Kementrian Lembaga: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

  • Investasi Danantara dilakukan transparan dan berintegritas

    Investasi Danantara dilakukan transparan dan berintegritas

    CEO Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani menjawab pertanyaan awak media seusai menghadiri Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu (26/2/2025). ANTARA/Harianto

    CEO: Investasi Danantara dilakukan transparan dan berintegritas
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Kamis, 27 Februari 2025 – 06:47 WIB

    Elshinta.com – Chief Executive Officer (CEO) atau Kepala Eksekutif Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani menegaskan bahwa investasi Danantara akan dijalankan dengan prinsip kehati-hatian dan dilakukan secara transparan serta berintegritas.

    Rosan dalam Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya telah mendapatkan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto terkait pelaksanaan investasi yang harus dijalankan secara transparan dan bertanggung jawab.

    Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu menegaskan bahwa tata kelola perusahaan yang baik dan prinsip good governance akan menjadi dasar dalam setiap langkah investasi yang diambil oleh BPI Danantara, dengan mengutamakan transparansi dan integritas.

    “Dalam menjalankan investasi ini arahan dari Bapak Presiden kita harus menjalankan ini dengan tata kelola perusahaan yang baik, good governance, transparan, secara hati-hati dan yang paling penting adalah dijalankan dengan integritas yang baik,” kata Rosan.

    Ia mengungkapkan bahwa dia dan timnya bekerja keras, termasuk dengan dukungan dari Menteri BUMN Erick Thohir, untuk memastikan bahwa BPI Danantara bisa berjalan dengan lancar sehingga berhasil diluncurkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.

    Dia menuturkan bahwa BPI Danantara yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah, memiliki 99 persen saham yang dimiliki oleh badan itu, sementara 1 persen saham lainnya dimiliki oleh Kementerian BUMN sebagai saham seri A.

    Menurut Rosan, meskipun hanya 1 persen, saham seri A itu memiliki kekuatan yang sangat besar dalam pengelolaan BPI Danantara dan berperan penting dalam mencapai tujuan investasi yang lebih strategis.

    Sebagai badan investasi yang diamanahkan oleh pemerintah, BPI Danantara bertugas untuk melakukan investasi di sektor-sektor yang memiliki dampak positif dan berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.

    Investasi yang dilakukan oleh BPI Danantara diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan untuk generasi mendatang.

    “Tidak hanya saat ini, tapi juga saat ke depan karena kembali seperti disampaikan, itu akan berdampak sangat besar kepada anak cucu kita,” ucap Rosan.

    Dia menambahkan bahwa tujuan investasi Danantara adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen pada tahun 2029.

    Dia juga mencatat bahwa pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai 5,2 hingga 5,3 persen, sesuai dengan prediksi Bank Dunia dan OECD mengenai kondisi ekonomi Indonesia ke depan.

    “Tentunya karena kita ingin mempunyai pertumbuhan perekonomian mungkin di banyak negara 5 persen sudah sangat-sangat luar biasa. Pertumbuhan kita 5 persen kurang lebih di tahun ini diharapkan 5,2-5,3 persen, yang dimana itu sesuai juga dengan prediksi dari Bank Dunia, dari OECD mengenai pertumbuhan kita,” kata Rosan.

    Sumber : Antara

  • Kadin Ungkap Empat Tantangan Investasi Energi Hijau, dari Regulasi hingga Insentif  – Halaman all

    Kadin Ungkap Empat Tantangan Investasi Energi Hijau, dari Regulasi hingga Insentif  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengungkapkan empat tantangan investasi energi hijau di Indonesia. 

    Keempat tantangan tersebut perlu segera diatasi agar tidak menghambat percepatan transisi energi di dalam negeri.

    Wakil Ketua Umum Koordinator bidang Investasi, Hilirisasi, dan Lingkungan Hidup Kadin Indonesia, Bobby Gafur Umar, menyebutkan tantangan pertama berupa kepastian hukum dan perbaikan regulasi. 

    Dalam kasus Indonesia, misalnya, tak jarang perubahan regulasi terjadi karena pergantian pemerintahan. 

    Hal ini pun membuat ketidakpastian hukum bagi pelaku usaha dan investor.

    Menurut Bobby, Kadin berharap pemerintahan baru saat ini bisa segera memperbaiki berbagai isu yang berkaitan dengan iklim investasi dan perizinan.

