Kasus: Teroris

  • Densus 88 Catat 110 Anak Direkrut Jaringan Terorisme Sepanjang 2025

    Densus 88 Catat 110 Anak Direkrut Jaringan Terorisme Sepanjang 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti-teror Polri mencatat total ada 110 anak yang direkrut ke dalam jaringan teroris sepanjang 2025.

    Karopenmas Divisi Humas Polri, Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan ratusan anak itu memiliki rentang usia dari 10-18 tahun.

    “Densus 88 AT Polri mencatat ada sekitar 110 anak yang memiliki usia rentang antara 10 hingga 18 tahun, tersebar di 23 provinsi yang diduga terrekrut oleh jaringan terorisme,” ujar Trunoyudo di Mabes Polri, Selasa (18/11/2025).

    Dia menambahkan, anak itu direkrut melalui modus penyebaran, propaganda dilakukan secara bertahap lewat media sosial hingga game online.

    Mulanya, jaringan teror ini akan membuat anak atau pelajar tertarik lebih dahulu. Setelah itu, pelaku bakal menghubungi anak secara pribadi.

    Setelah itu, anak bakal dimasukkan ke dalam grup yang lebih privat untuk mendoktrinisasi paham terorisme terhadap anak.

    “Propaganda didisiminasi dengan menggunakan video pendek, animasi, meme, serta musik yang dikemas menarik untuk membangun kedekatan emosional dan memicu ketertarikan ideologis,” imbuhnya.

    Adapun, Trunoyudo juga menjelaskan faktor anak atau pelajar ini bisa terekrut jaringan terorisme karena faktor lingkungannya, baik itu di dalam keluarga maupun luar keluarga.

    “Di antaranya adalah bullying dalam status sosial broken home dalam keluarga. Kemudian kurang perhatian keluarga, pencarian identitas jati diri, marginalisasi sosial, serta minimnya kemampuan literasi digital dan pemahaman agama,” pungkasnya.

  • Anda Ingin Jadikan Amerika Latin Gaza Kedua?

    Anda Ingin Jadikan Amerika Latin Gaza Kedua?

    GELORA.CO –  Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengirim pesan langsung ke rakyat Amerika Serikat dengan bilang, “Kalian mau ada Gaza baru di Amerika Selatan?” Ini terkait dengan tindakan langsung Amerika Serikat di wilayah Karibia.

    Hal ini disampaikan dalam pidatonya pada Jumat (14/11/2025) lalu di ibu kota Caracas, di mana Maduro memperingatkan bahwa negaranya mungkin akan mengalami apa yang dialami Gaza oleh tentara Israel, yaitu genosida, jika terjadi tindakan militer langsung.

    Dia berkata kepada rakyat Amerika, “Kemanusiaan telah cukup menderita dari pembantaian di Gaza, hampir tidak ada orang yang tidak mengakui bahwa apa yang terjadi di sana adalah genosida,” kata dia, dikutip Aljazeera, Ahad (16/11/2025).

    Dia menambahkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah Amerika Serikat, jajak pendapat -terutama di kalangan kaum muda- menunjukkan bahwa apa yang terjadi di Gaza dipandang sebagai genosida.

    Dia melanjutkan, “Setiap hari terjadi serangan yang melanggar gencatan senjata, anak-anak dan perempuan Palestina dibunuh oleh bom yang dijatuhkan oleh pesawat-pesawat pendudukan Zionis. Ini adalah kenyataan. Apakah Anda ingin ada Gaza baru di Amerika Selatan?”

    Maduro menjelaskan bahwa Washington tidak hanya menargetkan Venezuela, tetapi juga seluruh Amerika Latin, dan dengan demikian seluruh umat manusia.

    Operasi militer AS yang mungkin terjadi

    Presiden AS Donald Trump, Jumat (14/11/2025), mengatakan bahwa dia telah memutuskan tindakan potensial terhadap Venezuela, tetapi menolak untuk mengungkapkan secara terperinci kepada wartawan di pesawat Air Force One.

    “Saya tidak bisa memberi tahu Anda apa yang akan dilakukan, tetapi saya sudah memutuskan,” jawab Trump ketika ditanya apakah dia telah memutuskan langkah selanjutnya.

    “Kami telah membuat banyak kemajuan dengan Venezuela dalam hal menghentikan masuknya narkoba,” tambahnya.

