Kasus: Teroris

  • Bos WHO Dinyatakan Selamat, Lolos dari Maut Usai Pesawatnya di Yaman Dibombardir Rudal Israel – Halaman all

    Bos WHO Dinyatakan Selamat, Lolos dari Maut Usai Pesawatnya di Yaman Dibombardir Rudal Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dinyatakan selamat, usai berhasil lolos dari serangan rudal  Israel di Bandara Internasional Yaman, Sanaa.

    Hal tersebut diungkap langsung oleh Tedros, dalam keterangan yang dikutip dari News Sky, ia menuturkan bahwa ketika terjadi serangan itu, dia bersama rombongan hendak menaiki pesawat.

    Namun beberapa saat kemudian, pesawat udara Israel secara membabi buta membombardir bandara Sanaa Yaman .

    Peristiwa terjadi sekitar pukul 05.00 waktu setempat, imbas insiden itu Tedros mengatakan salah satu awak pesawat yang hendak ditumpanginya terluka.

    Dia juga menyebut ada dua orang tewas di bandara akibat terkena serpihan rudal Israel.

    “Salah satu awak pesawat kami terluka. Setidaknya dua orang dilaporkan tewas di bandara,” jelas Tedros.

    “Menara kontrol lalu lintas udara, ruang tunggu keberangkatan hanya beberapa meter dari tempat kami berada dan landasan pacu rusak parah.” imbuhnya.

    Pasca insiden terjadi, Tedros menyampaikan bahwa dirinya bersama rekan-rekan PBB dan WHO berhasil selamat.

    “Rekan-rekan saya di PBB dan @WHO serta saya selamat. Belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang orang-orang terkasihnya kehilangan nyawa dalam serangan itu,” cuitnya.

    Sementara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengutuk serangan itu.

    Ia menyerukan penghormatan terhadap hukum internasional, dengan menekankan bahwa warga sipil dan pekerja kemanusiaan tidak boleh menjadi sasaran.

    Guterres juga menyesalkan eskalasi baru-baru ini antara Yaman dan Israel, dan menyebut serangan udara di Bandara Internasional Sanaa, pelabuhan Laut Merah, dan pembangkit listrik di Yaman sangat mengkhawatirkan.

    Pelabuhan Yaman Dibombardir

    Tak hanya bandara Internasional Sanaa yang menjadi target serangan Israel.

    Kota Pelabuhan Hodeidah, Salif, dan Ras Kanatib di pantai barat Yaman juga menjadi target serangan.

    Media kelompok Houthi, yang menguasai Yaman saat ini melaporkan enam tewas karena serangan itu. Sementara 11 orang dilaporkan terluka.

    “Bandara diserang lebih dari enam serangan, dengan serangan juga menargetkan pangkalan udara Al-Dailami yang berdekatan,” kata seorang saksi mata.

    “Serangkaian serangan juga dilakukan terhadap sebuah pembangkit listrik di Hodeida,” kata seorang saksi mata lain dan laporan stasiun TV resmi Al-Masirah milik Houthi.

    Sementara itu, militer Israel mengatakan jet tempurnya melakukan serangan berdasarkan data intelijen dan mengklaim menarget titik-titik militer rezim Houthi.

    Israel mengklaim bahwa wilayah yang dibombardir digunakan oleh rezim teroris Houthi untuk menyelundupkan senjata Iran ke wilayah tersebut, termasuk untuk masuknya pejabat senior Iran.

    Houthi Siapkan Serangan Balasan

    Merespon serangan yang dilakukan Israel, sayap militer Houthi menyatakan siap melancarkan balasan ke negara zionis itu.

    Selain itu, sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh gerakan tersebut mengatakan bahwa serangan dan serangan terhadap negara tersebut “tidak akan menghalangi” rakyat Yaman untuk mendukung rakyat Palestina dan Perlawanan mereka di Gaza. 

    “Kami siap menghadapi eskalasi dengan eskalasi,” Biro Politik Houthi, menyusul serangkaian serangan Israel yang menargetkan negara tersebut.

    Tak hanya melakukan serangan balasan ke Israel, dalam kesempatan itu Anggota Dewan Politik Tertinggi Houthi Mohammed Ali al-Houthi juga mengeluarkan peringatan keras kepada AS.

