Kasus: Teroris

  • Israel Tembak Mati Pria Bersenjata yang Lukai 2 Tentaranya di Tepi Barat    
        Israel Tembak Mati Pria Bersenjata yang Lukai 2 Tentaranya di Tepi Barat

    Israel Tembak Mati Pria Bersenjata yang Lukai 2 Tentaranya di Tepi Barat Israel Tembak Mati Pria Bersenjata yang Lukai 2 Tentaranya di Tepi Barat

    Tepi Barat

    Militer Israel mengatakan pasukannya telah membunuh seorang pria bersenjata yang melepas tembakan ke sebuah pos militer di Tepi Barat. Tembakan pria bersenjata itu melukai dua tentara Israel yang ada di pos militer tersebut.

    “Seorang teroris menembaki tentara-tentara di sebuah pos militer di Tarasir. Para tentara itu terlibat baku tembak dengan teroris tersebut dan membunuhnya,” kata militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (4/2/2025).

    Dinas urusan darurat Israel, secara terpisah, melaporkan enam orang dirawat di lokasi kejadian dan dievakuasi ke rumah sakit untuk perawatan medis lebih lanjut.

    Laporan radio militer Israel menyebut dua tentara Israel yang mengalami luka-luka kini dalam kondisi kritis.

    Penembakan ini terjadi saat pasukan Israel sedang melancarkan apa yang disebut Tel Aviv sebagai “operasi untuk menggagalkan terorisme” di wilayah utara Tepi Barat, terutama di area Jenin yang sejak lama disebut sebagai sarang militansi.

    Militer Israel, dalam pernyataan pada Minggu (2/2) waktu setempat, mengklaim pasukannya telah membunuh lebih dari 50 “teroris” dalam operasi militer yang dimulai sejak 21 Januari lalu, dan dalam rentetan serangan udara pada minggu sebelumnya.

    Sementara Kementerian Kesehatan Palestina dalam pernyataannya menyebut pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 70 orang di wilayah Tepi Barat sejak awal tahun ini.

    Lihat Video ‘Menag: Selama Ada Israel, Timteng Sulit Lahirkan Peradaban Islam Baru’:

    Operasi militer Israel di Tepi Barat itu dilaporkan melibatkan aksi tentara Tel Aviv meratakan bangunan di area kamp pengungsi yang berdekatan dengan Jenin.

    Rentetan operasi militer Israel itu menuai kecaman keras dari Otoritas Palestina, yang menyebutnya sebagai “pembersihan etnis”.

    Aksi kekerasan meningkat di Tepi Barat sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober 2023, yang dipicu oleh serangan mematikan Hamas terhadap Israel.

    Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, pasukan Israel atau pemukim Yahudi radikal telah menewaskan sedikitnya 884 warga Palestina di Tepi Barat sejak perang Gaza dimulai.

    Selama periode yang sama, menurut data resmi otoritas Tel Aviv, sedikitnya 30 warga Israel tewas akibat rentetan serangan yang didalangi warga Palestina atau dalam operasi militer di wilayah Tepi Barat.

    Lihat Video ‘Menag: Selama Ada Israel, Timteng Sulit Lahirkan Peradaban Islam Baru’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis    
        Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis

    Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis Bunuh 70 Orang di Tepi Barat, Israel Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis

    Tepi Barat

    Kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengecam operasi militer Israel di wilayah Tepi Barat, yang dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 70 orang dalam dua pekan terakhir. Otoritas Palestina menuding Tel Aviv telah melakukan “pembersihan etnis” di Tepi Barat.

    Juru bicara kantor Abbas, Nabil Abu Rudeineh, seperti dilansir AFP, Selasa (4/2/2025), mengatakan kepresidenan Palestina “mengecam perluasan perang komprehensif otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis”.

    Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, dalam pernyataan terpisah, melaporkan “70 orang mati syahid di Tepi Barat sejak awal tahun ini”. Terdapat sedikitnya 10 anak-anak, satu perempuan dan dua warga lanjut usia di antara korban tewas tersebut.

    Dalam pernyataannya kepada AFP, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa puluhan orang itu “dibunuh oleh pendudukan Israel”.

    Jumlah korban tewas itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, terdiri atas 38 orang yang tewas dalam operasi Israel di area Jenin, dan 15 orang lainnya tewas di Tubas, Tepi Barat bagian utara. Sementara itu satu orang lainnya tewas di area Yerusalem Timur yang dianeksasi Israel.

    Militer Israel melancarkan operasi besar-besaran di wilayah Tepi Barat sejak 21 Januari lalu, yang diklaim bertujuan untuk membasmi kelompok bersenjata Palestina dari area Jenin, yang disebut sejak lama menjadi sarang militan.

    “Kami menuntut intervensi pemerintah AS (Amerika Serikat) sebelum terlambat, untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung terhadap rakyat dan tanah kami,” ucap Rudeineh kepada kantor berita resmi Palestina, WAFA, dalam pernyataan yang bertepatan dengan kunjungan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu ke AS.

