Kementrian Lembaga: BI

  • Gibran Debut di G20, Pamer QRIS hingga Singgung Kripto dan Bitcoin

    Gibran Debut di G20, Pamer QRIS hingga Singgung Kripto dan Bitcoin

    Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka memamerkan capaian sistem pembayaran yang digagas oleh Bank Indonesia (BI), yakni Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di dalam pidato perdananya mewakili delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20). 

    Indonesia, ujar Gibran, turut menyampaikan komitmen dalam hal inklusi keuangan seperti penerapan sistem pembayaran dengan Quick Response Code Indonesian Standar atau QRIS. 

    “Sistem pembayaran QRIS kami menunjukkan bagaimana solusi digital yang sederhana dan bebriaya murah bisa mendorong partisipasi dalam ekonomi dan meminimalkan ketimpangan,” ucapnya dikutip dari siaran daring YouTube G20 South Africa, Sabtu (22/11/2025). 

    Tidak hanya itu, lanjut Gibran, Indonesia juga berpartisipasi aktif dalam dialog ekonomi cerdas (intelligence economy). Hal itu kendati teknologi-teknologi yang bermunculan seperti aset kripto dan token digital, termasuk bitcoin, bisa menciptakan peluang dan risiko. 

    “Indonesia memercayai bahwa setiap negara berhak memetakan jalur pembangunannya, karena tidak ada model tunggal yang bisa sesuai untuk semua. Tidak ada yang namanya metode terbaik, kerja sama harus memperkuat, bukan mendikte. Kerja sama harus membangun, bukan untuk menciptakan ketergantungan,” terangnya. 

    Adapun dari sisi pembiayaan berkelanjutan, mantan Wali Kota Solo itu meminta agar ambisi tersebut didorong lebih jauh guna menutup kesenjangan serta mengejar adaptasi, mitigasi serta transisi yang berkadilan. 

    Dia berpesan bahwa dunia membutuhkan pembiayaan yang lebih terjangkau, dapat diprediksi dan setara khususnya bagi negara-negara berkembang. Mekanisme yang bisa dilakukan yakni melalui keringanan utang, pembiayaan inovatif, pembiayaan campuran maupun mekanisme-mekanisme transisi energi lainnya. 

    Gibran menyebut di dalam negeri, Indonesia mengalokasikan sekitar US$2,5 miliar (setara Rp41,7 triliun berdasarkan kurs Jisdor BI Rp16.719 per dolar Amerika Serikat) setiap tahunnya.

    “Indonesia mengalokasikan lebih dari setengah pembiayaan iklim nasional sekitar US$2,5 miliar setiap tahunnya untuk mendukung UMKM hijau, asuransi pertanian serta infrastruktur yang berketahanan terhadap iklim,” ujar putra dari Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) itu. 

  • BI ungkap pertumbuhan indeks harga properti di Bali catat 1,08 persen

    BI ungkap pertumbuhan indeks harga properti di Bali catat 1,08 persen

    Denpasar (ANTARA) – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mengungkapkan pertumbuhan indeks harga properti di Pulau Dewata tercatat 1,08 persen pada triwulan III-2025, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya mencapai 0,67 persen.

    Kepala Perwakilan BI Bali Erwin Soeriadimadja di Denpasar, Sabtu, menjelaskan peningkatan indeks harga properti itu didorong oleh kenaikan harga bahan bangunan akibat meningkatnya harga sektor produksi.

    “Kenaikan harga bahan bangunan dan upah kerja menjadi kontributor utama dalam peningkatan harga unit rumah,” ucapnya.

    Ia lebih lanjut menjelaskan dalam survei tiga bulanan itu, kenaikan harga bahan bangunan berkontribusi sebesar 84,4 persen dan upah pekerja bangunan sebesar 43,8 persen.

    Hasil tersebut, kata dia, didorong oleh kenaikan harga tiga jenis properti yakni kecil dengan luas bangunan 36 meter persegi (m2), menengah (36-70 m2) dan besar dengan luas bangunan di atas 70 m2.

    Bank sentral itu mencatat secara berurutan, indeks harga properti tiga jenis luas bangunan itu mencapai 1,66 persen, 1,12 persen dan 0,82 persen.

    BI mengungkapkan hasil survei bahwa pangsa penjualan tipe rumah besar meningkat 0,7 persen dibandingkan periode triwulan sebelumnya, sejalan dengan tingginya permintaan rumah berukuran besar sebagai investasi atau hunian tempat tinggal.

