Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan anggaran sekitar Rp 700 miliar untuk mendukung kesiapan bahan baku di dapur-dapur penyedia makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan telah meminta dua direktorat jenderal (ditjen) untuk mendukung kesiapan bahan baku.
Dua ditjen itu adalah Ditjen Hortikultura dan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH).
Amran menjelaskan nantinya Ditjen Hortikultura akan membantu menyediakan benih, sedangkan Ditjen PKH dari sisi bibit ayam.
“Kami sudah meminta Hortikultura dan Ditjen PKH untuk mem-backup di mana ada dapur-dapur MBG ini. Kita mem-backup untuk kesiapan bahan baku,” kata Amran ketika ditemui di kantornya, Senin (30/12/2024).
Ia mengatakan, kedua ditjen tersebut telah diminta untuk berkoordinasi dengan Kementerian Desa dalam hal dukungan kesiapan bahan baku, mengingat antar dua kementerian ini telah menandatangani nota kesepahaman.
Anggaran sekitar Rp 700 miliar pun telah disiapkan untuk mendukung kesiapan penyediaan bahan baku dapur-dapur MBG.
“Kalau tidak salah Rp 400-an miliar [ke Ditjen Hortikultura], yang ke [Ditjen] Peternakan Ayam sekitar Rp 300-an miliar. Jadi semuanya Rp700an miliar,” ujar Amran.
Angka yang diungkap Amran ini jauh lebih tinggi dibanding saat ia berbicara ketika rapat bersama DPR RI pada 4 Desember 2024.
Saat rapat tersebut, dalam paparan Amran disebutkan bahwa guna mendukung MBG, anggaran yang disiapkan adalah sebesar Rp 413,67 miliar.
Rinciannya, Rp 7,43 miliar untuk Ditjen Tanaman Pangan dalam rangka penyediaan bantuan ubi jalar dengan volume 1.500 Ha.
Lalu, Rp 206,44 miliar untuk Ditjen Hortikultura dalam rangka penyediaan bantuan benih sayur dan buah kepada 2.500 desa.
Terakhir, Rp 199,80 miliar untuk Ditjen PKH dalam rangka penyediaan bantuan ayam petelur sebanyak 600 ribu ekor.
Sebelumnya, Amran pernah mengungkapkan bahwa bahan pangan untuk MBG akan diperoleh dari desa-desa sekitar lokasi program tersebut dijalankan.
Hal ini dilakukan untuk mendukung pergerakan ekonomi di desa tersebut.
“Bahan bakunya diambil dari sekitar desa atau dapur yang dibangun. Itu target kita. Nanti muaranya adalah terjadi pergerakan ekonomi kerakyatan di desa,” kata Amran di sela-sela acara “Gerakan Nasional Pangan Merah Putih Menuju Swasembada Pangan Berkelanjutan” di Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu (6/11/2024).
Menurut Amran, warga desa akan diikutsertakan dalam MBG dengan cara menanam sayuran untuk kebutuhan program.
Selain sayuran, kebutuhan protein seperti telur, ikan, dan ayam juga bisa diproduksi oleh warga desa tersebut.
Kementan pun siap membagikan secara gratis benih cabai, benih sayuran, rumah benih, umbi-umbian, ayam/itik petelur, pakan, kandang, serta memberikan pendampingan.
“Telur bisa produksi di sekitar masyarakat. Kemudian ikan, ayam, bisa produksi. Pelihara ayam, kemudian kambing dipelihara di sekitar rumah, (menanam) cabai, terong,” ujar Amran.
Hasil produksi dari warga desa ini nantinya akan disalurkan ke dapur-dapur yang mempersiapkan makanan untuk program MBG.
Dengan demikian, bahan pangan tak perlu didapat dari kota besar atau bahkan dari hasil impor.
“Jadi tidak perlu mengimpor atau mengambil dari kota atau dari tempat lain, tetapi bahan bakunya disiapkan di sekitar dapur pangan bergizi,” ucap Amran.
Program Pekarangan Pangan Bergizi
Amran mengungkapkan bahwa Kementan telah menyiapkan program pekarangan pangan bergizi.
Dia menjelaskan, dalam program tersebut, Kementan akan membagikan benih dan bibit unggul ke rumah tangga.
Harapannya, setiap rumah tangga dapat menyuplai kebutuhan MBG dari tanaman yang mereka budidayakan.
“Jadi di pekarangan bisa tanam sayur-sayuran, umbi-umbian, ternak ayam, bebek, lele di pekarangan,” kata Amran di kantor Kementan, dikutip dari keterangan tertulis pada Jumat (25/10/2024).
Berdasarkan data yang Amran miliki, ia menyebut ada 70 juta rumah tangga di Indonesia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), Amran mengungkap rata-rata belanja rumah tangga setiap bulannya sebesar Rp 2 juta atau total belanja rumah tangga seluruh Indonesia adalah Rp 1.400 triliun per tahun.
Menurut Amran, pekarangan pangan bergizi dapat berpotensi mengurangi belanja rumah tangga tersebut.
Amran juga optimistis pekarangan pangan bergizi dapat mendorong pergerakan ekonomi di perdesaan.
Ia mencontohkan pangan yang diproduksi di pekarangan dapat disuplai ke sekolah hingga rumah makan.
“Jangan hanya melihat makanan bergizinya. Lihat apa yang bergerak di sekelilingnya. Sayur-sayuran segar, ayam, telur dapat menyuplai bahan baku di sekelilingnya, sehingga ekonomi bergerak di desa,” ujar Amran.