    Pada Minggu (2/2) waktu setempat, militer Israel mengklaim pasukannya telah membunuh lebih dari 50 “teroris” dalam operasi militer yang dimulai 21 Januari tersebut, dan dalam rentetan serangan udara pada minggu sebelumnya.

    Netanyahu sedang berada di Washington DC, di mana dia diperkirakan akan memulai pembicaraan mengenai tahap kedua gencatan senjata Gaza. Tahap selanjutnya diperkirakan mencakup pembebasan para sandera tersisa dan diskusi mengenai penghentian perang yang lebih permanen.

    Lihat juga Video: Israel Kini Bombardir Tepi Barat, 10 Warga Palestina Tewas

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Buntut Larangan Israel, UNRWA Terus Beroperasi di Tepi Barat, tapi Situasinya Sangat Tidak Pasti – Halaman all

    Buntut Larangan Israel, UNRWA Terus Beroperasi di Tepi Barat, tapi Situasinya Sangat Tidak Pasti – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Klinik dan sekolah yang dikelola oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) terus beroperasi di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur, tetapi situasinya masih ‘sangat tidak pasti’.

    Hal ini karena dua Undang-undang Israel yang secara efektif melarang UNRWA.

    “Undang-undang pertama melarang operasi UNRWA di wilayah yang dianggap Israel sebagai wilayah kedaulatannya – di sini kita berbicara tentang Yerusalem Timur yang tentu saja di mata hukum internasional, Mahkamah Internasional, dan sebagainya sebenarnya adalah wilayah pendudukan,” kata Juru bicara UNRWA, Jonathan Fowler kepada Al Jazeera, Senin (3/2/2025).

    Fowler menambahkan, Undang-undang kedua melarang semua kontak antara pejabat Israel dan UNRWA.

    “Hal ini menimbulkan potensi masalah yang sangat besar,” tambahnya.

    Ia lantas menyebutkan pembongkaran blok perumahan di Jenin oleh tentara Israel sebagai contoh.

    “Biasanya, kami akan tahu bahwa operasi militer akan datang dan kami akan dapat memastikan bahwa anak-anak sekolah aman, tetapi kami tidak memiliki kemungkinan untuk berkoordinasi.”

    “Kami tidak diberitahu sebelumnya, jadi selalu ada risiko bagi penduduk dan populasi yang kami layani – baik itu pasien maupun anak sekolah,” papar Fowler.

    Di Yerusalem Timur, UNRWA menyediakan perawatan kesehatan untuk 70.000 orang yang termasuk anggota masyarakat paling rentan.

    “Mereka adalah orang-orang yang tidak memiliki alternatif layanan kesehatan yang terjangkau,” imbuhnya.

    Israel Dituduh Lakukan ‘Pembersihan Etnis’ di Tepi Barat

    Sementara itu, kantor presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Senin mengecam operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Tepi Barat yang diduduki sebagai “pembersihan etnis” dan mendesak Amerika Serikat untuk campur tangan.

    Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Nabil Abu Rudeineh mengatakan kepresidenan “mengecam perluasan perang menyeluruh oleh otoritas pendudukan terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melaksanakan rencana mereka yang bertujuan menggusur warga dan pembersihan etnis.”

    Dilansir Arab News, militer Israel meledakkan beberapa bangunan di Tepi Barat yang diduduki pada Minggu (2/2/2025) dalam serangkaian ledakan simultan yang menurut kantor berita negara Palestina telah meratakan sekitar 20 bangunan di kamp pengungsi Jenin.

    Awan tebal terlihat naik dari kota Palestina tempat pasukan Israel telah melakukan operasi besar-besaran selama hampir dua minggu yang menurut militer Israel ditujukan pada militan lokal, termasuk menyita persediaan senjata.

    Ketika ditanya tentang pembongkaran bangunan di Jenin secara serentak, seorang juru bicara militer mengatakan “beberapa bangunan yang digunakan sebagai infrastruktur teroris” telah dibongkar.

    “Keterangan lebih rinci akan dirilis kemudian,” kata orang tersebut.

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Lebih banyak pengungsi medis akan meninggalkan Jalur Gaza, sementara pembicaraan untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan segera dimulai.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memulai diskusi mengenai gencatan senjata tahap kedua saat ia mengunjungi Washington, DC untuk melakukan pembicaraan dengan pejabat AS dan Presiden Donald Trump.

    Iran mengecam usulan Trump untuk merelokasi warga Palestina dari Gaza, dan memperingatkan bahwa hal itu akan menjadi “pembersihan etnis”.

    Perang Israel di Gaza telah menewaskan sebanyak 47.498 warga Palestina dan melukai 111.592 orang sejak 7 Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan.

    Kantor Media Pemerintah Gaza telah memberikan jumlah korban tewas sebanyak 61.709 orang, dengan mengatakan ribuan orang yang hilang kini diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas hari itu dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah    
        Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah

    Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah Ledakan Bom Mobil Tewaskan 15 Orang di Suriah

    Jakarta

    Ledakan bom mobil menewaskan 15 orang, sebagian besar perempuan yang menjadi pekerja pertanian, di kota Manbij di Suriah utara, tempat pasukan Kurdi bertempur melawan kelompok-kelompok yang didukung Turki.