    “Kami melihat Bapak Presiden Prabowo Subianto sudah sangat tegas, dan beliau sudah memperlihatkan komitmennya untuk penegakan hukum. Untuk mengejar investasi itu perlu perlu kepastian hukum,” kata Bobby dalam Indonesia Green Energy Investment Dialogue yang digelar oleh Kadin dan Katadata Green di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

    Tantangan lainnya yakni subsidi dan insentif terutama untuk sektor ketenagalistrikan dan transportasi. 

    Menurut Bobby, harga listrik yang dihasilkan dari energi baru terbarukan (EBT) lebih mahal ketimbang dari energi fosil. 

    Sedangkan, investor dan pelaku usaha ketika menanamkan modal untuk proyek EBT mengharapkan imbal hasil yang lebih baik.

    “Masih ada gap antara kebijakan dan struktur harga keekonomian. Ini yang perlu kita cari solusinya,” ujarnya.

    Kadin mengusulkan agar pemerintah mempertimbangkan untuk memberikan insentif bagi investasi energi hijau, terutama insentif fiskal. 

    “Misalnya diberikan tax holiday selama 15 tahun,” ujarnya.

    Dua tantangan investasi energi hijau lainnya adalah program pemanfaatan SDA untuk dana yang tersedia, serta kebijakan yang berdampak kepada keekonomian program.

    Dalam kesempatan yang sama, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo, menyampaikan optimismenya tentang pertumbuhan investasi energi hijau di masa mendatang.

    Melalui Danantara, lanjutnya, pemerintah bakal menyuntikkan dana hingga US$20 miliar per tahun untuk membiayai berbagai proyek strategis, termasuk di sektor energi baru terbarukan (EBT). 

    Nilai tersebut bisa bertambah dengan melibatkan investor rekanan untuk setiap proyek investasi.

    “Idenya adalah untuk mengundang banyak investor untuk datang dan berinvestasi pada proyek-proyek yang layak dan, termasuk proyek-proyek yang ramah lingkungan,” kata Hashim dalam sesi Leadership Speech.

    Hashim menjelaskan dengan melibatkan investor rekanan, Danantara bisa meningkatkan modal investasinya hingga US$ 40 miliar per tahun. 

    Hashim optimistis kucuran dana dari Danantara akan menumbuhkan investasi di sektor energi hijau.

    Sebab, permintaan terhadap energi baru terbarukan di Indonesia termasuk tinggi.

    Selain itu, kata Hashim potensi EBT di Indonesia juga besar, mengutip data Kementerian ESDM, potensi energi bersih mencapai 3.687 Gigawatt.

    “Jika kita bisa melakukan leverage tiga sampai empat kali untuk setiap proyek, kita dapat memiliki dana untuk membiayai berbagai project sekitar US$160 miliar per tahun,” ujarnya.

    Sementara itu, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, menyatakan pemerintah memprioritaskan investasi di sektor energi hijau. 

    Pasalnya, dari potensi energi baru terbarukan sebesar 3.700 Gigawatt, saat ini  pemanfaatannya baru mencapai 144 Gigawatt.

    “Ini memang suatu tantangan yang besar untuk kita masuk dan serius mengelola potensinya ke depan,” katanya. 

    “Apalagi pemerintah punya komitmen untuk mencapai net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.”

    Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, pemerintah menargetkan 72 persen dari tambahan listrik sebesar 71 Gigawatt berasal dari EBT. 

    Di sisi lain, target bauran energi ditargetkan meningkat 2,5 kali lipat dari 14 persen pada 2024 menjadi 34,6 persen pada 2034.

    Todotua mengatakan pemerintah berkomitmen untuk terus memperbaiki daya saing investasi di dalam negeri dengan sejumlah strategi, seperti perbaikan kepastian hukum, kemudahan perizinan, relaksasi persyaratan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk pembangkit EBT dan, serta insentif pajak.

    Wakil Ketua Umum bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin, Aryo Djojohadikusumo, mengapresiasi langkah pemerintah yang memprioritaskan sektor EBT sebagai salah satu tujuan investasi.

