Kementrian Lembaga: BI

  • Perbankan “prudent” jaga pertumbuhan kredit di tengah tantangan global

    Perbankan “prudent” jaga pertumbuhan kredit di tengah tantangan global

    Khususnya untuk sektor-sektor tertentu yang dinilai akan sangat terdampak dengan adanya kebijakan tarif dari Trump, saya yakin akan lebih dijaga, tidak seagresif waktu-waktu sebelum adanya trade war ini

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua Umum I Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Alexandra Askandar meyakini, bank-bank nasional tetap mengedepankan sikap yang prudent untuk menjaga pertumbuhan kreditnya di tengah tantangan ekonomi global yang berlangsung.

    “Khususnya untuk sektor-sektor tertentu yang dinilai akan sangat terdampak dengan adanya kebijakan tarif dari Trump, saya yakin akan lebih dijaga, tidak seagresif waktu-waktu sebelum adanya trade war ini,” kata Alexandra saat dijumpai usai mengikuti program siniar (podcast) ANTARA TV di Grha BNI, Jakarta, Kamis.

    Dari sisi likuiditas, Alexandra menyebutkan bahwa rata-rata loan to deposit (LDR) industri perbankan saat ini sudah berada di sekitar 90 persen atau lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

    Likuiditas yang tidak se-ample dibandingkan periode-periode sebelumnya akan menjadi faktor penentu dalam mendorong pertumbuhan kredit. Namun di sisi lain, Alexandra juga mengingatkan bahwa dalam hal asset quality, bank-bank akan lebih berhati-hati menjaga pertumbuhan kreditnya.

    Dalam mengantisipasi risiko dan dampak rambatan global, Alexandra mengatakan bahwa industri perbankan juga melakukan stress test untuk mengetahui tingkat ketahanan debitur, khususnya debitur yang berada di sektor-sektor terdampak akibat tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

    “Jadi saya yakin, ini semua sudah dilakukan dari sisi manajemen risiko dengan baik oleh masing-masing bank,” kata dia.

    Selain itu, perbankan juga tetap mengantisipasi kemungkinan risiko peningkatan kredit macet (non-performing loan/NPL). Dalam hal ini, dibutuhkan pula dukungan regulator kepada industri untuk menghindari risiko tersebut. Menurut Alexandra, komunikasi antara industri dan regulator juga perlu dilakukan secara kontinu.

    Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan kredit perbankan pada Februari 2025 tercatat sebesar 10,30 persen year on year (yoy) menjadi Rp7.825 triliun. Sementara dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh 5,75 persen yoy menjadi Rp8.926 triliun.

    Pertumbuhan DPK ini masih berada di bawah pertumbuhan kredit. Namun menurut OJK, likuiditas industri perbankan pada Februari 2025 tetap memadai.

    Loan to deposit ratio (LDR) perbankan berada pada level 87,67 persen per Februari 2025. Sementara liquidity coverage ratio (LCR) berada pada level 210,14 persen pada periode yang sama.

    Rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) juga masih di atas threshold masing-masing 50 persen dan 10 persen. AL/NCD dan AL/DPK per Februari 2025 masing-masing tercatat 116,76 persen dan 26,35 persen.

    Sementara itu, Bank Indonesia (BI) mencatat minat penyaluran kredit (lending standard) dan kondisi likuiditas masih memadai, meskipun sejumlah bank mulai menghadapi kendala dalam meningkatkan pendanaan baik DPK maupun sumber lainnya untuk penyaluran kredit.

    Hal itu disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025, Rabu (23/4).

    BI melaporkan pertumbuhan kredit pada Maret 2025 sebesar 9,16 persen yoy atau lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 10,30 persen yoy.

    Adapun pada tahun ini, bank sentral Indonesia memprakirakan pertumbuhan kredit perbankan akan menuju ke batas bawah kisaran 11-13 persen.

    Ke depan, menurut BI, berbagai risiko ketidakpastian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik perlu menjadi perhatian karena dapat memengaruhi prospek permintaan kredit dan preferensi penempatan aset likuid perbankan.

    Pewarta: Rizka Khaerunnisa
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

  • Sri Mulyani Klaim Nilai Tukar Rupiah Terkendali di Tengah Ketidakpastian Pasar Global  – Halaman all

    Sri Mulyani Klaim Nilai Tukar Rupiah Terkendali di Tengah Ketidakpastian Pasar Global  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, nilai tukar rupiah tetap terkendali didukung oleh kebijakan stabilisasi Bank Indonesia, meski di tengah ketidakpastian pasar keuangan global.

    Nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 tercatat Rp16.560 per dolar AS. Ini menguat 0,12 persen dibandingkan dengan level akhir Februari 2025. 

    “Meskipun demikian, tekanan terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar offshore non deliverable forward atau NDF pada saat Indonesia mengalami libur panjang. Sehingga pasar domestik dalam rangka idul Fitri dalam hal ini tidak terbuka, namun yang bergerak adalah di pasar offshore,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers KSSK secara virtual, Kamis (24/4/2025).

    Diketahui Bank Indonesia pada 7 April 2025 melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar Rupiah dari tingginya tekanan global. 

    Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tecermin dari perkembangan Rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025.

    Adapun jika dibandingkan dengan 8 April 2025 lalu, nilai tukar rupiah tercatat di level Rp16.865 per dolar AS atau pada hari pertama pembukaan pasar domestik pasca-libur.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional lainnya dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia di dalam menjaga stabilitas perekonomian,” terang Sri Mulyani.

    Sri Mulyani memastikan bahwa kedepan, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil, didukung komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik dan inflasi yang rendah serta prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap terjaga baik. 

  • IHSG Pagi Ini Menguat, Simak Proyeksi Pergerakannya Seharian

    IHSG Pagi Ini Menguat, Simak Proyeksi Pergerakannya Seharian

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Kamis pagi ini, 24 April 2025, dengan sentimen positif. 
     
    Melansir Antara, IHSG dibuka menguat 36,69 poin atau naik 0,55 persen ke level 6.671,06. Tak hanya itu, indeks saham unggulan LQ45 juga mencatat kenaikan 5,25 poin atau 0,71 persen ke posisi 750,03.

    Potensi kenaikan masih terbuka
    Menurut Head of Retail Research BNI Sekuritas Fanny Suherman, IHSG hari ini masih berpeluang melanjutkan penguatan di awal sesi, menyusul kenaikan bursa saham Amerika Serikat (AS). 
     
    Namun, investor perlu waspada akan potensi koreksi teknikal karena indeks sudah menguat selama empat hari berturut-turut.

    “IHSG hari ini potensi melanjutkan kenaikan di awal sesi seiring dengan kenaikan bursa AS, tetapi ada potensi koreksi wajar setelahnya karena sudah naik empat hari berturut-turut,” ujar Fanny.
     

    Redanya ketegangan perang dagang AS-Tiongkok
    Dari sisi global, meredanya tensi perang tarif antara AS dan Tiongkok menjadi salah satu pemicu optimisme pelaku pasar. Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa tarif tinggi antara kedua negara tidak akan berlangsung lama.
     
    Presiden AS Donald Trump juga mengisyaratkan kemungkinan pelonggaran bea masuk atas ekspor Tiongkok. Ia menyebut tarif final tidak akan menyentuh angka 145 persen, meski juga tak akan diturunkan ke 0 persen.
     
    Selain itu, Trump juga menegaskan bahwa dirinya tidak berniat memecat Ketua The Fed Jerome Powell, yang dinilai mampu menjaga stabilitas bank sentral AS. Pernyataan ini turut menurunkan kekhawatiran pelaku pasar terhadap independensi The Fed.
    BI tahan suku bunga acuan
    Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memutuskan mempertahankan suku bunga acuan (BI Rate) di level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2025. Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar dan turut memberikan stabilitas pada iklim investasi.
     