    Dalam postingan X, Ali al-Houthi Memperingatkan Amerika Serikat agar tidak menyerang Yaman.

    Adapun pesan itu muncul setelah Houthi pada akhir pekan kemarin mengklaim telah menembak jatuh jet tempur F-18 AS dalam serangan terhadap kapal induk di Laut Merah.

    “Kami memperingatkan Amerika agar tidak menyerang Yaman. Jika mereka tidak berhenti, kami akan menyerang kepentingan AS di kawasan itu, mengabaikan garis merah apa pun,” kata al-Houthi.

    “Serangan Israel terhadap Gaza dan Yaman akan dihentikan, atau kami akan menyerang aset-aset sensitif Amerika untuk menyampaikan pesan kami,” imbuhnya dikutip dari Anadolu.

    (Tribunnews.com / Namira Yunia)

  • Israel Gempur Yaman, Targetkan Bandara hingga Markas Militer

    Israel Gempur Yaman, Targetkan Bandara hingga Markas Militer

    Jakarta

    Serangan udara besar-besaran Israel menggempur Yaman. Serangan balasan Israel terhadap Houthi ini menargetkan Bandara Internasional Sanaa, fasilitas militer, hingga pembangkit listrik.

    Dilansir AFP, Jumat (27/12/2024), gempuran besar-besaran itu menyusul meningkatnya permusuhan antara Israel dan Houthi, bagian dari aliansi ‘poros perlawanan’ Iran terhadap Israel.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa serangan Israel akan “terus berlanjut hingga pekerjaan selesai”.

    “Kami bertekad untuk memotong cabang terorisme ini dari poros kejahatan Iran,” katanya dalam sebuah pernyataan video.

    Menteri pertahanannya, Israel Katz, mengatakan Israel akan memburu semua pemimpin Houthi “Tidak seorang pun akan dapat lolos dari kami”.

    Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui media sosialnya menyampaikan, dirinya tengah berada di bandara selama serangan itu. Ia bersaksi “salah satu awak pesawat kami terluka”.

    Ia mengatakan menara kontrol lalu lintas udara, ruang tunggu keberangkatan, dan landasan pacu rusak dalam serangan itu.

    “Kami harus menunggu kerusakan di bandara diperbaiki sebelum kami dapat berangkat,” tambahnya.

    Serangkaian serangan juga dilakukan terhadap sebuah pembangkit listrik di Hodeida, kata seorang saksi mata dan stasiun TV resmi Al-Masirah milik Houthi yang didukung Iran.

    Stasiun tersebut mengatakan enam orang tewas dalam serangan tersebut.

    Sebelumnya, pernyataan Houthi mengatakan dua orang tewas di bandara ibu kota yang dikuasai pemberontak, dan satu orang tewas di pelabuhan Ras Issa.

    Juru bicara Houthi Mohammed Abdulsalam menyebut serangan tersebut terjadi sehari setelah Houthi menembakkan rudal dan dua pesawat nirawak ke Israel.

    Militer Israel mengatakan “jet tempurnya melakukan serangan berdasarkan intelijen terhadap target militer milik rezim teroris Houthi”.

    Target tersebut termasuk “infrastruktur militer” di bandara dan pembangkit listrik di Sanaa dan Hodeida, serta fasilitas lain di pelabuhan Hodeida, Salif, dan Ras Kanatib, kata Israel dalam pernyataannya.

    “Target militer ini digunakan oleh rezim teroris Houthi untuk menyelundupkan senjata Iran ke wilayah tersebut dan untuk masuknya pejabat senior Iran,” kata pernyataan itu.

    “Rezim teroris Huthi adalah bagian utama dari poros teror Iran,” tambahnya.

    Kementerian luar negeri Iran mengutuk serangan itu sebagai “pelanggaran” perdamaian dan keamanan.

    “Agresi ini jelas merupakan pelanggaran perdamaian dan keamanan internasional dan kejahatan yang tidak dapat disangkal terhadap rakyat Yaman yang heroik dan mulia,” kata juru bicara kementerian luar negeri Esmaeil Baqaei dalam sebuah pernyataan.

    (taa/taa)

  • Serangan Besar-besaran Israel ke Yaman, Hantam Bandara-Markas Militer

    Serangan Besar-besaran Israel ke Yaman, Hantam Bandara-Markas Militer

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Yaman dengan menargetkan Bandara Internasional Ibu Kota Sanaa hingga markas militer negara tersebut pada Kamis (26/12). Serangan Israel ini balasan atas serangan milisi Houthi beberapa waktu lalu.