    Trump mengatakan upaya AS untuk mengekang perdagangan narkotika menunjukkan hasil, tetapi juga menyoroti tantangan yang melibatkan negara-negara tetangga.

    “Kita punya masalah Meksiko. Kita punya masalah Kolombia. Kita melakukan dengan sangat baik. Narkoba yang masuk ke negara kita sangat diperlambat, seperti yang bisa anda bayangkan,” katanya.

    Selama dua bulan terakhir, militer AS telah melakukan serangan mematikan terhadap setidaknya 21 kapal yang diklaim mengangkut narkoba dari Amerika Selatan ke AS, tanpa memberikan bukti bahwa mereka terlibat dalam penyelundupan, yang mengakibatkan 80 kematian.

    Venezuela telah memobilisasi unit militer reguler dan milisi sipil di seluruh negeri sebagai tanggapan atas serangan tersebut.

    Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengumumkan pada Kamis (13/11/2025) bahwa AS akan memulai misi baru, “Operasi Southern Spear,” untuk membasmi “teroris narkotika dari belahan bumi kita.”

    “Presiden (Donald) Trump memerintahkan tindakan -dan Departemen Perang sedang melaksanakannya,” tulis Hegseth di akun media sosial X.

    Departemen Perang merupakan nama lain dari Departemen Pertahanan AS, yang juga dikenal sebagai Pentagon. Kongres AS masih belum memberikan persetujuan untuk memakai nama “Departemen Perang” secara resmi.

    Laporan media pada Kamis (13/11/2025) mengatakan bahwa Trump diberi pilihan untuk operasi militer di Venezuela, termasuk serangan darat, oleh pejabat militer seniornya dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih.

    Hegseth, Ketua Kepala Staf Gabungan Dan Caine, dan para pejabat senior memberi pengarahan kepada presiden tentang pilihan militer untuk beberapa hari mendatang, menurut laporan itu.

    Dalam konteks ini, Washington mengumumkan pengiriman kapal perang dan kapal selam ke lepas pantai Venezuela, sementara Menteri Perang AS Pete Higsith mengatakan bahwa militer siap untuk operasi, termasuk penggantian rezim di Venezuela.

    Menanggapi hal itu, Maduro mengumumkan pengerahan pasukan sebanyak 4,5 juta orang di negara itu, dan bahwa dia siap untuk menangkis serangan apa pun.

    Pada Selasa lalu, Venezuela mengatakan militernya tersebar secara intensif di seluruh negeri untuk menanggapi “imperialisme” AS.

    Dia menyebut, penyebaran intensif sarana darat, udara, laut, sungai, rudal, sistem persenjataan, unit militer, dan milisi Bolivarian” yang terdiri dari warga sipil dan mantan militer yang membentuk pasukan untuk memperkuat tentara dan polisi.

    Serangan yang dilancarkan militer AS terhadap kapal-kapal di Karibia dan Samudra Pasifik dengan tuduhan menyelundupkan narkoba dan menargetkan orang-orang di dalamnya secara langsung telah memicu perdebatan mengenai pembunuhan di luar hukum dalam komunitas internasional.

    Washington tidak memberikan bukti bahwa kapal-kapal yang menjadi sasaran tersebut digunakan untuk menyelundupkan narkoba.

  • Bentrokan Berdarah Polisi Haiti Lawan Geng Kriminal, 7 Orang Tewas

    Bentrokan Berdarah Polisi Haiti Lawan Geng Kriminal, 7 Orang Tewas

    JAKARTA – Polisi di Haiti bentrok dengan geng-geng sejak Kamis malam hingga Jumat dalam operasi yang menewaskan tujuh anggota geng. Polisi juga menghancurkan helikopter setelah pendaratan darurat.

    Dalam operasi di daerah Croix des Bouquets di pinggiran ibu kota Port-au-Prince, helikopter mengalami “malfungsi” dan terpaksa melakukan pendaratan darurat, menurut pernyataan dari Kepolisian Nasional Haiti (PNH) yang dipublikasikan di Facebook.

    Para petugas selamat tetapi membakar helikopter tersebut sehingga geng kriminal tidak dapat mengambilnya kembali untuk digunakan.

    Sebelumnya pada Jumat, 15 November, video media sosial menunjukkan anggota geng di dekat bangkai helikopter.

