Kementrian Lembaga: BBWSCC

  • Pemkot Jaksel Buat Ribuan Sumur Resapan, Dimulai dari Cilandak Timur
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 Juni 2025

    Pemkot Jaksel Buat Ribuan Sumur Resapan, Dimulai dari Cilandak Timur Megapolitan 16 Juni 2025

    Pemkot Jaksel Buat Ribuan Sumur Resapan, Dimulai dari Cilandak Timur
    Penulis
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Kota
    Jakarta Selatan
    mulai membuat
    sumur resapan
    dalam sebagai langkah antisipasi banjir.
    Proyek perdana dilakukan dengan pembangunan dua sumur resapan di RW 09, Jalan NIS,
    Cilandak Timur
    , Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
    “Pembuatan sumur resapan dalam, dengan kedalaman tergantung kontur tanah, yakni antara 25 hingga 28 meter,” ujar Wali Kota Jakarta Selatan, M. Anwar, dalam keterangannya yang diterima Senin (16/6/2025).
    Anwar mengatakan, kedalaman sumur resapan ditentukan oleh kontur tanah, khususnya lapisan pasir dan karang yang dinilai dapat mempercepat penyerapan air.
    Pembangunan sumur ini merupakan program lanjutan yang sebelumnya telah dilakukan di Jakarta Timur, termasuk wilayah Cipinang dan Pulo, yang kini disebut Anwar sudah tidak mengalami banjir.
    Anwar menargetkan pembangunan sumur resapan dilakukan secara masif di seluruh Jakarta Selatan.
    “Tahun ini saya jatahkan satu kecamatan 200 sumur. Ada 10 kecamatan, berarti 2.000 sumur,” kata eks Wali Kota Jakarta Timur.
    Setiap sumur resapan yang dibuat diklaim mampu menyerap hingga 10.000 liter air dalam waktu setengah jam.
    Pemerintah juga akan meluncurkan gerakan “Menabung Air” di seluruh wilayah Jakarta Selatan pada bulan depan.
    “Insya Allah Pak Gubernur akan hadir di 65 kelurahan dan 10 kecamatan,” ucap Anwar.
    Terkait aspirasi warga yang lebih memilih pembangunan turap atau sheet pile dibandingkan sumur resapan, Anwar menyebut hal itu menjadi kewenangan pemerintah pusat dan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).
    “Masalahnya, koordinasi dengan pemerintah pusat agak makan waktu. Tapi kita tetap cari solusi agar warga tidak terdampak lebih besar,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • DKI targetkan kelanjutan proyek normalisasi Ciliwung pada Juni

    DKI targetkan kelanjutan proyek normalisasi Ciliwung pada Juni

    selama ini memberi kontribusi 40 persen banjir yang ada di Jakarta

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana melanjutkan proyek normalisasi Sungai Ciliwung pada Juni 2025 guna mengatasi persoalan banjir.

    “Nanti bulan Juni ini kita akan mulai kembali menormalisasi sungai Ciliwung karena selama ini memberi kontribusi 40 persen banjir yang ada di Jakarta,” kata Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung di Jakarta, Rabu.

    Pramono mengatakan normalisasi ini diharapkan bisa menangani banjir yang memang menjadi problem bagi warga Jakarta terutama saat terjadi hujan.

    Selain itu dia juga berharap, persoalan Jakarta lainnya seperti kemacetan, polusi, hingga sampah dapat ditangani secara bertahap.

    Diketahui, proyek normalisasi Ciliwung tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak era Gubernur Joko Widodo. Namun perkembangannya hingga kini masih terhambat, terutama terkait pembebasan lahan.

    Program ini terhambat di sejumlah titik akibat penolakan dari warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai.

    Pemprov Jakarta bertanggung jawab atas penertiban bangunan liar dan pembebasan lahan, sedangkan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) di bawah Kementerian PU menjalankan pekerjaan fisiknya.

    Namun, dari rencana normalisasi sepanjang 33,69 kilometer, hanya sekitar 17,17 kilometer yang telah berhasil diselesaikan.

    Sisa 16,52 kilometer lainnya terhambat karena penolakan warga terkait pembebasan lahan.

    Di bawah kepemimpinan Pramono Anung, Pemprov Jakarta terus berusaha menghidupkan kembali proyek normalisasi Ciliwung dengan pendekatan yang lebih humanis.

