Kecewa Praktik Culas Bos Pertamina Warga Berbondong-bondong ke SPBU Warna Kuning, Ogah Isi Pertamax – Halaman all

Kecewa Praktik Culas Bos Pertamina Warga Berbondong-bondong ke SPBU Warna Kuning, Ogah Isi Pertamax – Halaman all

​Laporan Gabriela Irvine Dharma

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus dugaan korupsi tata kelola minyak mentah dan produk kilang pada PT Pertamina (Persero) periode 2018-2023 yang diungkap Kejaksaan Agung (Kejagung) bikin heboh. Sebab, ada praktik culas bos Pertamina Patra Niaga mengoplos Pertalite menjadi Pertamax.

Imbas hal tersebut, warga merasa kecewa dan kini mulai beralih mengisi bahan bakar minyak(BBM) dari Pertamina ke Shell. Pantauan Tribun di SPBU Shell Jalan S Parman, Slipi, Jakarta Barat banyak pengendara sepeda motor berbondong-bondong ke SPBU Shell.

“Saya awalnya isi Pertamax, tapi sejak harganya naik, terus sudah ada feeling juga sih, kayak nggak yakin gitu. Terus juga banyak yang kendala karena isi Pertamax itu motor jadi sering trouble atau tangki jadi kotor. Makannya saya beralih ke Shell,” kata salah satu pengendara sepeda motor Julian (31) saat ditemui Tribun, Rabu(26/2/2025).

Julian mengaku tidak mempersoalkan harga BBM Shell yang lebih mahal dari Pertamina. Terpenting kata dia kualitasnya lebih baik.

ANTREAN MENGISI BBM PERTALITE – Antrean kendaraan bermotor roda dua di SPBU KS Tubun, Jakarta Barat untuk mengisi BBM jenis Pertalite mengular, Rabu(26/2/2025). Hal tersebut imbas terungkapnya praktik culas bos Pertamina Patra Niaga mengoplos Pertalite menjadi Pertamax. (Tribunnews/Gabriela Irvine Dharma)

“Walaupun harganya lebih mahal dikit, ya lebih percaya saja sih. Biasanya saya belinya itu kalau nggak yang Shell V-Power bisa juga yang Shell Nitro,” kata Julian.

Terpisah, pantauan Tribun di tiga SPBU Pertamina yakni di Palmerah Utara, KS Tubun dan Penjernihan terlihat antrean kendaraan bermotor lebih banyak yang mengisi BBM jenis Pertalite dibandingkan Pertamax.

Salah satu pengendara sepeda motor bernama Fendi (42) di SPBU Pertamina Palmerah Utara terlihat mengisi bahan bakar secara self-service​ jenis Pertalite.

Saat ditanya, Fendi mengaku sebelumnya selalu menggunakan Pertamax. Namun, sejak harga Pertamax naik dan muncul kabar dugaan oplosan, ia memutuskan beralih ke Pertalite karena khawatir akan dampaknya pada mesin kendaraan.

“Saya kecewa banget sih, karena saya pemakai (Pertamax) juga. Tapi apa boleh dikata. Untungnya sih ini mesinnya masih aman ya, nggak kenapa-kenapa. Jadi saya buru-buru ganti saja dah, daripada kena,” kata Fendi.

Meski begitu, nyatanya masih ada pengendara yang tetap menggunakan Pertamax sebagai bahan bakar kendaraannya.

Apis (39), salah satu konsumen yang ditemui Tribun di SPBU KS Tubun, Jakarta Pusat mengaku sejauh ini sepeda motornya tidak mengalami masalah saat diisi dengan menggunakan Pertamax.
 
“Saya sih selama ini biasa saja sih pakai Pertamax, nggak ada perubahan sih. Mesin juga aman. Saya juga melihat bensinnya warna apa gitu, nggak sih nggak ada campurannya. Soalnya beda rasanya kalau pakai Pertalite, lebih enteng ini (Pertamax),” ujarnya.

Namun, dirinya mengatakan sempat curiga dengan Pertamax dan beralih menggunakan BBM non-subsidi, Shell.

“Kecewa sih iya kecewa ya, apalagi saya selalu pakai Pertamax. Percuma dong saya beli Pertamax tapi kualitasnya Pertalite. Saya sempat beralih ke Shell, karena saya curiga takutnya benar-benar dioplos, tapi saya rasakan sih nggak ya ternyata, jadi balik lagi ke sini (Pertamax),” ujarnya.

Berlanjut di SPBU Pertamina Penjernihan, Jakarta Pusat dua mahasiswa yang ditemui Tribun, David dan Yohanes (23), mengaku belum benar- benar membaca secara mendetail mengenai berita dugaan bensin oplosan.

Sejauh ini, mereka mengisi bahan bakar disesuaikan dengan kondisi keuangan mereka saat itu.  

“Kita belum baca bener sih terkait berita itu, baru denger aja. Sejauh ini kalau lagi ada uang lebih, ya isi Pertamax. Kalau lagi pas- pasan, ya Pertalite saja,” ujar David.