan kegaduhan di media sosial, mencerminkan betapa masyarakat di tanah air masih sangat bergantung pada sumber informasi tunggal tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut.

    Angka yang ditampilkan Google menunjukkan 1 dolar AS setara dengan Rp8.170,65 pada 1 Februari 2025, jauh dari realitas nilai tukar yang sebenarnya berada di kisaran Rp16.300 per dolar.

    Hal ini memicu spekulasi liar, kebingungan, dan bahkan harapan palsu di kalangan masyarakat. Beberapa orang langsung mengaitkan angka ini dengan perbaikan ekonomi yang drastis, sementara yang lain bersikap lebih skeptis dan curiga ada kesalahan teknis dalam sistem Google.

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso seketika dibuat sibuk. Ia mengonfirmasi bahwa pada saat yang sama BI langsung berkoordinasi dengan Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan.

    Penegasannya tetap bahwa level nilai tukar Rp8.100-an per dolar AS sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya.

    Atas fenomena yang terjadi tersebut, Google Indonesia ketika dikonfirmasi pun mengakui dan menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search.

    “Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” demikian keterangan Google.

    Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Dr. Pratama Persadha pun merespons dengan penjelasan bahwa salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar.

    Jadi, seperti halnya sistem teknologi lainnya, Google mengandalkan algoritma yang menarik data dari berbagai sumber. Jika terjadi bug atau gangguan teknis dalam proses ini, data yang disajikan bisa menjadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan.

    Selain itu, Google mengambil data nilai tukar dari berbagai sumber eksternal, termasuk lembaga keuangan, penyedia data ekonomi, dan pasar valuta asing. Perbedaan sumber ini bisa menyebabkan variasi dalam nilai tukar yang ditampilkan.

    Beberapa platform mungkin memperbarui data lebih cepat daripada yang lain, sehingga ada kemungkinan Google menampilkan kurs yang sudah usang atau belum terverifikasi dengan informasi terbaru dari bank sentral atau institusi keuangan utama.

    Di sisi lain, Dr. Pratama Persadha membuka kemungkinan yang lebih serius namun jarang terjadi yakni terkait adanya manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan.

    Meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan tidak mungkin terjadi upaya peretasan atau penyusupan oleh aktor jahat yang berusaha mengacaukan informasi finansial.

    Bahkan dalam skenario ekstrem, manipulasi data kurs ini bisa digunakan sebagai bagian dari strategi spekulasi atau disinformasi untuk mengacaukan pasar.

    Maka untuk memastikan informasi nilai tukar yang benar, disarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi. Karena nyatanya insiden serupa pernah terjadi sebelumnya.

    Terjadi di Malaysia

    Pada Februari 2024, ada insiden di Malaysia di mana Google menampilkan nilai tukar ringgit terhadap dolar AS yang tidak akurat.

    Bank Negara Malaysia (BNM) mencatat pada Jumat, 15 Februari 2024, Google menunjukkan nilai tukar 1 dolar AS setara dengan 4,98 ringgit, sementara data resmi menunjukkan level terendah ringgit adalah 4,7075 per dolar.

    BNM pun berkeras bahwa penilaian tersebut tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia yang sebenarnya positif. Kejadian serupa pernah terjadi pada 6 Februari 2024.

    BNM kemudian meminta penjelasan dari Google mengenai penyebab kesalahan tersebut dan langkah korektif yang harus diambil untuk mencegah terulangnya masalah serupa di masa depan.

    Sebagai respons, Google Malaysia menyampaikan permintaan maaf kepada pemerintah Malaysia atas kesalahan tersebut.

    Mereka menjelaskan bahwa kesalahan itu terjadi karena data yang ditampilkan tidak diverifikasi secara memadai, dan berkomitmen untuk meningkatkan akurasi informasi yang disajikan di platform mereka.

    Insiden ini menyoroti pentingnya verifikasi data dan keandalan sumber informasi, terutama yang berkaitan dengan data finansial yang sensitif.

    Ujian literasi

    Fenomena ini bukan sekadar kekeliruan data, tetapi juga menjadi ujian tersendiri atas literasi ekonomi dan finansial sebagian masyarakat dalam menghadapi informasi digital.

    Meski harus diakui pula Google, dengan segala kecanggihannya, bukanlah otoritas keuangan yang bertanggung jawab atas kurs mata uang, tetapi hanya menarik data dari berbagai penyedia informasi finansial.

    Jika terjadi kesalahan dalam sumber data yang mereka gunakan atau ada gangguan dalam algoritma yang memproses informasi, maka data yang muncul di mesin pencari pun bisa meleset jauh dari kenyataan.

    Sayangnya, tidak semua pengguna memahami mekanisme ini. Bagi sebagian besar orang, apa yang muncul di layar Google adalah fakta mutlak, bukan sekadar data yang perlu dicek ulang.

    Kesalahan seperti ini berpotensi menimbulkan dampak ekonomi yang lebih besar dari sekadar perbincangan media sosial.

    Di era digital, keputusan ekonomi sering kali dibuat dalam hitungan detik berdasarkan data yang tersedia.

    Bayangkan jika seorang eksportir menggunakan informasi dari Google untuk membuat keputusan harga jual, atau jika seorang investor asing tiba-tiba menarik dananya karena menganggap ada anomali besar dalam perekonomian Indonesia.

    Kesalahan data di platform sebesar Google, meskipun bukan berasal dari niat jahat, bisa memicu gelombang reaksi berantai yang berisiko menimbulkan kepanikan di pasar keuangan.

    Dari perspektif ekonomi makro, tidak ada alasan fundamental yang bisa menjelaskan apresiasi rupiah ke level Rp8.170 per dolar dalam kondisi saat ini.

    Untuk mencapai angka tersebut, Indonesia harus mengalami surplus neraca perdagangan yang luar biasa besar, lonjakan investasi asing dalam jumlah yang masif, serta perbaikan struktural di berbagai sektor yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional secara signifikan.

    Tidak ada satu pun indikator ekonomi yang menunjukkan tren ke arah sana dalam waktu singkat.

    Bahkan dalam kondisi terbaik, penguatan rupiah tidak akan terjadi secara instan, melainkan melalui proses panjang yang mencerminkan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.

    Fenomena ini juga menunjukkan pentingnya regulasi dalam penyebaran informasi keuangan di era digital.

    Sebab sampai saat ini belum ada mekanisme yang menjadi jaminan kepastian bahwa data kurs yang ditampilkan oleh platform seperti Google harus akurat atau diperiksa secara berkala oleh otoritas keuangan.

    Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan memiliki tugas menjaga stabilitas sistem keuangan, tetapi tidak memiliki kewenangan untuk mengontrol bagaimana platform digital menyajikan informasi ekonomi.

    Ketika terjadi kesalahan seperti ini, tidak ada jalur resmi yang cepat untuk mengoreksi informasi, sehingga kegaduhan di media sosial bisa berlangsung lama sebelum ada klarifikasi dari pihak berwenang atau penyedia data yang sebenarnya.

    Literasi ekonomi

    Ketergantungan masyarakat pada informasi instan juga menegaskan pentingnya peningkatan literasi ekonomi di Indonesia.

    Kesadaran untuk selalu membandingkan data dari berbagai sumber, memahami cara kerja sistem keuangan global, serta memiliki wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, adalah keterampilan yang semakin penting di era digital.

    Dalam kasus ini, mereka yang langsung mencari informasi ke Bank Indonesia, Bloomberg, XE, atau Reuters akan segera mengetahui bahwa angka di Google tidak benar, sementara mereka yang hanya mengandalkan satu sumber informasi akan mudah terjebak dalam asumsi yang keliru.

    Ke depan, penyedia layanan digital seperti Google harus lebih bertanggung jawab dalam menyajikan informasi ekonomi yang akurat, terutama karena banyak orang yang mengandalkan data mereka untuk pengambilan keputusan finansial.

    Sistem verifikasi yang lebih ketat, transparansi mengenai sumber data yang digunakan, serta respons cepat dalam memperbaiki kesalahan adalah langkah-langkah yang harus diperkuat agar kejadian serupa tidak terulang.

    Di sisi lain, masyarakat juga harus lebih kritis dalam mengonsumsi informasi, terutama yang berkaitan dengan data keuangan yang dapat berdampak besar pada keputusan ekonomi individu maupun korporasi.

    Kesalahan kurs rupiah yang ditampilkan Google hanyalah salah satu contoh bagaimana informasi yang tidak akurat dapat menciptakan distorsi dalam persepsi ekonomi.

    Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, data yang salah bukan hanya sekadar kesalahan teknis, tetapi juga bisa menjadi pemicu kegaduhan yang berdampak luas.

    Oleh karena itu, kemampuan untuk memilah dan memverifikasi informasi bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, tetapi kebutuhan mendesak dalam menghadapi lanskap ekonomi digital yang semakin kompleks.

    Sumber : Antara