Kementrian Lembaga: BI

  • BI: Insentif KLM Rp370,6 triliun hingga minggu kedua April 2025

    BI: Insentif KLM Rp370,6 triliun hingga minggu kedua April 2025

    Bank Indonesia terus mendorong implementasi penguatan KLM untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) telah memberikan insentif dalam program Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) sebesar Rp370,6 triliun kepada bank-bank yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas hingga minggu kedua April 2025.

    Jumlah tersebut meningkat Rp78,3 triliun dari minggu keempat Maret 2025 sebesar Rp292,3 triliun.

    “Bank Indonesia terus mendorong implementasi penguatan KLM untuk mendukung pertumbuhan kredit perbankan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Mulai 1 April 2025, KLM ditingkatkan dari paling besar 4 persen menjadi sampai dengan 5 persen dari dana pihak ketiga (DPK).

    Khusus sektor perumahan, insentif KLM meningkat sebesar Rp84,0 triliun dari minggu keempat Maret 2025 seiring dengan implementasi penguatan KLM pada 1 April 2025.

    Insentif KLM diberikan masing-masing kepada kelompok bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebesar Rp161,7 triliun, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) sebesar Rp167,4 triliun, Bank Pembangunan Daerah (BPD) sebesar Rp35,7 triliun, dan Kantor Cabang Bank Asing (KCBA) sebesar Rp5,8 triliun.

    Secara sektoral, insentif tersebut disalurkan kepada sektor-sektor prioritas yakni pertanian, real estate, perumahan rakyat, konstruksi, perdagangan dan manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata dan ekonomi kreatif, serta UMKM, Ultra Mikro, dan hijau.

    BI mencatat bahwa kredit perbankan tetap tumbuh positif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi.

    Pertumbuhan kredit pada Maret 2025 tercatat sebesar 9,16 persen year on year (yoy), lebih rendah dari 10,30 persen (yoy) pada Februari 2025.

    Pertumbuhan kredit investasi masih relatif tinggi, yaitu 13,36 persen (yoy), sementara pertumbuhan kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing tercatat sebesar 9,32 persen (yoy) dan 6,51 persen (yoy).

    Dari sisi penawaran, minat penyaluran kredit (lending standard) dan kondisi likuiditas masih memadai, meskipun sejumlah bank mulai menghadapi kendala dalam meningkatkan pendanaan baik DPK maupun sumber lainnya untuk penyaluran kredit.

    Dari sisi permintaan, kontribusi pertumbuhan kredit terutama didukung pada sektor industri, pertambangan, dan jasa sosial, sementara kontribusi pertumbuhan kredit pada sektor konstruksi dan perdagangan masih terbatas.

    Sementara pembiayaan syariah tumbuh sebesar 9,18 persen (yoy), serta kredit UMKM tumbuh sebesar 1,95 persen (yoy).

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

  • Ketidakpastian perekonomian global makin tinggi didorong tarif AS

    Ketidakpastian perekonomian global makin tinggi didorong tarif AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI: Ketidakpastian perekonomian global makin tinggi didorong tarif AS
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 14:53 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa ketidakpastian perekonomian global makin tinggi, didorong oleh kebijakan tarif resiprokal yang diberlakukan Pemerintah  Amerika Serikat (AS).

    Pengumuman kebijakan tarif resiprokal AS awal April 2025 serta langkah retaliasi oleh Tiongkok dan kemungkinan dari sejumlah negara lain meningkatkan fragmentasi ekonomi global dan menurunnya volume perdagangan dunia.

    “Akibatnya pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2025 diperkirakan akan menurun dari 3,2 persen menjadi 2,9 persen,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Lebih lanjut, Perry mengatakan bahwa penurunan ekonomi yang terbesar terjadi di AS dan Tiongkok, sejalan dengan dampak perang tarif kedua negara tersebut.

    Pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang lainnya juga diperkirakan akan melambat dipengaruhi dampak langsung dari penurunan ekspor ke AS dan dampak tidak langsung dari penurunan volume perdagangan dengan negara-negara lain.

    Perang tarif dan dampak negatifnya terhadap penurunan pertumbuhan AS, Tiongkok dan ekonomi dunia memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global serta mendorong perilaku risk aversion pemilik modal.

    Imbal hasil (yield) U.S. Treasury menurun dan indeks mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia atau DXY melemah di tengah peningkatan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) di tahun ini maupun tahun depan.

    Aliran modal dunia bergeser dari Amerika Serikat ke negara dan aset yang dianggap aman atau safe haven asset and safe haven countries, terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang serta komoditi emas.

    Sementara itu, aliran keluar modal global dari negara berkembang masih berlanjut sehingga memberikan tekanan terhadap pelemahan mata uangnya.

    “Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respon dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” kata Perry.

    Sumber : Antara

  • BI prakirakan NPI pada 2025 tetap baik di tengah ketidakpastian global

    BI prakirakan NPI pada 2025 tetap baik di tengah ketidakpastian global

    Neraca Pembayaran Indonesia tetap baik sehingga mampu mendukung ketahanan eksternal

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bank sentral memprakirakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada tahun 2025 tetap baik di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.

    NPI pada 2025 yang diprakirakan tetap baik ditopang defisit transaksi berjalan yang rendah dalam kisaran defisit 0,5 persen sampai dengan 1,3 persen dari PDB serta surplus transaksi modal dan finansial yang berlanjut.

    “Neraca Pembayaran Indonesia tetap baik sehingga mampu mendukung ketahanan eksternal,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Surplus neraca perdagangan berlanjut pada Maret 2025 sebesar 4,3 miliar dolar Amerika Serikat (AS), meningkat dibandingkan dengan surplus bulan sebelumnya sebesar 3,1 miliar dolar AS.

    Aliran masuk modal asing ke instrumen keuangan domestik dalam bentuk investasi portofolio sejak awal tahun 2025 hingga akhir Maret 2025 mencatat net inflows 1,6 miliar dolar AS.

    Pada April 2025 (hingga 21 April 2025), investasi portofolio mencatat net outflows 2,8 miliar dolar AS akibat kuatnya dampak ketidakpastian global pascapengumuman tarif resiprokal AS.

    Perkembangan terkini menunjukkan tekanan outflows mulai berkurang terutama pada Surat Berharga Negara (SBN), sejalan tetap baiknya prospek perekonomian Indonesia, termasuk ketahanan eksternal yang terjaga baik.

    Sementara posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2025 tercatat tinggi sebesar 157,1 miliar dolar AS, setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen

    BI Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Jadi 2,9 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Bank Indonesia (BI) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 dari yang sebelumnya sebesar 3,2% menjadi 2,9%. Hal ini tidak terlepas dari meningkatnya ketidakpastian global karena kebijakan tarif balasan (resiprokal) Amerika Serikat (AS).

    Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pengumuman kebijakan tarif resiprokal AS awal April 2025, serta langkah retaliasi oleh China dan kemungkinan dari sejumlah negara lain meningkatkan fragmentasi ekonomi global dan menurunnya volume perdagangan dunia.

    “Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global pada 2025 diperkirakan akan menurun dari 3,2% menjadi 2,9% dengan penurunan terbesar terjadi di AS dan Tiongkok sejalan dengan dampak perang tarif kedua negara tersebut,” ucap Perry dalam dalam konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur Bulanan April 2025 yang berlangsung secara virtual pada Rabu (23/4/2025).

    Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi global di negara maju dan negara berkembang lainnya juga diperkirakan akan melambat, dipengaruhi dampak langsung dari penurunan ekspor ke AS dan dampak tidak langsung dari penurunan volume perdagangan dengan negara-negara lain.  

    Perang tarif dan dampak negatifnya terhadap penurunan pertumbuhan AS, Tiongkok, dan ekonomi dunia memicu peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global serta mendorong perilaku risk aversion pemilik modal.

    “Yield US Treasury menurun dan indeks mata uang dolar AS terhadap berbagai mata uang dunia (DXY) melemah, di tengah peningkatan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR),” kata dia.

    Aliran modal dunia bergeser dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset), terutama ke aset keuangan di Eropa dan Jepang serta komoditas emas. Sementara itu, aliran keluar modal global dari negara berkembang masih berlanjut sehingga memberikan tekanan terhadap pelemahan mata uangnya.

    “Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” terang Perry.

    Dia mengatakan kebijakan tarif resiprokal AS dan langkah retaliasi yang ditempuh China dan kemungkinan dari negara lain dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia.

    BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5%, dipengaruhi dampak langsung kebijakan tarif AS yang menurunkan ekspor Indonesia ke AS dan dampak tidak langsung akibat penurunan permintaan ekspor dari mitra dagang lain Indonesia, terutama China.

    Oleh karena itu, berbagai kebijakan perlu diperkuat guna memitigasi dampak dari menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi dunia, dengan mendorong permintaan domestik dan memanfaatkan peluang peningkatan ekspor.

    BI terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk menjaga stabilitas dan turut mendorong pertumbuhan ekonomi, didukung dengan percepatan digitalisasi sistem pembayaran.

    “BI terus mempererat sinergi dengan kebijakan stimulus fiskal pemerintah pusat dan daerah, termasuk dukungan penuh terhadap implementasi berbagai program pemerintah dalam Asta Cita,” pungkas Perry terkait ekonomi global.

  • BI telah beli SBN senilai Rp80,98 trilliun hingga 22 April 2025

    BI telah beli SBN senilai Rp80,98 trilliun hingga 22 April 2025

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) telah membeli surat berharga negara (SBN) dengan total sebesar Rp80,98 triliun sejak awal tahun 2025 hingga 22 April 2025.

    Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26,00 triliun.

    “Bank Indonesia juga melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder untuk memperkuat operasi moneter yang mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Ke depan, Perry mengatakan bahwa berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan guna terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.

    Penguatan respons kebijakan moneter juga terus dilakukan, termasuk optimalisasi strategi operasi moneter pro-market dalam rangka stabilitas nilai tukar rupiah dan pencapaian sasaran inflasi.

    Sebagai upaya pendalaman pasar uang dan pasar valas, serta strategi mendorong aliran masuk modal asing ke pasar keuangan dalam negeri, instrumen moneter pro-market Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) terus dioptimalkan.

    Hingga 21 April 2025, total posisi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI masing-masing tercatat sebesar Rp881,86 triliun, 1,40 miliar dolar Amerika Serikat (AS), dan 277 juta dolar AS.

    Kepemilikan nonresiden dalam SRBI per tanggal 21 April 2025 mencapai Rp209,90 triliun (23,80 persen dari total outstanding).

    “Implementasi dealer utama (primary dealer) sejak Mei 2024 juga makin meningkatkan transaksi SRBI di pasar sekunder dan repurchase agreement (repo) antarpelaku pasar, sehingga memperkuat efektivitas instrumen moneter dalam stabilisasi nilai tukar rupiah dan pengendalian inflasi,” kata Perry.

    Adapun transmisi kebijakan moneter tetap baik di tengah kenaikan risiko dari dinamika global.

    Sejalan dengan penurunan BI-Rate pada Januari 2025 dan operasi moneter yang ditempuh Bank Indonesia, suku bunga pasar uang (INDONIA) terus menurun menjadi 5,77 persen pada 21 April 2025 dari semula sebesar 6,03 persen pada awal Januari 2025.

    Suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan tanggal 16 April 2025 juga menurun, namun tetap menarik untuk aliran masuk modal asing, yakni dari masing-masing 7,16 persen; 7,20 persen; dan 7,27 persen pada awal Januari 2025 menjadi 6,59 persen; 6,61 persen; dan 6,64 persen per 16 April 2025.

    Imbal hasil SBN juga tetap menarik, meskipun untuk tenor 2 tahun menurun dari 6,96 persen menjadi 6,54 persen, sementara untuk tenor 10 tahun menurun dari 6,98 persen menjadi 6,94 persen.

    Adapun suku bunga perbankan tercatat rendah ditopang oleh kecukupan likuiditas perbankan sejalan dengan implementasi penguatan KLM serta publikasi transparansi SBDK.