    Pramono sempat menyatakan bahwa normalisasi akan tetap berlanjut tanpa melakukan penggusuran.

    Pramono optimis jika pendekatan ini berhasil, potensi banjir di Jakarta dapat ditekan hingga 40 persen.

    Untuk merealisasikan target tersebut, Pemprov Jakarta bekerja sama dengan Kementerian PU dan Kementerian ATR/BPN guna memuluskan proses pembebasan lahan di sepanjang Sungai Ciliwung. Namun proses ini kembali terkendala adanya penolakan warga.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Warga Vila Nusa Indah Desak Percepatan Normalisasi Sungai: Kami Tak Mau Tenggelam Lagi

    Warga Vila Nusa Indah Desak Percepatan Normalisasi Sungai: Kami Tak Mau Tenggelam Lagi

    JABAR EKSPRES – Ribuan warga Perumahan Vila Nusa Indah, Bojongkulur, Kecamatan Gunungputri, Kabupaten Bogor, menggelar aksi damai pada Minggu (4/5), menuntut percepatan normalisasi Sungai Cileungsi dan Sungai Cikeas.

    Aksi ini diikuti lebih dari 3.000 orang yang terdampak banjir akibat luapan kedua sungai tersebut. Mereka turun ke jalan melakukan long march dari berbagai titik di lingkungan perumahan, membawa spanduk yang menyuarakan tuntutan mereka. Salah satu spanduk berbunyi, “Kami Tidak Mau Tenggelam Lagi, Kami Meminta PERCEPATAN Normalisasi Sungai Cileungsi-Cikeas.”

    Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi Cikeas (KP2C), Puarman, yang mewakili 32.000 warga terdampak banjir dari wilayah sekitar Sungai Cileungsi, Cikeas, dan Kali Bekasi, membuka orasi dengan memberikan apresiasi atas langkah cepat Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) dalam penanganan pasca-banjir.

    Namun, Puarman menegaskan bahwa kondisi sungai saat ini semakin memburuk, baik di bagian hulu maupun hilir. Hal ini dinilai berisiko memicu banjir yang lebih besar dan lebih sering ke depannya.

    Ia mengkritisi lambannya tahapan normalisasi yang direncanakan pemerintah. Menurut jadwal yang ada, penyiapan lahan baru akan dimulai pada 2025-2026, lelang proyek pada 2027, dan konstruksi baru dimulai pada 2028. Padahal, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), siklus banjir besar yang sebelumnya lima tahunan kini bisa terjadi setiap tiga tahun, bahkan setiap tahun dengan volume yang sama.

    “Kalau tidak ada upaya percepatan, kami khawatir tahun 2028 kami benar-benar bisa tenggelam,” tegas Puarman.

    Koordinator aksi, Syamsudin, juga menyampaikan bahwa warga Bojongkulur dan sekitarnya sudah terlalu sering menjadi korban banjir.

    Sebagai puncak aksi, warga membacakan Surat Terbuka yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia, Gubernur Jawa Barat, dan Bupati Bogor. Syamsudin menyatakan bahwa surat tersebut akan langsung dikirimkan ke masing-masing pemimpin pada keesokan harinya.

    Melalui aksi damai ini, warga berharap pemerintah tidak hanya sigap dalam penanganan bencana, tetapi juga segera merealisasikan proyek normalisasi sungai demi mencegah bencana serupa terulang kembali.

  • Pemprov DKI akan segera lanjutkan normalisasi Kali Ciliwung

    Pemprov DKI akan segera lanjutkan normalisasi Kali Ciliwung

    secara khusus Kepala Dinas Sumberdaya Air juga telah mempersiapkan untuk normalisasi Kali Ciliwung

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dalam rangka kelanjutan program normalisasi Kali Ciliwung.

    “Jadi kami sudah berkoordinasi dengan Kementerian PUPR (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dan ATR (Kementerian Agraria dan Tata Ruang). Normalisasi Ciliwung akan segera dilanjutkan. Untuk itu Kami memerlukan penetapan lokasi (penlok), pembebasan lahan dan sebagainya,” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo di Jakarta di Jakarta, Selasa.

    Lebih lanjut Pramono mengatakan secara khusus Kepala Dinas Sumberdaya Air juga telah mempersiapkan untuk normalisasi Kali Ciliwung.