    Dilansir kantor berita AFP, Senin (3/2/2025), mengutip tim penyelamat White Helmet, kantor berita Suriah, SANA mengatakan telah terjadi “pembantaian” di jalan lokal, dengan “ledakan bom mobil di dekat kendaraan yang mengangkut para pekerja pertanian” menewaskan 14 perempuan dan satu laki-laki.

    Serangan itu juga melukai 15 perempuan, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis, lapor SANA, seraya menambahkan jumlah korban bisa bertambah.

    Tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan yang terjadi pada Senin (3/2) tersebut.

    Ledakan bom ini adalah serangan kedua dalam beberapa hari terakhir di Suriah yang dilanda perang, di mana para pemberontak berhasil menggulingkan presiden Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu.

    Sebelumnya, kelompok pemantau perang, Syrian Observatory for Human Rights melaporkan sembilan orang, termasuk sejumlah petempur pro-Turki yang tidak disebutkan jumlahnya, tewas pada hari Sabtu lalu “ketika sebuah bom mobil meledak di dekat posisi militer” di Manbij.

    Pasukan yang didukung Turki di wilayah utara Suriah melancarkan serangan terhadap kelompok Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan didukung Amerika Serikat pada bulan November lalu. Mereka berhasil merebut beberapa daerah kantong yang dikuasai Kurdi di wilayah utara meskipun AS berupaya menengahi gencatan senjata.

    Lihat juga Video: Meksiko Diguncang 2 Serangan Bom Mobil yang Meledak Bersamaan

    Dengan dukungan AS, SDF mempelopori kampanye militer yang mengusir kelompok ISIS dari Suriah pada tahun 2019.

    Namun, Turki menuduh komponen utama kelompok tersebut — Unit Perlindungan Rakyat (YPG) — berafiliasi dengan kelompok Pekerja Kurdistan (PKK).

    Baik Turki maupun Amerika Serikat telah menetapkan PKK, yang telah melancarkan pemberontakan selama puluhan tahun di wilayah Turki, sebagai kelompok teroris.

    Penguasa baru Suriah telah meminta SDF untuk menyerahkan senjata mereka, menolak tuntutan untuk segala bentuk pemerintahan sendiri Kurdi.

    Lihat juga Video: Meksiko Diguncang 2 Serangan Bom Mobil yang Meledak Bersamaan

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Bom Mobil Meledak Tewaskan 15 Orang, Mayoritas Perempuan

    Bom Mobil Meledak Tewaskan 15 Orang, Mayoritas Perempuan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah bom mobil meledak pada Senin (3/2/2025) di kota Manbij, Suriah utara, menewaskan 15 orang, sebagian besar di antaranya adalah pekerja perempuan di sektor pertanian.

    Serangan ini terjadi di tengah pertempuran antara pasukan Kurdi dan kelompok-kelompok yang didukung oleh Turki. Media pemerintah Suriah, SANA, melaporkan bahwa ledakan tersebut terjadi di dekat kendaraan yang mengangkut pekerja pertanian, menyebabkan “pembantaian” di jalan setempat.

    Menurut SANA, yang mengutip keterangan dari tim penyelamat White Helmets, ledakan bom mobil tersebut menewaskan 14 perempuan dan satu laki-laki. Serangan ini juga melukai 15 perempuan, beberapa di antaranya dalam kondisi kritis.

    SANA menambahkan bahwa jumlah korban mungkin akan bertambah. Hingga saat ini, belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Ini adalah serangan kedua dalam beberapa hari terakhir di Suriah yang dilanda perang. Sebelumnya, pada Sabtu, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia melaporkan bahwa sembilan orang, termasuk sejumlah pejuang yang didukung Turki, tewas dalam ledakan bom mobil di dekat posisi militer di Manbij.

    Sebelumnya, pasukan yang didukung Turki di utara Suriah melancarkan serangan terhadap Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dan didukung AS pada November lalu. Mereka berhasil merebut beberapa wilayah yang dikuasai Kurdi di utara, meskipun AS berupaya menjadi penengah gencatan senjata.

    Dengan dukungan AS, SDF memimpin kampanye militer yang berhasil mengusir kelompok jihadis Negara Islam (ISIS) dari Suriah pada 2019.

    Namun, Turki menuduh komponen utama SDF, yaitu Unit Perlindungan Rakyat (YPG), memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh Turki dan AS. PKK telah melakukan pemberontakan selama beberapa dekade di wilayah Turki.

    Pemerintah Suriah yang baru, setelah jatuhnya rezim otokratis Bashar al-Assad pada Desember lalu, menyerukan agar SDF menyerahkan senjata mereka dan menolak segala bentuk tuntutan otonomi Kurdi.

    Assad, yang memerintah Suriah dengan tangan besi, melakukan tindakan keras berdarah terhadap protes anti-pemerintah pada 2011, memicu perang yang telah menewaskan lebih dari 500.000 orang dan mengakibatkan jutaan lainnya mengungsi.