    “Presiden menyebutkan energi terbarukan, energi hijau berkali-kali. Dan dia secara khusus menyebutkan tambahan dana segar. Sebagian besar (dana) mungkin akan disuntikkan ke dalam energi hijau dan terbarukan serta industri yang penting bagi energi hijau seperti mineral,” ujarnya.

    Indonesia Green Energy Investment Dialogue 2025 terdiri dari beragam sesi, mulai dari Keynote Speech oleh Todotua Pasaribu dan Leadership Speech dari Hashim Djojohadikusumo, Utusan Khusus Presiden di bidang Iklim dan Energi.

    Acara yang sama menghadirkan pula sesi diskusi tematik dengan pembicara dari para pemimpin di bidangnya, baik swasta maupun pemerintah. 

    Diskusi tematik tersebut membahas sejumlah tema, di antaranya investasi hijau, rantai pasok energi hijau, target iklim dan pertumbuhan ekonomi, serta kendaraan listrik.

  • Kadin usulkan insentif “tax holiday” untuk pacu energi hijau

    Kadin usulkan insentif “tax holiday” untuk pacu energi hijau

    Kami melihat Presiden RI Prabowo Subianto sudah sangat tegas, dan beliau sudah memperlihatkan komitmennya untuk penegakan hukum.

    Jakarta (ANTARA) – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengusulkan pemberian insentif oleh Pemerintah, di antaranya, berupa tax holiday selama 15 tahun untuk pengembangan industri energi hijau.

    “Masih ada gap antara kebijakan dan struktur harga keekonomian, ini yang perlu dicari solusinya,” ujar Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Investasi, Hilirisasi, dan Lingkungan Hidup Kadin Indonesia Bobby Gafur Umar dalam Indonesia Green Energy Investment Dialogue sebagaimana keterangan diterima di Jakarta, Kamis.

    Insentif dan subsidi tersebut, kata Bobby, penting terutama untuk sektor ketenagalistrikan dan transportasi karena harga listrik yang dihasilkan dari energi baru terbarukan (EBT) lebih mahal ketimbang dari energi fosil. Di sisi lain, investor dan pelaku usaha ketika menanamkan modal untuk proyek EBT mengharapkan imbal hasil yang lebih baik.

    Pemberian insentif dan subsidi menjadi peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah dalam mempercepat pengembangan industri energi hijau di tengah ketersediaan anggaran fiskal.

    Bobby juga memaparkan beberapa tantangan lainnya dalam pengembangan energi hijau yakni kepastian hukum dan perbaikan regulasi.

    Menurut dia, tak jarang perubahan regulasi terjadi karena pergantian pemerintahan sehingga membuat ketidakpastian hukum bagi pelaku usaha dan investor.

    Ia berharap Pemerintah saat ini bisa segera memperbaiki berbagai isu yang berkaitan dengan iklim investasi dan perizinan.

    “Kami melihat Presiden RI Prabowo Subianto sudah sangat tegas, dan beliau sudah memperlihatkan komitmennya untuk penegakan hukum. Untuk mengejar investasi itu, perlu kepastian hukum,” kata dia.

    Selanjutnya, terdapat juga tantangan dalam program Pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA) untuk dana yang tersedia, serta kebijakan yang berdampak pada keekonomian program.

    Pada kesempatan yang sama, Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo optimistis tentang pertumbuhan investasi energi hijau pada masa mendatang.

    Hashim mengatakan bahwa Pemerintah telah membentuk lembaga pengelola dana (sovereign wealth fund/SWF) Danantara, yang akan membiayai berbagai proyek strategis, termasuk di sektor energi baru terbarukan (EBT).

    “Idenya adalah untuk mengundang banyak investor untuk datang dan berinvestasi pada proyek-proyek yang layak dan, termasuk proyek-proyek yang ramah lingkungan,” kata Hashim

    Sementara itu, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu menyatakan bahwa Pemerintah memprioritaskan investasi di sektor energi hijau. Pasalnya, dari potensi energi baru terbarukan sebesar 3.700 gigawatt, saat ini pemanfaatannya baru mencapai 144 gigawatt.

    “Ini memang suatu tantangan yang besar untuk kita masuk dan serius mengelola potensinya ke depan,” katanya.

    Apalagi, kata dia, Pemerintah punya komitmen untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat.

    Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik, Pemerintah menargetkan 72 persen dari tambahan listrik sebesar 71 gigawatt berasal dari EBT. Di sisi lain, target bauran energi ditargetkan meningkat 2,5 kali lipat dari 14 persen pada tahun 2024 menjadi 34,6 persen pada tahun 2034.

    Todotua mengatakan bahwa Pemerintah berkomitmen untuk terus memperbaiki daya saing investasi di dalam negeri dengan sejumlah strategi, seperti perbaikan kepastian hukum, kemudahan perizinan, relaksasi persyaratan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) untuk pembangkit EBT, dan insentif pajak.

    Wakil Ketua Umum bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin Aryo Djojohadikusumo mengapresiasi langkah Pemerintah yang memprioritaskan sektor EBT sebagai salah satu tujuan investasi.

    Aryo juga menyebutkan beberapa negara sudah tertarik mengembangkan industri energi hijau di Indonesia.

    Menurut dia, terdapat proposal dari tiga negara terkait dengan pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Indonesia yang direncanakan on-grid pada tahun 2032. Tiga negara tersebut adalah Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan Rusia.

    “Dari tiga negara dan kebetulan tiga-tiganya ini melibatkan anggota Kadin,” kata dia.

    Pewarta: Indra Arief Pribadi
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Peran Rosan Roeslani di Danantara untuk percepatan investasi strategis

    Peran Rosan Roeslani di Danantara untuk percepatan investasi strategis

    Supaya waktunya tidak terlalu banyak dalam mengelola ini, jadi strategi Danantara ini sekaligus dipimpin oleh beliau.

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri (Wamen) Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu mengungkapkan peran Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani sebagai Group CEO Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk percepatan investasi strategis dan khususnya hilirisasi.

    “Pak Rosan berada di situ sebenarnya ini untuk merupakan suatu strategi konsolidasi yang cepat, karena kenapa? Karena memang pembentukan Danantara ini inti utamanya adalah kita mau masuk percepatan terhadap investasi strategis dan khususnya hilirisasi. Dengan keberadaan Pak Rosan di situ dan juga sebagai Menteri Investasi dan Hilirisasi tentunya ini kita harapkan konsolidasinya semakin baik dan semakin cepat,” ujar Todotua Pasaribu, di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, selama Rosan berada di Kementerian Investasi sebagai Menteri Investasi, Rosan paham atas strategi investasi hilirisasi mana yang mau masuk.

    “Supaya waktunya tidak terlalu banyak dalam mengelola ini, jadi strategi Danantara ini sekaligus dipimpin oleh beliau. Saya konteksnya berbicara mengenai secara strategis apa yang mau dicapai dari keberadaan beliau (Rosan) sebagai Menteri Investasi dan juga sebagai Group CEO Danantara ini adalah supaya strategi kita konsolidasi yang lebih cepat dan lebih baik,” katanya lagi.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2025 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara menyatakan bahwa Badan Pelaksana Danantara berasal dari unsur profesional.

    Salah satu anggota badan pelaksana diangkat menjadi kepala badan pelaksana. Seluruh anggota badan pelaksana diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Masa jabatan anggota badan pelaksana adalah lima tahun dan dapat diangkat kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

    Untuk dapat diangkat sebagai anggota badan pelaksana, seseorang harus memenuhi persyaratan, antara lain warga negara Indonesia, mampu melakukan perbuatan hukum, sehat jasmani dan rohani, berusia paling tinggi 70 tahun pada saat pengangkatan pertama, bukan pengurus dan/atau anggota partai politik.

    Kemudian memiliki pengalaman dan/atau keahlian di bidang investasi, ekonomi, keuangan, perbankan, hukum, dan/atau manajemen perusahaan, tidak pernah dipidana penjara karena melakukan tindak pidana, tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pengurus perusahaan yang menyebabkan perusahaan tersebut pailit, dan tidak dinyatakan sebagai orang perseorangan yang tercela di bidang investasi dan bidang lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

    Badan pelaksana bertugas menyelenggarakan pengurusan operasional Danantara. Organ dan pegawai badan pelaksana bukan merupakan penyelenggara negara. Badan pelaksana tidak dapat dipailitkan, kecuali dapat dibuktikan dalam keadaan insolven.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Wamen Investasi: Indonesia harus berani masuk kepada investasi EBT

    Wamen Investasi: Indonesia harus berani masuk kepada investasi EBT

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri (Wamen) Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu mengungkapkan Indonesia harus berani masuk kepada investasi energi baru terbarukan atau EBT.