    Pramono berharap pembebasan lahan bisa segera dilakukan sehingga program normalisasi Kali Ciliwung dapat berlanjut.

    Meski enggan menjelaskan secara rinci apakah pendekatan yang diambil akan sama seperti gubernur-gubernur sebelumnya, Pramono menegaskan tetap melanjutkan program strategis tersebut demi mengurangi potensi banjir di Jakarta.

    “Apakah sama dengan gubernur yang dulu atau tidak. Intinya bahwa normalisasi akan kami lakukan. itu saja,” kata Pramono.

    Diketahui, proyek normalisasi Kali Ciliwung kembali tersendat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu hambatan utamanya adalah penolakan dari warga yang bermukim di bantaran sungai dan belum tuntasnya proses relokasi.

    Normalisasi Kali Ciliwung merupakan program kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

    Pemprov bertugas menertibkan bangunan liar dan melakukan pembebasan lahan, sementara pengerjaan fisik seperti pelebaran sungai dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) di bawah Kementerian PU.

    Data terbaru menunjukkan dari total rencana normalisasi sepanjang 33,69 kilometer, baru sekitar 17,17 kilometer yang berhasil diselesaikan.

    Sisanya, sepanjang 16,52 kilometer, belum bisa dikerjakan karena belum rampungnya proses pembebasan lahan.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pramono Anung Tegaskan Normalisasi Kali Ciliwung Dilanjutkan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        15 April 2025

    Pramono Anung Tegaskan Normalisasi Kali Ciliwung Dilanjutkan Megapolitan 15 April 2025

    Pramono Anung Tegaskan Normalisasi Kali Ciliwung Dilanjutkan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Gubernur Jakarta
    Pramono Anung
    memastikan proyek
    normalisasi Sungai Ciliwung
    akan dilanjutkan pada masa kepemimpinannya.
    Pramono menegaskan akan tetap melanjutkan proyek strategis tersebut demi mengurangi potensi banjir di Jakarta. Namun, ia enggan menjelaskan secara rinci apakah pendekatan yang diambil nantinya akan sama seperti gubernur-gubernur Jakarta sebelumnya.
    “Apakah sama dengan gubernur yang dulu atau tidak. Intinya bahwa normalisasi akan kami lakukan. itu saja,” ucap Pramono saat ditemui di
    Kompas.com,
    Selasa (15/4/2025).
    Pramono menyampaikan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) untuk mempercepat proses normalisasi yang sempat mandek.

    Normalisasi Ciliwung
    akan segera dilanjutkan. Untuk itu kami memerlukan penlok (penetapan lokasi), pembebasan lahan, dan sebagainya. Secara khusus, Kepala Dinas Sumber Daya Air sudah mempersiapkan untuk itu. Mudah-mudahan pembebasan lahan segera dilakukan,” kata Pramono.
    Proyek normalisasi yang telah dimulai sejak era Gubernur Joko Widodo ini kembali tersendat dalam beberapa tahun terakhir.
    Salah satu hambatan utamanya adalah penolakan dari warga yang bermukim di bantaran sungai dan belum tuntasnya proses relokasi.
    Normalisasi Sungai Ciliwung
    merupakan program kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
    Pemprov bertugas menertibkan bangunan liar dan melakukan pembebasan lahan, sementara pengerjaan fisik berupa pelebaran sungai dilakukan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) di bawah Kementerian PU.
    Data terbaru menunjukkan dari total rencana normalisasi sepanjang 33,69 kilometer, baru sekitar 17,17 kilometer yang berhasil diselesaikan.
    Sisanya, sepanjang 16,52 kilometer, belum bisa dikerjakan karena belum rampungnya proses pembebasan lahan.
    “Yang belum ditanggul atau belum dibebaskan yaitu 16,52 km. Pada tahap persiapan, tidak menutup kemungkinan terdapat masyarakat yang menolak tanahnya dibebaskan untuk normalisasi,” ujar Kepala Unit Pengadaan Tanah Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta, Roedito Setiawan saat dikonfirmasi, Senin (14/4/2025).
    Pada era Gubernur Joko Widodo, normalisasi dilakukan dengan pendekatan humanis.
    Jokowi sempat beberapa kali turun langsung ke permukiman padat seperti Kampung Pulo, menawarkan relokasi ke rumah susun dengan proses dialog tanpa kekerasan.
    “Proyek normalisasi itu sebuah keharusan, tapi prosesnya yang enak, jangan sampai kekerasan itu terjadi,” ujar Jokowi, Pada Jumat (7/12/2012).
    Meski begitu, hingga akhir masa jabatannya, baru sekitar 45 persen aliran sungai yang dinormalisasi.
    Sementara pendekatan berbeda ditempuh oleh Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan cara yang lebih massif, dibantu oleh aparat keamanan.
    Ahok bahkan melibatkan TNI dalam membersihkan kawasan sungai dari bangunan liar dan sampah dengan mengundang Kepala Staf Kodam Jaya Brigadir Jenderal TNI Teddy Lhaksmana ke Balai Kota.
    “Tentara kan sudah biasa perang, kalau keroyokan, kerjanya rapi dan bagus banget. Kita pengen ‘keroyok’ (bersihkan sampah) Sungai Ciliwung,” kata Ahok seusai bertemu Teddy, Jumat (28/11/2014).
    Ahok menilai proyek normalisasi harus didorong cepat demi kepentingan yang lebih luas. Saat itu, ia menargetkan normalisasi sungai bisa rampung pada 2016.
    “Ciliwung mau tidak mau targetnya 2016 baru bisa selesai karena masalah tindakan penghuni-penghuni di dalam sungai maupun di jalur inspeksi. Kita siapkan rumah susun. Total
    normalisasi Ciliwung
    2016 selesai semua,” kata Ahok, di Balai Kota Jakarta, Senin (1/12/2014).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemkot Jaktim surati BBWSCC soal jalan longsor di Matraman

