Kementrian Lembaga: Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)

  • Tol RI Tambah Panjang Lagi 308,7 Km Tahun Depan, Tembus Yogya & Kediri

    Tol RI Tambah Panjang Lagi 308,7 Km Tahun Depan, Tembus Yogya & Kediri

    Jakarta, CNBC Indonesia – Panjang tol di Indonesia akan bertambah lagi tahun depan. Sejumlah proyek tol akan rampung pengerjaannya dan siap dioperasikan pada 2026 mendatang.

    Menurut data Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum (PU), sejumlah ruas tol yang akan beres pengerjaannya seperti Solo-Yogyakarta-NYIA Kulonprogo dengan panjang 14,73 Km. Jalan tol ini menghubungkan pusat kota Solo dan Yogyakarta hingga ke bandara baru New Yogyakarta International Airport (NYIA). Selain itu, jalan tol ini juga terkoneksi dengan Tol Trans Jawa.

    Kemudian ada juga Tol Kediri-Tulungagung sepanjang 6,82 Km. Proyek yang digarap lini bisnis PT Gudang Garam Tbk ini akan mempermudah akses menuju Bandara Dhoho di Kediri, Jawa Timur.

    Kemudian ada juga tol di ujung timur Jawa yaitu Tol Probolinggo-Banyuwangi atau Probowangi. Tol Probowongi sudah menembus Gending Besuki sepanjang 38,48 Km. Lalu di ujung barat Jawa ada Tol Serang-Panimbang sepanjang 41,63 Km.

    Foto: Tol Yogya-Solo dibuka lagi secara gratis saat momen arus balik Lebaran 2024. (Dok. Jasa Marga)
    Tol Yogya-Solo dibuka lagi secara gratis saat momen arus balik Lebaran 2024. (Dok. Jasa Marga)

    Berikut daftar lengkapnya tol baru yang beroperasi pada 2026:

    Tol Solo-Yogyakarta-NYIA Kulonprogo 14,73 Km
    Tol Kediri-Tulungagung 6,82 Km
    Tol Probolinggo-Banyuwangi seksi Gending-Suko dan Banyuglugur-Besuki 38,48 Km
    Tol Ciawi-Sukabumi 13,7 Km
    Tol Kayu Agung-Palembang-Betung 69,19 Km
    Tol Jakarta-Cikampek II Selatan 54,75 Km
    Tol Serang-Panimbang 41,63 Km
    Tol Yogyakarta-Bawen 15,10 Km
    Tol Betung-Tempino-Jambi 54,30 Km

    Menurut data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PU, sampai dengan Agustus 2025, tercatat Indonesia sudah memiliki jaringan tol sepanjang 3.092,7 Km.

    Rinciannya yakni sepanjang 1.838,06 km di Pulau Jawa, 1.085,93 km atau 16 ruas di Pulau Sumatera, 97,27 km atau satu ruas di Pulau Kalimantan, 61,45 km atau tiga ruas di Pulau Sulawesi, dan 10,07 km atau satu ruas di Pulau Bali.

    Untuk di Pulau Jawa sendiri, rincian tol yang sudah beroperasi yakni sepanjang 379,84 km atau 22 ruas di Jabodetabek, 1.065,49 km atau 20 ruas yang termasuk dalam Tol Trans Jawa, dan 392,73 km atau 12 ruas pada tol non-Trans Jawa dan non-Jabodetabek.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ada Tol Baru, Jakarta-Bandung Sebentar Lagi Bisa Secepat Kilat

    Ada Tol Baru, Jakarta-Bandung Sebentar Lagi Bisa Secepat Kilat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jalan Tol Jakarta – Cikampek (Japek) II Selatan sepanjang 62 Km terus dikebut pengerjaannya. Saat ini, Jalan Tol Japek II Selatan masih dalam tahap pembangunan dan dikebut pengerjaannya.

    Nantinya setelah beroperasi, tol ini akan menghubungkan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta di Jati Asih, Bekasi dengan Jalan Tol Purbaleunyi di Sadang, Purwakarta.

    Mengutip data terbaru Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Minggu (27/9/2025), untuk Paket 1 yang menghubungkan Jati Asih – Setu sepanjang (7,25 Km) progres pembebasan lahan sudah 10,22%. Ruas ini akan menjadi pelengkap yang mendukung integrasi jaringan jalan tol di koridor selatan Jakarta.