    (luc/luc)

  • Trump Perintahkan Serangan Udara terhadap Kelompok ISIS di Somalia yang Sembunyi di Gua – Halaman all

    Trump Perintahkan Serangan Udara terhadap Kelompok ISIS di Somalia yang Sembunyi di Gua – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan telah memerintahkan serangan udara terhadap kelompok teroris ISIS yang bersembunyi di gua-gua di Somalia.

    Trump menegaskan serangan ini menargetkan seorang perencana serangan senior dan anggota ISIS lainnya yang bersembunyi di daerah pegunungan.

    “Para pembunuh ini, yang kami temukan bersembunyi di gua-gua, mengancam Amerika Serikat dan Sekutu kami,” tulis Trump di sosial medianya.

    Ia juga mengonfirmasi serangan udara tersebut menghancurkan gua-gua tempat mereka bersembunyi dan menewaskan banyak anggota ISIS tanpa menimbulkan korban sipil.

    Serangan ini dilakukan di daerah pegunungan Golis, timur laut Somalia, yang merupakan salah satu tempat persembunyian kelompok ISIS.

    Trump menambahkan pesan keras untuk kelompok ISIS dan pihak-pihak lain yang mengancam Amerika Serikat: “KAMI AKAN MENEMUKAN ANDA, DAN KAMI AKAN MEMBUNUH ANDA!”

    Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, mengungkapkan berdasarkan penilaian awal, beberapa anggota pasukan ISIS tewas dalam serangan ini dan tidak ada korban sipil.

    Hegseth juga menyatakan serangan ini semakin melemahkan kemampuan ISIS untuk merencanakan dan melaksanakan serangan teroris di masa depan.

    Otoritas Somalia juga mengonfirmasi serangan tersebut.

    Kantor presiden menyatakan mereka diberi informasi tentang operasi militer AS yang menargetkan pimpinan senior ISIS di wilayah utara Somalia, The Guardian melaporkan.

    Kepresidenan Somalia mengapresiasi dukungan Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme internasional dan memperkuat kemitraan keamanan yang kuat antara kedua negara.

    Somalia juga mengucapkan terima kasih kepada negara-negara yang berpartisipasi dalam serangan tersebut, yang mengakibatkan tewasnya sejumlah anggota tingkat tinggi ISIS.

    Meskipun demikian, BBC belum dapat memverifikasi laporan korban secara independen.

    ISIS di Somalia, yang muncul pada 2015 setelah pembelotan dari al-Shabab, memang dikenal karena serangan sporadis dan pemerasan terhadap penduduk setempat.

    Meskipun kelompok ini mulai menonjol di Suriah dan Irak pada tahun 2010-an, kehadirannya kini hanya terbatas di beberapa wilayah di Afrika, termasuk Somalia.

    Serangan ini terjadi hanya beberapa minggu setelah Presiden Joe Biden memerintahkan operasi yang menewaskan pemimpin ISIS, Bilal al-Sudani, di Somalia.

    Trump dalam pernyataannya juga mengkritik pemerintahan Biden.

    Presiden AS mengklaim bahwa militer AS telah menargetkan perencana ISIS ini selama bertahun-tahun, tetapi Biden tidak bertindak cukup cepat.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Inilah Foto Terbaik 2024 Versi UNICEF – Halaman all

    Inilah Foto Terbaik 2024 Versi UNICEF – Halaman all

    Untuk ke-25 kalinya, UNICEF Jerman memilih foto terbaik yang mendokumentasikan realita anak-anak di seluruh dunia sepanjang tahun 2024.

    “Fotografi dokumenter berkualitas tinggi dapat membuka mata kita,” kata Georg Graf Waldersee, Direktur UNICEF Jerman, seperti dirilis badan amal anak-anak milik PBB tersebut. “Karya seni yang mendapat penghargaan setiap tahun dalam kompetisi foto UNICEF benar-benar membuka mata kita terhadap situasi anak-anak di dunia.”

    Sarat trauma dan duka

    Stav, bocah berusia delapan tahun di Israel, selamat dari serangan organisasi teroris Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023 silam. Serangan itu secara tiba-tiba mengakhiri masa kecilnya yang riang. Wajahnya kini mencerminkan rasa sakit dan kehilangan. Fotografer Israel Avishag Shaar-Yashuv memotret Stav dan anak-anak lainnya di tempat penampungan darurat, setelah rumah mereka tidak lagi bisa dihuni. Reportasenya didaulat sebagai karya foto anak terbaik tahun ini.

    Anak-anak di Palestina

    Dareen yang berusia sebelas tahun dan Kinan yang berusia lima tahun berhasil diselamatkan setelah dirawat di sebuah rumah sakit di Qatar. Kedua saudara kandung berasal dari Jalur Gaza. Seluruh keluarga mereka tewas dalam serangan bom oleh Angkatan Udara Israel. Masa depan Dareen dan Kinan pun menjadi tidak pasti.

