Tokyo, Beritasatu.com – Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang Heri Akhmadi, membuka peluang kerja sama dengan Jepang dalam penanganan anak berkebutuhan khusus.
“Saya berterima kasih atas kesempatan dan penerimaan dari KBRI Tokyo. Jujur, saya sedih dengan kondisi anak saya. Sejak dalam kandungan, kami tidak tahu penyebabnya. Saat lahir, detak jantungnya sempat berhenti,” ujar Kie Sugimura, ibunda dari Yuzuru Sugimura (6 tahun), seorang anak berkebutuhan khusus di Jepang.
Ia melanjutkan, dokter bahkan memprediksi usianya tidak akan lebih dari setahun dan ia akan mengalami kesulitan bergerak.
“Namun, kini anak saya sudah bisa berjalan dengan tongkat. Sebagai orang tua, ini adalah keajaiban,” ujar Kie Sugimura
Kie Sugimura hadir di KBRI Tokyo pada Rabu (19 /3/2025) bersama Shinsuke Nemoto, ayah dari Shunsuke Nemoto (4 tahun). Kehadiran mereka difasilitasi oleh Japan Barrier Free Project, organisasi nirlaba Jepang yang bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk mendorong partisipasi anak berkebutuhan khusus dalam masyarakat.
Menurut Kie Sugimura, Indonesia lebih terbuka terhadap anak berkebutuhan khusus dibandingkan Jepang. “Di Jepang, orang cenderung khawatir saat melihat perbedaan. Sementara di Indonesia, anak-anak berkebutuhan khusus dapat hidup berdampingan dengan nyaman,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi sistem sekolah inklusif di Indonesia. “Konsep ini sangat bagus. Terima kasih kepada KBRI Tokyo dan Japan Barrier Free Project yang telah memfasilitasi pertukaran informasi. Kami ingin terus berbagi wawasan ini kepada masyarakat Jepang,” tambahnya.
Shinsuke Nemoto juga berbagi pengalamannya sebagai orang tua anak berkebutuhan khusus. Setiap tahun, ulang tahun anaknya merupakan momen penuh makna.
“Saya tidak pernah membayangkan memiliki anak dengan kondisi ini, tetapi kami bersyukur mendapat banyak dukungan dari para ahli. Ini adalah takdir, dan saya ingin menjadikannya lebih bermakna. Jika ada yang membutuhkan informasi, saya siap berbagi,” ujarnya.
Dubes Heri Akhmadi menegaskan kesiapan Indonesia untuk bekerja sama dengan Jepang dalam mendukung anak berkebutuhan khusus.
“Pemerintah Indonesia telah menginisiasi pendidikan inklusif, dengan anak-anak berkebutuhan khusus bersekolah bersama anak-anak lainnya. Saat ini, terdapat beberapa sekolah inklusif di Indonesia, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Mari kita bersama membangun dunia yang lebih inklusif agar setiap individu dapat berkembang tanpa hambatan,” ujarnya.
Japan Barrier Free Project berfokus pada produksi dan promosi berbagai kegiatan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kehidupan anak berkebutuhan khusus dan keluarga mereka.
“Terima kasih kepada Dubes Heri yang telah menerima kami. KBRI Tokyo adalah kedutaan ke-53 yang kami kunjungi untuk berbagi informasi. Kami berharap dapat melihat langsung program inklusif di sekolah-sekolah Indonesia,” kata Presiden Japan Barrier Free Project Bengt Yamada terkait penanganan anak berkebutuhan khusus.