    Kebijakan suku bunga yang tetap ini juga mendukung likuiditas pasar dan memberikan kepercayaan bagi investor untuk tetap aktif di pasar modal.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Nilai Tukar Stabil, Sri Mulyani Tegaskan Rupiah Sesuai Fundamental Ekonomi

    Nilai Tukar Stabil, Sri Mulyani Tegaskan Rupiah Sesuai Fundamental Ekonomi

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa kondisi nilai tukar rupiah saat ini masih mencerminkan kekuatan fundamental ekonomi Indonesia dan bergerak seiring dengan tren mata uang di kawasan Asia.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional lainnya dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia di dalam menjaga stabilitas perekonomian,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4/2025).

    Pada 27 Maret 2025, kurs rupiah tercatat berada di posisi Rp 16.560 per dolar AS. Posisi ini menunjukkan adanya penguatan 0,12% secara point-to-point dibandingkan akhir Februari.

    Namun, tekanan sempat muncul saat libur panjang Idulfitri 1446 H, terutama di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) luar negeri.

    Ketegangan tersebut dipicu oleh kebijakan balasan tarif dari Amerika Serikat, yang berdampak pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia.

    Menanggapi kondisi ini, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah cepat dengan melakukan intervensi aktif di berbagai pasar NDF internasional, termasuk di kawasan Asia, Eropa, dan New York. Upaya tersebut terbukti cukup efektif dalam meredam gejolak nilai tukar.

    Hasil dari intervensi tersebut tercermin dalam pergerakan rupiah yang relatif stabil. Pada 22 April 2025, rupiah tercatat menguat menjadi Rp 16.855 per dolar AS, lebih baik dibandingkan dengan posisi saat pasar domestik kembali dibuka pada 8 April, yaitu Rp 16.865 per dolar AS.

  • Sri Mulyani: Pasar SBN tetap menarik investor di tengah tekanan global

    Sri Mulyani: Pasar SBN tetap menarik investor di tengah tekanan global

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan kinerja pasar Surat Berharga Negara (SBN) tetap terjaga di tengah meningkatnya tekanan global.

    Hal itu tercermin dari catatan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri benchmark tenor 10 tahun yang cenderung menurun meski mengalami fluktuasi.

    Dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara daring dan dipantau di Jakarta, Kamis, Sri Mulyani merinci yield obligasi 10 tahun turun 2 basis poin (bps) menjadi 7,00 persen secara tahun berjalan (year-to-date/ytd) pada kuartal I-2025.

    Mengingat hubungan terbalik antara harga SUN dan yield, maka penurunan yield menunjukkan minat investor yang tetap tinggi terhadap obligasi Pemerintah Indonesia.

    Akan tetapi, setelah libur panjang Idul Fitri 1446 H, tepatnya pada 8 April 2025, yield sempat naik menjadi 7,08 persen atau naik 5,2 bps dari awal tahun. Kenaikan itu menyusul rilis kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang diinisiasi oleh Presiden AS Donald Trump.

    Namun, per 22 April 2025, yield kembali turun sebesar 4,5 bps ke level 6,98 persen, mengindikasikan bahwa pasar kembali merespons positif setelah volatilitas awal akibat kebijakan tarif AS.

    Dari segi porsi kepemilikan, andil investor asing terhadap SBN naik sebesar Rp15,23 triliun (ytd) atau sekitar 14,30 persen per 27 Maret 2025.

    Hingga 22 April 2025, investor asing masih mencatatkan net buy sebesar Rp12,78 triliun, meski proporsinya sedikit turun menjadi 14,25 persen.

    Sementara itu, Bank Indonesia (BI) telah membeli surat berharga negara (SBN) dengan total sebesar Rp80,98 triliun sejak awal tahun 2025 hingga 22 April 2025.

    Pembelian SBN dilakukan melalui pasar sekunder sebesar Rp54,98 trilliun serta pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah, sebesar Rp26,00 triliun.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan pembelian SBN itu bertujuan untuk memperkuat operasi moneter yang mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal Pemerintah.

