Jakarta, CNBC Indonesia – PT Pertamina (Persero) meyakini bahwa produk bahan bakar ramah lingkungan untuk penerbangan atau bioavtur (Sustainable Aviation Fuel/SAF) aman digunakan oleh pesawat.
SVP Research & Technology Innovation Pertamina Oki Muraza mengatakan, produk SAF dipastikan tidak akan merusak mesin pesawat, walau menggunakan bahan baku dari minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai (Used Cooking Oil/ UCO).
Oki menyebutkan, pihak maskapai pun tidak perlu melakukan penyesuaian mesin untuk bisa menggunakan SAF tersebut.
“Tidak ada, tidak ada adjustment dari sisi mesinnya. Jadi ini teknologinya sudah sedemikian rupa, advance-nya ya,” jelas Oki kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Senin (30/12/2024).
Oki menjelaskan, pihaknya sudah melakukan uji coba melalui berbagai tahapan pemrosesan minyak jelantah menjadi SAF yang aman digunakan untuk pesawat. Bahkan, dia mengatakan, produk SAF yang dibuat dari minyak jelantah tersebut lebih baik dari avtur pada umumnya.
“Jadi ketika kita rantainya itu kita re-engineer, sedemikian rupa, seperti avtur, bahkan even better dari avtur. Jadi dari segi engine tidak ada masalah,” katanya.
Pihaknya menargetkan akan mengaplikasikan teknologi yang bisa mengolah minyak jelantah menjadi Sustainable Aviation Fuel (SAF) pada kilang Pertamina di Cilacap, Jawa Tengah, setidaknya pada Kuartal 1 2025 (Q1-2025) mendatang.
“Nah ini yang akan sedang kita deploy ke Kilang Cilacap, mudah-mudahan di Q1-2025 kita sudah memproduksi Sustainable Aviation Fuel atau SAF dari UCO (Used Cooking Oil) di kilang nabati Cilacap,” bebernya.
Teknologi yang dimaksud, lanjut Oki, adalah teknologi Hydro-processed Esters and Fatty Acids (HEFA). Selain itu, dia menyebutkan pihaknya juga sudah menguasai dua teknologi lainnya yakni melalui hidrogenasi dan isomerisasi untuk bisa mengolah minyak jelantah menjadi SAF.
“Kita membutuhkan teknologi HEFA, Hydro-processed Esters and Fatty Acids, yang sudah kita kuasai, saat ini kita membutuhkan 2 teknologi setidaknya, hydrogenation ya, proses hidrogenasi dan isomerisasi, di mana kita nanti bisa mengatur jumlah rantai dan propertis dari Sustainable Aviation Fuel ini,” imbuhnya.
Teknologi tersebut, ungkap Oki sudah terbukti paten mengubah minyak jelantah menjadi SAF setidaknya seperti yang sudah dilakukan oleh pihaknya melalui laboratorium milik pihaknya yang berlokasi di Pulo Gadung, Jakarta Timur.
“Dan ini sudah kita buktikan, kita punya pilot plant di lab Pertamina Pulo Gadung, dan hasilnya sangat bagus, bahkan untuk 1 tower reaktor, kita memiliki yield yang salah satu yang paling tinggi di dunia,” tambahnya.
(wia)