    Fotografer perempuan Palestina Samar Abu Elouf, yang belajar fotografi secara otodidak dengan kamera pinjaman, telah mendokumentasikan korban perang di Jalur Gaza. Anak-anak kebanyakan tidak lagi memiliki lengan, kaki, atau penglihatan. Dalam semua fotonya, Abu Elouf berhasil memulihkan martabat anak-anak korban perang, bahkan di tengah-tengah tekanan eksistensial. Dia juga mendapat penghargaan sebagai juara pertama.

    Kongo: Ancaman wabah virus

    Japhet baru berusia tujuh bulan ketika terinfeksi virus Mpox, yang lebih dikenal sebagai “cacar monyet”. Meski vaksin untuk Mpox telah dipasarkan, negara-negara miskin seperti Republik Demokratik Kongo, negara asal Japhet, kesulitan menutupi kebutuhan warganya.

    Di antara yang paling berisiko tertular adalah anak-anak. Menurut Uni Afrika, 1.000 orang telah meninggal dunia dan banyak lagi yang sudah terinfeksi. Japhet kecil beruntung. Ibunya membawanya ke pusat kesehatan di mana pustulanya diobati dengan obat antiseptik. Meski tidak dilengkapi dengan baik, klinik tersebut mampu menyelamatkan sang bocah.. Jurnalis foto Prancis Pascal Maitre dianugerahi tempat ke-2 untuk gambar ini.

    Prancis: Perjuangan hidup

    Gabin adalah salah satu dari sepuluh persen anak di seluruh dunia yang lahir prematur, menurut sebuah penelitian oleh Organisasi Kesehatan Dunia, WHO. Dengan berkurangnya waktu di dalam kandungan, proses persalinannya menjadi lebih dramatis. Bocah lelaki itu lahir setelah dikandung kurang dari enam bulan, tetapi memiliki tekad yang kuat untuk bertahan hidup. Fotografer Prancis Maylis Rolland menangkap momen mengharukan ketika Gabin, yang masih mengenakan masker pernapasan, meraih hidung ibunya, Doriane. Juara ke-3 untuk foto ini.

    Selain tiga tempat pertama, juri ahli independen UNICEF juga memberikan penghargaan kehormatan kepada foto-foto lainnya.

    Sudan: Tragedi tak terdeteksi

    Luput dari perhatian dunia adalah bencana kemanusiaan yang sedang terjadi di Sudan. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, lebih dari 14 juta penduduk di negara Afrika Timur itu telah melarikan diri dari perang saudara sejak 2023. Sekolah dan klinik kesehatan dihancurkan, bocah laki-laki direkrut secara paksa menjadi tentara, sementara anak-anak perempuan diperkosa. Kelaparan menjalar di mana-mana. Sekitar 730.000 anak Sudan tercatat mengalami kekurangan gizi parah. Fotografer Irlandia Ivor Prickett, yang juga bekerja untuk Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, menangkap kesengsaraan masyarakat di tengah perang di Sudan.

    Kanada: Ketika seorang bocah berhenti berbicara

    Milo menderita penyakit langka sejak berusia enam tahun. Di rumah, dia bisa mengobrol riang, tetapi di luar lingkup keluarga mulutnya membisu tanpa alasan.

    Dalam dunia kedokteran, fenomena ini disebut “mutisme selektif” alias kebisuan yang muncul dalam kondisi tertentu. Ibunya, fotografer Kanada-Meksiko Patricia Krivanek, memberi Milo sebuah kamera untuk mengekspresikan perasaannya ke dalam gambar dan sekaligus menuliskan apa yang mengganggunya. Adalah Krivanek pula yang mengambil foto Milo ini.

    Zambia: Masa kecil tanpa orang tua

    Mereka tinggal di panti asuhan atau hidup sendirian di jalanan: Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa sekitar 140 juta anak di seluruh dunia berstatus tuna wisma. Di Zambia, tidak semua orang berduka karena kehilangan sanak saudara karena perang, epidemi, atau kelaparan. Banyak pula yang berasal dari keluarga bermasalah, di mana mereka mengalami kekerasan dan pelecehan. Fotografer Italia Valerio Bispuri ingin memberikan suara kepada orang-orang yang “tak terlihat” ini. Mereka yang hidup tanpa diketahui dan dilupakan seakan “tidak pernah dilahirkan”.

    Nigeria: Menari demi kepercayaan diri

    Balet tidak menyaratkan kemewahan atau panggung mengkilap layaknya Theater Bolshoi di Moskow. Di Lagos, ibu kota Nigeria, sebanyak 20 anak secara rutin berlatih di halaman belakang di bawah bimbingan Daniel Ajala, sambil diawasi hewan ternak. Grup balet ini awalnya dirasa asing bagi warga permukiman kumuh di Lagos. Tapi Ajala ingin memberikan perspektif baru kepada anak-anak. Program ini membantu mereka, katanya, “untuk menyuarakan pendapat dan membela diri.”

    Fotografer Prancis Vincent Boisot menangkap adegan di mana seorang gadis menggantung kostum balet yang baru dicuci di tali jemuran agar kering.

