Kementrian Lembaga: Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI)

  • 137 Titik Akses Internet di Kupang Butuh Tambahan Bandwidth

    137 Titik Akses Internet di Kupang Butuh Tambahan Bandwidth

    Bisnis.com, KUPANG — Ratusan titik di Kupang, yang selama ini mendapat akses internet dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti), diperkirakan mengalami kekurangan bandwidth internet seiring dengan tingkat konsumsi data yang meningkat. Dampaknya layanan internet menjadi lambat atau bahkan tidak bisa digunakan sama sekali. 

    Bandwidth atau lebar pita adalah kapasitas atau volume maksimum data yang dapat ditransfer melalui jaringan internet dalam waktu tertentu. Bandwidth diukur dalam satuan bit per detik (bps).

    Ibaratnya, bandwidth adalah lebar jalan raya di mana mobil (data) bisa lewat. Semakin besar bandwidth, semakin banyak data yang dapat ditransfer pada saat yang sama, sehingga internet akan terasa lebih cepat.

    Diketahui, Bakti Komdigi telah berhasil menghubungkan sebanyak 137 titik yang terdiri sarana pendidikan, pemerintahan, hingga kesehatan lewat akses internet berbasis satelit dengan bandwidth sebesar 4 Mbps per titik. 

    Namun, pengguna akses internet tersebut saat ini makin sesak karena banyak masyarakat yang menggunakan layanan internet. 

    Kepala Dinas Komunikasi dan Digital (Komdigi) Kabupaten Kupang Yawan Mau mengungkapkan bahwa layanan internet di sejumlah titik masih mengalami kendala bandwidth yang terbatas dan koneksi lambat, terutama di daerah dengan jumlah pengguna yang padat.

    Menurut Yawan, salah satu penyebab utama lambatnya layanan internet adalah tingginya permintaan, sementara itu bandwidth yang diberikan terbatas hanya 4 Mbps.

    Dengan kapasitas sebesar itu, paling maksimal jumlah pengguna adalah 10 orang. Itu pun mereka hanya menggunakan untuk aplikasi pesan, bukan menonton streaming. 

    “Kalau lebih dari 10, tidak bisa,” kata Yawan kepada Bisnis, Rabu (11/6/2025). 

    Yawan mengusulkan peningkatan bandwidth dan penambahan kapasitas tower sebagai solusi atas tingginya permintaan layanan internet. Namun, karena bandwidth yang disediakan Bakti bersifat subsidi, maka tidak dapat terlalu banyak. Perlu kolaborasi dengan penyedia tower komersial untuk menambah kapasitas dan bandwidth tambahan.

    Kabupaten Kupang memiliki 160 desa dan 17 kelurahan, namun cakupan jaringan 4G masih belum merata. Sekitar 30-50% wilayah desa belum terjangkau jaringan 4G. Blank Spot internet masih banyak ditemukan.

    “Terutama di daerah yang penduduknya tidak terpusat,” ujar Yawan.

    Yawan menjelaskan bahwa kategori wilayah padat penduduk relatif berbeda antara kota dan kecamatan. Di kecamatan, rumah dan pemilik lahan tersebar sehingga cakupan jaringan menjadi tantangan tersendiri.

    Untuk mengatasi hal ini, pihaknya mendorong penambahan titik akses internet di lokasi strategis seperti sekolah, kantor desa, dan puskesmas agar masyarakat yang berada di sekitar lokasi tersebut dapat mengakses internet dengan mudah.

    Pemerintah daerah juga terus berupaya meningkatkan kualitas layanan internet dengan berkoordinasi bersama penyedia layanan dan memanfaatkan program pemerintah pusat. Namun, peningkatan kapasitas dan infrastruktur tetap menjadi pekerjaan rumah besar agar akses internet dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Kupang.

    Sebelumnya, tenaga kesehatan di Puskesmas Complang, salah satu titik akses internet Bakti, mengeluhkan layanan internet yang makin lelet. Mereka meminta agar internet kembali cepat seperti dulu. 

    Bakti mengungkap leletnya layanan internet karena pengguna internet subsidi telah melebihi ketentuan, sehingga sesak dan berdampak pada penurunan kualitas.

  • Kelompok Petani Kupang Berharap Internet Gratis untuk Tingkatkan Keahlian Bertani

    Kelompok Petani Kupang Berharap Internet Gratis untuk Tingkatkan Keahlian Bertani

    Bisnis.com, KUPANG — Pemerintah diharapkan memperluas jangkauan penerima internet gratis Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) hingga ke kantor desa dan kelompok petani. Internet gratis akan membantu petani meningkatkan keahlian dalam bercocok tanam.  

    Kepala Desa Kuimasi Kupang Maksen A.S. Lifu, mengungkap hingga saat ini belum ada bantuan internet dari pemerintah, baik melalui program Bakti maupun inisiatif lainnya, untuk desa. Padahal masyarakat, terutama kelompok tani dan generasi muda yang mulai aktif memanfaatkan teknologi digital, berharap adanya internet gratis untuk membantu mereka meningkatkan keahlian. 

    Maksen menegaskan, akses internet sangat dibutuhkan di Kuimasi, terutama untuk mendukung kegiatan kelompok tani dan pemuda desa. 

    “Untuk mengakses jualan online ataupun belajar pertanian modern lewat YouTube. Dampaknya sangat besar, apalagi ada 18 kelompok tani dengan hampir 200 kepala keluarga yang mengelola lahan,” kata Maksen kepada Bisnis, Rabu (11/6/2025). 

    Dengan internet, lanjutnya, para petani bisa mengadopsi metode pertanian modern, memasarkan hasil panen secara daring, dan meningkatkan produktivitas. Selain itu, pemuda desa juga dapat mengakses informasi, peluang usaha, dan pendidikan melalui platform digital.

    Dia juga mengatakan meski sebagian besar wilayah desa sudah terjangkau sinyal Telkomsel, masih ada beberapa titik blank spot, terutama di Dusun 4.

    Kepala Desa Kuimasi, Maksen A.S. Lifu

    Selain keterbatasan akses internet, masalah listrik juga menjadi hambatan tersendiri bagi masyarakat Kuimasi. Dalam seminggu, listrik mati paling sedikit 2 kali. 

    Pemerintah Desa Kuimasi telah berupaya mandiri dengan memasang layanan IndiHome di kantor desa. Namun langkah itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit, sehingga kehadiran internet gratis dapat meringankan beban mereka. 

    “IndiHome di kantor desa bisa diakses sekitar 20 HP sekaligus,” kata Maksen.

    Terkait opsi internet satelit seperti Starlink, Maksen mengaku sudah mengikuti sosialisasi di tingkat kabupaten. Namun, harga layanan Starlink dinilai terlalu mahal untuk anggaran desa. “Kami kesulitan menyiapkan anggaran seperti itu,” jelasnya.

    Dia mengatakan tingkat adopsi internet di Desa Kuimasi sebenarnya cukup tinggi.

    Masyarakat aktif menggunakan media sosial seperti Facebook dan WhatsApp untuk berbagi informasi desa, mempublikasikan kegiatan, dan meningkatkan literasi digital. Namun, keterbatasan infrastruktur masih menjadi kendala utama.

    Maksen berharap pemerintah pusat maupun daerah dapat memberikan bantuan internet gratis, seperti yang sudah dinikmati oleh Puskesmas setempat. “Kami sangat berharap ada bantuan internet dari pemerintah, agar desa-desa seperti kami bisa maju dan tidak tertinggal,” tutupnya.

  • dari 2 Minggu jadi 2 Menit

    dari 2 Minggu jadi 2 Menit

    Bisnis.com, KUPANG — Akses internet yang dihadirkan oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) berhasil mempercepat penyerahan data kesehatan dari Puskesmas Camplong ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

    Data yang awalnya masih bersifat fisik, butuh waktu pengiriman secara berjenjang hingga 2 minggu lamanya untuk sampai ke Kemenkes. Berkat internet Bakti kini cukup 2 menit saja.  

    Plh Kepala Puskesmas Camplong Luisa Tecla C Soares menceritakan sebelum ada akses internet dari Bakti, pihak Puskesmas harus mengirim data ke pusat secara fisik.

    Berdasarkan perhitungannya, butuh waktu hingga 2 minggu untuk mengirim berkas fisik dari Puskesmas Complang yang terletak di Desa Kuimasi, Kupang, hingga ke kantor pusat Kementerian Kesehatan. 

    Waktu pelaporan yang panjang tersebut kemudian terpangkas secara signifikan menjadi hanya hitungan menit dengan kehadiran infrastruktur Akses Internet berbasis satelit milik Bakti. 

    “Itu hanya untuk melaporkan saja, sangat lama,” kata Tecla dalam pertemuan dengan Bakti Komdigi, Rabu (11/6/2025). 

    Tecla mengungkap penyerahan laporan perlu dilakukan agar data di pusat dengan di daerah sinkron, sehingga keputusan yang diambil oleh pemerintah pusat dalam meningkatkan kualitas kesehatan di daerah menjadi lebih tepat dan efektif. 

    Dalam pertemuan tersebut Tecla juga berharap agar bandwidht atau kecepatan internet di tempatnya bekerja ditingkatkan. Bandwidht yang ada saat ini sangat sedikit, sedangkan aplikasi yang harus dijalankan sangat banyak. Alhasil, aplikasi berjalan lemot yang membuat pelayanan terhadap pasien menjadi terganggu. 

    “Saat ini kualitas internet Bakti kurang optimal, internet lambat. Padahal semua laporan sudah lewat online,” kata 

    Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama Bakti Fadhilah Mathar mengatakan kualitas layanan yang melambat disebabkan jumlah pengguna internet yang makin banyak di Puskesmas Complang. Di sisi lain, aplikasi yang dipakai juga makin berat dan bertambah. 

    Untuk mengatasi hal ini, Bakti bakal meningkatkan kapasitas internet di Puskesmas Complang dari 4 Mbps menjadi 8 Mbps, dengan harapan layanan puskesmas berjalan lebih baik. 

    “Peningkatan kapasitas bersifat gradual, ketika puskesmas sedang sepi atau tidak banyak pasien, kecepatan yang dikembalikan ke awal,” kata wanita yang akrab disapa Indah. 

    Indah juga mengatakan kualitas internet turut dipengaruhi oleh kondisi kelistrikan. Makin stabil listrik, makin baik internet yang diberikan karena perangkat telekomunikasi membutuhkan dukungan listrik yang stabil agar tidak rusak. 

    Sebelumnya, Bakti telah menyalurkan internet ke 27.805 titik di seluruh wilayah tertinggal di Indonesia. Melalui program Akses Internet (AI) puluhan ribu titik tersebut mendapat internet dari satelit Multifungsi Satria-1. 

    Satelit Satria-1 merupakan satelit Geostasioner yang mengorbit pada ketinggian 36.000 kilometer di atas permukaan bumi. Satelit ini memiliki kapasitas 150 Gbps, dan menjadi satelit GEO dengan kapasitas terbesar di Indonesia saat ini.

    Berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, sektor yang paling banyak mendapat manfaat dari Akses Internet Bakti adalah sektor pendidikan dengan 19.598 titik. Kemudian sektor pemerintahan (5.287 titik), sektor kesehatan (1.362 titik), pertahanan dan keamanan (455 titik), komunitas (394 titik), tempat ibadah (368 titik), pariwisata (132 titik), layanan bisnis (188 titik), dan transportasi publik (21 titik). 

    Adapun berdasarkan wilayahnya, sebanyak 7.464 titik (26,85%) berada di Pulau Sumatra, Pulau Sulawesi sebanyak 4.816 titik (17,32%), Pulau Jawa sebanyak 4.738 titik (17,03%), Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 3.857 titik (13,88%), Kalimantan sebanyak 3.791 titik (13,63%), Maluku sebanyak 1.514 titik (5,45%), dan terakhir Papua sebanyak 1.625 titik (5,84%). 

  • Internet Lambat Bikin Masyarakat Malas Berobat

    Internet Lambat Bikin Masyarakat Malas Berobat

    Bisnis.com, KUPANG — Tenaga kesehatan di Puskesmas Camplong, Nusa Tenggara, berharap layanan internet gratis dari Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) dapat ditingkatkan kecepatan karena berdampak pada kualitas layanan kesehatan yang diberikan.

    Penambahan bandwidth internet berbasis satelit berpeluang membuat masyarakat desa lebih semangat berobat ke puskesmas, jika kualitas layanan yang diberi cepat.

    Diketahui, puskesmas yang teletak di Desa Kuimasi itu menggunakan layanan Akses Internet Bakti yang disuntikan dari Satelit Satria-1. Bandwidth atau lebar pita kecepatan internet yang diterima puskesmas hanya 4 Mbps untuk melayani masyarakat dan mengakses 3 – 4 aplikasi mandatori, termasuk untuk Cek Kesehatan Gratis yang menjadi program Presiden Prabowo Subianto. 

    Banyak aplikasi dan masyarakat yang dilayani membuat trafik data yang mengalir makin deras, sementara itu bandwidht yang disediakan tidak terlalu besar. 

    Pelaksana Harian (Plh) Kepala Puskesmas Camplong, Luisa Tecla C Soares mengatakan internet yang dihadirkan Bakti seperti 2 sisi koin. Pada satu sisi membantu mempercepat pelaporan data kesehatan ke pusat, tetapi sisi lain membuat pelayanan sedikit lambat karena bandwidht yang kecil dan terbatas. 

    Proses pemeriksaan pasien yang seharusnya berjalan cepat sering terhambat karena koneksi internet kurang optimal. Data pasien yang harus diinput langsung ke aplikasi sering mengalami loading lama, sehingga waktu pelayanan membengkak hingga dua kali lipat.

    “Biasanya 5-10 menit, bisa jadi 20 menit per pasien,” ungkap Tecla, Rabu (11/6/2025). 

    Akibat dari pelayanan yang kurang optimal, kata Tecla, beberapa pasien enggan datang kembali ke Puskesmas karena merasa pelayanan terlalu lama.

    Untuk mengantisipasi, tenaga medis terpaksa menggunakan data internet pribadi agar proses input data lebih lancar. 

    Pelaksana Harian (Plh) Kepala Puskesmas Camplong, Luisa Tecla C Soares

    Dia juga mengatakan bahwa internet yang cepat mengambil peranan penting dalam membantu menyukseskan program Cek Kesehatan Gratis. Karena untuk mengakses layanan harus masuk ke aplikasi terlebih dahulu. 

    Cek kesehatan penting karena kebiasaan masyarakat, baru datang ke Puskesmas jika sudah sakit parah dan tidak bisa bangun, sehingga keluarga harus mengantar. Padahal, deteksi dini penyakit seperti hipertensi, asam urat, dan kolesterol sangat penting untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Tetapi sekali lagi, kualitas layanan internet yang kurang optimal mengurangi minat. 

    “Cek kesehatan gratis itu penting untuk deteksi dini. Tapi masyarakat berpikir datang ke Puskesmas hanya membuang ongkos, padahal pengobatan dini bisa meningkatkan keselamatan,” tambahnya.

    Dia mengatakan untuk menuju puskesmas masyarakat juga menghadapi mahalnya ongkos ojek. Karena Puskesmas Camplang berada 600 meter dari jalan raya utama dan jauh dari pemukiman, butuh ongkos besar untuk menuju puskesmas. 

    Untuk warga Desa Kioni, misalnya, biaya ojek pulang-pergi bisa mencapai Rp200.000 per orang. Hal ini membuat program cek kesehatan gratis kurang optimal, karena meski layanannya gratis, biaya transportasi tetap menjadi beban berat.

    Di sisi lain, jumlah dokter juga terbatas. Dengan jumlah penduduk sekitar 27.000 jiwa, idealnya Puskesmas Camplong memiliki lima dokter sesuai standar Kementerian Kesehatan. Namun, saat ini hanya ada satu dokter yang bertugas.

    Kondisi ini membuat layanan Puskesmas keliling pun tidak maksimal, karena dokter harus tetap standby di Puskesmas utama.

    Untuk mengatasi masalah ini, puskesmas melakukan sosialisasi melalui media sosial dan edukasi agar masyarakat mau pergi cek kesehatan dan berobat ke puskesmas. 

    Puskesmas Camplong aktif melakukan sosialisasi melalui media sosial serta bekerja sama dengan gereja dan masjid. Edukasi tentang pentingnya cek kesehatan gratis terus digencarkan agar masyarakat lebih peduli terhadap deteksi dini penyakit.

    Dia berharap kembali berharap kecepatan internet dapat membaik ke depan agar seluruh proses sosialisasi berjalan baik, pun dengan kualitas layanan yang diberikan kepada masyarakat di desa. 

  • Jejak Pembangunan Infrastruktur Internet di 3T, Pendongkrak Daya Saing Digital RI

    Jejak Pembangunan Infrastruktur Internet di 3T, Pendongkrak Daya Saing Digital RI

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerataan pembangunan infrastruktur telekomunikasi 4G hingga ke daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) telah membuat daya saing digital Indonesia meningkat. Tiang pemancar sinyal internet di daerah tertinggal mampu digunakan secara optimal oleh masyarakat. 

    Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid mengatakan Indeks Daya Saing Digital Indonesia terus naik di tengah efisiensi yang dilakukan pemerintah, salah satunya didorong oleh kehadiran infrastruktur di 3T. 

    Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2025 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan daya saing digital antarprovinsi yang konsisten. Indek skor daya saing digital Indonesia berada pada skor 38,8 atau naik 70 basis points (Bps). Lebih tinggi dibandingkan dengan 2024 yang naik 40 bps menjadi sebesar 38,1. 

    Peningkatan paling signifikan terjadi di provinsi yang terletak di Indonesia Timur seperti Maluku dan Papua. Peningkatan terjadi seiring dengan naiknya persentase pekerja yang menggunakan internet dan perluasan jangkauan 4G di desa-desa, termasuk di 3T. 

    Adapun Komdigi melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) telah mengoperasikan 5.618 base transceiver station (BTS) 4G di 3T pada 2024 yang melayani seluruh lapisan masyarakat. 

    “Di Papua kemarin baru kami resmikan juga AI Excellence Center di Papua pertama. Kemudian titik BTS 4G di Papua mencapai 1.773 titik,” kata Meutya kepada awak media, dikutip Rabu (11/6/2025).

    Sementara itu, Kepala Divisi Humas Bakti Komdigi Sudarmanto mengatakan peningkatan daya saing digital di wilayah 3T menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur telekomunikasi memberikan dampak nyata bagi masyarakat. 

    Pembangunan BTS 4G oleh pemerintah melalui BAKTI Komdigi telah membuka akses internet di daerah-daerah yang sebelumnya terisolasi, memungkinkan masyarakat untuk mengakses informasi, layanan pendidikan, kesehatan, dan peluang ekonomi digital. 

    “Hal ini sejalan dengan visi kami untuk menjadikan teknologi sebagai jembatan penghubung dan pemberdayaan masyarakat di seluruh Indonesia dalam mengatasi kesenjangan digital,” kata Sudarmanto kepada Bisnis. 

    Dia mengatakan hingga Mei 2025, BAKTI telah membangun dan mengoperasikan lebih dari 7.196 BTS 4G di wilayah 3T. Selain itu, Bakti juga telah menyediakan akses internet di lebih dari 27.858 titik layanan publik, termasuk sekolah, puskesmas, dan kantor desa. 

    Sebelumnya, BAKTI sudah membangun jaringan internet serat optik Palapa Ring sepanjang 12.229 kilometer.

    Sesuai dengan rencana, kapasitas SATRIA-1 akan membagi 150 Gbps total kapasitasnya untuk menyediakan kapasitas 5 Mbps per titik layanan, sehingga akan menghasilkan sekitar 37.000 titik layanan. 

    “Maka kapasitasnya untuk saat ini masih tersedia untuk menambah titik layanan,” kata Sudarmanto. 

  • 27.805 Titik Terkoneksi Internet Satelit Satria-1 Bakti Mei 2025

    27.805 Titik Terkoneksi Internet Satelit Satria-1 Bakti Mei 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) telah menyalurkan internet ke 27.805 titik di seluruh wilayah tertinggal di Indonesia. Melalui program Akses Internet (AI) puluhan ribu titik tersebut mendapat internet dari satelit Multifungsi Satria-1. 

    Satelit Satria-1 merupakan satelit Geostasioner yang mengorbit pada ketinggian 36.000 kilometer di atas permukaan bumi. Satelit ini memiliki kapasitas 150 Gbps, dan menjadi satelit GEO dengan kapasitas terbesar di Indonesia saat ini.

    Direktur Utama Bakti Fadhilah Mathar mengatakan Satelit Satria-1 berperan penting dalam menghubungkan daerah yang belum terkoneksi. Berbagai sektor menerima manfaat besar dari teknologi ini. 

    “Terdapat puluhan ribu titik mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, hingga pemerintahan terlayani Satelit Satria-1,” kata Indah dalam acara APSAT 2025, dikutip Minggu (8/6/2025). 

    Fadhilah mengatakan total ada 27.805 titik yang telah menerima akses internet Satria-1. Bakti berharap pada tahun ini jumlahnya dapat menyentuh 30.000 titik.

    Sementara itu berdasarkan dokumen yang diterima Bisnis, sektor yang paling banyak mendapat manfaat dari Akses Internet Bakti adalah sektor pendidikan dengan 19.598 titik. Kemudian sektor pemerintahan (5.287 titik), sektor kesehatan (1.362 titik), pertahanan dan keamanan (455 titik), komunitas (394 titik), tempat ibadah (368 titik), pariwisata (132 titik), layanan bisnis (188 titik), dan transportasi publik (21 titik). 

    Adapun berdasarkan wilayahnya, sebanyak 7.464 titik (26,85%) berada di Pulau Sumatra, Pulau Sulawesi sebanyak 4.816 titik (17,32%), Pulau Jawa sebanyak 4.738 titik (17,03%), Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 3.857 titik (13,88%), Kalimantan sebanyak 3.791 titik (13,63%), Maluku sebanyak 1.514 titik (5,45%), dan terakhir Papua sebanyak 1.625 titik (5,84%). 

    Langkah Bakti dalam menyalurkan internet 4G ke wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) menghasilkan efek domino yang cukup besar. Salah satunya naiknya kemampuan dan daya saing digital masyarakat Indonesia di daerah tertinggal. 

    East Ventures melaporkan daya saing digital Indonesia meningkat lebih tinggi pada 2025 dibandingkan dengan 2025.  

    Melalui Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2025, East Ventures menyajikan data daya saing digital di 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia. 

    Laporan 2020 hingga 2025 menunjukkan peningkatan daya saing digital antarprovinsi yang konsisten, sebagaimana tercermin dari skor EV-DCI 2025 sebesar 38,8 atau naik 70 basis points (Bps). Lebih tinggi dibandingkan dengan 2024 yang naik 40 bps menjadi sebesar 38,1.    

    Peningkatan paling signifikan yang terlihat dalam pelaporan tahun ini adalah meningkatnya persentase pekerja yang menggunakan internet dan perluasan jangkauan 3G dan 4G di desa desa. 

    Kesenjangan digital antardaerah juga terus menyempit, mencerminkan kemajuan yang stabil menuju pemerataan digital regional yang semakin baik.

    Sepuluh provinsi teratas dengan skor indeks tertinggi masih didominasi oleh provinsi di Jawa, dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat secara konsisten menempati peringkat pertama dan kedua selama lima tahun terakhir. 

    Di antara 10 provinsi teratas, Banten mengalami peningkatan kinerja yang paling signifikan. Secara berurutan, 10 provinsi teratas adalah: (1) DKI Jakarta, (2) Jawa Barat, (3) Banten, (4) Jawa Timur, (5) DI Yogyakarta, (6) Bali, (7) Kepulauan Riau, (8) Kalimantan Timur, (9) Jawa Tengah, dan (10) Sumatera Utara. 

    Selain itu, laporan ini juga menyoroti perbaikan skor di 34 provinsi, termasuk Papua yang mencatat peningkatan paling signifikan dalam skor EV-DCI, naik 14 peringkat dari peringkat 34 ke 20. 

    Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat di kawasan tersebut, yang mencapai 7,8% pada tahun 2024, melampaui angka pertumbuhan nasional sebesar 5,0%.

    Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca mengatakan tujuan pihaknya tetap sama, yaitu menyajikan wawasan dan analisis mendalam mengenai dampak perkembangan ekonomi digital di seluruh nusantara.

    “Laporan tahun ini menunjukkan peningkatan yang konsisten dan menegaskan pertumbuhan berkelanjutan dari ekonomi digital Indonesia. Hal yang menggembirakan adalah sejumlah provinsi dari wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) kini menunjukkan tren peningkatan yang menjanjikan,” kata Wilson dalam keteranganya, Selasa (27/5/2025).

  • Raksasa Dunia Ramai-Ramai Tarik Kabel Lewat RI

    Raksasa Dunia Ramai-Ramai Tarik Kabel Lewat RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah perusahaan disebut akan membangun jaringan kabel bawah laut di Indonesia termasuk dua raksasa teknologi dunia, Google dan Meta.

    “Jadi banyak yang mau masuk ya, di antaranya Meta sama Google itu juga ingin membangun subsea cable [kabel dasar laut] tambahan,” kata Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid di kantor Komdigi, Kamis (5/6/2025).

    Meutya mengatakan baik Meta dan Google masih tahap diskusi untuk membangun kabel bawah laut yakni terkait negosiasi berapa banyak investasi yang akan dikeluarkan.

    Hal ini membuat Indonesia tidak perlu lagi mengandalkan anggaran APBN untuk meningkatkan jaringan kabel. Jadi bisa berasal dari investasi berbagai pihak swasta.

    “Kita masih diskusi untuk seberapa luas tambahan investasi dari perusahaan-perusahaan ini,” kata dia.

    Untuk meningkatkan jaringan internet ke seluruh pelosok RI, Indonesia juga memiliki Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Komdigi. Lembaga tersebut memiliki tugas membangun infrastruktur di wilayah 3T.

    Namun, Meutya mengatakan pemerintah menginginkan pembangunan digitalisasi bukan hanya berasal dari pemerintah. Ia mendorong kolaborasi dengan swasta dan terbuka investasi.

    “Namun kita melihat konsep besarnya yah. Memang pembangunan infrastruktur itu beratnya tidak lagi hanya di pemerintah. Tapi kolaboratif dengan swasta, investasi,” jelas Meutya.

    Salah satu yang dicontohkan adalah investasi dari Danantara. Lembaga itu, dia mengatakan juga akan menggelontorkan dana untuk sektor digital.

    “Jadi nanti bagi-bagi tugasnya dan lain-lain. Kita lihat ke depan,” ungkapnya.

    (dem/dem)

  • Bakti Tingkatkan Kapasitas Internet dari 4 Mbps jadi 10 Mbps

    Bakti Tingkatkan Kapasitas Internet dari 4 Mbps jadi 10 Mbps

    Bisnis.com, JAKARTA — Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) berencana meningkatkan kapasitas layanan internet dari 4 Mbps per titik menjadi 10 Mbps per titik. Adapun per Mei 2025, total lokasi yang masuk dalam bagian program Akses Internet (AI) Bakti mencapai 27.805 titik lokasi. 

    Direktur Utama Bakti Fadhilah Mathar mengatakan Bakti terus mendorong pemerataan akses internet yang merata untuk memangkas kesenjangan digital, salah satunya dengan Satelit Multifungsi Satria-1. 

    Satelit Satria-1 merupakan satelit yang khusus untuk menyalurkan internet. Total kapasitas yang diangkut oleh satelit ini mencapai 150 Gbps. Internet tersebut disalurkan ke puluhan ribu titik mulai dari sarana edukasi, pemerintahan, kesehatan, hingga pariwisata. 

    Pada tahun ini rencananya Bakti meningkatkan kapasitas internet Satelit Satria-1 yang diterima setiap lokasi, dari yang awalnya 4 Mbps menjadi 10 Mbps untuk sejumlah titik yang membutuhkan kapasitas lebih.

    Peningkatan tersebut dapat terjadi karena ruang kendali Satria-1 berada di Indonesia sehingga jumlah kapasitas yang disalurkan dapat disesuaikan.  

    “Berdasarkan kalkulasi kami, saat ini setidaknya mereka [penerima satelit Satria-1] ingin 10 Mbps per titik. Oleh karena itu, Bakti bekerja sama dengan para mitra mencoba mewujudkan itu,” kata wanita yang akrab disapa Indah dalam acara Asia Pacific Satellite Communications (APSAT) 2025 di Jakarta, Senin (2/5/2025). 

    Indah juga mengatakan rencananya pada tahun ini, Bakti akan menambah titik layanan satelit Satria-1 hingga 30.000 titik. Menurun dari target awal yang sebesar 150.000 titik dengan pertimbangan titik-titik yang rencananya dialiri Satria-1 kini telah terlayani secara komersial. 

    “Mayoritas dari 150.000 titik sudah terlayani secara komersial. Oleh karena itu kenapa data kita sangat dinamis,” kata Indah. 

    Peluncuran Satelit Satria-1

    Indah juga berterima kasih kepada para mitra yang telah terlibat dalam membangun jaringan internet ke pelosok negeri.

    Tanpa adanya Mitra, Bakti hanya mampu paling banyak setahun membangun 1.000 akses internet. Namun, mitra swasta telah membuat proses pembangunan berjalan lebih cepat. 

    “Berkat kerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan kami dapat memberikan layanan ke 27.000 titik kurang dari setahun,” kata Indah. 

    Dampak Nyata

    Langkah Bakti dalam menyalurkan internet 4G ke wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) menghasilkan efek domino yang cukup besar. Salah satunya naiknya kemampuan dan daya saing digital masyarakat Indonesia di daerah tertinggal. 

    East Ventures melaporkan daya saing digital Indonesia meningkat lebih tinggi pada 2025 dibandingkan dengan 2025.  

    Melalui Digital Competitiveness Index (EV-DCI) 2025, East Ventures menyajikan data daya saing digital di 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia. 

    Laporan 2020 hingga 2025 menunjukkan peningkatan daya saing digital antarprovinsi yang konsisten, sebagaimana tercermin dari skor EV-DCI 2025 sebesar 38,8 atau naik 70 basis points (Bps). Lebih tinggi dibandingkan dengan 2024 yang naik 40 bps menjadi sebesar 38,1.    

    Peningkatan paling signifikan yang terlihat dalam pelaporan tahun ini adalah meningkatnya persentase pekerja yang menggunakan internet dan perluasan jangkauan 3G dan 4G di desa desa. 

    Kesenjangan digital antardaerah juga terus menyempit, mencerminkan kemajuan yang stabil menuju pemerataan digital regional yang semakin baik.

    Sepuluh provinsi teratas dengan skor indeks tertinggi masih didominasi oleh provinsi di Jawa, dengan DKI Jakarta dan Jawa Barat secara konsisten menempati peringkat pertama dan kedua selama lima tahun terakhir. 

    Di antara 10 provinsi teratas, Banten mengalami peningkatan kinerja yang paling signifikan. Secara berurutan, 10 provinsi teratas adalah: (1) DKI Jakarta, (2) Jawa Barat, (3) Banten, (4) Jawa Timur, (5) DI Yogyakarta, (6) Bali, (7) Kepulauan Riau, (8) Kalimantan Timur, (9) Jawa Tengah, dan (10) Sumatera Utara. 

    Selain itu, laporan ini juga menyoroti perbaikan skor di 34 provinsi, termasuk Papua yang mencatat peningkatan paling signifikan dalam skor EV-DCI, naik 14 peringkat dari peringkat 34 ke 20. 

    Peningkatan ini sebagian besar didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang kuat di kawasan tersebut, yang mencapai 7,8% pada tahun 2024, melampaui angka pertumbuhan nasional sebesar 5,0%.

    Co-Founder dan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca mengatakan tujuan pihaknya tetap sama, yaitu menyajikan wawasan dan analisis mendalam mengenai dampak perkembangan ekonomi digital di seluruh nusantara.

    “Laporan tahun ini menunjukkan peningkatan yang konsisten dan menegaskan pertumbuhan berkelanjutan dari ekonomi digital Indonesia. Hal yang menggembirakan adalah sejumlah provinsi dari wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) kini menunjukkan tren peningkatan yang menjanjikan,” kata Wilson dalam keteranganya, Selasa (27/5/2025).

  • Komdigi Mau Buka Tol Langit ke Maluku Tengah

    Komdigi Mau Buka Tol Langit ke Maluku Tengah

    Jakarta, CNBC Indonesia – Akses internet di daerah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) terus diperluas. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menggunakan Satelit Republik Indonesia (Satria-1) untuk melakukannya.

    Salah satu yang jadi perhatian pemerintah adalah Kabupaten Maluku Tengah. Dalam pertemuannya dengan Bupati Maluku Tengah Zulkarnain Awat Amir, Wakil Menteri Komdigi, Nezar Patria menyatakan pihaknya siap membantu untuk wilayah blank spot di sana.

    “Jadi nanti khusus untuk yang blank spot, kalau ada titik-titiknya itu mohon dikonsultasikan saja. Nanti bisa kita bantu. Kalau dia memang bukan daerah 3T berarti dia sudah komersial. Nanti kita bisa cari opsel untuk dorong membangun BTS di situ supaya konektivitasnya jadi lebih baik,” kata Nezar dalam keterangannya dikutip Kamis (8/5/2025).

    Akses internet di wilayah 3T akan dilayani dengan Satria-1 dengan kecepatan 3-4 Mbps. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) akan mempelajari serta menyediakan titik-titik layanan.

    “SATRIA-1 mampu memberikan kecepatan hingga 3 sampai 4 Mbps. Nanti kita pelajari daerahnya itu mungkin bisa dibantu pakai satelit SATRIA-1. Ground segment-nya bisa dipasang di titik-titik yang membantu untuk pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan pertahanan,” dia menjelaskan.

    Bukan hanya soal akses internet, Komdigi juga berfokus pada penguatan literasi digital masyarakat. Dengan begitu masyarakat bisa lebih siap memanfaatkan konektivitas digital untuk kegiatan yang dilakukan bisa lebih berdampak.

    Perkuatan literasi digital juga dilakukan untuk masyarakat bisa memahami bahaya yang muncul di dunia internet. Mulai dari hoaks hingga munculnya misinformasi dan disinformasi.

    “Literasi digital dibutuhkan di sana supaya masyarakat lebih aware. Ini juga untuk mendidik mereka agar paham bahaya-bahayanya hoaks, informasi yang salah atau misinformasi, disinformasi,” ucap Nezar.

    Selain itu, Nezar mendorong pengembangan kapasitas digital untuk aparatur pemerintah lewat Program Digital Talent Scholarship dan Digital Leadership. “Karena kita kan juga lagi gencarkan, mengakselerasi sistem pemerintah berbasis elektronik SPBE,” tuturnya.

    (dem/dem)

  • Ini Jajaran Dewan Pengawas dan Kepengurusan Pengusaha Fiber Optik RI

    Ini Jajaran Dewan Pengawas dan Kepengurusan Pengusaha Fiber Optik RI

    Jakarta

    Asosiasi Penyelenggara Jaringan Telekomunikasi (Apjatel) mengukuhkan badan pengurus harian untuk periode kepengurusan 2024-2027. Ketua Umum Apjatel Jery Mangasas Swandy pun menggaungkan kolaborasi kepada para pelaku industri telco dalam negeri.

    Bertepatan dengan Halal bi Halal yang rutin diadakan setiap tahun setelah perayaan Idul Fitri ini, menjadi media bagi Apjatel untuk meningkatkan hubungan baik dengan stakeholde, operator dan vendor.

    “Mari kita mulai menyingsihkan lengan baju serta merajut kebersamaan untuk menunjang kinerja di masa yang akan datang. Keberadaan Apjatel merupakan amanah dalam pelayanan di sektor telekomunikasi khususnya jaringan fiber optik, ungkap Ketua Umum Apjatel Jerry Mangasas Swandy dalam keterangan tertulisnya.

    Pada kesempatan ini juga, Apjatel menyampaikan pentingnya menjaga spirit kolaborasi dan sinergi antara pemerintah, asosiasi, operator dan vendor Pelaksana relokasi.

    “Sehingga semua target dan capaian untuk bersama dalam menjaga Jaringan Infrastruktur khususnya fiber optik dapat tercapai dengan baik dan dapat bermanfaat serta berdampak kepada kerapihan yang dapat dinikmati untuk masyarakat luas,” ucapnya.

    Dalam pengukuhan kepengurusan Apjatel periode 2024-2027 ini dihadiri Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Asosiasi Penyelenggara Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi), Asosiasi penyelenggara Telekomunikasi Indonesia (ATSI), Asosiasi IoT Indonesia (Asioti), Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Asosiasi FinTech Indonesia (Aftech) , dan Asosasi Data Center Indonesia (Idpro), serta perusahaan yang menjadi anggota tetap mapun tidak tetap di APJATEL yaitu mitra Vendor atau kontraktor.

    Selain dari sisi pelaku industri, ada juga perwakilan dari pemerintah yang hadir, yaitu jajaran Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) dengan adanya Direktur Jendral Infrastruktur Digital Wayan Toni Supriyanto, Direktur Pengendalian Pos dan Informatika Dany Suwardani dan perwakilan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti).

    Halaman berikutnya jajaran Dewan Pengawas dan Kepengurusan Apjatel 2024-2027

    Jajaran Dewan Pengawas dan Kepengurusan Apjatel 2024-2027

    Ketua Dewan Pengawas: Soni Sumarsono
    Anggota : Merza Fachys
    Anggota : Ade Tjendra
    Anggota : Dicky Tjokrosaputro
    Anggota : Leonardus Wahyu Wasono (Sony)
    Anggota : Bambang Prastowo
    Anggota : Resi Bramani
    Anggota : Rudi Mustofa Karim
    Anggota : Agung Supardiyoto

    Ketua Umum : Jery Mangasas Swandy
    Wakil Ketua Umum 1 : M. Tri Prasetya
    Wakil Ketua Umum 2 : Nia Kurnianingsih
    Wakil Ketua Umum 3 : Fariz Azhar Harahap
    Sekretaris Jenderal : Zulfi Hadi
    Wakil Sekretaris Jenderal 1 : Ida Haryani
    Wakil Sekretaris Jenderal 2 : Bernard
    Bendahara Umum : Victor Irianto
    Wakil Bendaraha Umum : Nova Welda Lusia

    Kabid. Publik & Media : Sebrina Sipahutar
    Anggota Bidang Publik & Media : Handy Tanjaya
    Anggota Bidang Publik & Media : Lerry Harry Sohar
    Anggota Bidang Publik & Media : Yudi Akhirudin
    Anggota Bidang Publik & Media : Kahfi Alfarisi

    Kabid. Keanggotaan & Usaha Antar Anggota : Anna Roos Diana
    Anggota Keanggotaan & Usaha Antar Anggota : Muhammad Jumhur
    Anggota Keanggotaan & Usaha Antar Anggota : Niko
    Anggota Keanggotaan & Usaha Antar Anggota : Selly Sofianti
    Anggota Keanggotaan & Usaha Antar Anggota : Arie Haerdyanto
    Anggota Keanggotaan & Usaha Antar Anggota : Retno Pertiwi

    Kabid. Hubungan Antar Lembaga : Alia Alizar
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Biantono Subastian
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Kamila Rona
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Iwan Setiawan
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Hita Handayana
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Windi Laksana Putri
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Unggul Budiman
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Agung Satria
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Nur Syahriza
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Aprilia
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Widaya Widian
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Yudithia Sinatra
    Anggota Hubungan Antar Lembaga : Sugihono

    Kabid. Pendidikan dan Latihan : Isnan K. Arikah
    Anggota Pendidikan dan Latihan : Imam Al-Farabi
    Anggota Pendidikan dan Latihan : Tambang Aji Sasmita
    Anggota Pendidikan dan Latihan : Prawiro Harjono
    Anggota Pendidikan dan Latihan : Jhonny Charles

    Kabid. Regulasi dan Hukum : Yudha Saroyna
    Anggota Regulasi dan Hukum : Jhon Roy Nasky
    Anggota Regulasi dan Hukum : Arief Budiman
    Anggota Regulasi dan Hukum : Putri Andita
    Anggota Regulasi dan Hukum : Alfath Gumilang
    Anggota Regulasi dan Hukum : Iwan
    Anggota Regulasi dan Hukum : Tagor Sihombing
    Anggota Regulasi dan Hukum : Arifiandy Permata
    Anggota Regulasi dan Hukum : Renata Manullang
    Anggota Regulasi dan Hukum : Pandu Gunawan
    Anggota Regulasi dan Hukum : Sapto Aliando
    Anggota Regulasi dan Hukum : Dany Kristanto

    Kabid. Teknis dan Pengembangan Jaringan : Radius Darwan
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Pengemudi
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Widay Pambayun
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Muh. Zulkarnain
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Heri Hermawan
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Dwi Puja Sastra
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Dani Winarto
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Tomy G. Utomo
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Djaiz Shilihin
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Teungku Maiyasya
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Eddy Naibaho
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Joko Sutrisno
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Tomi Santoso
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Jimmy Setiawan
    Anggota Teknis dan Pengembangan Jaringan : Didiek

    Simak Video “Video: Kemkomdigi Siapkan 386 Posko Layanan Komunikasi di Mudik Lebaran”
    [Gambas:Video 20detik]