Kematian di Balik Tembok Terapi: Kisah Ilham yang Pulang dengan Luka
Tim Redaksi
BANDUNG BARAT, KOMPAS.com
– Keluarga Muhammad Ilham (26), pemuda asal Kampung Tanjungsari, Desa Ganjarsari, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat, tengah berupaya mencari jalan untuk menyembuhkan jiwa yang rapuh.
Namun, harapan tersebut hancur ketika Ilham pulang ke rumah dalam peti mati, dengan tubuh penuh lebam, telinga biru, dan luka-luka yang berbicara lebih nyaring daripada kata-kata.
Ilham seharusnya kembali dengan senyum lega setelah menjalani terapi di Rumah Solusi Himathera Indonesia di Kabupaten Pangandaran.
Namun, ia pulang dalam keadaan sebaliknya, seolah hidupnya terkunci di balik tembok rumah terapi tersebut.
“Nama yang terdengar manis itu kini terasa getir, bagai gula yang bercampur racun,” ungkap Ela Rosala (33), kakak ipar Ilham.
Keluarga Ilham mengingat bagaimana keputusan untuk memasukkan Ilham ke rumah terapi itu diambil pada 7 Mei 2025, dengan harapan ia akan mendapatkan perawatan intensif yang lebih baik daripada pengobatan sebelumnya di RSJ Cisarua.
Namun, harapan itu segera memudar ketika komunikasi dengan Ilham terputus sepihak.
“Ilham makin kurus, kami dengar terakhir dia bahkan tidak diberi makan nasi sejak 27 Juli,” ujar Ela.
Tragedi semakin dalam ketika pada Kamis sore, 21 Agustus 2025, pengelola rumah terapi mengabarkan bahwa Ilham mengeluh sakit dada dan akan dibawa ke rumah sakit.
Namun, hanya beberapa jam kemudian, kabar duka datang bahwa Ilham telah meninggal dunia.
Keluarga menemukan jenazah Ilham masih terbaring di rumah terapi, bukan di rumah sakit seperti yang diklaim sebelumnya.
“Kabar yang seharusnya jujur justru dipenuhi lubang-lubang gelap,” kata Ela.
Saat keluarga membuka kain kafan, mereka menemukan fakta yang mencengangkan.
“Mata Ilham lebam, ada bekas sundutan rokok di kaki, badannya kurus kering, telinga biru seperti kena pukul,” tutur Ela.
Autopsi yang dilakukan di RS Sartika Asih menunjukkan bahwa Ilham diduga sudah meninggal lebih dari seminggu sebelum kabar duka disampaikan.
Keluarga pun melapor ke Polda Jawa Barat, meski kasus ini kemudian dilimpahkan ke Polres Pangandaran.
“Kami ingin keadilan. Ini bukan kematian biasa. Ada yang disembunyikan,” tegas Ela.
Menanggapi tuduhan tersebut, pemilik Rumah Solusi Himathera Indonesia, Dede, membantah bahwa Ilham mengalami kekerasan di dalam rumah terapinya.
“Yang penting saya secara pribadi bersama teman-teman di Himathera tidak pernah melakukan kekerasan ke Ilham,” kata Dede.
Ia juga menegaskan bahwa peristiwa ini membuatnya harus lebih berhati-hati dalam menerima pasien ke depannya.
Keluarga Ilham, yang masih menyimpan potret hangat sosoknya, merasa sangat terpukul.
“Ilham itu anaknya rajin. Di rumah dia bantu bertani jagung, ubi. Dia gak ngelantur. Kadang bercanda juga,” kenang Empat (57), bibinya.
Kontras antara sosok Ilham yang masih bisa bercanda dan tubuhnya yang pulang penuh luka menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana mungkin seorang pemuda yang sehat dan aktif bisa meninggal dengan cara yang tragis?
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kematian di Balik Tembok Terapi: Kisah Ilham yang Pulang dengan Luka Bandung 8 September 2025
/data/photo/2025/09/08/68bec56b2e4ab.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)