    Dilaporkan tujuh anggota geng tewas, menurut Juru Bicara PNH, Garry Desrosiers. Polisi juga menemukan senapan anti-materiel semi-otomatis Barrett yang digunakan dalam baku tembak tersebut, yang merupakan senjata “berkapasitas tinggi” yang “sering digunakan untuk meneror penduduk sipil,” kata polisi.

    Wilayah Croix des Bouquets dikuasai oleh Viv Ansanm, yang berarti “Hidup Bersama,” sebuah koalisi geng kuat yang telah ditetapkan oleh Amerika Serikat sebagai organisasi teroris asing.

    Kelompok kriminal telah memperluas kendali mereka di Haiti dalam beberapa tahun terakhir dan kini menguasai 90% ibu kota. Kekerasan geng juga telah menyebabkan 1,4 juta orang mengungsi, menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB.

    PBB telah mendukung misi yang dipimpin oleh polisi Kenya untuk memerangi geng di Haiti, tetapi misi tersebut telah dibanjiri kritik, termasuk kekurangan staf dan dana.

  • AS Umumkan Operasi Militer di Amerika Latin, Targetnya Teroris Narkotika

    AS Umumkan Operasi Militer di Amerika Latin, Targetnya Teroris Narkotika

    Washington DC

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Pete Hegseth mengumumkan operasi militer terbaru AS untuk “menyingkirkan teroris narkotika” di Amerika Latin. Pengumuman ini disampaikan saat kekhawatiran meningkat soal pengerahan kekuatan militer AS di kawasan itu dapat memicu konflik yang lebih luas.

    Dalam pengumuman via media sosial X tersebut, seperti dilansir AFP, Jumat (14/11/2025), Hegseth menyebut operasi militer terbaru AS yang bernama “Operation Southern Spear” bertujuan untuk “mengamankan tanah air kita dari narkoba”.

    “Hari ini, saya mengumumkan Operation SOUTHERN SPEAR,” tulis Hegseth dalam postingan media sosial pada Kamis (13/11) waktu setempat.

    “Misi ini membela tanah air kita, menyingkirkan para teroris narkotika dari belahan Bumi kita, dan mengamankan tanah air kita dari narkoba yang membunuh rakyat kita,” sebutnya.

    Pernyataan Hegseth itu tidak memberikan penjelasan lebih detail soal apa yang akan dilakukan dalam operasi militer tersebut, atau bagaimana operasi tersebut mungkin berbeda dari rentetan aksi militer yang telah dilakukan AS beberapa waktu terakhir di kawasan tersebut.

    Pemerintahan Presiden Donald Trump melancarkan rentetan serangan militer di kawasan Karibia dan Pasifik Timur, setelah mengerahkan aset-aset Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk apa yang disebut Washington sebagai operasi antinarkoba.

    Sejak pengerahan militer pada awal September lalu, pasukan militer AS telah melancarkan serangan terhadap sekitar 20 kapal yang diduga mengangkut narkoba di perairan internasional di kawasan tersebut. Menurut data otoritas AS, sedikitnya 76 orang tewas akibat rentetan serangan tersebut.

    Ketika dimintai penjelasan lebih lanjut mengenai Operation Southern Spear, juru bicara Pentagon atau Departemen Pertahanan AS hanya merujuk kembali pernyataan Hegseth via media sosial X.

    Namun laporan media terkemuka AS, CBS News, pada Rabu (12/11) yang mengutip sejumlah sumber menyebutkan bahwa para pejabat militer senior AS telah memberikan opsi terbaru kepada Trump untuk operasi potensial di Venezuela, termasuk melibatkan serangan darat.

    Otoritas Venezuela mengumumkan, pada Selasa (11/11), soal apa yang mereka sebut sebagai pengerahan militer besar-besaran di seluruh negeri untuk melawan meningkatnya kehadiran Angkatan Laut AS di lepas pantai negara itu, termasuk kapal induk AS USS Gerald R Ford yang baru tiba di kawasan tersebut.

    Caracas mengkhawatirkan pengerahan militer AS, yang juga mencakup sejumlah jet tempur siluman F-35 ke Puerto Rico dan enam kapal perang di kawasan Karibia, merupakan plot perubahan rezim yang terselubung.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Peledak Bom SMAN 72 Sudah Siuman, Kini Jadi ABH, Bakal Dimintai Keterangan Usai Pulih

    Peledak Bom SMAN 72 Sudah Siuman, Kini Jadi ABH, Bakal Dimintai Keterangan Usai Pulih

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pelaku peledakan bom di SMAN 72 Jakarta, Kelapa Gading, Jakarta Utara (Jakut) pada Jumat siang pekan lalu (7/11/2025) diketahui adalah siswa di sekolah itu.

