PIKIRAN RAKYAT – Secara keji Israel melakukan serangan dengan sengaja menargetkan tenda-tenda pengungsi di beberapa wilayah Gaza, Palestina. Serangan udara ini menjadi eskalasi paling mematikan dalam beberapa hari terakhir.
Serangan yang dilakukan Israel penjajah ini telah menyebabkan puluhan orang tewas setiap harinya yang juga menyebabkan banyak korban luka. Mayoritas korban adalah wanita, anak-anak, dan orang tua.
Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Kapten Mahmoud Basal mengatakan dalam pernyataan singkat kepada Pusat Informasi Palestina bahwa sejak fajar, pasukan Israel telah melancarkan serangan gencar dan langsung terhadap daerah padat penduduk tempat warga sipil mengungsi.
“Jumlah korban tewas sejauh ini telah melampaui 55 orang, dengan lebih dari 180 orang terluka, termasuk kasus kritis yang tidak dapat ditangani karena runtuhnya sistem perawatan kesehatan secara total,” katanya dilaporkan Middle East Monitor.
Militer Israel penjajah telah mengintensifkan serangan udara di kamp-kamp sementara yang menjadi tempat berkumpulnya warga sipil di Gaza. Salah satu serangan paling mematikan di kamp pengungsi Al-Shati di bagian barat kota.
19 orang dilaporkan tewas akibat serangan di dekat Masjid Al-Sousi. Tenda-tenda yang menampung para pengungsi diserang Israel menggunakan bom-bom.
Pembantaian oleh Israel ini menjadi serangkaian pelanggaran yang dilakukan Israel terhadap penduduk Gaza. Tempat penampungan yang seharusnya aman justru dibombardir Israel secara keji.
Sejak serangan Oktober 2023, Israel telah menewaskan 55,706 warga Palestina, 130,101 warga lainnya terluka, dan belasan ribu lainnya dinyatakan hilang. Mayoritas korban merupakan anak-anak, perempuan, dan lansia.
Selain itu, krisis kebutuhan dasar telah terjadi imbas blokade bantuan yang dilakukan sejak 2 Maret 2025. Jutaan warga yang terkepung di Gaza mengalami krisis kemanusiaan parah yang telah disorot dunia.
Bencana kelaparan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan situasi di Gaza akan semakin memburuk. Seluruh populasi di Gaza yang diperkiran 2,1 jura orang akan menghadapi krisis pangan yang lebih buruk lagi.
Berdasarkan laporan peringatan dari Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Program Pangan Dunia (WFP), Gaza menghadapi Integrated Food Security Phase Classification atau IPC 3, yaitu tingkat kerawanan pangan akut.
Sementara, jika kondisi tak kunjung membaik, diperkirakan pada September 2025 akan terjadi bencana kelaparan atau fase paling parah yaitu IPC 5. Hal ini dikarenakan blokade serta operasi militer besar di kawasan tersebut.
Selain krisis kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza, harga pangan yang tinggi ditambah dengan mata pencaharian yang menipis dan blokade komersial akan mempercepat keruntuhan ekonomi.***