    “Memang ini adalah pekerjaan rumah besar kita ke depannya, bahwa investasi di energi terbarukan ini merupakan tantangan yang sangat besar, karena memang saya setuju banyak kondisional di situ yang akan kita lihat, khususnya memang energi terbarukan ini memang investasi yang cukup high risk. Saya juga setuju bahwa di situ butuh teknologi dan investment capital expenditures (capex) yang sangat besar dengan risiko yang tinggi, tetapi dengan adanya situasi saat ini dan apalagi kita masuk ke dalam konsep Danantara yang merupakan konsep kemandirian berinvestasi kita, saya pikir dan ini juga memang sudah ditetapkan oleh Bapak Presiden RI, kita harus berani masuk kepada investasi energi terbarukan itu sendiri,” ujar Todotua Pasaribu di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, khususnya di bidang panas bumi atau geotermal, Indonesia memiliki cadangan terbesar kedua di dunia.

    “Kita meyakini karena hampir sebagian besar wilayah Indonesia itu dilalui oleh garis gunung berapi,” katanya.

    Berbicara terhadap energi baru dan terbarukan. Total potensial daripada energi baru dan terbarukan yang menjadi target Indonesia ke depannya adalah di angka 3.700 gigawatt, dimana sebenarnya realisasi daripada capaian ini masih sangat rendah.

    “Ini memang hal yang serius dari angka yang baru termanfaatkan sekitar 14,4 gigawatt atau hanya baru sekitar 0,39% daripada potensi 3.700 gigawatt, ini memang adalah suatu tantangan atau potensi yang sangat besar untuk kita masuk serius pengelolaannya ke depan. Apalagi ke depan tren kondisional saat ini dan ke depan memang isu masuk kepada energi terbarukan ini adalah is a must (wajib),” kata Wamen Investasi.

    Sebagai informasi, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengajak 35 delegasi perusahaan asal Prancis tergabung dalam asosiasi pengusaha internasional dari Perancis (MEDEF) untuk menanamkan modalnya di sektor energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

    Rosan mengatakan jika para investor Prancis memiliki peluang besar dalam mengembangkan sektor energi terbarukan di Indonesia, mengingat energi tersebut mencapai sekitar 3.700 gigawatt dan baru 1 persen yang dimanfaatkan, atau sekitar 13,08 gigawatt.

    Potensi itu tersebar di berbagai wilayah, dengan potensi terbesar berasal dari energi surya, hingga potensi geotermal sebesar 23 gigawatt yang merupakan terbesar di dunia.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Tak Ada Masalah, Investasi 3 Vendor Baru Apple Tinggal Tunggu Waktu – Page 3

    Tak Ada Masalah, Investasi 3 Vendor Baru Apple Tinggal Tunggu Waktu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, meyakini bahwa rencana Apple untuk menambah investasi di Indonesia lewat 3 vendor baru tidak menemui kendala, dan tinggal menunggu waktu.

    Todotua belum bisa membeberkan progres terbaru dari investasi 3 vendor Apple tersebut. Adapun menurut kabar yang diterimanya, investasi Apple tersebut kebanyakan akan kembali bertempat di Batam, seperti untuk pabrik AirTag.

    “Saya lihat kalau sudah closing kemarin di Kementrian Perindustrian, seharusnya sudah tidak ada masalah. As a matter of time aja,” ujar Todotua saat ditemui di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

    “Kita dapat kabar kan, mereka mostly akan masuk di kawasan industri kita yang ada di Batam,” dia menambahkan.

    Adapun kunci investasi Apple memang dipegang oleh pihak vendor. Oleh karenanya, pemerintah terus membujuk vendor dari raksasa teknologi AS tersebut agar menambah lebih banyak investasi, seperti yang telah dilakukan di Vietnam.

    “Memang Apple sendiri itu di seluruh dunia mereka punya a lot of vendor. Semua memang investasi itu mostly dilakukan oleh vendor-vendornya mereka. Itu juga yang terjadi di Vietnam dan lain-lain,” ungkap dia.

    Jumlah Vendor

    Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengungkapkan, pihaknya tengah berupaya menambah jumlah vendor dalam investasi Apple di Indonesia.