    Serangan ini menyasar bandara, fasilitas militer, dan pembangkit listrik di Yaman yang sampai saat ini dikuasai oleh milisi Houthi. Houthi merupakan bagian dari aliansi milisi Timur Tengah yang dekat dengan Iran atau “Poros Perlawanan”.

    Menurut saksi mata kepada AFP memaparkan Israel menghantam Bandara Internasional Sanaa dengan “lebih dari enam” rudal. Serangan udara juga menyasar pangkalan udara Al-Dailami tak jauh dari bandara. 

    Serangkaian serangan juga diarahkan ke pembangkit listrik di Hodeida, kata seorang saksi mata dan stasiun TV resmi Houthi, Al-Masirah.

    Juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalam, menyebut serangan Israel ini terjadi sehari setelah Houthi menembakkan rudal dan dua drone ke Israel. Houthi menganggap serangan Israel ini “kejahatan Zionis terhadap seluruh rakyat Yaman.”

    Sementara itum militer Israel menyatakan bahwa pasukan jet tempurnya telah “melakukan serangan berbasis intelijen terhadap target militer milik rezim teroris Houthi.”

    Target tersebut termasuk “infrastruktur militer” di bandara dan pembangkit listrik di Sanaa dan Hodeida, serta fasilitas lainnya di pelabuhan Hodeida, Salif, dan Ras Kanatib, menurut pernyataan Israel.

    “Target-target militer ini digunakan oleh rezim teroris Houthi untuk menyelundupkan senjata Iran ke kawasan dan untuk memasukkan pejabat tinggi Iran,” tambah pernyataan itu.

    “Rezim teroris Houthi adalah bagian sentral dari poros teror Iran,” katanya.

    Pada Sabtu pekan lalu, Houthi lebih dulu melancarkan serangan rudal dan drone ke Israel hingga mencapai ibu kota Tel Aviv. Insiden itu melukai 16 orang.

    Serangan Houthi itu memicu amarah dan ultimatum dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia segera memerintahkan militer Israel melancarkan serangan balasan dan menghancurkan infrastruktur kelompok pemberontak tersebut.

    “Saya telah menginstruksikan pasukan kami untuk menghancurkan infrastruktur Houthi karena siapa pun yang mencoba menyakiti kami akan diserang dengan kekuatan penuh,” kata Netanyahu di parlemen.

    Houthi telah menembakkan serangkaian rudal dan drone ke Israel sejak agresi brutal Israel di Jalur Gaza Palestina meletus pada Oktober tahun lalu. Houthi mengklaim serangannya ke Israel selama ini merupakan bentuk solidaritas terhadap Palestina.

    (rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ancaman Erdogan ke Militan Kurdi Usai Rezim Bashar Al Assad Tumbang

    Ancaman Erdogan ke Militan Kurdi Usai Rezim Bashar Al Assad Tumbang

    Jakarta

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menganggap militan Kurdi di Suriah sebagai bagian dari milisi terlarang yang mengobarkan pemberontakan terhadap Ankara selama puluhan tahun. Erdogan menyerukan militan Kurdi untuk segera meletakkan senjata atau akan “dikuburkan” bersama senjata mereka.

    “Para pembunuh separatis harus memilih untuk mengucapkan selamat tinggal pada senjata mereka, atau mereka akan dikuburkan di tanah Suriah bersama dengan senjata-senjata mereka,” ucap Erdogan saat berbicara kepada para anggota parlemen dari Partai AK yang berkuasa, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (26/12/2024).

    “Kita akan memberantas organisasi teroris yang berupaya membangun dinding darah antara kita dengan saudara-saudara kita,” sebutnya.

    Pernyataan itu disampaikan Erdogan saat Suriah kini dikuasai pasukan pemberontak yang didukung Turki, yang berhasil menggulingkan rezim pemerintahan Bashar al-Assad pada awal bulan ini.

    Usai rezim Assad tumbang, otoritas Ankara berulang kali mendesak agar milisi YPG Kurdi segera dibubarkan. Turki menegaskan bahwa kelompok itu tidak memiliki tempat dalam masa depan Suriah.