    Ke depan, Perry mengatakan bahwa berbagai inovasi instrumen yang telah diterbitkan akan dioptimalkan guna terus memperkuat ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dan meningkatkan efektivitas transmisi kebijakan moneter.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • IMF Proyeksi Ekonomi RI Tahun Ini di Bawah 5 Persen, Sri Mulyani Beda Pandangan, Ekonom Bilang Ini – Halaman all

    IMF Proyeksi Ekonomi RI Tahun Ini di Bawah 5 Persen, Sri Mulyani Beda Pandangan, Ekonom Bilang Ini – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan World Economic Outlook edisi April 2025 memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,1 persen menjadi 4,7 persen.

    Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani tidak sejalan dengan proyeksi IMF. Ia berkenyakinan ekonomi Indonesia pada tahun ini akan tetap tumbuh di atas 5 persen meski ada gejolak ketidakpastian ekonomi akibat perang tarif perdagangan.

    “Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 diperkirakan tetap akan mencapai sekitar lima persen,” ujar Sri Mulyani dalam Konferensi Pers KSSK secara virtual, Kamis (24/4/2025).

    Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 akan tetap positif meksi ada ketidakpastian perekonomian global. 

    Sebab menurutnya, konsumsi rumah tangga tetap baik didukung oleh belanja pemerintah terutama dalam bentuk pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR), belanja sosial dan berbagai insentif jelang Idul Fitri 1445.

    “Selain itu keberlanjutan dari proyek-proyek strategi nasional di berbagai wilayah dan meningkatnya konstruksi properti swasta diperkirakan meningkatkan kinerja investasi,” jelas dia.

    Sebelumnya, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen dalam APBN 2025, dengan World Bank memperkirakan 5,1 persen dan OECD di angka 4,9 persen. 

    Pemerintah RI Terlalu Optimis

    Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta,  Achmad Nur Hidayat, menyampaikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini berisiko jatuh ke angka 4,2 persen bila tim ekonomi tidak cukup adaptif terhadap perubahan geopolitik global. 

    Menurutnya, pemerintah dan Bank Indonesia tampaknya terlalu percaya diri. Dalam berbagai pernyataan resmi, target pertumbuhan ekonomi tetap diklaim realistis di atas 5 persen.

    Namun, kenyataannya menunjukkan tren yang berbeda. Ekonomi Indonesia terus menurun secara struktural. 

    “Ketergantungan terhadap harga komoditas, lemahnya permintaan domestik, dan lambatnya diversifikasi industri menjadi bukti bahwa narasi optimisme tidak cukup untuk menopang kinerja ekonomi,” ujar Achmad.

    Ia menyampaikan, kebijakan ekonomi saat ini lebih berpihak pada kepentingan elite dan investor besar daripada memperkuat kelas menengah. 

    Di mana, janji-janji untuk mengurangi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak sejalan dengan kenyataan dibukanya kran impor berbagai produk secara agresif. 

    “Industri dalam negeri justru dipukul mundur oleh barang impor murah. Dalam situasi ini, kelas menengah justru terhimpit di tengah tekanan harga, stagnasi pendapatan, dan minimnya perlindungan kebijakan,” katanya.

    Ia melihat, Indonesia butuh strategi ekonomi baru yang lebih berani dan adaptif. 

    Pertama, perlindungan terhadap industri dalam negeri harus ditingkatkan secara cerdas, bukan proteksionis buta. 

    “Pemerintah perlu menyasar substitusi impor untuk produk-produk strategis dan menciptakan ekosistem inovasi berbasis teknologi domestik,” tuturnya.

    Kedua, pendekatan fiskal harus lebih progresif dan selektif. Alih-alih memperluas subsidi konvensional, pemerintah harus mendorong belanja berbasis produktivitas seperti pendidikan vokasi, memperkuat UMKM, dan insentif bagi sektor manufaktur bernilai tambah tinggi.

    Ketiga, pemerintah harus berani mengambil langkah pro-kelas menengah. 