    Likuiditas yang cukup tersebut mampu meningkatkan efisiensi pembentukan suku bunga perbankan sehingga mendukung penyaluran kredit perbankan.

    Pada Maret 2025, suku bunga deposito 1 bulan dan suku bunga kredit tercatat masing-masing sebesar 4,77 persen dan 9,20 persen, relatif stabil dibandingkan dengan level pada bulan sebelumnya.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

  • QRIS dan GPN Simbol Kedaulatan Digital Indonesia

    QRIS dan GPN Simbol Kedaulatan Digital Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Wakil Ketua Komisi XI DPR M Hanif Dhakiri memberikan respons atas kritikan Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menyebutkan QRIS dan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) menjadi salah penghambat perdagangan global. Hanif menegaskan, bahwa QRIS dan GPN bukanlah  kebijakan diskriminatif, melainkan manifestasi kedaulatan digital Indonesia.

    “QRIS dan GPN adalah tonggak penting dalam upaya membangun sistem pembayaran nasional yang inklusif, efisien, dan berbasis kepentingan rakyat. Ini bukan kebijakan diskriminatif, melainkan manifestasi kedaulatan digital kita sebagai bangsa,” ujar Hanif kepada wartawan, Rabu (23/4/2025).

    Hanif mengatakan sistem pembayaran adalah infrastruktur vital dalam ekonomi digital yang tidak boleh diserahkan pada kepentingan asing. Menurut dia, kritik dari luar negeri, termasuk dari AS, harus disikapi secara diplomatik namun tetap tegas dan proporsional.

    “Kami mendorong agar jalur negosiasi tetap dibuka, tetapi kedaulatan digital adalah bagian dari kedaulatan nasional yang tidak bisa dikompromikan. Sistem pembayaran adalah tulang punggung ekonomi digital kita,” tandas Hanif terkait QRIS dan GPN.

    Dia juga mengatakan, keberadaan QRIS yang kini telah digunakan oleh lebih dari 55 juta pengguna di Indonesia, bahkan telah terhubung dengan sistem pembayaran lintas batas di kawasan ASEAN, membuktikan bahwa Indonesia mampu membangun solusi yang setara dan berdaya saing secara global.

    Hanif Dhakiri yang juga anggota dewan pertimbangan Kadin Indonesia menekankan pentingnya sistem pembayaran nasional yang berpihak pada UMKM, konsumen, dan stabilitas keuangan jangka panjang.

    “Komisi XI DPR RI berdiri bersama Bank Indonesia dan pemerintah dalam menjaga sistem ini. QRIS dan GPN bukan sekadar alat bayar, tetapi simbol kemandirian digital Indonesia di tengah ketegangan geopolitik global,” pungkasnya.
     

  • BI: Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    BI: Nilai tukar rupiah tetap terkendali karena kebijakan stabilisasi

    Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian

    Jakarta (ANTARA) – Bank Indonesia (BI) menyampaikan nilai tukar rupiah tetap terkendali karena didukung kebijakan stabilisasi, yang dilakukan bank sentral di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.

    Nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 di posisi Rp16.560 per dolar Amerika Serikat (AS) atau menguat 0,12 persen point to point (ptp) dibandingkan dengan level akhir Februari 2025.

    “Namun demikian, tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore (non deliverable forward/NDF) pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446 H, akibat kebijakan tarif resiprokal AS,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Bank Indonesia pada 7 April 2025 melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.

    Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tercermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur 8 April 2025.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian,” kata Perry.

    Ke depan, ujar Perry, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik.

    Bank Indonesia terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.

    Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI Waswas! Ketidakpastian Global Picu Modal Kabur dan Rupiah Tertekan – Page 3

    BI Waswas! Ketidakpastian Global Picu Modal Kabur dan Rupiah Tertekan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan kekhawatirannya atas meningkatnya ketidakpastian global yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat pada awal April 2025.

    Ia menegaskan bahwa kebijakan tersebut telah menimbulkan gejolak dalam pasar keuangan global, termasuk mendorong aliran modal keluar dari negara-negara berkembang dan memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah.

    Salah satu dampak langsung dari kebijakan tersebut adalah terjadinya pergeseran aliran modal global dari Amerika Serikat ke negara dan aset yang dianggap lebih aman (safe haven). Para investor global mulai melirik instrumen keuangan di Eropa dan Jepang, serta komoditas emas, sebagai tempat yang lebih stabil untuk menempatkan dana mereka.

    “Aliran modal dunia bergeser dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman safe heaven asset and safe heaven countries, terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang, serta komoditi emas,” ujar Perry dalam konferensi prs Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia, Rabu (23/4/2025).

    Sementara itu, negara-negara berkembang seperti Indonesia masih menghadapi tekanan besar akibat berlanjutnya arus keluar modal. Situasi ini tidak hanya menekan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, tetapi juga menciptakan risiko bagi stabilitas ekonomi mereka secara keseluruhan.

    BI mencatat bahwa tekanan eksternal ini merupakan salah satu tantangan utama yang dihadapi Indonesia saat ini, terlebih dalam konteks ekonomi global yang semakin tidak pasti.

    Menghadapi situasi ini, Bank Indonesia merespons dengan merumuskan bauran kebijakan yang komprehensif. Perry menegaskan pentingnya sinergi antara kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, serta kebijakan pendalaman pasar keuangan, pemberdayaan UMKM, penguatan ekonomi keuangan syariah, dan kerjasama internasional.

    “Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respon dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” ujarnya.

     

  • 3 Cara Transfer BCA ke Mandiri, Segini Biaya Adminnya

    3 Cara Transfer BCA ke Mandiri, Segini Biaya Adminnya

    PIKIRAN RAKYAT – Melakukan transfer antarbank, seperti dari BCA ke Mandiri, adalah hal yang umum dalam kegiatan keuangan sehari-hari. Baik untuk kebutuhan pribadi, pembayaran tagihan, maupun keperluan bisnis, kamu mungkin sering perlu mentransfer dana dari rekening BCA ke rekening Bank Mandiri. Untuk mendukung kebutuhan tersebut, BCA menyediakan beberapa metode transfer yang dapat kamu pilih sesuai dengan situasi dan akses yang kamu miliki.

    Ada tiga cara utama yang bisa kamu gunakan untuk mengirim uang dari BCA ke Mandiri, yaitu melalui mesin ATM, layanan m-BCA (mobile banking), dan KlikBCA (internet banking). Masing-masing metode memiliki langkah yang berbeda, tetapi semuanya dirancang agar kamu dapat melakukan transaksi dengan mudah, cepat, dan aman kapan pun diperlukan.

    Sebelum melakukan transfer, penting bagi kamu untuk mengetahui bahwa pengiriman dana dari BCA ke bank lain akan dikenakan biaya administrasi. Biaya ini merupakan kebijakan tetap yang berlaku untuk seluruh transaksi antarbank, termasuk ke Bank Mandiri.

    Untuk mengetahui cara transfer dari BCA ke Mandiri menggunakan 3 metode di atas, lanjutkan membaca artikel ini.

    Transfer BCA ke Mandiri via ATM Kunjungi mesin ATM BCA terdekat dari lokasi kamu. Masukkan kartu debit BCA ke dalam mesin, lalu ketikkan enam digit PIN dengan benar. Pilih menu Transaksi Lainnya, kemudian pilih Transfer dan lanjut ke opsi Ke Rekening Bank Lain. Masukkan kode bank untuk Mandiri, yaitu 008, diikuti oleh nomor rekening tujuan (contoh: 0081542738689). Input jumlah uang yang ingin kamu transfer ke rekening Mandiri. Untuk kolom Nomor Referensi, kamu bisa melewati atau membiarkannya kosong. Layar ATM akan menampilkan informasi lengkap mengenai transaksi: nomor rekening tujuan, nama penerima, dan jumlah nominal. Jika semua data sudah benar, tekan tombol OK atau Ya untuk mengonfirmasi. Tunggu hingga mesin mengeluarkan struk sebagai bukti bahwa transaksi telah berhasil dilakukan. Transfer BCA ke Mandiri via MyBCA (BI FAST) Buka aplikasi myBCA di ponsel kamu dan login dengan menggunakan BCA ID serta password. Setelah berhasil masuk, pilih menu Transfer dari halaman utama. Pilih opsi Transfer ke Bank Lain, lalu pilih bank tujuan yaitu Mandiri. Masukkan nominal uang yang ingin ditransfer dan pastikan kamu memilih layanan BI FAST sebagai metode transfer. Isi informasi tambahan seperti Berita, Tujuan Transaksi, dan waktu pengiriman yang diinginkan. Klik Lanjut, lalu ikuti petunjuk selanjutnya untuk menyelesaikan proses transfer hingga muncul konfirmasi bahwa transaksi berhasil. Transfer BCA ke Mandiri via KlikBCA (BI FAST) Akses situs resmi KlikBCA di https://www.klikbca.com dan login menggunakan akun Individual milikmu. Pilih menu Transfer Dana, lalu lanjut ke Transfer ke Rekening Bank Lain Dalam Negeri. Pilih bank tujuan yaitu Mandiri dari daftar bank yang tersedia. Masukkan nomor rekening Mandiri yang akan menerima dana. Tentukan jumlah nominal transfer dan isi kolom Berita jika diperlukan. Pilih metode transfer BI FAST pada bagian Layanan Transfer. Isi kolom Tujuan Transaksi, lalu masukkan APPLI 2 menggunakan KeyBCA. Klik Lanjutkan, dan di halaman konfirmasi, masukkan APPLI 1 untuk menyelesaikan proses. Setelah dikirim, sistem akan menampilkan notifikasi bahwa transaksi telah berhasil.
    Berapa Biaya Transfer BCA ke Mandiri?

    Dengan adanya layanan BI FAST atau Bank Indonesia Fast Payment, transfer antarbank termasuk dari BCA ke Mandiri sekarang dikenakan biaya yang sangat terjangkau, yakni hanya Rp2.500 per transaksi.

    Batas maksimum transfer melalui BI FAST berbeda tergantung pada jenis layanan yang digunakan. Di myBCA, batas transfer ditetapkan hingga Rp150 juta per BCA ID. Untuk KlikBCA individu, batas maksimal per transaksi adalah Rp250 juta, dengan batas harian sebesar Rp500 juta.

    Pengguna KlikBCA Bisnis dan API BCA memiliki limit yang lebih besar: untuk badan usaha, limit harian mencapai Rp200 miliar dan maksimal Rp250 juta per transaksi, sementara untuk individu, batas hariannya sebesar Rp50 miliar.

    Sementara itu, nasabah yang menggunakan BCA mobile atau ATM tetap mengikuti batas maksimal yang berlaku sesuai jenis kartu yang digunakan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • BI: Perang Dagang Picu Gejolak Keuangan Dunia – Page 3

    BI: Perang Dagang Picu Gejolak Keuangan Dunia – Page 3

    Salah satu dampak langsung dari kondisi ini adalah pergeseran aliran modal dunia, yang bergerak dari Amerika Serikat ke negara-negara dan aset yang dianggap lebih aman, seperti Eropa, Jepang, dan komoditas emas.

    “Aliran modal dunia bergeser dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman safe heaven asset and safe heaven countries, terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang, serta komoditi emas,” ujarnya.

    Di sisi lain, negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih menghadapi tekanan besar dari aliran keluar modal yang terus berlanjut. Hal ini berimbas pada pelemahan mata uang negara-negara berkembang, yang dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi mereka.

    Menghadapi ketidakpastian global ini, Bank Indonesia menegaskan perlunya penguatan kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas ekonomi, serta tetap mendorong pertumbuhan domestik.

    Perry Warjiyo menyebutkan bahwa Bank Indonesia merumuskan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, sistem pembayaran, serta kebijakan pendalaman pasar keuangan, UMKM, ekonomi keuangan syariah, dan kebijakan internasional guna menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.

    “Memburuknya kondisi global tersebut memerlukan penguatan respon dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan tetap mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri,” pungkasnya.