    Faksi-faksi utama Kurdi di Suriah berada dalam posisi tidak menguntungkan sejak pergantian kepemimpinan terjadi di negara tersebut.

    “Daesh, PKK dan afiliasi mereka — yang mengancam kelangsungan hidup Suriah — harus dibasmi,” cetus Erdogan saat berbicara kepada wartawan ketika kembali dari menghadiri pertemuan puncak di Kairo, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (21/12/2024).

    Daesh merupakan nama Arab untuk menyebut ISIS, sedangkan PKK merupakan kependekan dari Partai Pekerja Kurdistan, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan beberapa negara lainnya.

    Turki menganggap Pasukan Pertahanan Suriah (SDF) sebagai organisasi teror karena didominasi oleh YPG, sebuah kelompok Kurdi yang disebut terkait dengan militan PKK yang telah melakukan pemberontakan selama puluhan tahun di negara tersebut.

    Namun, SDF yang didukung AS memimpin perang melawan ISIS di Suriah pada tahun 2019 lalu. Washington menganggap SDF sebagai kelompok yang “penting” untuk mencegah kebangkitan ekstremis di kawasan tersebut.

    Erdogan, dalam pernyataannya, menyebut pemerintahannya telah mengambil “langkah-langkah pencegahan” terhadap kelompok-kelompok yang menjadi ancaman bagi Turki.

    “Mustahil bagi kami untuk menerima risiko seperti itu,” ujarnya, sembari menyatakan harapan agar pemimpin baru Suriah tidak akan memiliki untuk bekerja sama dengan kelompok ekstremis tersebut.

    (idh/taa)

  • Israel Panggil Dubes Vatikan usai Komentar Paus Fransiskus soal Gaza

    Israel Panggil Dubes Vatikan usai Komentar Paus Fransiskus soal Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Duta Besar Vatikan dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Israel setelah Paus Fransiskus mengkritik kekejaman serangan di Gaza.

    Utusan Vatikan, Uskup Agung Adolfo Tito Yllana dipanggil untuk berbicara dengan Direktur Jenderal Kementerian Luar Negeri Eyal Bar-Tal pada Selasa (24/12). Bar-Tal disebut mengecam pernyataan yang dibuat oleh Paus, tetapi tidak secara resmi menegur Yllana.

    Paus kembali menyuarakan seruannya untuk gencatan senjata di Gaza menjelang Natal, dengan menyoroti jumlah korban sipil yang tewas akibat serangan udara Israel.

    “Ini adalah kekejaman. Ini bukan perang. Saya ingin mengatakan ini karena ini menyedihkan,” kata Paus, dikutip dari RT News.

    Pada bulan lalu, Paus Fransiskus menulis dalam bukunya bahwa tuduhan genosida yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap Palestina “harus diselidiki dengan seksama.”

    Di sisi lain, Israel menampik tuduhan genosida dan bersikeras bahwa kelompok militan Palestina, Hamas, telah menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.

    “Kekejaman adalah teroris yang bersembunyi di balik anak-anak ketika mencoba membunuh anak-anak Israel; kekejaman adalah menyandera 100 sandera selama 442 hari, termasuk bayi dan anak-anak, oleh teroris dan menyiksa mereka,” kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan bulan lalu.

    “Sayangnya, Paus memilih untuk mengabaikan semua ini,” kata para diplomat Israel.

    Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa operasi di Gaza akan terus berlanjut hingga Israel berhasil melenyapkan ancaman dari Hamas.

    Sebagai informasi, lebih dari 45.000 orang telah terbunuh di Gaza sejak Oktober 2023 dan hampir 90 persen penduduk daerah kantong Palestina tersebut telah mengungsi.

    Serangan Israel ke Gaza sendiri dimulai pada 7 Oktober 2023 usai Hamas dan kelompok-kelompok sekutunya melakukan serangan mendadak ke kota-kota Israel.

    (lom/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Nasib Iran Hadapi Ancaman ‘Tekanan Maksimum’ AS Tahun Depan

    Nasib Iran Hadapi Ancaman ‘Tekanan Maksimum’ AS Tahun Depan

    Teheran

    Tahun 2025 mungkin tidak terlihat menjanjikan bagi Iran. Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih dan perlawanan para perempuan di dalam negeri, menjadi perhatian rezim teokrasi Iran.