    Erwin menambahkan saat harga properti meningkat, terdapat sejumlah faktor yang dinilai menghambat penjualan properti residensial primer di Bali, antara lain suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), keterbatasan lahan, uang muka rumah dan kenaikan harga bahan bangunan.

    Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Menyeimbangkan Pengamanan Transaksi Elektronik dan Inklusi Keuangan

    Menyeimbangkan Pengamanan Transaksi Elektronik dan Inklusi Keuangan

    Jakarta

    Saat ini teknologi digital telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk dalam melakukan transaksi ekonomi. Dari berbagai penggunaan digital ekonomi, satu yang terlihat menonjol dan berkembang sangat pesat adalah penggunaan teknologi tersebut dalam transaksi keuangan. Bank Indonesia mencatat nilai transaksi melalui Quick Response Code Indonesia Standard (QRIS) melesat menjadi Rp 659,93 triliun dari 6,24 miliar transaksi di tahun 2024 dari hanya Rp 8,21 triliun yang berasal dari 124,11 juta transaksi di tahun 2020. Sementara transaksi uang elektronik naik 34,62 persen menjadi Rp 2,5 kuadriliun di tahun 2024 dari Rp 1,85 kuadriliun di tahun sebelumnya.

    Tetapi, selalu ada dua sisi dari kemajuan teknologi. Seiring masifnya transaksi keuangan digital, praktek-praktek penipuan atau scam menggunakan platform digital juga mengalami peningkatan tajam. Berdasarkan laporan Indonesia Anti-Scam Center (IASC), terdapat 323.841 laporan terkait penipuan yang dihimpun selama satu tahun sejak peluncurannya pada November 2024. Besarnya permasalahan ini tentu saja perlu ditangani secara tepat agar berbagai pihak yang terlibat dalam transaksi keuangan mendapatkan perlindungan yang mencukupi, tanpa memberatkan semua pihak, dan dapat diterapkan secara efektif.

    Dalam rangka memberikan perlindungan tersebut, Undang-Undang No. 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yang baru saja direvisi tahun lalu, mengharuskan setiap transaksi elektronik yang memiliki risiko tinggi untuk menggunakan tanda tangan elektronik tersertifikasi (TTET). Apa yang dimaksud dengan transaksi berisiko tinggi? Ternyata dalam penjelasan UU tersebut, definisinya adalah “transaksi keuangan yang tidak dilakukan dengan tatap muka secara fisik”. Definisi yang sangat luas ini tentu saja dapat menimbulkan berbagai implikasi kepada seluruh pemangku kepentingan.

    Satu hal yang pasti adalah akan adanya tambahan biaya operasional dari kewajiban tersebut. Kewajiban ini bukan saja membebani pelaku industri, tetapi juga bisa menjadi biaya tambahan kepada pengguna. Bila hal tersebut terjadi, maka kebijakan yang diambil menjadi kontradiktif terhadap upaya peningkatan inklusi keuangan, terutama di daerah area tertinggal. Padahal peningkatan inklusi keuangan, dengan target 93 persen pada 2029 telah menjadi indikator Sasaran Utama Prioritas Nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029.

    Dari sisi industri keuangan, kewajiban ini juga tentunya akan menimbulkan tambahan beban biaya. Ini dapat memberikan disinsentif bagi industri untuk melakukan berbagai inovasi yang diperlukan, bukan hanya dalam pelayanan, tetapi juga inovasi dalam pengamanan. Sebenarnya, sudah banyak invoasi yang diterapkan untuk meningkatkan pengamanan dan perlindungan, seperti know your customer (KYC), one-time password (OTP), biometrik, dan two-factor authentification (2FA). Berbagai inovasi tersebut juga sudah diakui oleh lembaga regulator terkait, seperti Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

    Patut juga dipertanyakan efektifitas dari aturan ini. Kejahatan siber yang sering terjadi di Indonesia bukanlah pemalsuan identitas data pribadi, tapi lebih sering dalam bentuk social engineering untuk mengelabui korban dalam melakukan pembayaran secara legal dan terotorisasi. Titik paling rentan bagi keamanan pengguna layanan keuangan digital adalah literasi digital dan keuangan masyarakat Indonesia yang belum memadai, bukan penggunaan data pribadi secara ilegal. Kewajiban penggunaan TTET ini tidak akan efektif menyelesaikan permasalahan yang ada, karena memang permasalahan utama bukanlah hal yang akan diselesaikan oleh kebijakan tersebut.