    Pemkot Jaktim surati BBWSCC soal jalan longsor di Matraman

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur akan menyurati Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) terkait jalan longsor di kawasan Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur.

    “Ya, kita sudah komunikasikan dengan secara tertulis dari pihak kecamatan, Kelurahan sudah menyatakan ini,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Jakarta Timur Iin Mutmainnah saat meninjau jalan longsor di Matraman, Jakarta Timur, Selasa.

    Iin menyebut, pihaknya juga terus mendorong komunikasi dengan BBWSCC untuk perbaikan akses jalan warga yang longsor.

    “Dari tingkat kota pun sudah kita komunikasikan, nanti kita coba ulangi kembali dalam hal kaitan koordinasi lebih lanjut,” ujar Iin.

    Warga setempat menilai longsor jalan tersebut berawal dari retakan kecil yang tidak cepat ditangani dengan baik.

    Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Jakarta Timur Iin Mutmainnah saat meninjau jalan longsor di Matraman, Jakarta Timur, Selasa (8/4/2025). ANTARA/Siti Nurhaliza

    Ketua Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK) RW 03 Kebon Manggis, Rudi Hartono mengaku sudah melaporkan ke Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).

    “Kejadian hari Sabtu itu retaknya itu, perlahan, dan terus langsung kejadiannya itu tepat di malam hari,” kata dia.

    Sejak retakan pertama, kata Rudi, pihaknya sudah bersurat melalui kelurahan, kecamatan, dan BBWSCC untuk secepatnya ditangani.

    Rudi berharap jalan tersebut segera ditangani karena menjadi akses warga untuk berpergian. Hingga saat ini, warga harus memutar lebih jauh untuk menuju Stasiun Manggarai atau sekitarnya.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Jalan di Kebon Manggis Matraman Jakarta Timur Amblas Sepanjang 20 Meter Akibat Turap Longsor

    Jalan di Kebon Manggis Matraman Jakarta Timur Amblas Sepanjang 20 Meter Akibat Turap Longsor

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

    TRIBUNJAKARTA.COM, MATRAMAN – Longsornya turap aliran kali Jalan Ksatrian X, Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur tidak hanya mengakibatkan jembatan penghubung warga amblas.

    Camat Matraman, Bambang Pangestu mengatakan akibat konstruksi turap yang longsor akses Jalan Ksatrian X kini amblas sehingga untuk sementara waktu tidak dapat dilintasi warga.

    “Panjang jalan yang amblas kurang lebih sekitar 20 meter. Titiknya tidak jauh dari titik jembatan yang amblas,” kata Bambang saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Minggu (6/4/2025).

    Tidak ada korban dalam kejadian, namun akses mobilitas warga kini terganggu karena mereka tidak dapat melintasi Jalan Ksatrian X maupun jembatan penghubung yang amblas.

    Warga diimbau mencari rute alternatif sembari menunggu proses perbaikan turap Phb Satria pada titik jembatan yang amblas, dan turap aliran Kali Ciliwung di titik jalan amblas.

    “Untuk penyebab amblasnya (jembatan dan jalan) karena tanah dan turapnya terkikis akibat hujan deras kemarin Sabtu (5/4/2025) sekira pukul 15.00 WIB,” ujar Bambang.

    Pemkot Jakarta Timur menyatakan sudah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) untuk melakukan perbaikan turap Kali Ciliwung yang amblas.

    Nantinya setelah BBWSCC melakukan perbaikan turap, maka barulah Suku Dinas (Sudin) Bina Marga Jakarta Timur memperbaiki jembatan dan akses Jalan Ksatrian X yang amblas.

    “Jalan amblas akibat amblasnya turap Kali Ciliwung. Sudah disurvei oleh tim BBWSCC. Akan dilakukan perbaikan dari pihak BBWSCC,” tutur Sekretaris Pemkot Jakarta Timur, Kusmanto.

    Sebelumnya, jembatan di Jalan Ksatrian X, Kebon Manggis, Matraman, Jakarta Timur amblas akibat turap Phb Satria longsor sehingga kini tidak dapat dilintasi warga.

    Dari hasil pemeriksaan Pemkot Jakarta Timur jembatan yang dahulunya dibangun secara swadaya oleh warga sekitar tersebut amblas karena konstruksinya bertumpu pada turap.

    “Jembatan ini dibangun dari swadaya masyarakat. Dudukan jembatan hanya bertumpu di turap PHB tersebut,” kata Kusmanto.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Jembatan di Kebon Manggis Matraman Amblas, Mobilitas Warga Terganggu

    Jembatan di Kebon Manggis Matraman Amblas, Mobilitas Warga Terganggu

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

    TRIBUNJAKARTA.COM, MATRAMAN – Jembatan di Jalan Ksatrian X, Kelurahan Kebon Manggis, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur amblas pada Sabtu (5/4/2025) sekira pukul 15.00 WIB.

    Sekretaris Kota Jakarta Timur, Kusmanto mengatakan jembatan penghubung untuk mobilitas warga di Jalan Ksatrian X amblas akibat terdampak konstruksi turap PHB Satria yang longsor.

    “Jembatan ini dibangun dari swadaya masyarakat. Dudukan jembatan hanya bertumpu di turap PHB tersebut,” kata Kusmanto di Matraman, Jakarta Timur, Minggu (6/4/2025).

    Usai kejadian jajaran Sudin Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Timur sudah melakukan penanganan awal agar material puing jembatan dan turap yang amblas tidak menghambat aliran.

    Sementara penanganan turap menunggu dari Balai Besar Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), karena Phb Satria yang terhubung dengan Kali Ciliwung sehingga menjadi kewenangan BBWSCC.

    “Karena ini kali milik pusat kewenangan ada di BBWSCC. Kalau sudah selesai turapnya diperbaikin Sudin Bina Marga Jakarta Timur akan memperbaiki jembatan,” ujar Kusmanto.

    Sembari menunggu proses perbaikan akses mobilitas warga Kelurahan Kebon Manggis kini dialihkan, karena jembatan di Jalan Ksatrian X untuk sementara tidak dapat dilalui.

    Camat Matraman, Bambang Pangestu menuturkan pihaknya masih berupaya melakukan koordinasi dengannya pihak terkait agar perbaikan turap dan jembatan dapat segera dilakukan.

    “Alhamdulillah saat kejadian jembatan amblas tidak ada korban. Namun dampaknya mobilitas warga terganggu, karena jembatan tersebut untuk mobilitas warga,” tutur Bambang.

  • Jaksel pasang kayu dolken untuk tangani longsor di Srengseng Sawah

    Jaksel pasang kayu dolken untuk tangani longsor di Srengseng Sawah

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) memasang pasak-pasak kayu (dolken) untuk menangani longsor di tebing bantaran Sungai Ciliwung Jalan H. Shibi, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa.

    “Kami di wilayah melakukan tindakan darurat dan untuk selanjutnya ditindaklanjuti oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC),” kata Wali Kota Jakarta Selatan Munjirin di Jakarta, Selasa.