    “Kelas ini adalah motor konsumsi dan stabilitas ekonomi. 
    Dengan memberikan stimulus pajak penghasilan, pembiayaan pendidikan murah, dan akses perumahan terjangkau, konsumsi domestik bisa kembali digenjot secara berkelanjutan,” ujar Achmad.

    Keempat, pemerintah harus mulai melakukan restrukturisasi utang jangka panjang dan mengevaluasi ulang proyek-proyek infrastruktur yang tidak produktif. 

    Fokus harus dialihkan pada proyek berbasis kebutuhan rakyat, seperti transportasi publik, sanitasi, dan energi terbarukan.

    Kelima, Indonesia perlu mendesain ulang insentif investasi dengan target yang jelas: investasi yang menciptakan lapangan kerja berkualitas dan transfer teknologi. 

    “Pengawasan terhadap investasi yang hanya bersifat spekulatif harus diperketat,” ucapnya.

  • Nilai Tukar Rupiah sesuai Fundamental Ekonomi Indonesia

    Nilai Tukar Rupiah sesuai Fundamental Ekonomi Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah saat ini masih sejalan dengan kondisi ekonomi nasional dan juga selaras dengan tren mata uang kawasan.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional lainnya dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia di dalam menjaga stabilitas perekonomian,” ungka Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4/2025), dilansir dari Antara.

    Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pada 27 Maret 2025, nilai tukar rupiah tercatat sebesar Rp 16.560 per dolar AS. Ini berarti ada penguatan sebesar 0,12% secara point-to-point (ptp) dibandingkan posisi akhir Februari 2025.

    Namun, sempat terjadi tekanan signifikan di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) luar negeri selama libur panjang Lebaran 1446 H, akibat kebijakan tarif balasan dari Amerika Serikat (AS).

    Untuk menanggapi tekanan tersebut, Bank Indonesia melakukan intervensi secara aktif di pasar NDF, mulai dari kawasan Asia, Eropa hingga New York, untuk menjaga kestabilan kurs rupiah di tengah tekanan global.

    Kebijakan ini menunjukkan hasil yang positif. Hal ini terlihat dari stabilnya nilai tukar yang tercatat menguat menjadi Rp 16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan posisi Rp 16.865 per dolar AS saat pembukaan kembali pasar domestik pada 8 April.

    “Ke depan, nilai tukar rupiah diperakirakan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik,” tambah dia.

    Pada awal perdagangan Kamis (24/4/2025) pagi, rupiah tercatat menguat tipis sebesar 6 poin atau 0,04% ke level Rp 16.866 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.872.

    Bank Indonesia menegaskan akan terus memperkuat langkah stabilisasi, termasuk melakukan intervensi terukur di pasar NDF luar negeri dan melanjutkan strategi intervensi tiga jalur (triple intervention) pada transaksi spot, DNDF, dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

    Selain itu, BI juga terus mengoptimalkan instrumen kebijakan moneter, termasuk Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI), dalam rangka meningkatkan daya tarik investasi portofolio asing dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah.

  • Menkeu: Pergerakan rupiah sesuai dengan ekonomi domestik dan regional

    Menkeu: Pergerakan rupiah sesuai dengan ekonomi domestik dan regional

    Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik dan mata uang regional.

    “Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional lainnya dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia di dalam menjaga stabilitas perekonomian,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara daring, dipantau di Jakarta, Kamis.

    Dia menjelaskan nilai tukar rupiah pada 27 Maret 2025 tercatat Rp16.560 per dolar AS atau menguat 0,12 persen point-to-point (ptp) dibandingkan dengan level akhir Februari 2025.

    Namun, tekanan kuat terhadap nilai tukar rupiah terjadi di pasar off-shore (Non-Deliverable Forward/NDF) pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446 H akibat kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS).

    Merespons itu, Bank Indonesia (BI) pada 7 April 2025 melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York guna stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global.

    Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, kata Sri Mulyani. Hal itu tercermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur tanggal 8 April 2025.

    “Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik,” tutur Sri Mulyani.

    Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Kamis pagi di Jakarta menguat sebesar 6 poin atau 0,04 persen menjadi Rp16.866 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.872 per dolar AS.

    Bank Indonesia (BI) menyatakan terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder.

    Seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2025

  • BI Maluku fasilitasi 36 umkm di SALAM Fest dan Digifest 2025

    BI Maluku fasilitasi 36 umkm di SALAM Fest dan Digifest 2025

    ANTARA – Bank Indonesia (BI) Provinsi Maluku menggelar Syariah Local Economic Festival (SALAM Fest) dan Moluccas Digifest tahun 2025 di Pattimura Park, kota Ambon, Maluku, Kamis (24/4). Dalam festival tersebut BI Maluku memfasilitasi sebanyak 36 Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai upaya mendukung pertumbuhan ekonomi di kota Ambon.(Alfian Sanusi/Andi Bagasela/Ludmila Yusufin Diah Nastiti)

  • BI turunkan proyeksi ekonomi dunia jadi 2,9 persen karena tarif Trump

    BI turunkan proyeksi ekonomi dunia jadi 2,9 persen karena tarif Trump

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    BI turunkan proyeksi ekonomi dunia jadi 2,9 persen karena tarif Trump
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 23 April 2025 – 23:11 WIB

    Elshinta.com – Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun 2025 dari semula 3,2 persen menjadi 2,9 persen, setelah mencermati dinamika perkembangan kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    “Lebih spesifiknya, untuk (pertumbuhan ekonomi) Amerika Serikat itu (proyeksi BI) turun dari 2,3 menjadi 2 persen. Kemudian untuk Tiongkok (China) dari 4,6 persen menjadi 4 persen,” kata Deputi Gubernur BI Aida S Budiman dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan April 2025 di Jakarta, Rabu.

    Aida menjelaskan bahwa angka proyeksi dari BI mengenai ekonomi global berbeda dengan International Monetary Fund (IMF) yang sebesar 2,8 persen karena adanya perbedaan dalam menggunakan asumsi.

    BI menggunakan asumsi tarif AS yang diumumkan Presiden AS Donald Trump pada 9 April 2025 di mana saat itu pengenaan tarif tinggi pada berbagai mitra dagang AS ditunda selama 90 hari. Sedangkan IMF menggunakan asumsi tarif AS yang tinggi yang diumumkan pada 2 April 2025.

    “Untuk membaca tarif, kita harus hati-hati karena dinamikanya sangat fluid, sangat cepat,” kata Aida.

    Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, kebijakan tarif resiprokal AS memiliki dampak, baik dari sisi perdagangan (trade channel) maupun dari sisi pasar keuangan (financial channel).

    Dari sisi perdagangan, pengenaan tarif Trump mempunyai dampak langsung tidak hanya terkait dengan ekspor Indonesia ke AS, melainkan juga pertumbuhan ekonomi AS sendiri karena permintaan ekspor ke negara tersebut akan menurun.

    Pertumbuhan ekonomi AS tidak hanya diproyeksikan akan melambat pada tahun ini. Bahkan, ujar Perry, pelaku pasar juga memprediksi resesi di AS dengan probabilitas sekitar 60 persen. Selain itu, inflasi AS juga diperkirakan akan meningkat.

    Sedangkan dampak tidak langsung dari sisi perdagangan, BI juga melihat adanya risiko penurunan ekspor Indonesia ke China mengingat pertumbuhan ekonomi China juga diperkirakan menurun pada tahun ini.

    “Tapi tidak hanya Tiongkok, juga negara-negara lain. Apakah India maupun negara-negara lain yang kemudian akan terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.

    Dengan perkembangan tersebut, BI pun memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7-5,5 persen.

    “Sampai dengan triwulan I 2025 ekonomi kita bagus. Tapi ke depan, dinamika-dinamika itu perlu kita antisipasi lebih baik. Dan untuk itulah kenapa komitmen Bank Indonesia akan terus memperkuat dan menyempurnakan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial,” kata Perry.

    Sumber : Antara