    Rosan mencatat, saat ini hanya ada satu vendor Apple yang berencana membangun pabrik di Indonesia. “Kita sekarang baru satu vendor Apple dibandingkan oleh Vietnam yang sudah lebih dari 34 vendor. Saat ini saya sedang on the discussion another dua atau tiga lagi,” kata Rosan beberapa waktu lalu.

    Rosan optimistis terhadap para vendor Apple untuk berinvestasi di Indonesia.Ia menyebut, vendor Apple yang berminat untuk investasi di Indonesia akan terus berkembang.

    “Ini baru first stage, kita sudah diskusi, dan saya meyakini akan terus berkembang. Jadi nanti vendor-vendornya akan bertambah,” ujar dia.

     

  • Wamen Investasi: Danantara mitra strategis Kementerian Investasi

    Wamen Investasi: Danantara mitra strategis Kementerian Investasi

    Secara prinsip Danantara itu adalah konsolidasi investasi dalam bentuk sovereign wealth fund…,

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Todotua Pasaribu mengungkapkan, Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) merupakan mitra strategis Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM.

    “Jadi memang ke depannya Danantara itu akan benar-benar mitra strategis dengan kementerian kami, Kementerian Investasi dan Hilirisasi. Ke depannya kita akan coba ikut meng-guidance Danantara itu sendiri untuk bagaimana kita melihat investasi hilirisasi strategis mana saja yang akan kita masuk,” ujar Todotua Pasaribu di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, secara prinsip Danantara merupakan konsolidasi investasi dalam bentuk sovereign wealth fund.

    “Secara prinsip Danantara itu adalah konsolidasi investasi dalam bentuk sovereign wealth fund. Artinya memang tujuan utama dalam pembentukan Danantara itu, Presiden RI mengharapkan bahwa ke depannya kita punya independensi dalam hal berinvestasi dan ini investasi apa aja, khususnya investasi dalam konteks hilirisasi,” katanya.

    Wamen Investasi juga menyampaikan bahwa dalam satu tahun awal akan dilakukan konsolidasi internal Danantara.

    “Tentunya dalam satu tahun awal ini nanti akan pertama konsolidasi internal Danantara, dan kita akan melihat proyek strategis mana yang memang khususnya bukan cuma investasi tapi khususnya juga berbicara konteks hilirisasi yang akan kita masuk. Dan itu juga nanti kita akan harapkan adanya keberadaan daripada BUMN – BUMN kita untuk masuk dalam proyek-proyek strategis nasional,” ujarnya.

    Sebagai informasi, Presiden RI Prabowo Subianto menyatakan sejumlah kebijakan strategis pemerintah yang baru diluncurkan, mulai dari Badan Pengelola Investasi Danantara hingga Bank Emas, merupakan ikhtiar menuju kemandirian ekonomi.

    Dengan total aset lebih dari 900 miliar dolar AS, pembentukan Danantara bertujuan mempercepat pembangunan industri hilirisasi sehingga nilai tambah dari semua sumber daya alam dan produksi nasional dapat meningkat signifikan, bahkan hingga puluhan atau ratusan kali lipat.

    Prabowo menegaskan bahwa kekayaan dan potensi Indonesia sangat besar, tetapi pengelolaannya harus lebih cerdas, teliti, hati-hati, dan transparan.

    Pewarta: Aji Cakti
    Editor: Abdul Hakim Muhiddin
    Copyright © ANTARA 2025

  • Rosan Pastikan Investasi Danantara demi Penciptaan Lapangan Kerja

    Rosan Pastikan Investasi Danantara demi Penciptaan Lapangan Kerja

    Jakarta, Beritasatu.com – Chief Executive Officer (CEO) Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani menegaskan investasi yang dilakukan oleh Danantara bertujuan untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

    “Hal terpenting dalam investasi yang kita lakukan adalah memberikan dampak besar, berkelanjutan, dan konsisten. Pada akhirnya, apa yang ingin kita capai? Tujuan utama kita adalah menciptakan lapangan pekerjaan,” ujarnya dalam acara Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu (26/2/2025) dikutip dari Antara.

    Menurut Rosan, investasi yang dilakukan Danantara berorientasi pada dampak luas dan berkesinambungan, dengan fokus utama pada penciptaan lapangan kerja guna memperkuat ekonomi nasional.