    Kemudian Paket 2A Setu – Sukaragam (10,50 Km) dengan progres konstruksi 65,98% dengan progres pembebasan lahan 83,89%. Selanjutnya Paket 2B yang menghubungkan Sukaragam – Bojongmangu (13 Km) saat ini dengan progres konstruksi 62,04% dan progres pembebasan lahan sudah 99,05%.

    Foto: Tol Jakarta-Cikampek II Selatan dibuka fungsional. (Dok. Jasa Marga)
    Tol Jakarta-Cikampek II Selatan dibuka fungsional. (Dok. Jasa Marga)

    Terakhir ada Paket 3 menghubungkan Bojongmangu – Sadang (31,25 Km) dengan progres konstruksi 92,88% (8,50 Km) dan progres pembebasan lahan 98,79%.

    Secara keseluruhan, Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan yang dapat memangkas waktu tempuh perjalanan dari Jakarta menuju Purwakarta dan akan terdapat 7 gerbang tol (GT), yaitu GT Jati Asih, GT Bantar Gebang, GT Setu, GT Sukaragam, GT Taman Mekar, GT Kutanegara, dan GT Sadang. Nantinya dengan terhubungnya jalan tol ini akan meningkatkan mobilitas sehingga dapat menurunkan biaya logistik distribusi barang dari wilayah-wilayah yang dilewati jalan tol tersebut.

    Jalan Tol Japek II Selatan dengan total investasi senilai Rp 14,69 triliun dan masa konsesi 35 tahun ini diharapkan dapat memangkas waktu tempuh perjalanan dari Jakarta menuju Cikampek dari sisi selatan jika telah beroperasi penuh. Lewat jalan tol ini, perjalanan Jakarta-Bandung diprediksi akan lebih cepat, tidak sampai 1 jam alias cuma 45 menit dengan kecepatan hingga 80 km/jam.

    “Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan dibangun sebagai jalur alternatif menuju dan dari Jawa Barat hingga seterusnya, sekaligus untuk mendukung konektivitas antarwilayah. Saat ini, beberapa seksi telah memasuki tahap konstruksi dan telah difungsikan secara terbatas pada Lebaran 2025. Kehadiran tol ini diharapkan memperlancar mobilitas sekaligus mendorong pengembangan kawasan industri, permukiman, dan pariwisata di sepanjang koridornya,” tulis BPJT.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Progres pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 capai 51,45 persen, target beroperasi April 2027

    Progres pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 capai 51,45 persen, target beroperasi April 2027

    Rabu, 10 September 2025 14:11 WIB

    Foto udara proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1B di Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (10/9/2025). Menurut Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) progres konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 Paket A-B-C sepanjang 10,64 km dengan dukungan sistem pengendali banjir seperti tanggul laut, rumah pompa, dan sejumlah kolam retensi selain untuk memperlancar arus lalu lintas juga guna melindungi ratusan ribu jiwa dari ancaman banjir rob Kabupaten Demak dan Kota Semarang tersebut telah mencapai 51,45 persen dengan target operasional pada April 2027. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/tom.

    Foto udara kendaraan melintas di dekat proyek pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1B di Tambakrejo, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (10/9/2025). Menurut Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum (PU) progres konstruksi Jalan Tol Semarang-Demak Seksi 1 Paket A-B-C sepanjang 10,64 km dengan dukungan sistem pengendali banjir seperti tanggul laut, rumah pompa, dan sejumlah kolam retensi selain untuk memperlancar arus lalu lintas juga guna melindungi ratusan ribu jiwa dari ancaman banjir rob Kabupaten Demak dan Kota Semarang tersebut telah mencapai 51,45 persen dengan target operasional pada April 2027. ANTARA FOTO/Makna Zaezar/tom.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kabar Baik! Proyek Tol Probowangi Seksi Krakasan-Paiton Rampung 100%

    Kabar Baik! Proyek Tol Probowangi Seksi Krakasan-Paiton Rampung 100%

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengungkap progres konstruksi Proyek Strategis Nasional (PSN) Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi). Konstruksi tahap I yang terbentang dari Gending – Besuki ditargetkan rampung akhir tahun ini.

    Mengutip informasi yang dibagikan di laman Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Tol Probowangi dikebut pembangunannya untuk meningkatkan konektivitas dan mempercepat distribusi barang dan jasa khususnya di wilayah Probolinggo hingga Banyuwangi.

    “Infrastruktur strategis ini menjadi bagian penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, distribusi logistik, serta mobilitas masyarakat di Jawa Timur,” jelas BPJT dikutip Minggu (14/9/2025).

    Secara lebih terperinci, konstruksi Tol Probolinggo – Banyuwangi dibagi ke dalam dua tahap. Perinciannya, tahap 1 Gending – Besuki sepanjang 49,68 kilometer (km) dan tahap 2 yakni Besuki – Ketapang sepanjang 126,10 Km.

    Saat ini, tahap 1 Tol Probolinggo – Banyuwangi tengah dalam tahap konstruksi. Seksi 1.1 (Gending – Suko) progres konstruksinya mencapai 90,49%. Kemudian, Seksi 1.2 (Suko – Krakasan) konstruksinya telah mencapai 90,40%.

    Selanjutnya, Seksi 2 (Krakasan – Paiton) telah rampug 100% proses konstruksinya. Seksi 3.1 (Paiton – Banyuglugur) dan Seksi 3.2 (Banyuglugur – Besuki) saat ini progresnya mencapai 77,85%.

    Sementara itu, tahap 2 Tol Probowangi yang mencakup Seksi 4 – 7 (Besuki – Ketapang) saat ini masih dalam tahap perencanaan.

    Sebelumnya, Menteri PU Dody Hanggodo memastikan konstruksi Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) sepanjang 49,68 kilometer (Km) yang terbentang dari wilayah Gending – Besuki akan rampung pada akhir tahun ini.

    “Karena diharapkan dapat memangkas waktu tempuh antar wilayah pada sektor logistik, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru,” kata Dody dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (26/8/2025).

    Diharapkan, dengan selesainya pembangunan ruas tol tersebut akan mempersingkat waktu tempuh dari arah Probolinggo menuju Besuki yang semula sekitar 1 jam 15 menit menjadi 30 menit dengan kecepatan rata-rata 80-100 km/jam.

    Penyelesaian proyek jalan tol ini nantinya dapat memangkas waktu tempuh Probolinggo sampai dengan Banyuwangi yang semula 5 jam melalui jalan arteri menjadi hanya 2 jam. 

  • Tol Ini Bakal Pangkas Waktu Tempuh Probolinggo-Banyuwangi Jadi 2 Jam

    Tol Ini Bakal Pangkas Waktu Tempuh Probolinggo-Banyuwangi Jadi 2 Jam

    Jakarta

    Pemerintah tengah mendorong percepatan penyelesaian dari pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) mulai dari Gending hingga Besuki sepanjang 49,68 kilometer. Ditargetkan proyek yang menjadi bagian dari ruas terakhir Jaringan Tol Trans Jawa (JTTJ) ini rampung akhir tahun 2025.

    Proyek Tol Probowangi menjadi pondasi penting bagi konektivitas Jawa Timur. Keberadaan ruas tol ini mempercepat mobilitas masyarakat dan logistik, sekaligus mendorong pariwisata dan rantai pasok. Tol ini juga akan menghadirkan waktu tempuh lebih singkat.

    Setelah proyek ini rampung, Probolinggo-Besuki dari yang awalnya membutuhkan waktu 1 jam 15 menit menjadi 30 menit dengan kecepatan rata-rata 80-100 km/jam. Waktu tempuh Probolinggo-Banyuwangi juga dipersingkat dari 5 jam melalui jalan arteri menjadi hanya 2 jam.

    Melansir unggahan pada Instagram Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PU @pupr_bpjt, Sabtu (13/9/2025), Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi dirancang sepanjang 175,46 km, menghubungkan Probolinggo hingga Banyuwangi. Pembangunan tol ini dibagi ke dalam 2 tahap konstruksi.

    Pada Tahap I, konstruksi mencakup 49,68 km (Seksi 1-3) yang akan menghubungkan Probolinggo ke Besuki, menjadi pondasi penting bagi konektivitas Jawa Timur. Sedangkan pada Tahap II, konstruksi sepanjang 128,78 km (Seksi 4-7)dari Besuki hingga Ketapang.

    Pembangunan Tahap I saat ini masih terus berjalan, sedangkan Tahap II masih dalam tahap perencanaan. Pembangunan Tahap I antara lain Seksi 1.1 (Gending-Suko) dengan progres 90,49%.

    Kemudian ada pembangunan Seksi 1.2 (Suko-Kraksaan) dengan progres 90,49%, Seksi 2 (Kraksaan-Paiton) dengan progres 100%, Seksi 3.1 (Paiton-Banyuglugur) dengan progres 77,85%, serta yang terakhir Seksi 3.2 (Banyuglugur-Besuki) dengan progres 77,85%.

    Tol Probolinggo-Banyuwangi mengusung konsep ramah lingkungan dengan Hybrid Wind Tree, inovasi energi terbarukan untuk efisiensi energi. Selain itu, tol ini juga berhasil mencatatkan Rekor MURI, sebagai bukti pencapaian monumental dalam pembangunan infrastruktur nasional.

    Tol Probolinggo-Banyuwangi akan menjadi ruas tol terpanjang di Jawa Timur, sekaligus katalisator pengembangan kawasan Tapal Kuda (Banyuwangi, Bondowoso, Jember, Lumajang, Pasuruan, Situbondo, Probolinggo). Dengan hadirnya tol ini, konektivitas wilayah meningkat, ekonomi lokal tumbuh, dan masyarakat mendapatkan alternatif transportasi yang lebih cepat, nyaman, dan efisien.

    (shc/hns)

  • Tol Bogor-Serpong Segera Dibangun, Begini Detailnya

    Tol Bogor-Serpong Segera Dibangun, Begini Detailnya

    Bisnis.com, JAKARTA  — Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengungkap kelanjutan rencana pembangunan Jalan Tol Bogor-Serpong yang akan masuk ke dalam jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) III.

    Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Wilan Oktavian menjelaskan bahwa saat ini Tol Bogor-Serpong telah masuk tahap penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol (PPJT) oleh badan usaha jalan tol (BUJT) Bogor Serpong Infras Selaras (BSIS).

    “Bogor-Serpong itu tinggal tanda tangan PPJT. Kita kemarin baru dapat dokumen amdalnya bulan lalu, nah ini sekarang lagi persiapan,” jelasnya saat ditemui di Kompleks Parlemen RI, Kamis (11/9/2025).

    Untuk diketahui, PT BSIS merupakan konsorsium bisnis PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR), PT Adhi Karya (Persero) Tbk. (ADHI), PT Hutama Karya Infrastruktur, dan anak usaha UNTR yakni PT Persada Utama Infra.

    Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), keempat entitas itu resmi membentuk BUJT bernama PT Bogor Serpong Infra Selaras pada 11 September 2024 dengan modal dasar sebesar Rp67,6 miliar.

    Berdasarkan catatan Bisnis, Jasa Marga menggenggam porsi 26% saham dan Adhi Karya memiliki 12% saham. 

    Sementara itu, PT Persada Utama Infra (PUI) menjadi pemegang saham mayoritas dengan kepemilikan 52% saham, sedangkan Hutama Karya Infrastruktur memiliki 10%.

    Mengacu pada dokumen Ditjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PU, Tol Bogor-Serpong via Parung memiliki nilai investasi Rp8,95 triliun dengan total nilai konstruksi Rp5,27 triliun.

    Tol Bogor-Serpong via Parung akan memiliki panjang mencapai 31,11 kilometer yang merupakan bagian dari rencana jaringan jalan JORR III. Kehadiran tol ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi dan wilayah. 

    Adapun, titik awal jalan tol ini akan menghubungkan persimpangan Salabenda di Bogor dan persimpangan Serpong melalui Parung. Total, terdapat lima interchange dan dua junction dengan jarak antarpersimpangan mencapai 5 kilometer.  

  • Naik Tol Baru Ini Jakarta-Bandung Terasa Sejengkal Kurang dari Sejam

    Naik Tol Baru Ini Jakarta-Bandung Terasa Sejengkal Kurang dari Sejam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jalan Tol Jakarta – Cikampek (Japek) II Selatan sepanjang 62 Km memiliki peran penting dalam menghubungkan daerah-daerah di Jawa Barat. Saat ini, Jalan Tol Japek II Selatan masih dalam tahap pembangunan dan dikebut pengerjaannya.

    Nantinya setelah beroperasi, tol ini akan menghubungkan Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta di Jati Asih, Bekasi dengan Jalan Tol Purbaleunyi di Sadang, Purwakarta.

    Mengutip data terbaru Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Minggu (7/9/2025), untuk Paket 1 yang menghubungkan Jati Asih – Setu sepanjang (7,25 Km) progres pembebasan lahan sudah 10,22%. Ruas ini akan menjadi pelengkap yang mendukung integrasi jaringan jalan tol di koridor selatan Jakarta.

    Kemudian Paket 2A Setu – Sukaragam (10,50 Km) dengan progres konstruksi 65,98% dengan progres pembebasan laham 83,89%. Selanjutnya Paket 2B yang menghubungkan Sukaragam – Bojongmangu (13 Km) saat ini dengan progres konstruksi 62,04% dan progres pembebasan lahan sudah 99,05%.

    Terakhir ada Paket 3 menghubungkan Bojongmangu – Sadang (31,25 Km) dengan progres konstruksi 92,88% (8,50 Km) dan progres pembebasan lahan 98,79%.

    Foto: Tol Jakarta-Cikampek II Selatan dibuka fungsional. (Dok. Jasa Marga)
    Tol Jakarta-Cikampek II Selatan dibuka fungsional. (Dok. Jasa Marga)

    Secara keseluruhan, Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan yang dapat memangkas waktu tempuh perjalanan dari Jakarta menuju Purwakarta dan akan terdapat 7 gerbang tol (GT), yaitu GT Jati Asih, GT Bantar Gebang, GT Setu, GT Sukaragam, GT Taman Mekar, GT Kutanegara, dan GT Sadang. Nantinya dengan terhubungnya jalan tol ini akan meningkatkan mobilitas sehingga dapat menurunkan biaya logistik distribusi barang dari wilayah-wilayah yang dilewati jalan tol tersebut.

    Jalan Tol Japek II Selatan dengan total investasi senilai Rp 14,69 triliun dan masa konsesi 35 tahun ini diharapkan dapat memangkas waktu tempuh perjalanan dari Jakarta menuju Cikampek dari sisi selatan jika telah beroperasi penuh. Lewat jalan tol ini, perjalanan Jakarta-Bandung diprediksi akan lebih cepat, tidak sampai 1 jam alias cuma 45 menit dengan kecepatan hingga 80 km/jam.

    “Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Selatan dibangun sebagai jalur alternatif menuju dan dari Jawa Barat hingga seterusnya, sekaligus untuk mendukung konektivitas antarwilayah. Saat ini, beberapa seksi telah memasuki tahap konstruksi dan telah difungsikan secara terbatas pada Lebaran 2025. Kehadiran tol ini diharapkan memperlancar mobilitas sekaligus mendorong pengembangan kawasan industri, permukiman, dan pariwisata di sepanjang koridornya,” tulis BPJT.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Berbagai Jurus Pramono Atasi Horornya Macet di TB Simatupang 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        24 Agustus 2025

    Berbagai Jurus Pramono Atasi Horornya Macet di TB Simatupang Megapolitan 24 Agustus 2025

    Berbagai Jurus Pramono Atasi Horornya Macet di TB Simatupang
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jakarta Pramono Anung menyampaikan sejumlah langkah untuk mengurai kemacetan parah di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan.
    Ruas jalan ini kerap dijuluki “jalur horor” oleh pengendara karena selalu padat pada jam sibuk, imbas dari proyek rekonstruksi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan Proyek Strategis Nasional (PSN) pemerintah pusat.
    Kebijakan pertama yang diterapkan adalah pelarangan keberadaan “pak ogah” atau pengatur lalu lintas liar.
    Selama ini, aksi mereka justru dianggap memperburuk kondisi di persimpangan jalan.
    “Saya sudah instruksikan agar tidak boleh lagi ada pak ogah di tengah jalan yang mengatur lalu lintas,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Rabu (20/8/2025).
    Pemprov Jakarta melalui Dinas Perhubungan (Dishub) juga memangkas sebagian trotoar di TB Simatupang untuk dijadikan jalur darurat kendaraan.
    “Saya setuju pemangkasan trotoar, bahkan ketika perlu membuka atau menutup outlet tol, saya izinkan. Yang terpenting kemacetan bisa diatasi,” ujar Pramono.
    Ia mengakui, banyak pejalan kaki kini merasa tidak nyaman akibat sempitnya ruang berjalan karena proyek yang sedang berlangsung.
    “Di TB Simatupang, pejalan kaki pasti juga merasa tidak nyaman,” tambahnya.
    Selain itu, Pramono meminta agar ukuran bedeng proyek galian di TB Simatupang diperkecil.
    Menurutnya, pembatas proyek yang terlalu besar memakan badan jalan sehingga memperparah kemacetan.
    “Beberapa pekerjaan itu sebenarnya bedengnya bisa dikecilkan. Kalau perlu, saya siap tanda tangan,” ucap Pramono.
    Ia juga menekankan agar bedeng segera dibongkar setelah proyek selesai.
    Kebijakan lainnya adalah penerapan sistem buka-tutup pintu keluar (exit) Tol Cipete–Pondok Labu menuju TB Simatupang.
    Tujuannya untuk mencegah penumpukan kendaraan yang langsung menambah beban lalu lintas di jalan utama.
    “Ketika mau menutup atau membuka outlet tol, saya izinkan. Yang penting kemacetan bisa terurai,” jelas Pramono.
    Kepala Dishub Jakarta, Syafrin Liputo, mengatakan keputusan penutupan sementara pintu keluar tol diambil setelah analisis menunjukkan adanya titik penyempitan arus (bottleneck).
    “Setiap sore terjadi crossing kendaraan dari exit tol menuju Fatmawati, sementara arus di TB Simatupang mayoritas bergerak ke arah RA Kartini dan Fatmawati Utara. Kondisi ini menimbulkan kepadatan tinggi,” kata Syafrin.
    Sebagai alternatif, kendaraan dari arah timur yang biasa keluar di Cipete–Pondok Labu akan diarahkan menuju pintu keluar Lebak Bulus, lalu memutar kembali ke Jalan Fatmawati.
    Menurut Syafrin, wacana ini akan dikonsultasikan lebih lanjut oleh Gubernur Pramono dengan Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dan kepolisian sebelum diterapkan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rencana Pembangunan 4 Proyek Tol Mandek, Ada Getaci hingga Tol Puncak

    Rencana Pembangunan 4 Proyek Tol Mandek, Ada Getaci hingga Tol Puncak

    Bisnis.com, JAKARTA — Nasib empat proyek tol yang digagas sejak era Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) hingga kini masih terkatung-katung. Pembiayaan masih menjadi faktor utama yang menghambat proses konstruksi sejumlah proyek tol tersebut.

    Adapun, keempat proyek tol tersebut di antaranya Tol Gedebage – Tasikmalaya – Cilacap (Getaci), Tol Gilimanuk – Mengwi, Tol Dalam Kota Bandung atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR), hingga Tol Puncak.

    Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Wilan Oktavian mencontohkan, saat ini Tol Dalam Kota Bandung yang sempat masuk ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) era Jokowi masih dalam tahap pendalaman studi kelayakan atau feasibility study 

    Senada, dia juga menjelaskan bahwa Tol Puncak sedang dalam tahap yang sama. Dia menyebut saat ini keberlanjutan rencana pembangunan sedang digodok di Direktorat Jenderal (Ditjen) Pembiayaan Infrastruktur Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

    “Nah ini [Tol Puncak] juga sama, karena masih tahap persiapan info progresnya masih di DJPI,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (13/8/2025).

    Sementara itu, nasib pembangunan Tol Getaci juga saat ini masih belum menunjukan titik terang. Usai dua kali lelang, tapi gagal mendapat Investor, pemerintah saat ini tengah melakukan review ulang pada proyek tersebut.

    Direktur Jenderal (Dirjen) Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PU, Rachman Arief Dienaputra menjelaskan saat ini pemerintah berencana melakukan review ulang pada proyek tersebut.

    “Sedang review, memang lama [prosesnya]. Getaci kita nunggu alokasi uangnya untuk melakukan review,” kata Rachman saat ditemui di Kompleks Parlemen RI, Kamis (10/7/2025). 

    Lebih lanjut, Rachman Arief memberi sinyal bahwa pemerintah berencana kembali memangkas panjang ruas Tol Getaci yang bakal dibangun pada tahap awal hanya sampai Tasikmalaya saja. Padahal semulanya, tahap awal dibidik dibangun hingga Cilacap kemudian sempat dipangkas hingga Ciamis.

    Dia menjelaskan, revisi tersebut dilakukan untuk meningkatkan minat dan kesanggupan investor untuk mengeksekusi proyek tersebut. 

    “Iya [sampai Tasikmalaya],” jelasnya singkat.

    Hal serupa juga terjadi pada rencana pembangunan Tol Gilimanuk – Mengwi yang bakal menjadi jalan tol terpanjang di Bali. Rachman Arief menyebut saat ini prosesnya masih dalam review ulang studi kelayakan.

    “Lagi di review FS semua, Gilimanuk – Mengwi mungkin baru kelar di Desember,” jelasnya.

    Berikut daftar 4 proyek tol yang telah digagas sejak era Jokowi tapi belum terealisasi:

    1. Tol Gedebage – Tasikmalaya – Cilacap (Getaci)

    Seperti yang diberitakan sebelumnya, Tol Getaci digadang-gadang bakal menjadi jalan tol terpanjang di Indonesia. Namun, tol ini ditengarai gagal menjadi tol terpanjang lantaran ruasnya terus dipangkas untuk meningkatkan minat investor.

    Semulanya, Tol Getaci di desain bakal menghubungkan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah, dengan perincian sepanjang 171,40 km berada di wilayah Jawa Barat dan sepanjang 35,25 km di Jawa Tengah. 

    Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan proyek Jalan Tol Gede Bage-Tasikmalaya-Cilacap (Getaci) mulai dibangun pada 2022 – Instagram BPJT.

    Asal tahu saja, Tol Getaci terdiri atas 4 seksi yakni Seksi 1 Junction Gedebage – Garut Utara (45,20 km), seksi 2 Garut Utara – Tasikmalaya (50,32 km), seksi 3 Tasikmalaya – Patimuan (76,78 km), dan seksi 4 Patimuan – Cilacap (34,35 km). 

    Dengan demikian, apabila konstruksi tahap pertama dipangkas hingga Tasikmalaya saja maka total panjangnya diperkirakan hanya ada di kisaran 50,32 kilometer.

    2. Tol Bandung Intra Urband Toll road (BIUTR)

    Sebagai informasi, Tol Dalam Kota Bandung masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diteken pada masa kepemimpinan Presiden ke-7 RI Jokowi.

    Berdasarkan laporan yang dirilis langsung oleh Kementerian Koordinator (Kemenko) bidang Perekonomian, nilai investasi dari proyek tersebut mencapai Rp7,83 triliun.

    Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menjelaskan bahwa bahwa konstruksi Tol Dalam Kota Bandung tersebut melingkupi pengembangan Bandung Intra Urban Toll Road dan North South Link di Bandung. 

    “Pengembangan Jalan Tol Dalam Kota Bandung ada dua, yang direkomendasikan oleh Menteri PUPR, Bandung Intra Urban Tol Road [BIUTR]. Ini koneksi simpang susun Pusdai dengan nilai investasi Rp7,8 triliun,” jelas Susi (15/5/2024). 

  • Meneropong Anggaran Infrastruktur Prabowo Jelang Nota Keuangan RAPBN 2026

    Meneropong Anggaran Infrastruktur Prabowo Jelang Nota Keuangan RAPBN 2026

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto diketahui bakal mengumumkan penetapan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran (TA) 2026 pada pekan ini, tepat sebelum pelaksanaan Upacara HUT ke-80 Republik Indonesia.

    Jelang pengumuman tersebut, pos anggaran infrastruktur menjadi salah satu yang menarik dibahas. Pasalnya, pada masa kepemimpinan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) pihaknya kerap jor-joran mengalokasikan modal belanja untuk mendukung pembangunan konektivitas jalan tol hingga Ibu Kota Nusantara (IKN).

    Sebagaimana diketahui, alokasi anggaran infrastruktur TA 2025 masih ditetapkan oleh Presiden ke-7 RI Jokowi pada pelaksanaan Nota Keuangan yang digelar pada 16 Agustus 2024. Di mana, semulanya Anggaran itu ditetapkan Jokowi sebesar Rp400,3 triliun.

    “Pembangunan infrastruktur dianggarkan sebesar Rp400,3 triliun,” kata Jokowi dalam Pidato Nota Keuangan di Kompleks Parlemen, Jakarta, Jumat (16/8/2024). 

    Kala itu, Jokowi menjelaskan anggaran infrastruktur tersebut utamanya bakal digunakan untuk mendorong pembanguan infrastruktur Pendidikan dan Kesehatan, infrastruktur konektivitas, infrastruktur pangan dan energi.

    Namun demikian, pos anggaran belanja infrastruktur tersebut tak sepenuhnya disalurkan pada masa kepemimpinan Presiden Prabowo usai pihaknya mencanangkan program efisiensi anggaran.

    Perlu Jadi Prioritas

    Meski demikian, sejumlah pakar belum dapat memprediksi berapa anggaran infrastruktur yang bakal dikucurkan Prabowo. Pakar Transportasi ITB sekaligus Anggota Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PU, Sonny Sulaksono mengaku belum sama sekali mendapat gambaran berapa alokasi anggaran infrastruktur tersebut.

    “Saya belum melihat angka-angka untuk alokasi APBN 2026 jadi belum bisa menanggapi [berapa proyeksi anggaran infrastruktur yang bakal dikucurkan],” kata Sonny kepada Bisnis, Senin (11/8/2025).

    Senada, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat, Djoko Setijowarno mengatakan hal serupa. Di mana, dia mengaku belum mendapat pola rumusan anggaran infrastruktur yang akan ditetapkan Prabowo.

    Hanya saja, dia berpandangan bahwa rumusan anggaran infrastruktur perlu menjadi prioritas pemerintah. Terlebih, guna menciptakan pemetaan pembangunan di Indonesia.

    “Kita butuh melakukan pengembangan infrastruktur ke daerah-daerah penghasil mineral yang umumnya pembangunan infrrastrukturnya terbelakang. Semuanya fokusnya ke Jawa, Jakarta padahal daerah miskin banyak di Indonesia. Ada Morowali, Halmahera Pulau Obi itu penghasil mineral semua,” tandasnya.

    Kebutuhan Anggaran Infrastruktur

    Sebagai gambaran, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sempat mengungkapkan bahwa Indonesia membutuhkan anggaran infrastruktur US$625,37 miliar atau setara dengan Rp10.302,97 triliun (asumsi kurs Rp16.475 per dolar AS) untuk 2025—2029. 

    Sri Mulyani menyampaikan bahwa pemerintah menhadapi kebutuhan anggaran untuk memperluas konektivitas dan memastikan akses yang adil terhadap layanan infrastruktur dasar. 

    Bendahara Negara tersebut tidak menampik bahwa pembiayaan untuk infrastruktur ini menjadi kendala serius karena pemerintah hanya mampu memberikan 40% dari kas negara atau sekitar Rp4.121,22 triliun. 

    “Jadi, kita pasti menghadapi kesenjangan pendanaan ini. Hal ini akan memerlukan partisipasi sektor swasta, dukungan dari banyak mitra, dan juga penciptaan mekanisme pendanaan inovatif,” ujarnya dalam International Conference on Infrastructure (ICI) di JCC, Kamis (12/6/2025). 

    Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025—2029 yang dipaparkan, gap financing atau kesenjangan pendanaan untuk membiayai infrastruktur Indonesia sebesar 60% yang tidak mampu dibiayai APBN diharapkan dapat ditopang oleh injeksi investasi BUMN/BUMD dan sektor swasta. 

    Masing-masing diharapkan dapat berkontribusi 30% atau sekitar US$187,61 miliar atau setara Rp3.090,87 triliun dalam lima tahun ke depan. 

    Di samping adanya kesenjangan pendanaan, Sri Mulyani menyoroti adanya kesenjangan permintaan infrastruktur yang signifikan, terutama di daerah regional dan yang kurang terlayani. 

    Terlebih, masih minimnya partisipasi sektor swasta dalam pengembangan infrastruktur serta banyak proyek menunjukkan viabilitas yang marginal yang memerlukan dukungan untuk menarik investasi swasta.