    Mengingat bahwa kebijakan tersebut memberikan beban tambahan kepada pengguna maupun industri, sementara efektifitasnya masih diragukan, pemerintah perlu menetapkan batasan yang lebih jelas bagi transaksi elektronik berisiko tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkannya dalam rencana revisi Peraturan Pemerintah No. 71/2019.

    Tanpa adanya kebijakan yang memberikan batasan, maka keharusan penggunaan TTET justru dapat menjadi bumerang dan kontra produktif terhadap inklusi keuangan. Ini juga memberikan pengaruh yang tidak diinginkan terhadap perkembangan ekonomi digital secara keseluruhan dan berpotensi menganggu pencapaian pertumbuhan ekonomi 8% seperti yang direncanakan.

    Sebenarnya ada beberapa alternatif solusi yang lebih efektif dalam memitigasi risiko penggunaan transaksi elektronik. Yang utama dan paling penting adalah memperkuat sosialisasi dan edukasi literasi keuangan di Indonesia. Upaya ini perlu ditingkatkan secara terstruktur, konsisten, dan berkelanjutan, terutama bagi kelompok masyarakat yang rentan terhadap penipuan.

    Selain itu, kolaborasi dan sinergi lintas sektor dalam melawan penipuan/scam pada transaksi elektronik perlu dilakukan melalui fraud detection system maupun fraud database yang dapat menindak secara cepat para pelaku kejahatan elektronik. Inisiatif yang diluncurkan OJK melalui Indonesia Anti Scam Center (IASC) menjadi sebuah refleksi dari kolaborasi antara regulator dan industri keuangan pada 2024 untuk berbagi informasi daftar hitam secara real-time. Selain itu, IASC juga dapat menjadi acuan upaya anti scam berbasis prinsip ekonomi di sektor jasa keuangan.

    State of Scams in Indonesia 2025 Report yang diterbitkan oleh Global Anti Scam Alliance (GASA) mencatat bahwa 66 persen orang dewasa di Indonesia terpapar upaya scam setiap bulannya, dengan total 55 upaya scam per orang per tahun. Hal ini mencerminkan betapa masif dan terorganisasinya pola scam saat ini. Dalam konteks ini, kehadiran IASC menjadi sebuah tonggak penting yang menunjukkan bahwa Indonesia mulai membangun sistem pertahanan digital yang lebih terintegrasi.

    Dalam penerapan kewajiban TTET, pemerintah juga perlu menggunakan cost-benefit analysis dalam menajamkan definisi transaksi berisiko tinggi yang akan menggunakan TTET melalui revisi PP No. 71/2019. Ini juga perlu diikuti dengan proses benchmarking secara sistematis untuk memutuskan kebijakan yang tepat terhadap pengamanan transaksi elektronik. Tidak ada satu negara pun yang mewajibkan penggunaan TTET sebagai cara untuk terhadap risiko penipuan/scam.

    Pengaturan teknis lanjutan mengenai transaksi berisiko tinggi sebaiknya ditetapkan regulator dengan kewenangan paling sesuai, misalnya BI dan OJK pada sektor keuangan. Ini dilakukan agar penerapan kebijakan menjadi lebih kontekstual, sehingga memastikan keseimbangan pengendalian risiko dan keberlanjutan inovasi di industri transaksi elektronik, serta menghidari dampak kontraproduktif terhadap pencapaian perkembangan ekonomi digital dan inklusi keuangan di Indonesia.

    Ditulis oleh Yose Rizal Damuri, Direktur Eksekutif, Center for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia. Lulusan S1 Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dan master The Australian National University ini juga mengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

    (asj/asj)

  • Kinerja Perbankan Diproyeksi Tetap Solid hingga Akhir 2025

    Kinerja Perbankan Diproyeksi Tetap Solid hingga Akhir 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Kinerja industri perbankan nasional diperkirakan tetap solid hingga akhir tahun 2025. Hal ini tercermin dari hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) triwulan IV 2025.

    Survei dilakukan pada Oktober 2025 dengan melibatkan 102 bank yang mewakili 99,25% dari total aset seluruh bank umum per September 2025, sehingga hasilnya dinilai cukup menggambarkan kondisi perbankan nasional secara keseluruhan.

    Dikutip dari hasil survei tersebut, Sabtu (22/11/2025), keyakinan pelaku perbankan tercermin dari indeks orientasi bisnis perbankan (IBP) pada triwulan IV 2025 yang tercatat sebesar 66, berada di zona optimistis. Ekspektasi akan membaiknya kondisi makroekonomi domestik menjadi alasan utama responden menilai bahwa kinerja perbankan akan tetap terjaga. Perbankan juga dinilai masih cukup kuat dalam mengelola berbagai risiko yang dihadapi di tengah dinamika perekonomian global dan domestik.

    Prediksi membaiknya kondisi makroekonomi domestik tercermin pada indeks ekspektasi kondisi makroekonomi (IKM) triwulan IV 2025 yang kembali ke level optimistis, yakni sebesar 63. Peningkatan indeks ini terutama didorong oleh prakiraan meningkatnya pertumbuhan ekonomi seiring penurunan BI rate dan ditopang oleh penguatan nilai tukar Rupiah.

    Selain itu, konsumsi masyarakat yang lazimnya meningkat pada momentum Natal dan tahun baru juga diyakini mampu mendongkrak permintaan terhadap barang dan jasa. Stimulus 8+4+5 dari pemerintah turut diperkirakan memperkuat daya beli masyarakat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi, meskipun di sisi lain inflasi juga diperkirakan meningkat akibat kenaikan aktivitas ekonomi dan konsumsi tersebut.

    Sejalan dengan proyeksi membaiknya kondisi makroekonomi, mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan IV 2025 masih terjaga dan terkendali. Hal ini tercermin dari indeks persepsi risiko (IPR) sebesar 57 yang juga berada di zona optimistis.

    Para pelaku perbankan menilai kualitas kredit masih terjaga dengan baik, sementara posisi devisa netto (PDN) tetap rendah dengan aset dan tagihan valuta asing yang lebih besar dibandingkan kewajiban valas (long position), sehingga eksposur risiko nilai tukar relatif termitigasi.

    Meski demikian, net cashflow perbankan diproyeksikan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan ini antara lain dipengaruhi oleh peningkatan cash outflow seiring meningkatnya penarikan dana oleh nasabah untuk kebutuhan operasional, serta pembayaran belanja pemerintah daerah yang umumnya cukup besar pada akhir tahun anggaran.

    Dari sisi prospek bisnis, ekspektasi terhadap kinerja perbankan pada triwulan IV-2025 tercatat tetap kuat. Indeks kkspektasi kinerja (IEK) berada pada level 78, yang menunjukkan optimisme tinggi terhadap prospek pertumbuhan perbankan. Pertumbuhan tersebut didorong oleh ekspektasi bahwa kredit masih akan meningkat seiring naiknya permintaan pembiayaan, serta dukungan ekspansi kredit yang telah disiapkan bank melalui pipeline yang ada.

    Sejumlah sektor ekonomi dinilai berpotensi menjadi motor penggerak pertumbuhan kredit. Sektor industri pengolahan pada September 2025 tercatat tumbuh 8,64% (yoy), sementara sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor pengangkutan dan pergudangan masing-masing tumbuh 19,15% (yoy) dan 19,32% (yoy).

    Dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) pada triwulan IV 2025 juga diperkirakan tumbuh sejalan dengan upaya bank memperoleh sumber pendanaan untuk mendukung ekspansi kredit dan menjaga likuiditas.

    Pada SBPO periode ini, OJK juga menggali informasi mengenai proyeksi pencapaian target rencana bisnis bank (RBB) tahun 2025. Hasil survei menunjukkan, sebagian besar bank optimistis target kredit dan DPK dalam RBB 2025 dapat tercapai. 

  • PIHPS: Harga bawang merah Rp42.550/kg, cabai rawit Rp49.800/kg

    PIHPS: Harga bawang merah Rp42.550/kg, cabai rawit Rp49.800/kg

    Jakarta (ANTARA) – Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional yang dikelola Bank Indonesia mencatat harga pangan komoditas bawang merah mencapai Rp42.550 per kilogram (kg), sedangkan cabai rawit merah Rp49.800 per kg.

    Berdasarkan data dari PIHPS yang dilansir di Jakarta, Sabtu pukul 10.30 WIB, menunjukkan selain bawang merah dan cabai rawit merah, tercatat harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional lainnya, yakni bawang putih di harga Rp38.900 per kg.

    Selain itu, beras kualitas bawah I di harga Rp14.400 per kg, begitu pun beras kualitas bawah II Rp14.300 per kg.

    Sedangkan, beras kualitas medium I Rp15.850 per kg, dan beras kualitas medium II di harga Rp15.700 per kg.

    Lalu, beras kualitas super I di harga Rp17.050 per kg, dan beras kualitas super II Rp16.550 per kg.

    Selanjutnya, PIHPS mencatat harga cabai merah besar mencapai Rp57.350 per kg, cabai merah keriting Rp56.650 per kg, dan cabai rawit hijau Rp40.200 per kg.

    Kemudian, daging ayam ras di harga Rp39.550 per kg, daging sapi kualitas I Rp141.400 per kg, begitu pun daging sapi kualitas II di harga Rp133.050 per kg.

    Harga komoditas berikutnya yakni gula pasir kualitas premium tercatat Rp19.800 per kg, gula pasir lokal Rp18.050 per kg.

    Sementara itu, minyak goreng curah di harga Rp18.650 per liter, minyak goreng kemasan bermerek I di harga Rp22.400 per liter, serta minyak goreng kemasan bermerek II di harga Rp21.400 per liter.

    PIHPS juga mencatat harga telur ayam ras di harga Rp31.600 per kilogram.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kemarin, pemusnahan baju bekas impor tak pakai APBN hingga jumlah M2

    Kemarin, pemusnahan baju bekas impor tak pakai APBN hingga jumlah M2

    Jakarta (ANTARA) – Berbagai peristiwa di bidang ekonomi yang terjadi sepanjang Jumat (22/11/2025) masih hangat serta relevan untuk disimak kembali pada Sabtu pagi ini.

    Mulai dari soal biaya biaya pemusnahan pakaian bekas asal impor tidak menggunakan APBN hingga jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) per Oktober 2025.

    Berikut rangkuman berita pilihan.

    Mendag tegaskan biaya pemusnahan pakaian impor bekas tidak pakai APBN

    Menteri Perdagangan (Mendag) menegaskan bahwa seluruh biaya pemusnahan pakaian bekas asal impor tidak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), melainkan dibebankan pada importir yang bertanggung jawab.

    Ia menjelaskan beban biaya yang ditanggung importir merupakan sanksi lantaran telah melanggar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang perdagangan dan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 40 Tahun 20242 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Dilarang Impor.

    Baca selengkapnya.

    Kanwil Pajak Semarang sandera penunggak pajak Rp25,4 miliar

    Kantor Wilayah (Kanwil) Direktorat Jenderal Pajak Jawa Tengah I melakukan penyanderaan (gijzeling) terhadap wajib pajak inisial SHB di Semarang.

    SHB merupakan wajib pajak yang terdaftar di KPP Madya Dua Semarang yang memiliki utang pajak PPh Pasal 25/29 Orang Pribadi sebesar Rp25.471.351.451,00 atau Rp25,4 miliar.

    Baca selengkapnya.

    ASDP beri diskon hingga 19 persen di libur akhir tahun dukung stimulus

    PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) ASDP memberikan diskon hingga 19 persen pada layanan penyeberangan selama libur Natal dan Tahun Baru 2025/2026, sebagai dukungan terhadap program stimulus pemerintah untuk meningkatkan mobilitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi nasional.

    “Melalui stimulus tarif ini, ASDP berkontribusi memperkuat konektivitas antarwilayah sekaligus membantu mendorong aktivitas ekonomi dan wisata di berbagai daerah,” kata Direktur Utama ASDP Heru Widodo dalam keterangan di Jakarta, Jumat.

    Baca selengkapnya.

    LPS: 50 juta penduduk belum punya rekening, dorong literasi keuangan

    Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mencatat sekitar 50 juta penduduk Indonesia belum memiliki rekening bank sehingga pemerintah menargetkan seluruh warga memiliki rekening tunggal untuk memperkuat literasi dan inklusi keuangan serta efektivitas penyaluran program ekonomi.

    Ketua Dewan Komisioner LPS Anggito Abimanyu mengatakan kepemilikan rekening menjadi prasyarat dasar bagi masyarakat untuk terhubung dengan layanan keuangan formal.

    Baca selengkapnya.

    BI sebut pertumbuhan uang beredar di Oktober positif, jadi Rp9.783,1 T

    Bank Indonesia (BI) menyebutkan bahwa likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2025 tumbuh positif, yakni sebesar 7,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) mencapai Rp9.783,1 triliun.