    Munjirin mengatakan upaya itu merupakan penanganan darurat sementara terkait tanah longsor dengan mengerahkan petugas gabungan dari Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan dan petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) Kelurahan Srengseng.

    Tujuannya untuk memberi perlindungan (covering) terhadap tebing bantaran Sungai Ciliwung dengan menggunakan terpal plastik disertai perkuatan menggunakan dolken.

    “Perlindungan sementara terhadap tebing Sungai Ciliwung sangat penting dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya longsor jika hujan turun atau debit air sungai yang membesar,” ujarnya.

    Kini, pihaknya sudah berkoordinasi dan menyampaikan informasi kejadian longsor tebing Sungai Ciliwung ini ke Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) yang berwenang dalam mengelola Sungai Ciliwung.

    Sementara, Kepala Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan, Santo menjelaskan penanganan sementara tebing longsor di Sungai Ciliwung Srengseng Sawah dilakukan dengan mengerahkan Satuan Tugas (Satgas) SDA Sudin Jakarta Selatan dan Satuan Pelaksana (Satpel) SDA Kecamatan Jagakarsa.

    “Kondisi saat ini kita sedang dolken dulu,” ujar Santo.

    Dengan demikian, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan masih mendalami solusi tepat dan permanen untuk mengatasi longsor di kawasan tersebut.

    Sebelumnya, warga bernama Iskandar mengaku rumahnya sudah lima kali terkena longsor sejak 2020.

    “Mulai kejadian 2020, awalnya retakan di bagian jalan, namun seiring waktu sampai 2022 terjadi banjir besar dan itu kejadian mulai awal longsor pertama kali,” ujar Iskandar.

    Iskandar mengatakan, sudah melaporkan hal ini kepada pihak terkait, namun hingga kini hanya dipasang kayu dolken untuk mencegah kembali longsor.

    Kemudian, pada 2025 ini terjadi kembali banjir besar hingga akhirnya Iskandar dan keluarganya mengungsi ke tempat lain.

    Karena itu, dia berharap pemerintah bisa membangun turap atau memasang beton secara permanen agar tanah di lokasi itu tidak terjadi longsor.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

  • Normalisasi Kali Bekasi Terkendala Lahan, Dedi Mulyadi : Solusinya Pembebasan atau Bongkar 

    Normalisasi Kali Bekasi Terkendala Lahan, Dedi Mulyadi : Solusinya Pembebasan atau Bongkar 

    Laporan wartawan TribunJakarta.com Yusuf Bachtiar 

    TRIBUNJAKARTA.COM, BEKASI SELATAN – Gubernur Jawa Barat Dedi Mulya mengatakan, normalisasi Kali Bekasi jadi prioritas utama yang bakal dilakukan pemerintah sebagai langkah mencegah banjir. 

    Pihaknya telah menggelar rapat koordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR), Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), dan Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) serta Perum Jasa Tirta. 

    “Kesimpulannya ini kan menjadi bagian prioritas untuk normalisasi wilayah Bekasi dan Kota Bekasi,” kata Dedi saat dijumpai di Stadion Patriot Candrabhaga Kota Bekasi, Senin (18/3/2025). 

    Hanya saja, proyek normalisasi Kali Bekasi masih terkendala lahan. Di sepanjang bantaran sudah banyak berdiri bangunan. 

    “Kemudian terkendala dengan tanah yang dikuasai oleh pihak ketiga atau sudah ada bangunan, nah tetapi tadi sudah ada solusi-solusinya,” jelas dia. 

    Lahan di bantaran yang dikuasai sejumlah pihak ini beberapa terdaftar memiliki sertifikat, ada juga yang mendirikan bangunan liar untuk tempat tinggal atau usaha. 

    Pemerintah nantinya akan mengklarifikasi, mereka yang bersertifikat akan dilakukan pembebasan lahan dengan diganti haknya. 

    Sementara untuk bangunan liar, mereka yang sudah menempati lama akan diberikan uang kerohiman dan diminta membongkar sendiri bangunannya. 

    “Itu kita lakukan dan alokasi biaya yang disampaikan Wamen itu kan 3,6 triliun dan kita pemerintah provinsi akan supporting pembebasan tanah menjaga keamanan saat normalisasi,” jelas dia.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya