Kasus: Teroris

  • Kritik Mengemuka Usai Kampus Top AS Malah Hukum Aktivis Pro-Palestina

    Kritik Mengemuka Usai Kampus Top AS Malah Hukum Aktivis Pro-Palestina

    New York

    Columbia University mengikuti keinginan Presiden Amerika Serikat (AS) Trump dengan menghukum para aktivis pro-Palestina. Langkah kampus top AS itu pun menuai kritik.

    Sebagai informasi, otoritas Imigrasi AS menangkap pemimpin aksi pro-Palestina di Columbia, Mahmoud Khalil pada Minggu (9/3/2025. Khalil telah memimpin demonstrasi yang menentang perang Israel di Jalur Gaza.

    Penangkapan ini dilakukan menyusul tekad Presiden AS Donald Trump untuk mendeportasi para mahasiswa asing yang ikut aksi pro-Palestina atau kedapatan mendukung Hamas. Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, mengumumkan penangkapan Khalil itu.

    Khalil menjadi wajah paling menonjol dari gerakan protes di universitas-universitas AS menanggapi perang Gaza. DHS menyebut Khalil ‘memimpin aktivitas terkait Hamas, sebuah organisasi teroris’. Namun, DHS tidak menjelaskan lebih lanjut soal tuduhan tersebut.

    DHS menyebut penangkapan dilakukan untuk mendukung perintah eksekutif Presiden Trump yang melarang antisemitisme atau anti-Yahudi dan dalam koordinasi dengan Departemen Luar Negeri. Student Workers of Columbia Union mengatakan Khalil telah ditahan sejak Sabtu (8/3) waktu setempat. Organisasi itu menggambarkan Khalil sebagai seorang lulusan Columbia dari Palestina dan kepala negosiator untuk kamp solidaritas Gaza musim semi lalu.

    Kampus-kampus AS, termasuk Universitas Columbia yang ada di New York diguncang oleh aksi protes mahasiswa terhadap perang Israel di Jalur Gaza setelah serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober 2023 serta serangan mematikan Israel ke Gaza. Aksi protes pro-Palestina itu memicu tuduhan anti-Semitisme.

    Aksi-aksi protes tersebut, sebagian berubah menjadi aksi kekerasan dan menyebabkan gedung-gedung kampus diduduki dan kuliah diganggu, melibatkan mahasiswa-mahasiswa yang memprotes aksi militer Israel melawan demonstran pro-Tel Aviv.

    “Kami akan mencabut visa dan/atau green card para pendukung Hamas di Amerika sehingga mereka dapat dideportasi,” ucap Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio dalam pernyataan via media sosial X.

    Selain itu, Trump juga membekukan hibah federal senilai USD 400 juta atau sekitar Rp 6,5 triliun ke Columbia. Trump menuding Universitas Columbia gagal dalam meredam antisemitisme di kampusnya sebagai alasan di balik pembatalan tersebut.

    Picu Demo di New York

    Demonstrasi di New York tuntut pembebasan Mahmoud Khalil. (AFP/LEONARDO MUNOZ)

    Penangkapan Khalil itu memicu gelombang demonstrasi di New York. Pada Kamis (13/3/2025), ratusan demonstran Yahudi menyerbu Trump Tower di New York untuk mendukung warga Palestina serta menuntut pembebasan Khalil yang ditahan oleh otoritas AS. Mereka juga menuntut AS berhenti mempersenjatai Israel.

    Dilansir AFP, Minggu (16/3/2025), para demonstran mengenakan kaus merah dengan tulisan ‘Orang Yahudi katakan berhenti mempersenjatai Israel’. Kelompok tersebut berunjuk rasa selama lebih dari satu jam di dalam gedung pencakar langit Manhattan itu.

    Gedung tersebut merupakan tempat kantor pusat bisnis keluarga Presiden AS Donald Trump dan tempat tinggal pribadinya. Gedung tersebut juga merupakan lokasi di mana Trump menaiki eskalator emas pada tahun 2015 untuk mengumumkan pencalonan pertamanya sebagai presiden.

    Polisi menangkap 98 orang yang berdemo di bawah panji kelompok yang menamai dirinya sebagi ‘Jewish Voice for Peace’ atas kejahatan termasuk pelanggaran hukum. Kelompok tersebut meneriakkan ‘lawan Nazi, bukan mahasiswa’ yang merujuk pada tindakan keras Trump terhadap mahasiswa asing yang terlibat dalam protes pro-Palestina.

    Pembuat film dan Profesor Columbia, James Schamus, mengatakan orang-orang Yahudi di New York datang untuk menuntut pembebasan Khalil. Dia menuding Trump telah menangkap Khalil tanpa dasar.

    “Menuntut agar ke-Yahudian kita tidak dijadikan senjata untuk mencuri hak-hak warga negara Amerika dan mengakhiri demokrasi kita. Rezim Trump-Musk telah menjelaskan bahwa mereka tidak mendakwa Mahmoud Khalil dengan kejahatan apa pun, bahwa mereka menuduhnya memiliki pendapat yang mereka katakan ‘berpihak pada Hamas’,” ujarnya.

    Kepala Polisi setempat, John Chell, mengatakan protes tersebut berlangsung tanpa korban luka atau kerusakan dan atrium telah dibersihkan dari pengunjuk rasa dalam waktu 2 jam.

    “Sebagai orang Yahudi yang memiliki hati nurani, kami tahu sejarah kami dan kami tahu ke mana arahnya. Inilah yang dilakukan kaum fasis saat mereka memperkuat kendali,” kata anggota Jewish Voice for Peace, Jane Hirschmann, seorang Yahudi New York yang kakek dan pamannya diculik oleh Nazi.

    Penangkapan Khalil telah memicu kemarahan dari para kritikus pemerintahan Trump serta para pendukung kebebasan berbicara, termasuk beberapa dari kalangan politik kanan, yang mengatakan bahwa tindakan tersebut memiliki efek yang mengerikan terhadap kebebasan berekspresi. Selain di Trump Tower, demonstrasi juga terjadi di Times Square, New York, pada Sabtu (15/3). Para demonstran yang merupakan aktivis pro-Palestina memegang plakat dan melambaikan bendera dengan tema ‘Perjuangkan Hak Kami’.

    Demonstrasi juga terjadi di luar pengadilan New York untuk memprotes penangkapan dan penahanan Khalil. Seorang hakim federal di New York akan mendengarkan argumen yang mendukung dan menentang Khalil yang kini dipindahkan ke sebuah fasilitas di Jena, Louisiana, tempat dia ditahan.

    Columbia University Dikritik gegara Hukum Aktivis

    Demonstrasi di luar Pengadilan New York. (Getty Images via AFP/MICHAEL M. SANTIAGO)

    Columbia University, yang merupakan salah satu kampung elite di AS, memutuskan memberi hukuman kepada para mahasiswa dan alumninya yang terlibat demonstrasi pro-Palestina tahun lalu. Langkah kampus anggota Ivy League itu langsung menuai kritik.

    Dilansir Reuters dan NBC News, Minggu (16/3/2025), Columbia mengumumkan telah memberikan berbagai hukuman kepada mahasiswa yang menduduki gedung kampus pada musim semi lalu selama protes pro-Palestina. Pengumuman itu muncul seminggu setelah pemerintahan Trump membatalkan hibah dan kontrak federal senilai USD 400.

    Presiden atau Rektor sementara Universitas Columbia, Katrina Armstrong, menyebut kekhawatiran pemerintahan Trump sah dan mengatakan lembaganya bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasinya. Protes di kampus dan protes balasan pro-Israel telah menuai tuduhan antisemitisme, Islamofobia, dan rasisme.

    Universitas tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (13/3) bahwa ‘dewan peradilannya menetapkan temuan dan mengeluarkan sanksi kepada mahasiswa mulai dari penangguhan selama beberapa tahun, pencabutan gelar sementara, dan pengusiran terkait dengan pendudukan Hamilton Hall musim semi lalu’.

    Dewan peradilan universitas terdiri dari mahasiswa, fakultas, dan staf yang dipilih oleh senat universitas. Namun, Columbia tidak merilis nama-nama mahasiswa yang didisiplinkan dan tidak menyebutkan berapa banyak mahasiswa yang menghadapi hukuman dengan alasan pembatasan privasi hukum. Mahasiswa dapat mengajukan banding atas hukuman mereka.

    Serikat pekerja yang mewakili pekerja mahasiswa Columbia, UAW Lokal 2710, mengatakan mantan pemimpinnya, Grant Miner, termasuk di antara mahasiswa yang dikeluarkan satu hari sebelum negosiasi kontrak dengan universitas akan dimulai. Langkah itu disebut oleh serikat pekerja sebagai ‘serangan terbaru terhadap hak Amandemen Pertama’. Sementara, juru bicara universitas mengatakan mereka tidak mengomentari pernyataan serikat tersebut.

    Kampus Columbia menjadi pusat protes anti-Israel yang kemudian menyebar ke beberapa kampus di AS. Demonstrasi dimulai setelah serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 dan serangan Israel yang didukung AS berikutnya terhadap Gaza hingga menyebabkan puluhan ribu warga tewas. Saat itu, para pengunjuk rasa menuntut agar dana abadi universitas ditarik dari kepentingan Israel dan agar AS mengakhiri bantuan militer ke Israel.

    Grant Miner yang mewakili ribuan pekerja mahasiswa Columbia yang dipecat dan diusir minggu ini telah menyampaikan pidato di hadapan publik. Dia menggambarkan penahanan Mahmoud Khalil gara-gara memimpin demo pro-Palestina sebagai ‘kampanye ketakutan’.

    “Kita harus bersatu untuk memberi tahu Trump dan kawan-kawan miliardernya bahwa kita tidak akan membiarkan intimidasi dan kemunduran hak-hak sipil di negara ini,” katanya.

    Dia juga mengkritik kampusnya gara-gara memilih mengikuti keinginan Trump. Dia menganggap Columbia hanya mementingkan uang.

    “Saya tidak terkejut bahwa universitas memilih untuk mengorbankan mahasiswa dan pekerjanya demi uang hibah. Kita tahu persis berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli moralitas Columbia,” ujar Miner.

    AS Bakal Gunakan UU Terorisme Terhadap Aktivis Pro-Palestina

    Bendera AS. (Tom Pennington/Getty Images)

    Departemen Kehakiman AS mengatakan pihaknya sedang menyelidiki apa yang disebut sebagai kemungkinan pelanggaran undang-undang terorisme selama protes atas perang Gaza di Universitas Columbia. Dilansir Reuters, Wakil Jaksa Agung AS Todd Blanche mengatakan penyelidikan tersebut merupakan bagian dari ‘misi Presiden Donald Trump untuk mengakhiri antisemitisme di negara ini’.

    Dia menyebutnya sebagai tindakan balasan yang sudah lama tertunda. Pendukung hak-hak sipil langsung mengkritik langkah tersebut.

    Mereka mengatakan para pengunjuk rasa dilindungi oleh Amandemen Pertama Konstitusi AS yang melindungi hak-hak termasuk kebebasan berbicara. Pengumuman tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian kebijakan pemerintahan Trump yang tidak berniat melonggarkan tindakan keras terhadap aktivis mahasiswa pro-Palestina.

    Awal minggu ini, Departemen Pendidikan AS memperingatkan bahwa mereka sedang menyelidiki 60 sekolah karena dianggap menoleransi lingkungan yang tidak bersahabat bagi orang Yahudi. Mereka juga menyelidiki pengaduan bahwa 45 universitas terlibat dengan program keberagaman yang menetapkan kelayakan berdasarkan ras. Kegiatan itu dianggap melanggar undang-undang hak sipil tahun 1964.

    Pengacara senior di American Civil Liberties Union dan bagian dari tim hukum Khalil, Brian Hauss, mengatakan penyelidikan Departemen Kehakiman itu salah alamat.

    “Amandemen Pertama tidak memperbolehkan adanya alasan untuk mencampuradukkan antara pro-Palestina dan pro-Hamas,” katanya dalam sebuah pengarahan.

    Presiden sementara Columbia University Katrina Armstrong menyebut agen dari Departemen Keamanan Dalam Negeri AS melakukan penggeledahan asrama setelah memberikan surat perintah yang ditandatangani oleh hakim federal. Dia mengatakan tidak ada yang ditahan, tidak ada barang yang dipindahkan, dan tidak ada tindakan lebih lanjut yang diambil.

    Penggeledahan tersebut merupakan bagian dari penyelidikan apakah Universitas Columbia menampung imigran di kampusnya yang berada di negara itu secara ilegal. Mahasiswa mengatakan agen imigrasi federal telah berulang kali terlihat di asrama dan perumahan mahasiswa di sekitar kampus Manhattan Columbia.

    Di antara tuntutan dalam surat hari Kamis kepada sekolah tersebut, pemerintahan Trump mengatakan Columbia harus secara resmi mendefinisikan antisemitisme, melarang penggunaan topeng ‘yang dimaksudkan untuk menyembunyikan identitas atau mengintimidasi’ dan menempatkan departemen Studi Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika di bawah ‘kepengurusan akademis’ yang akan mengambil alih kendali dari tangan fakultas mereka.

    Ratusan pendukung Khalil pun berdemonstrasi di gerbang utama Columbia pada hari Jumat (14/3). Seorang mahasiswa pascasarjana, Demetri, mengatakan suasana di kampus itu menyedihkan.

    “Pemerintah federal tidak dapat mendikte apa dan siapa yang diajarkan dan tidak diajarkan, seperti siapa yang dapat dan tidak dapat diterima,” katanya.

    Halaman 2 dari 4

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Indonesia jadi tuan rumah PUIC 2025 pada 12-15 Mei

    Indonesia jadi tuan rumah PUIC 2025 pada 12-15 Mei

    Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/3/2025). (ANTARA/Melalusa Susthira K.)

    BKSAP: Indonesia jadi tuan rumah PUIC 2025 pada 12-15 Mei
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Sabtu, 15 Maret 2025 – 10:25 WIB

    Elshinta.com – Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Mardani Ali Sera mengatakan bahwa DPR RI akan menjadi tuan rumah konferensi ke-19 Parliamentary Union of the OIC (PUIC) atau konferensi organisasi parlemen negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) tahun 2025 yang diselenggarakan pada 12-15 Mei.

    “12 sampai 15 Mei 2025 Indonesia, Parlemen, dipimpin Mba Puan (Ketua DPR Puan Maharani) akan jadi tuan rumah pertemuan parlemen negara-negara OKI, PUIC yang ke-19, bertepatan dengan 25 tahun hari jadi PUIC,” kata Mardani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/3).

    Hal itu disampaikan saat ditemui usai acara media gathering bertajuk “Satukan Langkah Mendukung Palestina” untuk memperkuat sinergi mengenai narasi Palestina di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14/3).

    Dia lantas menuturkan bahwa tema yang akan diusung Indonesia selaku tuan rumah pada konferensi PUIC 2025 ialah “Good Governance and Strong Institution”.

    “Fokusnya negara-negara OKI ini jangan cuma bisa ‘marah’ sama Amerika atau ‘mencaci’, tapi kita bangun kekuatan institusi dan good governance di setiap negara kita,” ucapnya.

    Dia lantas melanjutkan, “Karena kalau good governance-nya jalan, good governance-nya jalan, institusinya kuat maka kita akan menjadi negara yang tidak perlu bergantung kepada orang lain.”

    Dia menyebut dalam konferensi PUIC 2025 nantinya akan ada sesi diskusi yang membahas terkait isu Palestina untuk merumuskan langkah nyata ke depan negara-negara OKI dalam mendukung Palestina.

    “Di pertemuan OKI salah satu komitenya adalah Commitee on Palestine. Itu akan membahas secara menyeluruh kondisi saat ini, langkah ke depan, dan aksi yang bisa dilakukan. Bukan cuma kita mengutuk ya, tetapi kita membangun aliansi antara PUIC,” kata dia.

    Adapun pada diskusi hari ini, BKSAP membahas sejumlah persoalan terkait narasi yang digunakan dalam isu Palestina. Mulai dari, ketidakberimbangan antara sumber-sumber pemberitaan hingga terminologi Hamas yang masih kerap disebut dengan istilah teroris.

    Sumber : Antara

  • Bertambah, Korban Tewas Penyanderaan Kereta Pakistan Jadi 31 Orang

    Bertambah, Korban Tewas Penyanderaan Kereta Pakistan Jadi 31 Orang

    Islamabad

    Korban tewas dalam penyanderaan kereta api di Pakistan bagian barat daya bertambah menjadi sedikitnya 31 orang. Lebih dari 340 penumpang kereta berhasil dibebaskan dalam penyanderaan yang didalangi militan bersenjata Tentara Pembebasan Balochistan (BLA).

    Juru bicara militer Pakistan, Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, dalam pernyataannya seperti dilansir AFP, Sabtu (15/3/2025), menyebut penyanderaan yang berlangsung selama dua hari di wilayah terpencil Balochistan itu tidak hanya menewaskan warga sipil, tapi juga tentara Pakistan.

    Chaudhry menyebut bahwa 31 korban tewas itu terdiri atas 18 tentara dan personel paramiliter Pakistan, tiga karyawan otoritas perkeretaapian, dan lima warga sipil. Mereka semua tewas selama situasi penyanderaan berlangsung lebih dari 30 jam pekan ini.

    Kemudian, sebut Chaudhry, lima tentara Pakistan lainnya tewas saat menjalankan operasi yang diluncurkan oleh pasukan keamanan untuk merebut kembali kendali setelah militan bersenjata BLA menghentikan laju kereta Jaffar Express dengan ledakan bom.

    “Banyak yang luka-luka dan jumlah korban tewas mungkin bertambah,” katanya.

    Otoritas Pakistan mengumumkan secara terpisah pada Rabu (12/3) malam bahwa sebanyak “33 teroris” yang berpartisipasi dalam penyanderaan itu telah tewas. Jumlah pelaku penyanderaan yang tewas ini tidak dimasukkan ke dalam jumlah korban tewas.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Otoritas Pakistan menuduh negara tetangga mereka, Afghanistan, telah memberikan tempat berlindung bagi kelompok militan untuk merencanakan dan melancarkan serangan di wilayahnya. Tuduhan semacam ini telah dibantah keras oleh Kabul, yang kini dikuasai Taliban.

    “Para militan itu melakukan kontak dengan handler mereka di Afghanistan,” tuding Chaudhry dalam pernyataannya.

    BLA telah aktif selama lebih dari dua dekade di wilayah pegunungan Balochistan, provinsi yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan.

    BLA sebelumnya mengklaim bertanggung jawab atas serangan pada Februari lalu yang menewaskan 17 tentara paramiliter, dan mengklaim serangan yang didalangi seorang wanita pengebom bunuh diri yang menewaskan seorang tentara bulan ini.

    Pasukan keamanan Pakistan telah memerangi pemberontakan selama puluhan tahun di Balochistan yang merupakan wilayah miskin. Namun tahun lalu, terjadi lonjakan angka tindak kekerasan di provinsi tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • PBB Tuduh Israel Lakukan Genosida-Kekerasan Seks di Gaza, Netanyahu Berang

    PBB Tuduh Israel Lakukan Genosida-Kekerasan Seks di Gaza, Netanyahu Berang

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memberikan reaksi keras terhadap laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menuduh Tel Aviv melakukan genosida dan kekerasan seks selama perang berkecamuk di Jalur Gaza. Netanyahu mengecam laporan itu “palsu dan absurd”.

    “Sirkus anti-Israel yang dikenal sebagai Dewan HAM PBB telah sejak lama terungkap sebagai badan yang anti-Semit, korup, mendukung teror, dan tidak relevan,” kecam Netanyahu dalam pernyataan yang dirilis oleh kantor PM Israel, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Sabtu (15/3/2025).

    “Bukannya fokus pada kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan oleh organisasi teroris Hamas dalam pembantaian paling parah terhadap orang-orang Yahudi sejak Holocaust, PBB sekali lagi memilih untuk menyerang negara Israel dengan tuduhan palsu, termasuk klaim-klaim absurd,” sebutnya.

    Laporan terbaru yang dirilis oleh Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB menuduh Israel telah melakukan “tindakan genosida” terhadap warga Palestina dengan secara sistematis menghancurkan fasilitas perawatan kesehatan perempuan selama perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Laporan PBB itu juga menuding Israel menggunakan kekerasan seksual sebagai strategi perang.

    “Otoritas Israel telah menghancurkan sebagian kapasitas reproduksi warga Palestina di Gaza sebagai sebuah kelompok, termasuk dengan memberlakukan tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kelahiran, salah satu kategori tindakan genosida dalam Statuta Roma dan Konvensi Genosida,” demikian bunyi laporan PBB tersebut.

    Tindakan-tindakan tersebut, ditambah lonjakan kematian ibu karena akses terbatas ke pasokan medis, menurut laporan PBB itu, merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan, berupa praktik pemusnahan.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Laporan tersebut menuduh pasukan keamanan Israel menggunakan tindakan menelanjangi di depan umum dan kekerasan seksual sebagai bagian dari prosedur operasi standar ganda mereka untuk menghukum warga Palestina, setelah serangan mengejutkan dilancarkan Hamas terhadap Tel Aviv pada Oktober 2023.

    Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB yang beranggotakan tiga orang itu dibentuk oleh Dewan HAM PBB pada Mei 2021 untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hukum internasional di wilayah Israel dan Palestina.

    Sebelum Netanyahu menyatakan kecamannya, Israel telah menyampaikan penolakan mentah-mentah terhadap laporan PBB tersebut. Misi tetap Israel untuk PBB di Jenewa menggambarkan tuduhan dalam laporan itu sebagai tuduhan yang “tidak berdasar, bias, dan kurang kredibel”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump: Saya Minta Putin Selamatkan Nyawa Tentara Ukraina yang Terkepung di Kursk – Halaman all

    Trump: Saya Minta Putin Selamatkan Nyawa Tentara Ukraina yang Terkepung di Kursk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan ia meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menyelamatkan nyawa pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk, Rusia barat.

    Mereka terkepung setelah pasukan Rusia melancarkan serangan balasan untuk merebut kembali wilayahnya yang diduduki Ukraina sejak mereka memasuki Rusia pada Agustus tahun lalu.

    Menurut Institut Studi Perang (ISW), Rusia telah merebut kembali 655 km persegi wilayah Kursk, lebih dari separuh wilayah yang diduduki Ukraina.

    Trump, yang sebelumnya bertekad menengahi perdamaian Rusia-Ukraina, mengatakan ia meminta Putin untuk melindungi pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk.

    Presiden AS mengatakan militer Rusia telah mengepung sepenuhnya ribuan tentara Ukraina di Kursk yang berada dalam posisi yang sangat buruk dan rentan.

    “Saya mendesak Presiden Putin untuk menyelamatkan nyawa mereka,” kata Trump pada Jumat (14/3/2025).

    “Jika tidak, ini akan menjadi pembantaian yang belum pernah disaksikan dunia sejak Perang Dunia II. Tuhan memberkati mereka semua!” lanjutnya.

    Sebelumnya, Trump mengunggah unggahan di media sosial setelah utusannya, Steve Witkoff, yang bertemu dengan Putin di Moskow pada hari Kamis (13/3/2025) malam.

    Trump menggambarkan pertemuan itu sebagai pertemuan yang sangat bagus dan produktif.

    “Ada kemungkinan besar bahwa perang yang mengerikan dan berdarah ini akhirnya akan berakhir,” kata Trump, seperti diberitakan Reuters.

    Presiden AS juga mengisyaratkan usulan gencatan senjata AS yang diterima Ukraina minggu ini sedang dipertimbangkan oleh Rusia.

    Putin: Pasukan Ukraina Sebaiknya Menyerah

    Untuk menanggapi permintaan Trump, Putin mengatakan pasukan Ukraina yang terkepung di Kursk akan dijamin keamanannya jika mereka menyerahkan diri.

    “Pada saat yang sama, kami memahami seruan Presiden Trump untuk berpedoman pada pertimbangan kemanusiaan terkait para prajurit ini,” kata Putin dalam pidatonya, Jumat.

    “Jika mereka meletakkan senjata dan menyerah, pasukan Ukraina di wilayah Kursk akan dijamin kehidupan dan perlakuan yang layak,” tambahnya.

    Wakil ketua dewan keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengunggah di media sosial dan mengatakan jika pasukan Ukraina menolak meletakkan senjata, mereka semua akan dihancurkan secara sistematis dan tanpa ampun.

    Namun, militer Ukraina mengatakan tidak ada ancaman pengepungan, dan pasukannya mundur ke posisi yang lebih baik.

    Sehari sebelumnya pada Kamis (13/3/2025), Putin mempertanyakan usulan AS yang menyarankan Rusia dan Ukraina melakukan gencatan senjata selama 30 hari.

    Putin menyoroti pelaksanaan teknis usulan tersebut, termasuk apakah pasukan Ukraina yang berada di Kursk harus dibebaskan setelah mereka melakukan kejahatan terhadap warga sipil.

    “Haruskah kita membebaskan mereka setelah mereka melakukan kejahatan serius terhadap warga sipil?” kata Putin setelah sebelumnya mengatakan tentara musuh yang ditangkap di Kursk akan dianggap teroris, seperti diberitakan RBC.

    Selain itu, Putin juga menolak upaya apapun untuk menempatkan pasukan perjaga perdamaian dari Eropa di Ukraina.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Irak Klaim Bunuh Pimpinan ISIS Abu Khadija

    Irak Klaim Bunuh Pimpinan ISIS Abu Khadija

    Jakarta

    Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani mengatakan pasukannya berhasil membunuh pemimpin ISIS Abdullah Makki Muslih al-Rufay’i yang juga dikenal sebagai Abu Khadija. Dia mengatakan Abu Kadija adalah salah satu teroris yang paling berbahaya di Irak dan dunia.

    “Para Pahlawan Intelijen Nasional Irak, dengan dukungan dan koordinasi dari Komando Operasi Gabungan dan Pasukan Koalisi Internasional, berhasil melenyapkan teroris Abdullah Makki Muslih al-Rufay’i, yang dikenal sebagai (Abu Khadija),” kata Mohammed Shia al-Sudani dalam unggahan di X-nya, seperti dilihat Jumat (14/3/2025).

    Dilansir Reuters, PM Irak mengatakan Abu Khadija telah dibunuh oleh pasukan keamanan Irak, dengan dukungan dari koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS.

    Kelompok Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq (ISIS) diketahui memberlakukan aturan garis keras Islam atas jutaan orang di Suriah dan Irak selama bertahun-tahun. ISIS juga telah mencoba untuk bangkit kembali di Timur Tengah, Barat, dan Asia.

    Mantan pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi mendeklarasikan kekhalifahan atas seperempat wilayah Irak dan Suriah pada tahun 2014 sebelum ia terbunuh dalam serangan oleh pasukan khusus AS di Suriah barat laut pada tahun 2019 saat kelompok itu runtuh.

    Pada Juli tahun lalu, Komando Pusat AS mengatakan bahwa ISIS berusaha untuk membangun kembali setelah beberapa tahun mengalami penurunan kemampuan. Penilaian Komando Pusat AS itu berdasarkan klaim ISIS yang telah melancarkan 153 serangan di Irak dan Suriah pada paruh pertama tahun 2024. Angka ini akan menempatkan ISIS pada kecepatan untuk menggandakan jumlah serangan dari tahun sebelumnya.

    Lihat juga Video ‘Momen Warga Irak Bersukacita Sambut Serangan Iran ke Israel’:

    (lir/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Hakim AS Memperpanjang Deportasi Mahmoud Khalil, Mahasiswa Universitas Columbia Pro Palestina – Halaman all

    Hakim AS Memperpanjang Deportasi Mahmoud Khalil, Mahasiswa Universitas Columbia Pro Palestina – Halaman all

    Hakim AS Memperpanjang Deportasi Mahmoud Khalil, Mahasiswa Universitas Columbia

    TRIBUNNEWS.COM- Seorang hakim AS pada hari Rabu memperpanjang perintahnya yang memblokir otoritas federal untuk mendeportasi seorang mahasiswa Universitas Columbia yang ditahan dalam kasus yang telah menjadi titik api janji pemerintahan Trump untuk mendeportasi beberapa aktivis perguruan tinggi pro-Palestina, Reuters telah melaporkan.

    Hakim Pengadilan Distrik AS Jesse Furman telah memblokir sementara deportasi Mahmoud Khalil pada awal minggu ini, dan memperpanjang larangan tersebut pada hari Rabu dalam perintah tertulis setelah sidang di Pengadilan Federal Manhattan untuk memberi dirinya lebih banyak waktu untuk mempertimbangkan apakah penangkapan mahasiswa itu tidak konstitusional.

    Hakim Furman juga memerintahkan agar Khalil diizinkan melakukan dua panggilan telepon pribadi selama dua jam dengan pengacaranya, satu pada hari Rabu dan satu pada hari Kamis, setelah Kassem mengatakan bahwa satu-satunya panggilan telepon Khalil dengan anggota tim hukumnya dari tahanan di Louisiana sejauh ini terputus sebelum waktunya dan berada pada saluran yang direkam dan dipantau oleh pemerintah.

    Bahkan sebelum Furman memblokirnya, tidak ada indikasi bahwa deportasi Khalil akan segera terjadi. Ia berhak mengajukan pembelaannya untuk menghindari deportasi di hadapan hakim terpisah di pengadilan imigrasi, yang merupakan proses yang berpotensi panjang.

    Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) mengatakan bahwa Khalil, 30 tahun, dapat dideportasi berdasarkan ketentuan hukum yang menyatakan bahwa migran yang kehadirannya di negara tersebut dianggap oleh Menteri Luar Negeri AS tidak sesuai dengan kebijakan luar negeri dapat dideportasi, menurut dokumen yang dilihat oleh Reuters .

    “Menteri Luar Negeri telah menetapkan bahwa kehadiran atau aktivitas Anda di Amerika Serikat akan menimbulkan konsekuensi kebijakan luar negeri yang serius bagi Amerika Serikat,” demikian bunyi dokumen DHS tertanggal 9 Maret, yang memerintahkan Khalil untuk hadir di hadapan hakim imigrasi pada tanggal 27 Maret. Dokumen tersebut tidak memberikan perincian tambahan, dan DHS tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Pengacara Khalil mengatakan bahwa penangkapannya pada hari Sabtu oleh agen DHS di luar kediaman universitasnya di Manhattan adalah sebagai balasan atas advokasinya yang blak-blakan terhadap serangan militer Israel di Gaza menyusul serangan lintas perbatasan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, dan dengan demikian melanggar hak Khalil untuk kebebasan berbicara berdasarkan Amandemen Pertama Konstitusi AS.

    “Tuan Khalil diidentifikasi, menjadi sasaran, ditahan dan sedang diproses untuk deportasi karena advokasinya terhadap hak-hak Palestina,” kata pengacara Khalil, Ramzi Kassem di pengadilan.

    Brandon Waterman, seorang pengacara pemerintah, mengatakan bahwa tantangan Khalil terhadap penangkapannya harus dipindahkan ke New Jersey, tempat ia ditahan saat pengacaranya pertama kali meminta pembebasannya, atau Louisiana, tempat ia ditahan saat ini.

    Di luar gedung pengadilan Manhattan pada hari Rabu, Kassem mengatakan kepada wartawan bahwa ketentuan hukum yang dirujuk DHS jarang digunakan dan tidak dimaksudkan untuk membungkam perbedaan pendapat.

    Dalam wawancara media pertamanya , Noora Abdalla, istri Khalil, mengatakan kepada Reuters setelah sidang bahwa dia berharap suaminya akan bebas dan kembali ke New York tepat waktu untuk kelahiran anak pertama mereka, yang akan lahir bulan depan.

    “Sangat sulit untuk tidak bersamanya,” katanya. “Ada banyak emosi dan rasa sakit. Dia selalu ada untuk saya di setiap langkah.”

    Khalil lahir dan dibesarkan di kamp pengungsi Palestina di Suriah dan pergi ke AS dengan visa pelajar pada tahun 2022, dan menjadi penduduk tetap tahun lalu. Ia merupakan anggota terkemuka gerakan protes Columbia terhadap serangan genosida Israel terhadap warga Palestina di Gaza.

    Presiden AS Donald Trump menuduh di media sosial bahwa Khalil mendukung Hamas, tetapi pemerintahannya belum mendakwanya dengan kejahatan apa pun dan belum memberikan bukti yang menunjukkan dugaan dukungan Khalil terhadap gerakan tersebut, yang ditetapkan sebagai “entitas teroris global” oleh AS.

    Pemerintahan Trump mengklaim bahwa protes pro-Palestina di kampus-kampus, termasuk Columbia, telah mencakup dukungan untuk Hamas dan pelecehan anti-Semit terhadap mahasiswa Yahudi. Penyelenggara protes mahasiswa mengatakan kritik terhadap Israel secara keliru disamakan dengan anti-Semitisme.

    “Ini bukan tentang kebebasan berbicara,” kata Menteri Luar Negeri Marco Rubio kepada wartawan pada hari Rabu saat berkunjung ke Irlandia. “Menjadi pendukung Hamas dan datang ke universitas kami serta mengacaukannya… Jika Anda memberi tahu kami bahwa itulah yang ingin Anda lakukan saat datang ke Amerika, kami tidak akan pernah mengizinkan Anda masuk.”

    Kasus ini pada akhirnya dapat menguji di mana pengadilan imigrasi menarik garis antara kebebasan berbicara yang dilindungi dan dugaan dukungan terhadap kelompok yang ditetapkan AS sebagai teroris.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • Taliban Menyangkal Terlibat Pembajakan Kereta di Pakistan: Fokus pada Masalahmu Sendiri – Halaman all

    Taliban Menyangkal Terlibat Pembajakan Kereta di Pakistan: Fokus pada Masalahmu Sendiri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Taliban di Afghanistan membantah tuduhan yang menyebutkan mereka terlibat dalam aksi pembajakan kereta di Balochistan, Pakistan.

    Insiden pembajakan yang terjadi Selasa (11/3/2025) kemarin dilaporkan menewaskan sedikitnya 25 orang dan menambah ketegangan antara kedua negara.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Abdul Qahar Balkhi menyatakan tuduhan yang diajukan oleh militer Pakistan adalah “tak berdasar.”

    “Kami dengan tegas menolak tuduhan tak berdasar dari Juru bicara militer Pakistan, yang mengaitkan serangan terhadap kereta penumpang di provinsi Balochistan dengan Afghanistan,” kata Balkhi, dikutip dari India Times.

    Menurutnya, Taliban tidak terlibat dalam insiden tersebut dan mendesak Pakistan untuk fokus pada penanganan masalah keamanan internalnya daripada membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab.

    “Jangan kaitkan Afghanistan dengan masalah Anda,” tulisnya dalam unggahan di X (Twitter), dikutip dari Anadolu, VOA.

    Balkhi juga menegaskan bahwa tidak ada anggota oposisi Baloch yang beroperasi dari wilayah Afghanistan.

    Juru bicara Taliban lainnya, Zabihullah Mujahid mengatakan tuduhan tersebut hanyalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari masalah internal Pakistan.

    “Pakistan harus fokus pada masalah keamanannya sendiri daripada mengeluarkan tuduhan tanpa dasar terhadap Afghanistan,” ujar Mujahid.

    Militer Pakistan menyatakan bahwa militan yang terlibat dalam pembajakan tersebut berkomunikasi langsung dengan pengurus mereka yang berada di Afghanistan selama operasi penyelamatan.

    “Serangan itu diatur dan diarahkan oleh para pemimpin teroris yang beroperasi dari Afghanistan,” kata Juru bicara militer Pakistan, Letjen Ahmed Sharif Chaudhry.

    Militer Pakistan juga menuduh bahwa para teroris menggunakan telepon satelit untuk berkomunikasi dengan pengurus mereka di Afghanistan selama insiden tersebut.

    Pakistan terus menuntut agar Taliban bertanggung jawab atas kelompok-kelompok teroris yang beroperasi dari wilayah Afghanistan.

    “Pakistan telah berulang kali meminta Afghanistan untuk menanggulangi kelompok-kelompok teroris yang beroperasi di wilayahnya,” kata juru bicara militer Pakistan, Mayor Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry.

    Beberapa kelompok oposisi di Afghanistan, termasuk Jamiat-e-Islami dan Front Perlawanan Nasional (NRF), mengkritik kebijakan Taliban terkait terorisme.

    Jamiat-e-Islami mengaitkan peningkatan aktivitas teroris dengan pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban.

    Sementara NRF menuduh Taliban memberikan tempat berlindung bagi kelompok-kelompok teroris yang menyebabkan ketidakstabilan di wilayah tersebut.

    Kronologi Serangan Terhadap Kereta di Balochistan

    Dikutip dari Anadolu Agency dan AFP, kelompok separatis Baloch telah beberapa kali menyerang kereta Jaffar Express dalam beberapa tahun terakhir.

    Pada November 2024, serangan besar terjadi di stasiun kereta api Quetta, di mana seorang pembom bunuh diri meledakkan dirinya, menewaskan 30 orang.

    Sebelumnya, pada Agustus 2024, penyerang meledakkan rel kereta di Balochistan, menyebabkan penghentian layanan kereta selama dua bulan, dan pada Januari 2024, bom meledak di jalur kereta di Bolan, melukai 13 orang.

    Pada Selasa (11/3/2025), militan separatis dari Tentara Pembebasan Baloch (BLA) menyerang dan membajak kereta Jaffar Express yang tengah dalam perjalanan dari Quetta menuju Peshawar.

    Serangan dimulai dengan ledakan yang merusak rel kereta, membuat kereta berhenti.

    Militan kemudian menyandera lebih dari 450 penumpang, yang menyebabkan baku tembak yang menewaskan tiga orang.

    Pasukan keamanan Pakistan berhasil membebaskan 155 sandera, namun beberapa penumpang dan masinis tewas dalam penyergapan tersebut.

    Sebanyak 27 militan tewas dalam operasi penyelamatan.

    BLA mengklaim akan menukar sandera dengan “aktivis politik Baloch” serta anggota BLA yang dipenjara.

    Pemerintah Pakistan mengutuk serangan ini dan mengirim pasukan tambahan ke Balochistan, dan melanjutkan operasi penyelamatan.

    Beberapa korban selamat mengungkapkan bagaimana militan menargetkan penumpang yang berasal dari luar Balochistan.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Iming-iming Duit, Intelijen Rusia Rekrut Remaja Ukraina untuk Serangan Teroris di Ivano-Frankivsk – Halaman all

    Iming-iming Duit, Intelijen Rusia Rekrut Remaja Ukraina untuk Serangan Teroris di Ivano-Frankivsk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Dinas Keamanan Ukraina (SBU) melaporkan pada Selasa (11/3/2025) melam kemarin, dua remaja Ukraina yang direkrut oleh intelijen Rusia melakukan serangan teroris di kota barat Ivano-Frankivsk.

    Dalam aksi tersebut, mereka meledakkan diri di dekat stasiun kereta api, yang tak jauh sebuah gedung bertingkat tinggi.

    Akibat ledakan tersebut satu korban tewas dan tiga orang lainnya terluka.

    Menurut laporan dari Dinas Keamanan Ukraina (SBU), agen intelijen Rusia merekrut dua remaja berusia 15 dan 17 tahun melalui saluran Telegram.

    Mereka diiming-imingi uang sebagai imbalan.

    Mereka dijanjikan hadiah untuk melakukan serangkaian serangan teroris di kota tersebut.

    SBU mengungkapkan bahwa agen Rusia menyewa sebuah apartemen untuk para remaja itu di dekat stasiun kereta api.

    Di sana, mereka diminta untuk merakit dua alat peledak yang disamarkan sebagai termos.

    Kedua alat peledak tersebut dilengkapi dengan detonator yang dapat diaktifkan dari jarak jauh, Kyiv Independent melaporkan.

    Ketika kedua remaja itu sedang dalam perjalanan untuk menanam bahan peledak, agen Rusia mengaktifkan perangkat yang ada di dalam tas mereka.

    Ledakan itu menyebabkan remaja berusia 17 tahun tewas seketika, sementara remaja berusia 15 tahun mengalami luka serius dan dilarikan ke rumah sakit.

    Pihak berwenang juga melaporkan bahwa dua orang yang sedang melintas, seorang pria berusia 20 tahun dan seorang wanita berusia 23 tahun, turut mengalami luka-luka akibat ledakan tersebut.

    Operasi Rahasia

    Menurut Serhii Andrushchenko, Wakil Kepala SBU, taktik yang digunakan oleh Rusia dalam serangan ini adalah bagian dari operasi rahasia yang memungkinkan mereka melakukan serangan teroris sambil menghindari risiko bagi pelaku yang direkrut.

    Para remaja ini, yang sedang mencari uang tambahan, dipaksa untuk terlibat dalam kegiatan kriminal melalui perekrutan daring.

    SBU juga menambahkan bahwa jika remaja berusia 15 tahun itu dijatuhi hukuman, dia bisa menghadapi hukuman penjara seumur hidup, united24media melaporkan.

    Tindakan mereka termasuk terlibat dalam aksi teroris yang mengakibatkan kematian dan memproduksi bahan peledak secara ilegal.

    Selain itu, pihak berwenang sedang menyelidiki keterlibatan dua gadis berusia 15 tahun yang ada dalam kelompok yang sama dengan para tersangka.

    Mereka mungkin juga akan menghadapi konsekuensi hukum.

    Kasus ini menambah panjang daftar upaya Rusia yang memanfaatkan media sosial untuk merekrut anak di bawah umur sebagai pelaku serangan teroris.

    Sebelumnya, pada bulan Februari, Rusia juga merekrut penyerang untuk ledakan mematikan di kantor pendaftaran militer di Rivne.

    Rusia bahkan berusaha menjadikan seorang gadis berusia 15 tahun sebagai pelaku bom bunuh diri, memaksanya membawa alat peledak ke kantor polisi di Chernihiv.

    Kejadian ini mengungkap betapa mudahnya pihak yang terlibat dalam konflik memanfaatkan kerentanannya remaja untuk melakukan tindakan kekerasan.

    Ini juga menunjukkan betapa pentingnya kewaspadaan terhadap penyalahgunaan media sosial yang dapat mengeksploitasi anak-anak muda untuk kepentingan terorisme.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Jajaki Garis Depan Pertempuran, Putin Kenakan Seragam Militer untuk Pertama Kalinya Sejak Perang – Halaman all

    Jajaki Garis Depan Pertempuran, Putin Kenakan Seragam Militer untuk Pertama Kalinya Sejak Perang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Rusia Vladimir Putin mengenakan seragam militer lengkap untuk pertama kalinya sejak melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Rabu (12/3/2025).

    Dilansir Newsweek, keputusan Putin untuk mengenakan seragam militer tampaknya bertujuan memperkuat citranya sebagai pemimpin di masa perang.

    Putin juga dinilai ingin meningkatkan moral tentaranya menjelang kemungkinan perundingan damai untuk mengakhiri konflik.

    Ia mengenakan pakaian militer tersebut saat mengunjungi pos komando di garis depan pertempuran wilayah Kursk, Rusia bagian barat, yang berbatasan dengan Ukraina.

    Di sana, ia mengusulkan pembentukan “zona penyangga” di sepanjang perbatasan.

    Kunjungan ke Kursk ini merupakan yang pertama bagi Putin sejak wilayah tersebut diserang oleh Ukraina pada Agustus lalu.

    Dalam kunjungannya, Putin menyerukan agar pasukannya segera memukul mundur pasukan Ukraina dari wilayah tersebut secepat mungkin, demikian menurut laporan media pemerintah Rusia.

    Pasukan Rusia, yang dibantu oleh tentara Korea Utara, dilaporkan berhasil merebut kembali kendali atas beberapa desa di wilayah Kursk baru-baru ini.

    “Saya berharap semua tugas tempur yang dihadapi unit kita dapat diselesaikan, dan wilayah Kursk segera dibebaskan sepenuhnya dari musuh,” ujar Putin.

    “Tentu saja, saya ingin meminta Anda untuk mempertimbangkan pembentukan zona penyangga di sepanjang perbatasan negara di masa mendatang,” tambahnya saat mengunjungi pos komando.

    “Pasukan Ukraina akan diperlakukan sebagai teroris sesuai dengan hukum Federasi Rusia,” tegas Putin.

    Potensi Perundingan Damai

    Kemunculan Putin dengan seragam tempur bertepatan dengan agenda kunjungan utusan Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, ke Moskow minggu ini. 

    Witkoff disebut membawa usulan gencatan senjata untuk Kremlin serta membahas ketentuan perjanjian damai.

    Menurut juru bicara Gedung Putih Caroline Leavitt, Witkoff akan berada di Moskow dari 12 Maret hingga 16 Maret. 

    Namun, dia tidak mengungkapkan dengan siapa Witkoff akan bertemu.

    Laporan dari Bloomberg menyatakan bahwa Witkoff diperkirakan akan bertemu langsung dengan Putin. 

    Sebelumnya pada 11 Maret di Jeddah, Amerika Serikat mengusulkan rencana gencatan senjata Rusia-Ukraina selama 30 hari.

    Ukraina menyetujui usulan tersebut, yang membuat AS untuk melanjutkan pembagian informasi intelijen dan bantuan keamanan.

    Setelah itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengonfirmasi bahwa usulan gencatan senjata akan secara resmi disampaikan kepada Rusia. 

    Namun, Putin berulang kali menyatakan bahwa Rusia tidak menginginkan gencatan senjata sementara.

    Ia beralasan bahwa negara-negara NATO dapat menggunakan jeda tersebut untuk mempersenjatai kembali Ukraina.

    Meski Rusia belum secara resmi merespons usulan gencatan senjata 30 hari tersebut, dua sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan bahwa Kremlin telah memberikan daftar tuntutannya.

    Dilansir Reuters dan Sky News, para pejabat dari kedua belah pihak telah membahas persyaratan tersebut selama tiga minggu terakhir, ujar sumber tersebut.

    Tuntutan dari Rusia meliputi:

    1. Tidak ada keanggotaan NATO untuk Ukraina

    2. Perjanjian untuk tidak mengerahkan pasukan asing di Ukraina

    3. Pengakuan internasional atas klaim Vladimir Putin atas Krimea dan empat provinsi Ukraina (Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, dan Kherson) 

    Namun komitmen Putin terhadap kemungkinan perjanjian gencatan senjata masih belum pasti, dengan rincian yang belum diselesaikan.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)