    “Posisi M2 pada Oktober 2025 tercatat sebesar Rp9.783,1 triliun atau tumbuh sebesar 7,7 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,0 persen (yoy),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

    Baca selengkapnya.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Rupiah menguat seiring kebijakan domestik yang solid

    Rupiah menguat seiring kebijakan domestik yang solid

    Jakarta (ANTARA) – Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Jumat sore menguat sebesar 20 poin atau 0,12 persen menjadi Rp16.716 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.736 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat di level Rp16.719 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.742 per dolar AS.

    Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Taufan Dimas Hareva kepada ANTARA di Jakarta, Jumat, mengatakan penguatan nilai tukar rupiah dipengaruhi kebijakan domestik yang solid.

    “Rupiah menutup sesi perdagangan hari ini dalam kondisi menguat seiring meredanya tekanan global dan solidnya dukungan kebijakan domestik,” ucapnya.

    Dia menerangkan bahwa pelemahan dolar AS dari level tertinggi membuat tekanan eksternal berkurang pasca pasar melihat sinyal Federal Reserve (The Fed) takkan agresif dalam memotong suku bunga pada bulan Desember 2025.

    Sentimen regional juga disebut cenderung positif menimbang mayoritas mata uang Asia turut terapresiasi, sehingga memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat di tengah kondisi risk-on yang mulai kembali.

    Melihat sentimen dalam negeri, hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) dinilai menjadi katalis utama.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Neraca Transaksi Berjalan RI Surplus, NPI Triwulan III 2025 Tetap Tangguh di Tengah Gejolak Global

    Neraca Transaksi Berjalan RI Surplus, NPI Triwulan III 2025 Tetap Tangguh di Tengah Gejolak Global

    Liputan6.com, Jakarta Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2025 menunjukkan ketahanan yang solid meski tekanan global masih tinggi. Salah satu faktor utama yang menjaga stabilitas eksternal Indonesia adalah surplus neraca transaksi berjalan, yang kembali menguat berkat naiknya ekspor nonmigas.

    Sementara itu, transaksi modal dan finansial masih mencatat defisit akibat meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan dunia.

    Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, Bank Indonesia mencatat NPI triwulan III 2025 mengalami defisit sebesar USD 6,4 miliar, namun posisi cadangan devisa tetap terjaga di level tinggi mencapai USD 148,7 miliar.

    “Jumlah tersebut setara dengan pembiayaan enam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional,” jelas dia dalam keterangan tertulis, Jumat (21/11/2025).

    Surplus pada neraca transaksi berjalan mencapai USD 4 miliar atau setara 1,1% dari PDB, berbalik dari defisit pada kuartal sebelumnya. Penguatan ini didorong peningkatan surplus perdagangan barang, terutama nonmigas, serta menurunnya defisit neraca jasa seiring bertambahnya kunjungan wisatawan mancanegara.

    Selain itu, defisit neraca pendapatan primer turut mengecil setelah berlalunya periode pembayaran dividen dan kupon.

     

  • Kurs Dolar AS Hari Ini 21 November 2025, Rupiah Akhirnya Perkasa

    Kurs Dolar AS Hari Ini 21 November 2025, Rupiah Akhirnya Perkasa

    Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar atau kurs rupiah pada pembukaan perdagangan hari in Jumat 21 November 2025, bergerak menguat 5 poin atau 0,03 persen menjadi 16.731 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya 16.736 per dolar AS.

    Penutupan Perdagangan Kemarin

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (kurs dolar) menutup perdagangan Kamis (21/11/2025) dengan penguatan tipis sebesar 28 poin atau 0,17 persen ke posisi Rp 16.736 per dolar AS. Sebelumnya, rupiah berada di level Rp16.764 per dolar AS.

    Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia tercatat di posisi Rp 16.742 per dolar AS, melemah dibandingkan sehari sebelumnya yang berada di level Rp 16.732 per dolar AS.

    Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai pergerakan kurs dolar dan rupiah hari ini banyak dipengaruhi meningkatnya sikap skeptis para pejabat Federal Reserve (The Fed) terhadap peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2025 mendatang.

    “Para pejabat masih terpecah antara risiko inflasi yang masih ada dan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja. Para pedagang mengurangi ekspektasi untuk pelonggaran lebih lanjut,” ujar Ibrahim dikutip dari Antara. 

    Dalam notulen FOMC Oktober, sebagian besar peserta rapat menilai penurunan suku bunga lanjutan masih mungkin dilakukan seiring waktu. Namun ada juga anggota yang menilai pemangkasan pada Desember belum tepat dilakukan.

     

  • Dampak Injeksi Dana Rp276 Triliun Baru Terasa Desember 2025

    Dampak Injeksi Dana Rp276 Triliun Baru Terasa Desember 2025

    JAKARTA – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, dampak penempatan dana pemerintah sebesar Rp276 triliun ke perbankan, akan terlihat sepenuhnya pada Desember 2025.

    Dia mengakui adanya perlambatan pertumbuhan kredit dari 7,7 persen pada September 2025 menjadi 7,36 persen pada Oktober 2025, atau turun 0,34 poin persentase. 

    Padahal sebelumnya, Purbaya berharap injeksi dana tersebut dapat segera meningkatkan ekspansi kredit. 

    Meski demikian, Purbaya menegaskan bahwa kebijakan ini memang membutuhkan waktu sebelum memberikan hasil yang signifikan.

    “Setidaknya dampak penuh dari tambahnya likuiditas itu perlu sampai 2 sampai 3 bulan setelah uang itu diinjeksikan. Jadi baru kita lihat impact penuhnya di Desember (2025), Januari (2026), kalau dilihat pertumbuhannya,” kata Purbaya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis, 20 November. 

    Walaupun pertumbuhan kredit belum optimal, Purbaya menyampaikan bahwa dana pihak ketiga (DPK) telah tumbuh 11,5 persen pada Oktober 2025. 

    Dengan peningkatan DPK tersebut, diyakini pertumbuhan kredit akan ikut terakselerasi dalam waktu dekat.

    Dia menambahkan, penempatan dana pemerintah juga bertujuan menjaga biaya dana tetap rendah.

    “Tapi yang jelas sekarang DPK-nya tumbuhnya double digit, kredit juga sudah membaik, apalagi kredit investasi. Tujuan penempatan dana tersebut untuk menjaga biaya dana rendah agar tercapai,” jelasnya

    Dia mencatat, suku bunga deposito tenor enam bulan turun dari 6 persen menjadi 5,2 persen pada September 2025.

    Penurunan serupa terjadi pada suku bunga kredit tertimbang, yang turun dari 9,12 persen pada Juli 2025 menjadi 9 persen pada Oktober 2025.

    “Ini memberi indikasi bahwa intervensi pemerintah berhasil mendorong penurunan cost of fund untuk mendukung aktivitas investasi dan konsumsi,” jelasnya. 

    Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menilai penyaluran kredit masih perlu diperkuat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. 

    Dia menyampaikan, pertumbuhan kredit pada Oktober 2025 baru mencapai 7,36 persen, padahal target Bank Indonesia berada pada kisaran 8 persen hingga 11 persen sepanjang tahun.

    “Hal ini disebabkan permintaan kredit yang belum kuat, antara lain dipengaruhi oleh sikap pelaku usaha yang masih menahan ekspansi, istilahnya wait and see,” ujarnya dalam Konferensi Pers Hasil RDG Bulanan November 2025, Rabu, 19 November. 

    Menurut Perry, lemahnya permintaan kredit berasal dari pelaku usaha yang masih bersikap hati-hati dan menunda ekspansi. 

    Dia mencontohkan, meskipun BI telah memangkas suku bunga acuan sebesar 125 basis poin, penurunan suku bunga deposito hanya 56 basis poin dari 4,81 persen pada awal 2025 menjadi 4,25 persen pada Oktober 2025.

    Menurutnya, hal ini terutama dipengaruhi oleh pemberian special rate kepada deposan yang mencapai 27 persen dari total dana pihak ketiga perbankan. 

    Laju penurunan suku bunga kredit pun lebih lambat, hanya turun 20 basis poin dari 9,20 persen pada awal tahun menjadi 9 persen di Oktober 2025. 

    Perry juga mencatat adanya fasilitas kredit yang belum dimanfaatkan (undisbursed loan) mencapai Rp2.450,7 triliun, atau 22,97 persen dari total plafon kredit.

    Dari sisi penawaran, kapasitas perbankan untuk menyalurkan pembiayaan sebenarnya cukup kuat.

    Hal ini didukung rasio alat likuid terhadap DPK yang naik menjadi 29,47 persen dan pertumbuhan DPK yang mencapai 11,48 persen pada Oktober 2025.