    “Iran telah lama berada dalam situasi sulit, dan sadar tidak ada jalan lain selain berubah,” ujar pakar Iran, Arash Azizi, dalam perbincangan dengan DW menanggapi kondisi aktual yang dihadapi negara di Timur Tengah itu.

    “Pimpinan di Republik Islam Iran perlu mengubah kebijakannya, dan membuat kesepakatan dengan negara-negara Barat untuk mengatasi sanksi internasional dan keruntuhan ekonomi negara itu,” lanjut Azizi, seorang sejarawan sekaligus dosen di Universitas Clemson, Amerika Serikat (AS).

    Rezim teokrasi Iran juga “khawatir terhadap kembalinya kebijakan ‘tekanan maksimum’ di bawah pemerintahan Trump mendatang”.

    Donald Trump akan resmi duduki Gedung Putih pada 20 Januari 2025, dan kebijakannya terhadap Iran akan semakin meningkatkan tekanan pada penguasa di Teheran.

    Para pemimpin Teheran sudah sejak beberapa dekade mengalami tahun yang penuh gejolak. Situasi politik ini membuat banyak warga Iran bertanya-tanya, apakah kali ini pemimpin mereka akan menghadapi musim dingin yang cukup berat?

    Sembilan bulan yang dramatis

    Sembilan bulan terakhir ditandai dengan serangkaian peristiwa dramatis bagi Iran.

    Kematian Raisi yang sangat mendadak, memicu digelarnya pemilihan presiden dini, yang secara mengejutkan dimenangkan oleh Massoud Pezeshkian, yang dianggap sebagai politisi moderat.

    Pada musim panas, pembunuhan yang ditargetkan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, saat berada di Teheran juga mengguncang Iran. Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Jerman, AS, dan beberapa negara barat lainnya.

    Kematian Haniyeh itu menghilangkan tokoh kunci dalam “poros perlawanan” terhadap Israel dan negara-negara Barat. Beberapa bulan kemudian, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah tewas dalam sebuah aksi militer Israel dan disusul runtuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah baru-baru ini. Rangkaian peristiwa itu menyebabkan runtuhnya “poros perlawanan” tersebut.

    Iran berupaya mengurangi ketegangan dengan Barat

    Menurut Azizi, “sangat mungkin kepemimpinan Republik Islam Iran saat ini sedang berupaya mengurangi ketegangan dengan Barat.” Ia mengacu pada sebuah artikel terbaru yang ditulis oleh mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif di majalah Foreign Affairs.

    Dalam artikel yang diterbitkan sebelum runtuhnya rezim Assad, berjudul “Bagaimana Iran Melihat Jalan Menuju Perdamaian,” Zarif menekankan kesiapan Teheran untuk bernegosiasi dengan Barat, termasuk AS.

    “Terkait Israel, Zarif berpendapat bahwa Iran akan menerima kesepakatan apa pun yang dicapai oleh Palestina. Ini adalah poin penting,” tegas Azizi.

    Ketika ditanya apakah kepemimpinan Iran akan mempertimbangkan kembali permusuhannya dengan Israel, Azizi mengatakan, “Pertanyaannya adalah bagaimana menerapkan hal ini di dalam negeri. Itu bertentangan dengan sikap Pemimpin Tertinggi Khamenei dan sikap anti-Israel seumur hidupnya.”

    “Saat ini, penting untuk melihat, bagaimana Presiden Trump dan Perdana Menteri Israel akan bereaksi terhadap momen melemahnya Republik Islam Iran ini,” tambah Azizi.

    Peningkatan senjata nuklir untuk mengamankan rezim?

    Kemunduran yang dialami Iran dan sekutunya dalam beberapa bulan terakhir, telah menghidupkan kembali perdebatan di negara itu tentang strategi pencegahan militernya, termasuk beberapa pihak yang menyerukan dipacunya pengembangan senjata nuklir Iran.

    Pada awal Desember, Ahmad Naderi, anggota parlemen di Teheran menyatakan, sudah saatnya Iran melakukan uji coba senjata nuklirnya.

    Karena khawatir adanya potensi ketegangan yang meningkat, Jerman, Prancis, dan Inggris mengadakan pembicaraan dengan Iran pada akhir November lalu, untuk membahas pembatasan program nuklir negara itu.