    Pelajar berinisial FN itu kini sudah sadarkan diri. FN pun bakal jadi anak berkonflik dengan hukum atau ABH. Dia masih menjalani proses pemulihan di Rumah Sakit Polri Kramat Jati.

    Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Budi Hermanto menyampaikan kondisi terkini F pada Kamis (13/11/2025).

    Dia menyampaikan bahwa pihaknya menunggu F sampai pulih untuk kemudian dimintai keterangan sebagai pelaku yang meledakan bom di sekolahnya.

    “ABH kondisi sudah sadar. Akan tetapi masih belum bisa diminta keterangan karena kondisi masih masa pemulihan,” ungkap Kombes Budi Hermanto.

    Polda Metro Jaya memindahkan F ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati dengan beberapa tujuan. Pertama pemulihan karena pelaku juga menjadi korban. Kedua untuk memudahkan proses penyelidikan dan penyidikan kasus ledakan bom di SMAN 72 Jakarta.

    Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri sudah memastikan bahwa F bertindak seorang diri. Dia tidak terlibat dalam kelompok atau jaringan teroris. Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku hingga menyebabkan puluhan korban luka dilatari berbagai alasan. Diantaranya tekanan, perasaan kesepian, dan dendam.

    “Berdasarkan hasil penyelidikan sementara anak yang berkonflik dengan hukum atau ABH yang terlibat dalam ledakan tersebut diketahui merupakan seorang siswa SMA aktif yang bertindak secara mandiri dan tidak terhubung dengan jaringan teror tertentu,” ujar Asep kepada awak media di Jakarta pada Selasa malam (11/11/2025). (bs-sam/fajar)

  • Tentara Israel Tewaskan 3 Militan Saat Bongkar Terowongan di Rafah

    Tentara Israel Tewaskan 3 Militan Saat Bongkar Terowongan di Rafah

    Gaza City

    Militer Israel mengatakan pasukannya telah menewaskan tiga militan di area Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Hal itu terjadi saat pasukan Tel Aviv membongkar terowongan bawah tanah di area Rafah yang mereka kuasai.

    Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata di Jalur Gaza yang menghentikan sebagian besar pertempuran sejak 10 Oktober lalu, meskipun insiden kekerasan terus terjadi dan seringkali mengakibatkan korban jiwa.

    Militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Kamis (13/11/2025), menyebut pasukannya melakukan konfrontasi dengan sejumlah militan bersenjata ketika melakukan pembongkaran terowongan di area Rafah pada Rabu (12/11) waktu setempat.

    “Pasukan IDF (Angkatan Bersenjata Israel) yang beroperasi di area Rafah untuk membongkar infrastruktur bawah tanah… mengidentifikasi empat teroris bersenjata di sisi timur garis kuning, yang berada dalam kendali operasional Israel,” kata militer Israel, merujuk pada zona tempat pasukannya ditempatkan.

    “Setelah identifikasi tersebut, IDF menyerang dan menghabisi tiga teroris bersenjata,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Ditekankan oleh militer Israel bahwa tidak ada korban jiwa dari pihaknya dalam konfrontasi tersebut.

    Sejak gencatan senjata Gaza berlaku, baik Israel maupun Hamas telah berulang kali saling melontarkan tuduhan pelanggaran.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang beroperasi di bawah wewenang Hamas, sedikitnya 245 warga Palestina tewas akibat rentetan serangan Israel sejak gencatan senjata dimulai.

    Sementara militer Israel melaporkan tiga tentaranya tewas dalam serangan di Jalur Gaza selama periode yang sama.

    Gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat (AS), Qatar, dan Mesir sejauh ini telah menghasilkan pembebasan 20 sandera yang masih hidup dari Jalur Gaza. Hamas juga telah memulangkan 24 jenazah sandera yang tewas, dengan empat jenazah sandera lainnya masih berada di Jalur Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Pemimpin Militer Israel Janji Setop Serangan Pemukim ke Warga Palestina

    Pemimpin Militer Israel Janji Setop Serangan Pemukim ke Warga Palestina

    Tel Aviv

    Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, berjanji untuk menghentikan tindak kekerasan oleh pemukim-pemukim Yahudi di wilayah Tepi Barat. Janji itu disampaikan Zamir saat marak gelombang serangan yang menargetkan warga Palestina yang ada di Tepi Barat yang diduduki.

    Kepolisian dan militer Israel, pada Selasa (11/11), mengumumkan penangkapan sejumlah pemukim Yahudi setelah terjadi bentrokan di dekat kota Tulkarem, Tepi Barat, yang mengakibatkan beberapa warga Palestina mengalami luka-luka dan sejumlah properti hancur.

    Militer Israel mengatakan pihaknya mengirimkan pasukan setelah “sejumlah warga sipil Israel yang bermasker… menyerang warga Palestina dan membakar properti di area tersebut”. Disebutkan juga bahwa empat warga Palestina yang mengalami luka-luka telah dievakuasi untuk mendapatkan perawatan medis.

    Zamir dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Kamis (13/11/2025), mengecam keras serangan yang didalangi para pemukim Israel di Tepi Barat.

    “Kami menyadari insiden kekerasan baru-baru ini di mana warga sipil Israel menyerang warga Palestina dan warga Israel lainnya. Saya mengutuk keras serangan itu,” ucap Zamir dalam sebuah pernyataan yang dirilis militer Israel.

    Ditegaskan oleh Zamir bahwa militer Israel “tidak akan menoleransi perilaku kriminal oleh segelintir orang yang mencemarkan nama baik masyarakat yang taat hukum”.

    “Tindakan-tindakan ini bertentangan dengan nilai-nilai kami, melewati batas, dan mengalihkan perhatian pasukan kami dari misi mereka,” katanya memperingatkan.

    “Kami bertekad untuk menghentikan fenomena ini dan akan bertindak tegas hingga keadilan ditegakkan,” tegas Zamir dalam pernyataannya.

    Israel menduduki Tepi Barat sejak tahun 1967 silam, dengan lebih dari 500.000 warga Israel tinggal di area-area permukiman Yahudi yang dibangun di wilayah Palestina. Semua permukiman Yahudi di Tepi Barat adalah ilegal menurut hukum internasional.

    Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa Oktober 2025 merupakan bulan terburuk untuk kekerasan pemukim Israel sejak pencatatan dimulai tahun 2006 lalu, dengan 264 serangan tercatat mengakibatkan korban jiwa atau kerusakan properti.

    Hampir tidak ada pelaku kekerasan yang dimintai pertanggungjawaban oleh otoritas Israel.

    Namun Zamir mengatakan bahwa pasukan Israel beroperasi “untuk mencegah ancaman dan bahaya bagi penduduk di wilayah tersebut”.

    “Kami beroperasi berdasarkan prinsip yang jelas: terorisme hanya berhadapan dengan militer… kami adalah pembatas pertahanan antara organisasi teroris dan warga sipil Israel,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Momen Tak Terduga, Trump Bercanda Tanya Berapa Istri Presiden Suriah

    Momen Tak Terduga, Trump Bercanda Tanya Berapa Istri Presiden Suriah

    Washington DC

    Momen tak terduga terjadi di Gedung Putih saat Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan candaan ke Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa, dengan menanyakan berapa banyak istrinya. Momen ini terekam video yang viral di media sosial.

    Dalam langkah diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti dilansir NDTV dan People, Kamis (13/11/2025), Trump menjamu Al-Sharaa di Gedung Putih pada Senin (10/11) waktu setempat. Al-Sharaa menjadi pemimpin pertama Suriah yang berkunjung ke Gedung Putih sejak negara itu merdeka tahun 1946 silam.

    Pertemuan keduanya sebelumnya tidak terbayangkan. Al-Sharaa, mantan komandan Al-Qaeda yang pernah dicap teroris oleh Washington dan bahkan kepalanya dihargai US$ 10 juta oleh AS, berdiri di samping Trump dalam kunjungan resmi pertamanya sebagai Presiden Suriah.

    Kunjungan ini dilakukan saat AS memperpanjang penangguhan sanksi terhadap Suriah selama 180 hari.

    Video pertemuan itu, yang beredar luas di internet, merekam percakapan ringan antara kedua pemimpin, dengan Trump terlihat memberikan hadiah parfum kepada Al-Sharaa. Dia menyemprotkan parfum itu ke arah Al-Sharaa sambil berkata: “Ini wewangian terbaik… Dan yang satunya lagi untuk istri Anda.”

    Dengan nada bercanda, Trump kemudian bertanya ke Al-Sharaa: “Berapa istri Anda?”

    “Satu,” jawab Al-Sharaa yang disambut tawa.

    Trump lalu membalas: “Dengan kalian, saya tidak pernah tahu.”

    Dalam kunjungannya, Al-Sharaa mengatakan dirinya memberikan hadiah simbolis kepada Trump, berupaya artefak kuno Suriah, termasuk apa yang digambarkannya sebagai “alfabet pertama dalam sejarah, perangko pertama dalam sejarah, not musik pertama, dan tarif bea cukai pertama”.

    Mengakui sejarah masa lalu Al-Shara yang bergejolak, Trump menyampaikan komentar bijak. “Kita semua memiliki masa lalu yang kelam, tetapi dia juga memiliki masa lalu yang kelam. Dan saya pikir, sejujurnya, jika Anda tidak memiliki masa lalu yang kelam, Anda tidak akan memiliki kesempatan,” ucapnya.

    Al-Sharaa yang berusia 43 tahun ini, merebut kekuasaan atas Suriah tahun lalu setelah pasukan oposisi yang dipimpinnya dengan cepat menggulingkan mantan Presiden Bashar al-Assad dalam serangan kilat yang berpuncak pada 8 Desember 2024.

    Pertemuan di Gedung Putih ini menjadi pertemuan ketiga antara Al-Sharaa dan Trump. Mereka sebelumnya bertemu di Arab Saudi pada Mei lalu di sela-sela Dewan Kerja Sama Teluk dan saat Sidang Majelis Umum PBB di New York pada September lalu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Perkara yang Jerat Rival Erdogan Hingga Terancam Dipenjara 2.000 Tahun

    Perkara yang Jerat Rival Erdogan Hingga Terancam Dipenjara 2.000 Tahun

    Istanbul

    Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu dijerat 142 dakwaan pidana dan terancam hukuman lebih dari 2.000 tahun penjara. Imamoglu merupakan rival politik utama Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

    Dilansir AFP, Rabu (12/11/2025), Imamoglu dianggap sebagai satu-satunya politisi yang mampu mengalahkan Erdogan dalam Pilpres Turki. Penangkapannya pada Maret 2025 telah memicu kerusuhan terburuk sejak tahun 2013 di jalanan Turki.

    Dokumen dakwaan terhadap Imamoglu setebal 4.000 halaman yang mencakup rentetan pelanggaran hukum, termasuk menjalankan organisasi kriminal, penyuapan, penggelapan, pencucian uang, pemerasan, hingga manipulasi tender. Kantor berita Anadolu Agency melaporkan dakwaan-dakwaan yang dijeratkan terhadap Imamoglu itu memiliki total ancaman hukuman hingga 2.430 tahun penjara.

    Ketua oposisi utama Turki, Partai Rakyat Republik atau CHP, Ozgur Ozel mengecam dakwaan-dakwaan yang dijeratkan terhadap Imamoglu. Dia menganggapnya sebagai contoh jelas untuk ‘campur tangan yudisial’ yang bertujuan menghalangi Imamoglu mencalonkan diri sebagai kandidat dalam Pilpres Turki 2028.

    “Kasus ini tidak legal, ini sepenuhnya politis. Tujuannya adalah untuk menghentikan CHP, yang berada di posisi pertama dalam pemilu (lokal) terakhir, dan untuk menghalangi kandidat presidennya,” kata Ozel dalam pernyataan via media sosial X.

    Dakwaan itu diumumkan oleh jaksa Turki pada Selasa (11/11) waktu setempat. Jadwal sidang akan ditentukan kemudian.

    Isi Dakwaan

    Dilansir DW, Imamoglu saat ini berada dalam tahanan praperadilan atas tuduhan korupsi. Dia juga menjalani hukuman penjara lainnya selama 1 tahun 8 bulan karena menghina dan mengancam Jaksa Agung Istanbul.

    Tuduhan korupsi terhadap Imamoglu, yang telah dibantah keras olehnya, hanyalah salah satu dari beberapa proses hukum terhadapnya. Selain itu, dia juga menghadapi tuduhan spionase yang diajukan pada Oktober 2025.

    Jaksa menuduhnya menyebarkan data pribadi penduduk Istanbul untuk mendapatkan dana dari luar negeri demi kampanye kepresidenannya. Jaksa juga menuduhnya menghina Jaksa Agung dan memalsukan dokumen ijazah.

    Para kritikus melihat kasus ini sebagai bagian dari upaya untuk menyingkirkannya setelah kinerja partainya yang kuat dalam pemilihan kepala daerah di Turki tahun lalu. Pemerintah bersikeras peradilan terhadapnya Imamoglu independen dan investigasi bertujuan untuk mengungkap korupsi atau pelanggaran lainnya.

    Imamoglu merupakan pemimpin kota terbesar dan terkaya di Turki. Menurut dakwaan itu, yang menyebutkan total 402 tersangka, Imamoglu dituduh memimpin jaringan kejahatan luas di mana dia memanfaatkan pengaruhanya ‘bagaikan gurita’.

    “Bisakah seseorang menjadi pelaku kecurangan pemilu, memegang surat ketetapan palsu, sekaligus seorang pencuri, seorang teroris, dan seorang mata-mata pada saat yang bersamaan?” tanya pemimpin oposisi Ozel.

    “Jika Anda menuduh orang yang tidak bersalah atas salah satu kejahatan ini saja, itu akan menjadi ketidakadilan yang besar. Tetapi ketika Anda melimpahkan semua kejahatan itu kepada satu orang, itu adalah kejahatan besar. Namun, satu-satunya kejahatannya adalah mencalonkan diri sebagai presiden negara ini!,” sebut Ozel.

    Halaman 2 dari 3

    (haf/haf)

  • Perang? Venezuela Latihan Militer Besar-besaran, Siap Adang Kapal Induk AS di Karibia

    Perang? Venezuela Latihan Militer Besar-besaran, Siap Adang Kapal Induk AS di Karibia

    GELORA.CO –  Pemerintah Venezuela mengumumkan mobilisasi besar-besaran pasukan dan peralatan militer untuk melakukan latihan tempur sebagai respons atas meningkatnya kehadiran militer Amerika Serikat (AS) di Laut Karibia.

    Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino Lopez, mengatakan bahwa latihan ini melibatkan angkatan udara, angkatan laut, dan pasukan cadangan nasional, serta akan berlangsung hingga 13 November. Tujuannya adalah untuk menghadapi potensi ancaman seiring peningkatan aktivitas militer AS di kawasan tersebut.

    Selain unit reguler, latihan ini juga melibatkan Milisi Bolivarian, pasukan rakyat yang didirikan oleh mendiang Presiden Hugo Chávez dan dinamai menurut nama tokoh revolusioner Simón Bolívar.

    “Latihan ini bertujuan mengoptimalkan sistem komando, kendali, dan komunikasi serta memastikan kesiapan pertahanan negara,” ujar Lopez, seraya menegaskan bahwa langkah tersebut merupakan respons terhadap ‘ancaman imperialis’ dari peningkatan kekuatan militer AS.

    Menurut Lopez, mobilisasi pasukan merupakan bagian dari “Rencana Kemerdekaan 200” yang digagas Presiden Nicolás Maduro, strategi militer-sipil yang dirancang untuk mempertahankan kedaulatan nasional.

    Tentara reguler Venezuela memiliki sekitar 123.000 personel aktif, sementara milisi sukarelawan diklaim beranggotakan lebih dari 8 juta orang, menurut data resmi pemerintah.

    Langkah ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Caracas dan Washington. Angkatan Laut AS baru-baru ini mengumumkan bahwa kapal induk USS Gerald R. Ford telah tiba di wilayah operasi Komando Selatan, yang mencakup sebagian besar kawasan Amerika Latin. Saat ini terdapat sekitar 15.000 personel militer AS di wilayah tersebut.

    Sebelumnya, pemerintahan Donald Trump pernah meluncurkan kampanye antinarkotika di lepas pantai Venezuela dan Pasifik Barat, dengan alasan memerangi geng kriminal yang dikategorikan sebagai organisasi teroris.

    Pasukan AS dilaporkan telah menggerebek lebih dari 20 kapal yang diduga mengangkut narkoba di perairan Karibia dan Pasifik, menewaskan sekitar 76 orang. Namun, operasi tersebut mendapat kritik keras dari sejumlah negara di kawasan serta anggota parlemen AS yang mempertanyakan legalitas tindakan itu. (*)