TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) menggelar Festival Noken Tanah Papua di pusat kota Jakarta.
Festival yang dipadukan dengan berbagai kegiatan tersebut dimaksudkan untuk melestarikan dan mempromosikan Noken sebagai salah satu warisan budaya takbenda (WBTb) atau Intangible Cultural Heritage (ICH) Indonesia yang diakui dunia.
Festival Noken Tanah Papua dibuka oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon didampingi Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha di Sarinah Mall, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).
Turut hadir pula sejumlah pimpinan pemerintah daerah (Pemda) Papua, hingga beberapa duta besar negara sahabat.
“Festival ini berfungsi sebagai platform untuk melestarikan dan mempromosikan warisan budaya Indonesia yang sebelumnya telah diakui oleh UNESCO,” kata Fadli Zon.
Pembukaan acara ditandai dengan fashion show Noken di dalam Mal Sarinah yang dibawakan oleh muda-mudi asal Papua.
Berbagai pakaian mode khas Papua yang lengkap dengan paduan Noken karya desainer Yurita Puji, Agusta Bunay, Prita S Rogi membuat kagum para penonton dan pengunjung mal.
Menurut Fadli Zon, Kementerian Kebudayaan ingin mempromosikan Noken sebagai sebuah produk budaya yang dapat dikembangkan, dari yang biasanya dipakai untuk ke pasar oleh Mama-mama Papua, menjadi sebuah karya mode.
“Kalau diterjemahkan dalam dunia fashion, Noken juga sangat menarik, unik, dan sangat khas. Dan sangat cantik, indah. Apalagi dibuatnya dengan pewarna-pewarna alam, dan bahan-bahan yang ramah lingkungan,” tuturnya.
Noken sendiri merupakan tas tradisional masyarakat Papua yang dibawa dengan menggunakan kepala dan terbuat dari serat kulit kayu.
Noken menjadi salah satu WBTb Indonesia yang telah di-inskripsi oleh UNESCO pada tahun 2012.
Pembukaan Festival Noken juga dimeriahkan oleh fashion show kebaya yang dibawakan oleh sejumlah tokoh perempuan seperti istri Fadli Zon, Katharine Grace, dan istri Giring yakni Cynthia Ganesha hingga sejumlah puteri Indonesia.
Tampak juga beberapa public figure hadir dalam acara ini seperti aktris senior Christine Hakim dan aktris Raline Shah.
Fashion show kebaya turut digelar untuk menyambut kabar gembira usai ditetapkannya kebaya sebagai warisan budaya dunia tak benda oleh UNESCO pada 4 Desember lalu menyusul Noken dan 12 WBTb Indonesia lainnya.
Penetapan ini melalui mekanisme joint nomination atau pengajuan bersama oleh lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Singapura dan Thailand.
“Kita rayakan tradisi yang menyatukan kita sebagai bangsa, kekayaan dan keragaman warisan budaya Indonesia yang menjembatani generasi, menghubungkan tradisi, dan menginspirasi masa depan,” kata Fadli Zon.
“Jadi, acara ini memiliki makna khusus karena kita menandai tonggak pencapaian budaya Indonesia. Awal bulan ini, UNESCO telah memasukkan tiga unsur budaya Indonesia ke dalam daftar warisan budaya takbenda,” sambungnya.
Kebaya masuk dalam daftar representatif Warisan Budaya Takbenda UNESCO bersama dua warisan budaya Indonesia lainnya yaitu pertunjukan Reog Ponorogo dan Kolintang.
Untuk Kolintang, pengajuan nominasi ke UNESCO dilakukan Indonesia bersama Mali, Burkina Faso, dan Pantai Gading.
Fadli menyebut, pengakuan UNESCO tersebut menegaskan nilai universal dari ekspresi budaya Indonesia.
“Dan pada saat yang sama juga menggarisbawahi tanggung jawab kolektif kita untuk melestarikannya bagi generasi mendatang,” ujar mantan Wakil Ketua DPR RI itu.
Adapun Festival Noken diselenggarakan selama 3 hari sejak tanggal 20 hingga 22 Desember mendatang. Di Anjungan Sarinah, terdapat pameran Noken yang dapat disaksikan oleh pengunjung.
Tak hanya itu, Festival Noken juga menghadirkan Pasar Seni, pertunjukan musik dan tari Papua, hingga workshop pembuatan Noken dan pemahatan patung Papua yang bisa diikuti masyarakat umum.
Di hari terakhir, Festival Papua akan menampilkan flash mob dari teman-teman warga Papua dan komunitas pegiat seni budaya lainnya yang akan digelar bersamaan dengan kegiatan car free day (CFD) di Jalan MH Thamrin, Jakpus, pada Minggu (22/12/2024) pagi.
Selain flashmob, akan ada pula special performance dari Diva Papua, Nowela, Kaka Black Band, hingga penari dari suku Kamoro.
Lewat kegiatan ini, Kementerian Kebudayaan ingin semakin membumikan Noken sebagai salah satu keragaman budaya serta kearifan lokal yang dimiliki Indonesia.
Apalagi Noken saat ini terancam punah karena tergantinya material alam dengan benang sintetis, hingga ancaman hilangnya warisan pengetahuan dan tradisi pembuatannya.
Menurut Fadli Zon, Noken dapat menjadi pengingat akan nilai-nilai keberlanjutan, ketahanan, dan kesadaran ekologis.
“Jadi, perayaan ini berfungsi sebagai pengingat untuk merenungkan tanggung jawab bersama yang menyertainya. Melestarikan identitas budaya kita bukan sekadar masalah kebanggaan, tetapi komitmen seumur hidup,” kata Fadli Zon.
Pada Festival Noken ini, Kementerian Kebudayaan bekerja sama dengan Pemda Papua Barat, Papua Barat Daya, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua Selatan, dan berbagai komunitas pegiat maupun pelestari seni budaya Papua seperti Yayasan Maramowe.
Bagi masyarakat Papua, Noken sendiri merupakan simbol kehidupan, kerja keras, dan kreativitas.
Noken juga melambangkan keragaman di antara suku yang ada, bahkan nama-nama untuk Noken juga bermacam-macam sesuai bahasa suku tersebut.
Fadli Zon menambahkan, Festival Noken sekaligus mewujudkan kolaborasi serta sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, pegiat seni budaya, pendidik, dan masyarakat.
“Oleh karena itu, diperlukan tindakan konkret dan kolaborasi lintas sektor, dan Kementerian Kebudayaan dalam hal ini berkomitmen penuh untuk memimpin upaya ini guna memastikan bahwa kekayaan budaya Indonesia tidak hanya dilestarikan dan dikenang, tetapi juga berkembang di dunia modern,” urainya.
Fadli Zon pun berharap Festival Noken dapat menjadi inspirasi bagi semua elemen bangsa untuk bertindak bersama dalam menjaga dan memajukan warisan untuk generasi mendatang.
“Dan melalui festival ini, kami tegaskan bahwa pelestarian budaya bukan hanya menjadi tugas satu pihak saja, tetapi juga tugas semua pihak. Dan kita semua berperan untuk memastikan kekayaan budaya Indonesia ini tetap tumbuh subur, berkembang, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat,” kata Fadli Zon.