    “Pembicaraan ini lebih seperti persiapan untuk diskusi selanjutnya,” kata Cornelius Adebahr, analis politik berbasis di Berlin, kepada DW.

    “Mengadakan pembicaraan ini sebelum Trump menjabat adalah suatu keharusan. Begitu Trump menjabat, ia mungkin akan merasa tertekan dengan satu atau lain cara. Akan ada suara-suara yang menyarankannya untuk mengambil tindakan tegas,” tambah Adebahr.

    “Memiliki rencana, atau setidaknya kerangka rencana, akan sangat membantu pihak Eropa,” kata Adebahr menambahkan.

    ‘Kekhawatiran provokasi terhadap warga’

    Kesepakatan dengan negara-negara Barat bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi pemerintah Iran saat ini.

    Sejauh ini belum ada solusi untuk berbagai masalah internal yang dihadapi negara tersebut, khususnya perselisihan dengan kelompok garis keras Islam, tentang undang-undang pengetatan mengenakan hijab yang wajib bagi perempuan.

    Undang-undang kontroversial yang disahkan oleh parlemen pada September 2023, memberlakukan hukuman lebih berat bagi perempuan dan gadis-gadis muda yang menolak mengenakan hijab. Para perempuan akan menghadapi denda besar, penolakan layanan publik, larangan bepergian ke luar negeri, hingga dalam kasus ekstrem, hukuman penjara.

    Aturan itu jelas memicu kemarahan di seluruh negeri, memaksa presiden Iran Pezeshkian untuk mengajukan vetonya bagi penerapan undang-undang tersebut.

    Namun, kelompok garis keras Islam terus menekan pemerintah Iran untuk segera memberlakukan undang-undang yang kontroversial ini.

    Pakar psikoanalis sosiopolitik, Saba Alaleh mengatakan, “Sistem politik menyadari bahwa masyarakat kini bertumbuh dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah protes nasional dengan slogan ‘Perempuan, Kehidupan, Kebebasan.’ Metode penindasan dan intimidasi sebelumnya tidak lagi efektif.”

    “Undang-undang baru ini justru mendorong kekerasan terhadap perempuan dan masyarakat secara keseluruhan. Aturan itu menargetkan integritas pribadi warga negara dan melanggar hak kebebasan memilih dan memutuskan sendiri.”

    Bahkan, seorang penasihat Pemimpin Tertinggi Khamenei, Ali Larijani ikut mengkritik undang-undang tersebut dengan mengatakan, “Kita tidak membutuhkan undang-undang seperti itu, kita justru lebih banyak membutuhkan persuasi budaya.”

    Dalam sebuah wawancara dengan televisi pemerintah, Presiden Pezeshkian juga melontarkan kritiknya, dan menyebutkan pemerintahannya tidak siap untuk memberlakukan undang-undang ini, dan menekankan perlunya “perdamaian dalam masyarakat.”

    Presiden dan penasihatnya menyadari, sikap memprovokasi masyarakat dengan undang-undang semacam itu hanya dapat memicu protes massal, yang akan sangat berbahaya di saat Republik Islam Iran sedang melemah seperti saat ini.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Artikel ini diadaptasi dari DW bahasa Jerman

    (nvc/nvc)

  • Serangan Udara Pakistan Hantam Perbatasan Afghanistan, 46 Orang Tewas

    Serangan Udara Pakistan Hantam Perbatasan Afghanistan, 46 Orang Tewas

    Kabul

    Serangan udara Pakistan menghantam wilayah perbatasan timur Afghanistan, dengan pejabat Islamabad mengklaim menargetkan “tempat persembunyian teroris”. Pemerintah Taliban yang menguasai Afghanistan melaporkan sedikitnya 46 warga sipil tewas akibat gempuran Pakistan tersebut.

    Serangan udara itu menjadi insiden terbaru dalam permusuhan lintas perbatasan antara Pakistan dan Afghanistan, dengan ketegangan meningkat sejak Taliban mengambil alih kekuasaan tahun 2021 lalu.

    Juru bicara pemerintah Taliban, Zabihullah Mujahid, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Kamis (26/12/2024), menyebut militer Pakistan membombardir empat wilayah di distrik Barmal di bagian timur Provinsi Paktika pada Selasa (24/12) waktu setempat.