    Prancis: Merangkak ke dalam ponsel

    Ponsel pintar kini sudah menjadi peranti wajib di kamar anak-anak; termasuk di usia balita. Efek negatif pada keterampilan sosial dan komunikasi serta kemampuan belajar anak telah lama terbukti secara ilmiah. Fotografer Prancis Jérôme Gence menangkap kecanduan ponsel melalui kameranya: anak-anak duduk bersama dan menatap ponsel mereka alih-alih berbicara satu sama lain. Beberapa peneliti otak sudah mengatakan bahwa generasi muda menderita “demensia digital,” tidak hanya di Prancis, tetapi di seluruh dunia.

    Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Jerman

  • Pemimpin Suriah Tiba di Arab Saudi dalam Perjalanan Luar Negeri Pertamanya, Mengapa Bukan ke Iran? – Halaman all

    Pemimpin Suriah Tiba di Arab Saudi dalam Perjalanan Luar Negeri Pertamanya, Mengapa Bukan ke Iran? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden sementara Suriah, Ahmad al-Sharaa, melakukan perjalanan luar negeri pertamanya pada Minggu (2/2/2025), dan negara yang dipilihnya adalah Arab Saudi.

    Mengutip Associated Press, langkah ini dianggap sebagai sinyal bahwa Suriah akan menjauh dari Iran, yang sebelumnya merupakan sekutu regional utamanya.

    Ahmad al-Sharaa mendarat di Riyadh bersama Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani.

    Keduanya tiba menggunakan jet Saudi, dengan bendera negara tersebut terlihat di meja di belakang mereka.

    Televisi pemerintah Saudi menyoroti bahwa perjalanan pertama al-Sharaa, yang awalnya dikenal di dunia internasional dengan nama samaran Abu Mohammed al-Golani, menjadikan Riyadh sebagai tujuan pertamanya.

    Bendera tiga warna Suriah dengan tiga bintang berkibar di samping bendera Arab Saudi di bandara ketika al-Sharaa, yang mengenakan jas dan dasi, turun dari pesawat.

    Dia dijadwalkan bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman, penguasa de facto kerajaan, selama kunjungannya.

    Arab Saudi sebelumnya merupakan salah satu negara yang mendukung kelompok-kelompok yang berupaya menggulingkan mantan Presiden Suriah, Bashar Assad, pada tahun 2011.

    Namun, kelompok-kelompok tersebut mundur saat Assad, yang didukung Iran dan Rusia, memenangkan banyak pertempuran dalam konflik tersebut.

    Keadaan berubah pada Desember lalu ketika serangan kilat yang dipimpin oleh Hayat Tahrir al-Sham (HTS) di bawah pimpinan al-Sharaa berhasil menggulingkan Assad.

    HTS sebelumnya terkait dengan al-Qaida, tetapi kemudian memutuskan hubungannya.

    Setelah menggulingkan Assad, al-Sharaa dan HTS berhati-hati dalam membangun citra publik mereka, terutama untuk menghilangkan sanksi yang dijatuhkan pada Suriah selama rezim Assad.

    Al-Sharaa juga menunjuk perempuan dalam jabatan penting dan berusaha menjaga hubungan baik dengan komunitas Kristen dan Syiah Alawite di Suriah.

    Selain itu, ia juga berupaya menjaga jarak dari Iran dan Rusia.

    Hingga saat ini, Iran belum membuka kembali kedutaannya di Damaskus.

    Sebelumnya, Suriah adalah simpul penting dalam menjalankan operasi melalui “Poros Perlawanan” Iran, yang melibatkan Hizbullah di Lebanon dan kelompok-kelompok lain.

    Sementara itu, dalam wawancara eksklusif dengan Al Jazeera yang dipublikasikan pada Sabtu (1/2/2025), Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyatakan bahwa Teheran mendukung pemerintahan yang dibentuk oleh rakyat Suriah.

    “Kami mendukung pemerintahan mana pun yang dipilih dan didukung oleh rakyat Suriah,” katanya.

    “Kami menginginkan perdamaian dan keamanan bagi Suriah yang merupakan pendahulu untuk mencapai hal yang sama di wilayah tersebut.”

    “Kami tidak ingin melihat Suriah sebagai pusat ketegangan tanpa akhir atau konflik etnis yang dapat mengubahnya menjadi tempat berlindung yang aman bagi teroris.”

    Pada Januari lalu, Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengunjungi Damaskus dan menyatakan bahwa Riyadh secara aktif terlibat dalam dialog untuk mencabut sanksi terhadap Suriah.

    Arab Saudi, berbeda dengan sekutu utama al-Sharaa seperti Turki dan Qatar, telah memulihkan hubungan dengan Assad pada 2023 bersama sebagian besar negara Arab lainnya.

    Tantangan di Dalam Negeri

    Sementara itu, pemerintah sementara Suriah masih menghadapi tantangan dari ISIS dan kelompok militan lainnya.

    Pada Sabtu (1/2/2025), sebuah bom mobil meledak di Manbij, sebuah kota di provinsi Aleppo, menewaskan empat warga sipil dan melukai sembilan orang, menurut laporan SANA yang mengutip pejabat pertahanan sipil.

    Pemberontak Suriah yang didukung oleh Turki merebut Manbij pada Desember lalu, sebagai bagian dari upaya Ankara untuk menciptakan zona penyangga di wilayah Suriah dekat perbatasannya.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Trump Perintahkan Serangan Udara terhadap Kelompok ISIS di Somalia yang Sembunyi di Gua – Halaman all

    Donald Trump Telepon Presiden Mesir, Tak Menyinggung Soal Pemindahan Warga Gaza, Ini yang Dibahas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS, Donald Trump menelepon Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, Sabtu (1/2/2025).

    Dalam sambungan telepon itu, baik Donald Trump maupun Abdel Fattah al-Sisi tidak membahas soal pemindahan warga Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Kantor Kepresidenan Mesir mengatakan, Trump dan al-Sisi melakukan dialog positif tentang pentingnya penerapan penuh fase pertama dan kedua gencatan senjata antara Hamas dengan Israel.

    Dikutip dari Reuters, keduanya juga menakankan perlunya meningkatkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Sebelumnya, Trump ngotot ingin memindahkan warga Palestina dari Gaza ke Mesir dan Yordania.

    Keinginan Trump ini langsung mendapatkan kritikan dari para kritikus, dengan menyebut sarannya sama saja dengan pembersihan etnis.

    Al-Sisi juga langsung menolak usulan Trump dan menyebutnya sebagai “tindakan ketidakadilan”.

    Penolakan Presiden Mesir itu langsung mendapatkan respons dari Trump.

    Trump mengatakan, Mesir dan Yordania tak akan menolak dengan alasan AS telah melakukan banyak hal untuk kedua negara tersebut.

    “Mereka akan melakukannya,” kata Trump.

    Para menteri luar negeri Arab yang bertemu di Kairo pada hari Sabtu juga menolak pemindahan warga Palestina dari tanah mereka.

    Mereka mengatakan tindakan seperti itu akan mengancam stabilitas regional, menyebarkan konflik dan merusak prospek perdamaian.

    Dalam panggilan telepon, Sisi dan Trump juga menyatakan keinginan mereka untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan itu, kata pernyataan kepresidenan Mesir.

    Sisi mengundang Trump untuk mengunjungi Mesir sesegera mungkin guna membahas masalah-masalah di Timur Tengah.

    Kedua presiden juga membahas perlunya memperkuat hubungan ekonomi dan investasi mereka, katanya.

    Pembebasan Sandera

    Sementara itu, Hamas telah melakukan pembebasan sandera ketiga pada Sabtu (1/2/2025).

    Kali ini, Hamas telah membebaskan tiga sandera, satu warga negara Amerika-Israel, sementara dua lainnya merupakan warga negara Israel.

    Seorang warga negara ganda Amerika-Israel, Keith Siegel dibebaskan oleh Hamas di Kota Gaza.

    Sementara dua warga Israel, Yarden Bibas dan Ofer Calderon dibebaskan di kota selatan Khan Younis.

    Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, ketiga sandera yang dibebaskan Hamas akan dipertemukan kembali dengan anggota keluarga.

    Kedua serah terima tersebut dilakukan dengan cepat tanpa kekacauan seperti yang terjadi pada pertukaran tahanan ketiga sebelumnya.

    Israel juga ikut membebaskan 183 tahanan Palestina setelah tiga sandera Israel dibebaskan oleh Hamas.

    Menurut otoritas Palestina, 18 tahanan menjalani hukuman seumur hidup.

    Lebih dari 100 orang berasal dari Jalur Gaza, ditangkap setelah 7 Oktober 2023, dan ditahan tanpa diadili.

    Tiga puluh tahanan, termasuk tiga orang yang menjalani hukuman seumur hidup, dibebaskan untuk masing-masing sandera Keith Siegel dan Ofer Kalderon, dan 12 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup dibebaskan untuk Yarden Bibas.

    Dikutip dari The Times of Israel, Israel telah setuju untuk membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Gaza selama masa pelaksanaan perjanjian.

    Pada hari Sabtu, Israel membebaskan 111 tahanan yang ditahan oleh pasukan di Jalur Gaza tetapi tidak terlibat dalam serangan 7 Oktober.

    Dari total 183 orang yang dibebaskan, 150 orang dipulangkan atau dideportasi ke Jalur Gaza, 32 orang dibebaskan ke Tepi Barat, dan satu orang dikirim ke Mesir.

    Tahanan yang dikirim ke Tepi Barat dibebaskan dari Penjara Ofer dekat Ramallah, kata Dinas Penjara Israel (IPS).

    Sementara tahanan lainnya dibebaskan dari Penjara Ktzi’ot di Israel selatan dan dibawa ke Penyeberangan Kerem Shalom ke Gaza, dekat perbatasan Mesir.