    Sebagai menteri Investasi sekaligus kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), ia menekankan investasi ini akan menjadi pendorong utama roda ekonomi Indonesia serta mempercepat proses industrialisasi, yang pada akhirnya akan membuka lebih banyak kesempatan kerja bagi masyarakat.

    Ia mengakui tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah penciptaan lapangan kerja, dan Danantara berkomitmen untuk terus mendukung upaya ini melalui investasi yang strategis dan berkelanjutan.

    Rosan juga menyoroti struktur ekonomi Indonesia yang sebagian besar ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi, sehingga sektor investasi menjadi faktor kunci dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil dan inklusif.

    Ia menjelaskan bahwa sekitar 28-29% dari pertumbuhan ekonomi nasional berasal dari investasi, sehingga sektor ini memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas pertumbuhan jangka panjang serta meningkatkan jumlah lapangan kerja.

    “Jika kita lihat lebih dalam, mengapa investasi ini memiliki peran sangat penting? Struktur perekonomian kita didominasi oleh konsumsi domestik, sekitar 53-54%. Sementara itu, investasi menyumbang sekitar 28-29%, disusul oleh belanja pemerintah sekitar 8-9%, dan net ekspor sekitar 2%,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Rosan menyampaikan dengan meningkatnya investasi yang terarah, Danantara dapat mempercepat target pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga 8% pada 2029.

    Menurutnya kehadiran Danantara menciptakan rasa aman dan kepercayaan bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia, dengan menghadirkan peluang investasi yang saling menguntungkan.

    “Keberadaan Danantara memberikan rasa nyaman dan keyakinan bagi investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia,” kata Rosan.

    Selain itu, ia menekankan pentingnya kerja sama dengan investor internasional. Menurutnya, Danantara tidak hanya mengajak mereka berinvestasi di Indonesia, tetapi juga membuka peluang untuk berinvestasi bersama.

  • Rosan pastikan investasi Danantara demi penciptaan lapangan pekerjaan

    Rosan pastikan investasi Danantara demi penciptaan lapangan pekerjaan

    Jakarta (ANTARA) – Chief Executive Officer (CEO) atau Kepala Eksekutif Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani menegaskan bahwa investasi yang dilakukan oleh Danantara bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas demi kesejahteraan masyarakat Indonesia.

    “Yang paling penting dalam investasi yang kita lakukan adalah yang berdampak besar dan berkelanjutan, berkesinambungan. Dan ujungnya apa sih? Tujuannya adalah penciptaan lapangan pekerjaan,” katanya dalam Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu.

    Rosan menyebutkan bahwa tujuan utama dari investasi yang dilakukan adalah memberikan dampak besar dan berkelanjutan, dengan fokus utama pada penciptaan lapangan pekerjaan yang berkualitas untuk mendukung ekonomi Indonesia.

    Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu menjelaskan bahwa investasi yang dilakukan oleh Danantara akan menggerakkan roda ekonomi Indonesia dan mendorong industrialisasi yang pada akhirnya membuka lebih banyak lapangan pekerjaan.

    Dia mengakui bahwa penciptaan lapangan pekerjaan merupakan tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia, dan Danantara berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam upaya ini dengan investasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan.

    Rosan menambahkan bahwa struktur perekonomian Indonesia, yang sebagian besar didorong oleh konsumsi domestik dan investasi, menjadikan sektor investasi sangat penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

    Dia menjelaskan bahwa sekitar 28-29 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia berasal dari investasi, yang menjadikan sektor ini sangat krusial dalam menciptakan pertumbuhan jangka panjang dan mendorong penciptaan lapangan pekerjaan.

    “Kalau kita lihat, kenapa investasi ini memainkan peranan yang sangat penting? Kalau kita lihat struktur dari pertumbuhan perekonomian kita itu memang 53-54 persen datangnya dari konsumsi domestik atau domestic consumtion, kurang lebih 28-29 persen itu dari investasi. Kemudian ada belanja pemerintah atau government spending itu 8-9 persen, 2 persen itu adalah net ekspor,” jelasnya.

    Menurut Rosan, dengan adanya investasi yang lebih besar dan tepat sasaran, Danantara dapat mempercepat pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang diperkirakan akan mencapai 8 persen pada tahun 2029.

    Ia juga menyatakan bahwa kehadiran Danantara memberikan kenyamanan dan keyakinan kepada para investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, dengan menawarkan peluang investasi yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.

    “Nah, memang dengan adanya Danantara, ini juga memberikan kalau saya bilang kenyamanan dan juga keyakinan kepada para investor luar juga yang ingin berinvestasi ke Indonesia,” ucap Rosan.

    Dia juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan investor luar negeri, di mana Danantara tidak hanya meminta mereka untuk berinvestasi, tetapi juga menawarkan kesempatan untuk berinvestasi bersama.

    “Karena sekarang kita juga bukan hanya minta mereka investasi ke Indonesia tetapi bersamaan kita juga bisa berinvestasi bersama-sama dengan mereka. Istilahnya we put the skin on the game lah, kita sama-sama investasi bareng,” kata Rosan.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Riza Mulyadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Rosan: Investasi Danantara dilakukan transparan dan berintegritas

    Rosan: Investasi Danantara dilakukan transparan dan berintegritas

    Jakarta (ANTARA) – Chief Executive Officer (CEO) atau Kepala Eksekutif Badan Pengelolaan Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Rosan Roeslani menegaskan bahwa investasi Danantara akan dijalankan dengan prinsip kehati-hatian dan dilakukan secara transparan serta berintegritas.

    Rosan dalam Indonesia Economic Outlook 2025 di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa pihaknya telah mendapatkan arahan langsung dari Presiden Prabowo Subianto terkait pelaksanaan investasi yang harus dijalankan secara transparan dan bertanggung jawab.

    Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu menegaskan bahwa tata kelola perusahaan yang baik dan prinsip good governance akan menjadi dasar dalam setiap langkah investasi yang diambil oleh BPI Danantara, dengan mengutamakan transparansi dan integritas.

    “Dalam menjalankan investasi ini arahan dari Bapak Presiden kita harus menjalankan ini dengan tata kelola perusahaan yang baik, good governance, transparan, secara hati-hati dan yang paling penting adalah dijalankan dengan integritas yang baik,” kata Rosan.

    Ia mengungkapkan bahwa dia dan timnya bekerja keras, termasuk dengan dukungan dari Menteri BUMN Erick Thohir, untuk memastikan bahwa BPI Danantara bisa berjalan dengan lancar sehingga berhasil diluncurkan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.

    Dia menuturkan bahwa BPI Danantara yang sepenuhnya dimiliki oleh pemerintah, memiliki 99 persen saham yang dimiliki oleh badan itu, sementara 1 persen saham lainnya dimiliki oleh Kementerian BUMN sebagai saham seri A.

    Menurut Rosan, meskipun hanya 1 persen, saham seri A itu memiliki kekuatan yang sangat besar dalam pengelolaan BPI Danantara dan berperan penting dalam mencapai tujuan investasi yang lebih strategis.

    Sebagai badan investasi yang diamanahkan oleh pemerintah, BPI Danantara bertugas untuk melakukan investasi di sektor-sektor yang memiliki dampak positif dan berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.

    Investasi yang dilakukan oleh BPI Danantara diharapkan dapat memberikan manfaat tidak hanya dalam jangka pendek, tetapi juga memberikan dampak positif yang signifikan untuk generasi mendatang.

    “Tidak hanya saat ini, tapi juga saat ke depan karena kembali seperti disampaikan, itu akan berdampak sangat besar kepada anak cucu kita,” ucap Rosan.

    Dia menambahkan bahwa tujuan investasi Danantara adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dengan target pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8 persen pada tahun 2029.

    Dia juga mencatat bahwa pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mencapai 5,2 hingga 5,3 persen, sesuai dengan prediksi Bank Dunia dan OECD mengenai kondisi ekonomi Indonesia ke depan.

    “Tentunya karena kita ingin mempunyai pertumbuhan perekonomian mungkin di banyak negara 5 persen sudah sangat-sangat luar biasa. Pertumbuhan kita 5 persen kurang lebih di tahun ini diharapkan 5,2-5,3 persen, yang dimana itu sesuai juga dengan prediksi dari Bank Dunia, dari OECD mengenai pertumbuhan kita,” kata Rosan.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Riza Mulyadi
    Copyright © ANTARA 2025