    “Jumlah total korban tewas adalah 46 orang, sebagian besar merupakan anak-anak dan perempuan,” kata Mujahid dalam pernyataannya.

    Dia menyebut enam orang lainnya mengalami luka-luka, kebanyakan anak-anak, akibat serangan udara Pakistan itu.

    Belum ada pernyataan resmi dari Kementerian Luar Negeri atau militer Pakistan terkait laporan tersebut.

    Namun seorang pejabat keamanan senior Pakistan, yang enggan disebut namanya, menyebut serangan itu menargetkan “tempat persembunyian teroris” dengan menggunakan jet tempur dan drone. Disebutkan pejabat senior ini bahwa sedikitnya 20 militan dari Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP), atau Taliban Pakistan, tewas.

    Lihat juga Video ‘Penampakan Banjir Bandang Terjang Afghanistan, 50 Tewas’:

  • Kapal Kargo Rusia Tenggelam di Laut Mediterania, Pemilik Tuding Karena Serangan Teroris – Halaman all

    Kapal Kargo Rusia Tenggelam di Laut Mediterania, Pemilik Tuding Karena Serangan Teroris – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –– Pemilik kapal kargo berbendera Rusia yang tenggelam di laut Mediterania pada 24 Desember 2024 lalu karena ulah teroris.

    Media di Rusia menyebutkan pemilik kapal kargo kering tersebut mengatakan bahwa kapal tersebut tenggelam akibat serangan teroris. 

    Tiga ledakan terjadi di sisi kanan Ursa Mayor yang menyebabkan tenggelamnya kapal tersebut di antara perairan Spanyol dan Aljazair.

    Menurut informasi resmi, kapal tersebut membawa dua derek untuk pelabuhan, masing-masing seberat 380 ton, dan penutup palka untuk kapal pemecah es ke Vladivostok. 

    Sebelumnya, dari tahun 2017 hingga 2022, kapal tersebut mengirimkan kargo untuk militer Rusia di Suriah.

    Dua awak kapal hilang. 14 orang berhasil diselamatkan. Semuanya warga Rusia.

    The Guardian mengungkapkan, Ursa Major tenggelam saat berlayar melalui perairan internasional antara Spanyol dan Aljazair, menyebabkan dua awak kapal hilang.

    Pemiliknya, Oboronlogistika – sebuah perusahaan yang berafiliasi dengan kementerian pertahanan Rusia – mengatakan pada hari Rabu bahwa tiga ledakan di sisi kanan kapal menyebabkan tenggelamnya kapal tersebut.

    Perusahaan tersebut menggambarkan insiden tersebut sebagai “aksi terorisme”, tetapi tidak menyebutkan siapa yang mungkin bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Ursa Major sepanjang 142 meter adalah kapal terbesar yang dioperasikan oleh Oboronlogistika dan memiliki kapasitas kargo 1.200 ton. Baik kapal maupun pemiliknya dikenai sanksi oleh AS pada tahun 2022 karena hubungan mereka dengan militer Rusia.

    Layanan penyelamatan laut Spanyol mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kapal tersebut pertama kali mengirimkan panggilan darurat pada Senin pagi ketika berada di lepas pantai tenggara Spanyol dalam cuaca buruk, melaporkan bahwa kapal tersebut miring dan sekoci penyelamat telah diluncurkan.

    Moskow mengatakan 14 dari 16 awak kapal telah diselamatkan dan dibawa ke Spanyol, tetapi dua awak masih hilang.

    Kapal tersebut dilaporkan sedang dalam perjalanan menuju Vladivostok di timur jauh Rusia, membawa dua derek untuk pelabuhan yang masing-masing seberat 380 ton.

    Pejabat Rusia belum mengomentari klaim yang menunjukkan adanya kecurangan dalam tenggelamnya kapal tersebut.

    Juru bicara angkatan laut Ukraina Dmytro Pletenchuk mengatakan pada Selasa bahwa Rusia menghadapi “masalah sistemik” dalam memelihara armadanya tetapi tidak memberikan indikasi bahwa Kyiv terlibat dalam insiden tersebut.