    “Pasukan Dinas Penjara bertindak untuk membebaskan teroris sesuai dengan kesepakatan diplomatik untuk memulangkan para sandera, dengan koordinasi penuh dengan semua badan keamanan,” kata IPS dalam sebuah pernyataan. (*)

  • Hamas Kembali Bebaskan Sandera, Keith Siegel jadi Warga Negara AS Pertama yang Dibebaskan – Halaman all

    Hamas Kembali Bebaskan Sandera, Keith Siegel jadi Warga Negara AS Pertama yang Dibebaskan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Seorang warga negara ganda Amerika-Israel, Keith Siegel dan dua sandera lainnya dibebaskan oleh Hamas dalam pertukaran ketiga dengan Israel, Sabtu (1/2/2025).

    Keith Siegel dibebaskan oleh Hamas di Kota Gaza, sekitar dua jam setelah warga Israel, Yarden Bibas dan Ofer Calderon dibebaskan di kota selatan Khan Younis.

    Saat dibebaskan, Keith Siegel tampak tersenyum sambil melambaikan tangan saat militan Hamas berisap menyerahkannya kepada staf Palang Merah Internasional.

    Dalam sebuah pernyataan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan, ketiga sandera yang dibebaskan Hamas akan dipertemukan kembali dengan anggota keluarga.

    Kedua serah terima tersebut dilakukan dengan cepat tanpa kekacauan seperti yang terjadi pada pertukaran tahanan ketiga sebelumnya.

    Dikutip dari CBS News, Keith Siegel merupakan warga negara Amerika pertama yang dibebaskan oleh Hamas.

    Ia merupakan salah satu dari tujuh warga negara Amerika yang disandera di Gaza.

    Diyakini bahwa setidaknya dua dari enam sandera Amerika yang masih ditawan di Gaza masih hidup.

    Sementara empat warga Amerika lainnya diyakini telah tewas dalam penahanan.

    Istri Siegel, Aviva, juga disandera oleh militan Hamas pada 7 Oktober, tetapi dibebaskan dalam pertukaran sandera dan tahanan sebelumnya pada November 2023.

    Berbicara kepada CBS News sekitar setahun setelah pembebasannya, Aviva Siegel mengatakan ada saat-saat ketika militan Hamas memaksa dia dan suaminya melalui terowongan di bawah Jalur Gaza yang membuat mereka merasa “yakin kami akan mati”.

    79 Sandera Israel Masih Ditahan

    Hamas saat ini masih menyandera 79 warga Israel di Gaza setelah pembebasan tiga tawanan pada hari Sabtu.

    Harian Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa 20 sandera diperkirakan akan dibebaskan pada tahap pertama gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan yang sedang berlangsung.

    “Hamas masih menahan 79 sandera, dan 20 dari mereka akan dibebaskan dalam beberapa hari mendatang sebagai bagian dari fase pertama perjanjian,” tulis surat kabar itu.

    Sementara itu, Almog Boker, seorang koresponden untuk Channel 12 Israel, melaporkan bahwa pada akhir fase pertama ini, Hamas masih akan menyandera 59 orang, termasuk 36 orang yang diduga tewas.

    Pada 19 Januari, perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku, awalnya berlangsung selama 42 hari.

    Israel Bebaskan 183 Warga Palestina

    Sementara di sisi lain, Israel membebaskan 183 tahanan Palestina setelah tiga sandera Israel yang disandera Hamas.

    Menurut otoritas Palestina, 18 tahanan menjalani hukuman seumur hidup.

    Lebih dari 100 orang berasal dari Jalur Gaza, ditangkap setelah 7 Oktober 2023, dan ditahan tanpa diadili.

    Tiga puluh tahanan, termasuk tiga orang yang menjalani hukuman seumur hidup, dibebaskan untuk masing-masing sandera Keith Siegel dan Ofer Kalderon, dan 12 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup dibebaskan untuk Yarden Bibas.

    Dikutip dari The Times of Israel, Israel telah setuju untuk membebaskan lebih dari 1.000 tahanan Gaza selama masa pelaksanaan perjanjian.

    Pada hari Sabtu, Israel membebaskan 111 tahanan yang ditahan oleh pasukan di Jalur Gaza tetapi tidak terlibat dalam serangan 7 Oktober.

    Dari total 183 orang yang dibebaskan, 150 orang dipulangkan atau dideportasi ke Jalur Gaza, 32 orang dibebaskan ke Tepi Barat, dan satu orang dikirim ke Mesir.

    Tahanan yang dikirim ke Tepi Barat dibebaskan dari Penjara Ofer dekat Ramallah, kata Dinas Penjara Israel (IPS).

    Sementara tahanan lainnya dibebaskan dari Penjara Ktzi’ot di Israel selatan dan dibawa ke Penyeberangan Kerem Shalom ke Gaza, dekat perbatasan Mesir.

    “Pasukan Dinas Penjara bertindak untuk membebaskan teroris sesuai dengan kesepakatan diplomatik untuk memulangkan para sandera, dengan koordinasi penuh dengan semua badan keamanan,” kata IPS dalam sebuah pernyataan. (*)