    Melalui serangkaian serangan pesawat nirawak dan roket, Ukraina telah secara signifikan melemahkan kemampuan angkatan laut Moskow di Laut Hitam, membatasi operasinya dalam perang yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    Namun, Kyiv belum menargetkan kapal Rusia mana pun di luar Laut Hitam dan keterlibatan apa pun dalam penenggelaman Ursa Major akan menandai perubahan taktik yang signifikan.

    Hancurnya Ursa Major terjadi beberapa hari setelah kapal tanker Rusia yang membawa produk minyak tenggelam di Laut Hitam, yang menyebabkan bencana ekologi.

    Armada minyak Rusia telah dikenai sanksi berat oleh negara-negara barat sejak Kremlin memerintahkan invasi skala penuh ke negara itu pada Februari 2022.

    Akibatnya, Moskow terpaksa menggunakan apa yang disebut armada tanker hantu, yang sering kali tidak terawat dengan baik dan tidak cocok untuk perairan terbuka, untuk mengangkut minyak dan menghindari sanksi.

     

  • Rudal Israel Hantam Truk TV Palestina di Gaza, 5 Orang Tewas

    Rudal Israel Hantam Truk TV Palestina di Gaza, 5 Orang Tewas

    Gaza City

    Serangan rudal Israel menghantam sebuah truk siaran milik televisi Palestina, Al-Quds Today, yang berafiliasi dengan kelompok Jihad Islam di Jalur Gaza. Sedikitnya lima orang, yang semuanya staf televisi itu, tewas dalam serangan tersebut.

    Keterangan pihak Al-Quds Today, seperti dilansir AFP, Kamis (26/12/2024), menyebut serangan rudal Israel menghantam truk siaran mereka yang sedang diparkir di area kamp Nuseirat di Jalur Gaza bagian tengah pada Kamis (26/12) waktu setempat.

    Pihak Al-Quds Today mengidentifikasi kelima staf yang tewas sebagai Faisal Abu Al-Qumsan, Ayman Al-Jadi, Ibrahim Al-Sheikh Khalil, Fadi Hassouna dan Mohammed Al-Lada’a.

    Disebutkan lebih lanjut oleh televisi Palestina tersebut bahwa para staf itu terbunuh “saat sedang menjalankan tugas jurnalistik dan kemanusiaan mereka”.

    “Kami menegaskan komitmen kami untuk melanjutkan pesan perlawanan kami di media,” tegas Al-Quds Today dalam pernyataannya.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyatakan pasukannya telah melancarkan “serangan presisi terhadap sebuah kendaraan yang berisi sel teroris Jihad Islam di dalam area Nuseirat” pada dini hari.

    Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

  • Erdogan Ancam Militan Kurdi di Suriah: Letakkan Senjata Atau Dikubur!

    Erdogan Ancam Militan Kurdi di Suriah: Letakkan Senjata Atau Dikubur!

    Ankara

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan ancaman terbaru untuk militan Kurdi di Suriah, yang dianggap sebagai bagian dari milisi terlarang yang mengobarkan pemberontakan terhadap Ankara selama puluhan tahun.

    Erdogan, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Kamis (26/12/2024), menyerukan militan Kurdi di Suriah untuk segera meletakkan senjata mereka atau akan “dikuburkan” bersama senjata mereka.

    “Para pembunuh separatis harus memilih untuk mengucapkan selamat tinggal pada senjata mereka, atau mereka akan dikuburkan di tanah Suriah bersama dengan senjata-senjata mereka,” ucap Erdogan saat berbicara kepada para anggota parlemen dari Partai AK yang berkuasa.

    “Kita akan memberantas organisasi teroris yang berupaya membangun dinding darah antara kita dengan saudara-saudara kita,” sebutnya.

    Pernyataan itu disampaikan Erdogan saat Suriah kini dikuasai pasukan pemberontak yang didukung Turki, yang berhasil menggulingkan rezim pemerintahan Bashar al-Assad pada awal bulan ini.

    Usai rezim Assad tumbang, otoritas Ankara berulang kali mendesak agar milisi YPG Kurdi segera dibubarkan. Turki menegaskan bahwa kelompok itu tidak memiliki tempat dalam masa depan Suriah.

    Faksi-faksi utama Kurdi di Suriah berada dalam posisi tidak menguntungkan sejak pergantian kepemimpinan terjadi di negara tersebut.

    Lihat juga Video ‘Heboh Erdogan Disebut Walk Out Saat Prabowo Pidato di KTT D-8’: