Kasus: Teroris

  • Rusia Kutuk Israel Kembali Serang Gaza, Buat 413 Orang Tewas

    Rusia Kutuk Israel Kembali Serang Gaza, Buat 413 Orang Tewas

    Jakarta CNBC Indonesia – Rusia mengutuk pemboman Israel yang kembali di Jalur Gaza. Serangan itu menjadi yang paling mematikan sejak gencatan senjata berlaku antara Israel dan Hamas, Januari.

    Hingga kini serangan yang terjadi Selasa (18/3/2025) telah menewaskan ratusan orang. Menurut kementerian kesehatan Gaza, setidaknya 413 orang tewas dalam serangan terbaru itu.

    “Moskow sangat menyesalkan dimulainya kembali operasi militer Israel di Jalur Gaza,” kata kementerian luar negeri Rusia, dikutip AFP.

    “Rusia mengutuk keras tindakan apa pun yang menyebabkan kematian warga sipil dan penghancuran infrastruktur sosial.”

    Kremlin mengatakan sebelumnya bahwa mereka khawatir serangan tersebut akan menyebabkan eskalasi spiral. Pemerintah Presiden Vladimir Putin mengaku memantau situasi dengan sangat cermat.

    “Kami menunggu situasi kembali damai,” kata juru bicara Dmitry Peskov kepada wartawan.

    Sebelumnya, (PM) Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan operasi itu diperintahkan setelah “penolakan berulang Hamas” untuk membebaskan sandera yang ditawan selama serangan Oktober 2023. Operasi itu sendiri dikatakan diketahui oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Sejak melancarkan serangan ke Ukraina, Rusia telah menjalin hubungan yang lebih erat dengan Iran, yang mendukung Hamas dan Hizbullah, sambil mempertahankan hubungan yang umumnya baik dengan Israel. Pengaruh Moskow di kawasan itu sebenarnya sedikit berkurang sejak sekutunya Bashar al-Assad digulingkan oleh pemberontak Suriah tahun lalu.

    Sebelumnya, Qatar, Mesir, dan AS memediasi fase awal gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari. Fase ini sebagian besar menghentikan pertempuran selama lebih dari 15 bulan di Gaza.

    Fase pertama itu berakhir pada awal Maret, dan meskipun kedua belah pihak sejak itu menahan diri dari perang habis-habisan, mereka belum dapat menyetujui langkah selanjutnya untuk perundingan gencatan senjata. Israel juga telah melakukan serangan hampir setiap hari di Gaza, tetapi tidak dalam skala operasi hari Selasa.

    Dalam sebuah posting di Telegram pada dini hari Selasa, tentara Israel mengatakan bahwa mereka “melakukan serangan besar-besaran terhadap target teror milik organisasi teroris Hamas di Jalur Gaza”. Israel memerintahkan semua sekolah yang dekat dengan wilayah tetangga Gaza ditutup, karena pemerintah mengatakan akan meningkatkan aksi militer terhadap Hamas.

    Hamas merespons hal itu seraya mengatakan Israel memutuskan untuk mengorbankan sanderanya dengan meluncurkan kembali operasi militer besar-besaran di Jalur Gaza. Langkah Negeri Zionis tersebut telah menghancurkan periode tenang sejak gencatan senjata bulan Januari.

    (sef/sef)

  • BNPT Masuk RUU TNI, Komisi I: Untuk Berantas Teroris, Tentara Dilibatkan

    BNPT Masuk RUU TNI, Komisi I: Untuk Berantas Teroris, Tentara Dilibatkan

    Bisnis.com, JAKARTA – Anggota Komisi I DPR dari Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) TB Hasanuddin menegaskan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) masuk dalam revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (RUU TNI), sebagai lembaga yang bisa diduduki oleh prajurit TNI aktif.

    Dengan demikian, dia pun mengamini para prajurit TNI aktif yang duduk di BNPT akan langsung dilibatkan dalam memberantas terorisme yang ada di Indonesia.

    “Ya dalam operasi militer selain perang [OMSP] untuk pemberantasan teroris Tentara Nasional Indonesia [TNI] dilibatkan,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (18/3/2025).

    Lebih jauh, TB menerangkan patroli pengerahan prajurit TNI dalam OMSP dilakukan melalui berbagai macam kebijakan. Ada yang melalui persetujuan DPR RI (dinyatakan sebagai dasar kebijakan politik negara) dan berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) atau Peraturan Presiden (Perpres).

    “Yang membedakan begini, kalau itu melibatkan penggunaan kekuatan sampai kemudian berakibat fatal soal misalnya masalah-masalah sosial, masalah nyawa, dan sebagainya, maka itu dikomunikasikan dengan DPR. Sementara misalnya saja, membantu ada bencana alam, ya itu tidak usah ke DPR,” jelasnya.

    Di lain sisi, legislator PDIP ini merincikan dalam revisi UU TNI, terdapat 15 kementerian/lembaga (K/L) yang bisa diduduki TNI aktif. Ada penambahan lima pos dari UU sebelumnya yang hanya boleh 10 K/L.

    “Lima [K/L] yang baru atau yang memang berdasarkan Undang-Undang [K/L] yang sudah existing. Yaitu BNPT, BNPB, Kejaksaan Agung, Bakamla, dan BNPP. Sementara yang didrop adalah KKP, itu clearya,” tegas TB.

  • Ada Peran Donald Trump di Balik Serangan Israel Penjajah di Gaza

    Ada Peran Donald Trump di Balik Serangan Israel Penjajah di Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Baru-baru ini Israel kembali melancarkan serangan mematikan terhadap Gaza, penyerangan tersebut tampaknya telah mengakhiri gencatan senjata yang baru 2 bulan berjalan.

    Dilaporkan bahwa sedikitnya belasan orang meninggal dunia dan lebih banyak lagi korban yang terluka, seorang dokter asal Palestina mengungkapkan adanya kemungkinan korban tewas dari penyerangan tersebut lebih dari 100 orang.

    Menteri Pertahanan Israel, Katz, beralasan penyerangan yang dilakukan imbas penolakan Hamas untuk membebaskan lebih banyak sandera, setelah sebelumnya 33 orang telah dilepaskan.

    “Tadi malam, kami melanjutkan pertempuran di Gaza karena penolakan Hamas untuk membebaskan para sandera dan ancamannya untuk melukai tentara dan masyarakat Israel. Jika Hamas tidak membebaskan semua sandera, gerbang neraka akan terbuka di Gaza, dan para pembunuh dan pemerkosa Hamas akan menghadapi IDF dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ucapnya tegas.

    “Kami tidak akan berhenti bertempur sampai semua sandera kembali ke rumah dan semua tujuan perang tercapai,” kata Katz lagi dalam sebuah pernyataan.

    Peran Donald Trump dalam Penyerangan Gaza

    Di sisi lain, juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt mengatakan kepada Fox News bahwa Pemerintahan Donald Trump diajak berkonsultasi pada, Senin 17 Maret 2025 oleh Israel mengenai serangan mematikannya di Gaza.

    “Pemerintahan Trump dan Gedung Putih diajak berkonsultasi oleh Israel mengenai serangan mereka di Gaza malam ini,” kata sekretaris pers Gedung Putih itu.

    Leavitt juga kembali menyinggu pernyataan Trump terkait kedudukan AS dalam memerangi ‘teroris’.

    “Seperti yang telah dijelaskan oleh Trump sebelumnya, baik Hamas, Houthi, Iran semua pihak yang berusaha meneror, tidak hanya menghadapi Israel saja, tetapi juga Amerika Serikat, (mereka) ada harga yang harus dibayar,” tuturnya.

    Donald Trump juga mengecam tindakan Hamas yang belum membebaskan para sanderan, ia bahkan mengancam akan ada kekacauan yang terjadi.

    Menurut laporan, tiga kapal induk AS sedang menuju Iran menyusul serangan Israel terhadap Gaza.

    Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun terjadi pada 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas Palestina menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut sekutu Israel.

    Serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan setempat, sekaligus memicu tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah Israel. Serangan tersebut telah menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi dan menyebabkan krisis kelaparan.

    Trump juga dikecam atas rencananya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan rencana AS untuk mengambil alih wilayah itu. Kelompok hak asasi manusia, PBB, Palestina, dan negara-negara Arab mengatakan usulan dari Trump yang menggambarkan rencana pembangunan kembali, akan menjadi pembersihan etnis atau genosida untuk masyarakat Palestina.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • AS Deportasi Profesor Lebanon Usai Hadiri Pemakaman Pemimpin Hizbullah

    AS Deportasi Profesor Lebanon Usai Hadiri Pemakaman Pemimpin Hizbullah

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) mendeportasi seorang doktor dan profesor asal Lebanon yang bekerja di universitas terkemuka di AS. Deportasi itu dilakukan setelah sang profesor diketahui menghadiri pemakaman pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut bulan lalu.

    Foto-foto terkait Hizbullah juga dilaporkan ditemukan pada telepon genggam milik sang profesor wanita tersebut.

    Rasha Alawieh yang berusia 34 tahun ini, seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (18/3/2025), merupakan seorang doktor dan profesor pada Brown University yang ada di Rhode Island, AS. Dia ditahan dan dideportasi beberapa jam kemudian setelah mendarat di Bandara Logan, Boston, AS.

    Penahanan dan deportasi Alawieh itu dilaporkan terjadi pada Jumat (14/3) pekan lalu.

    Departemen Keamanan Dalam Negeri AS (DHS), dalam pernyataan via media sosial X, menyebut Alawieh terbang ke Beirut untuk secara khusus menghadiri pemakaman Nasrallah, yang tewas dalam serangan Israel di Lebanon beberapa bulan lalu.

    “Visa adalah keistimewaan, bukan hak — mengagungkan dan mendukung teroris yang telah membunuh warga Amerika menjadi alasan penolakan penerbitan visa. Ini adalah keamanan yang masuk akal,” tegas DHS dalam pernyataannya.

    Menurut laporan media POLITICO, otoritas AS menemukan “foto-foto dan video simpatik” terhadap pejabat-pejabat senior Hizbullah dalam folder item yang baru-baru ini dihapus pada telepon genggam milik Alawieh.

    Alawieh juga dilaporkan mengakui dirinya menghadiri pemakaman Nasrallah, yang digelar di Beirut bulan lalu, dan mengatakan bahwa dirinya mendukung Nasrallah “dari sudut pandang agama”, bukan sudut pandang politik.

    “CBP (Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS) menanyai Dr Alawieh dan memutuskan bahwa niat sebenarnya dari dirinya di Amerika Serikat tidak dapat dipastikan,” tulis asisten jaksa AS, Michael Sady, dalam dokumen yang diajukan ke pengadilan untuk deportasi.

    Alawieh, menurut laporan POLITICO, pertama kali datang ke AS tahun 2018 ketika mengikuti beasiswa nefrologi — ilmu tentang seluk-beluk ginjal — di Ohio State University. Dia juga pernah menempuh pendidikan di Yale dan University of Washington.

    Persidangan untuk kasus Alawieh dijadwalkan pada Senin (17/3) waktu setempat, setelah pengacara yang mewakili Alawieh mengajukan gugatan hukum untuk melawan deportasi itu. Menurut POLITICO, persidangan itu ditunda hingga pekan depan.

    Namun meskipun hakim pengadilan AS menetapkan Alawieh tidak akan dideportasi tanpa ada pemberitahuan pengadilan, para agen CBP menempatkan Alawieh dalam pesawat tujuan Prancis pada Jumat (14/3) lalu. CBP mengatakan pihaknya tidak menerima perintah pengadilan itu sebelum Alawieh diterbangkan keluar AS.

    Deportasi terhadap Alawieh ini dilakukan saat pemerintahan Presiden Donald Trump sedang marak menindak tegas warga negara asing di AS, baik yang tinggal secara ilegal ataupun secara legal, atas tindakan dan pandangan politik mereka.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan – Halaman all

    Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Panglima Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, Mayor Jenderal Hossein Salami, bersumpah bahwa serangan apa pun terhadap Iran akan dibalas dengan respons yang “menghancurkan”.

    Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ancaman dari Amerika Serikat terhadap Teheran.

    Salami menegaskan bahwa setiap Ancaman AS dan Israel terhadap Iran akan disikapi dengan reaksi keras dan tegas.

    “Jika kami menyerang di mana pun atau mendukung siapa pun, kami akan mengumumkannya dengan tegas,” ujar Salami, dikutip dari media Iran pada Minggu (15/3/2025),

    Ia juga menegaskan bahwa Iran tidak memiliki peran dalam menetapkan kebijakan kelompok faksi perlawanan, termasuk Ansarallah (Houthi) di Yaman.

    Menurutnya, keputusan strategis tetap berada di tangan masing-masing kelompok.

    Pernyataan Trump dan Serangan Terhadap Yaman Pernyataan ini menyusul eskalasi konflik setelah Presiden AS, Donald Trump, mengeluarkan ancaman keras terhadap Iran dan Houthi di Yaman.

    Dalam unggahan di platform Truth Social, Trump menegaskan bahwa AS tidak akan mentoleransi serangan Houthi terhadap jalur pelayaran internasional.

    “Kepada semua teroris Houthi, waktu kalian sudah habis! Jika serangan kalian tidak dihentikan, neraka akan menghancurkan kalian dengan sangat besar!” tulis Trump.

    “Kepada Iran: Dukungan terhadap teroris Houthi harus segera diakhiri! Jangan mengancam rakyat Amerika atau jalur pelayaran dunia. Jika Anda melakukannya, bersiaplah menghadapi konsekuensinya!” tambahnya.

    Setelah pernyataan Trump, AS dan Inggris melancarkan serangan udara ke wilayah permukiman di ibu kota Yaman, Sanaa, pada Sabtu (15/3/2025).

    Serangan ini menewaskan sedikitnya 31 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.

    Blokade Laut Merah dan Respons Yaman Serangan ini terjadi beberapa hari setelah Yaman kembali menerapkan blokade terhadap kapal-kapal Israel di Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden.

    Juru bicara Ansarallah, Mohammad Abdel Salam, mengatakan bahwa klaim AS tentang ancaman terhadap pelayaran internasional adalah tidak benar.

    Ia menegaskan bahwa blokade Yaman hanya ditujukan kepada kapal-kapal Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Gaza.

    Ancaman Nuklir dan Ketegangan AS-Iran Di sisi lain, Trump juga mengancam Iran terkait program nuklirnya.

    Dalam pernyataan pada 7 Maret, ia mengatakan bahwa ada dua cara untuk menangani Iran, yaitu melalui negosiasi atau tindakan militer.

    Laporan intelijen AS menyebutkan bahwa Israel telah merencanakan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, yang diperkirakan bisa terjadi dalam tahun ini.

    Iran menolak perundingan nuklir yang dilakukan di bawah tekanan dan sanksi.

    Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam kebijakan AS yang disebutnya tidak memiliki kewenangan untuk mengatur kebijakan luar negeri Iran.

    “Akhiri dukungan terhadap genosida dan terorisme Israel. Hentikan pembunuhan terhadap warga Yaman,” ujar Araghchi, Minggu (16/3/2025).

    AS-Inggris vs Houthi Yaman

    Kelompok Houthi Yaman melancarkan serangan balasan terhadap kapal perang Amerika Serikat (AS) yang beroperasi di Laut Merah pada Minggu (16/3/2025).

    Juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengonfirmasi kelompoknya menembakkan 18 rudal balistik dan jelajah, serta sejumlah drone ke arah kapal perang AS, termasuk kapal induk USS Harry S Truman.

    Dikutip dari Middle East Monitor, Houthi mengklaim serangan ini merupakan respons terhadap serangan udara AS-Inggris yang terjadi pada Sabtu (15/3/2025) malam di beberapa kota Yaman.

    Serangan udara tersebut mengakibatkan sedikitnya 31 korban tewas dan lebih dari 100 orang luka-luka, sebagaimana dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi.

    Beberapa jam setelah serangan balasan Houthi, AS kembali melancarkan serangan udara pada Senin (17/3/2025).

    Eskalasi yang dilancarkan AS menghantam kota pelabuhan Hodeidah di Yaman barat.

    Serangan tersebut menargetkan toko kapas di distrik Zabid, Provinsi Al-Hodeidah.

    Kementerian Pertanian Yaman mengutuk serangan ini.

    Pihak berwenang menyebutnya sebagai tindakan yang memperburuk penderitaan warga sipil.

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi melaporkan bahwa serangan AS di Sanaa menewaskan sedikitnya 53 orang, termasuk lima wanita dan dua anak-anak, serta melukai lebih dari 100 orang.

    Dalam pernyataan terpisah, pemimpin Houthi, Abdul Malik Al-Houthi, menegaskan militannya akan terus melancarkan serangan terhadap kapal-kapal AS dan sekutunya, jika serangan udara terhadap Yaman tidak dihentikan.

    “Kami akan menanggapi musuh Amerika dengan serangan rudal dan menargetkan kapal perang serta kapal angkatan laut mereka,” ujar Abdul Malik Al-Houthi, dikutip dari Al Jazeera.

    Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menanggapi ancaman tersebut dengan menyatakan bahwa serangan terhadap Houthi tidak akan berhenti selama mereka masih menyerang kapal-kapal yang beroperasi di Laut Merah.

    Solidaritas Yaman untuk Palestina

    Ketegangan antara AS dan Houthi meningkat sejak akhir 2023, ketika kelompok yang didukung Iran ini mulai menargetkan kapal-kapal yang memiliki hubungan dengan Israel di Laut Merah.

    Houthi mengklaim bahwa serangan mereka adalah bentuk solidaritas terhadap Palestina di Gaza.

    Serangan sempat dihentikan sementara ketika gencatan senjata antara Israel dan Hamas diumumkan pada Januari 2024.

    Serangan dilanjutkan kembali setelah Israel memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza pada awal Maret 2025.

    AS dan Inggris telah menargetkan Yaman dengan berbagai serangan udara sejak Januari 2024 dalam upaya membendung aksi Houthi di Laut Merah.

    Serangan terbaru ini semakin meningkatkan ketegangan di kawasan, dengan kedua belah pihak bersumpah untuk melanjutkan aksi militer mereka.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani) 

  • Erdogan dan Trump Teleponan Bahas Ukraina-Suriah

    Erdogan dan Trump Teleponan Bahas Ukraina-Suriah

    Ankara

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara via telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Minggu (16/3) waktu setempat. Percakapan telepon keduanya membahas soal perang Rusia-Ukraina hingga upaya memulihkan stabilitas di Suriah.

    Kantor kepresidenan Turki dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Senin (17/3/2025), mengungkapkan bahwa Erdogan memberitahu Trump jika Ankara mendukung “inisiatif yang tegas dan langsung” untuk mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina.

    Disebutkan juga bahwa Turki akan terus berjuang untuk “perdamaian yang adil dan abadi”.

    Dalam percakapan telepon itu, menurut kantor kepresidenan Turki, Erdogan dan Trump juga membahas soal Suriah yang sedang berupaya memulihkan stabilitas di bawah pemerintahan baru, usai lengsernya rezim mantan Presiden Bashar al-Assad.

    “Pentingnya kontribusi bersama untuk pencabutan sanksi terhadap Suriah guna memulihkan stabilitas, membuat pemerintahan baru berfungsi dan mendukung normalisasi,” sebut kantor kepresidenan Turki soal pembahasan antara kedua kepala negara.

    Lebih lanjut disebutkan bahwa terwujudnya hal-hal tersebut di atas akan memungkinkan warga-warga Suriah yang mengungsi untuk kembali ke negara mereka.

    Tidak hanya itu, menurut kantor kepresidenan Turki, Ankara juga mengharapkan langkah-langkah dari AS terkait perang melawan terorisme, dengan mempertimbangkan kepentingan Turki.

    Dalam pertempuran melawan kelompok radikal Islamic State (ISIS) di Suriah, AS bersekutu dengan milisi Kurdi Suriah yang dianggap kelompok teroris oleh Turki. Otoritas Ankara telah mengkritik keras aliansi Washington itu sebagai pengkhianatan terhadap sekutu NATO.

    Erdogan juga mengatakan perlu untuk mengakhiri sanksi-sanksi terhadap Ankara, menyelesaikan proses pengadaan jet tempur F-16 dan mengizinkan Turki berpartisipasi kembali dalam program jet siluman F-35 untuk mengembangkan kerja sama industri pertahanan kedua negara.

    AS menjatuhkan sanksi terhadap Turki dan menarik negara itu dari program jet siluman F-35 pada tahun 2019, setelah Ankara membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia di masa lalu.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan – Halaman all

    As Mengebom Sanaa, Trump Ancam Akan ‘Menjatuhkan Neraka’ di Yaman karena Dukungannya Terhadap Gaza – Halaman all

    As Mengebom Sanaa Sementara Trump Mengancam Akan ‘Menjatuhkan Neraka’ Di Yaman Atas Dukungannya Terhadap Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Pesawat tempur AS dan Inggris melancarkan serangan udara baru terhadap lingkungan permukiman di distrik Shuaab, ibu kota Yaman, Sanaa, pada akhir 15 Maret, menewaskan sedikitnya sembilan warga sipil dan melukai beberapa lainnya.

    Serangan baru ini menyusul pelonggaran pembatasan yang dilakukan Washington terhadap komandan AS untuk mengizinkan serangan udara dan operasi khusus di luar medan perang konvensional, sehingga memperluas pilihan target.

    “Ledakan itu dahsyat dan mengguncang lingkungan sekitar seperti gempa bumi. Wanita dan anak-anak kami ketakutan,” kata seorang warga setempat kepada Reuters .

    “Para pejuang pemberani kita saat ini tengah melancarkan serangan udara terhadap markas, pemimpin, dan sistem pertahanan rudal para pejuang untuk melindungi aset pengiriman, udara, dan laut Amerika, serta memulihkan Kebebasan Bernavigasi,” kata Presiden AS Donald Trump dalam sebuah unggahan di media sosial setelah serangan tersebut. 

     

     

     

    “Tidak ada kekuatan pejuang yang akan menghentikan kapal-kapal komersial dan angkatan laut Amerika untuk berlayar bebas di Perairan Dunia,” imbuh Trump. Dalam postingannya, presiden AS juga mengancam Iran, menuntut negara itu berhenti memberikan dukungan bagi gerakan perlawanan Ansarallah yang berkuasa. 

    “Serangan ini [di Yaman] merupakan peringatan bagi Iran, yang mendukung Yaman dan Houthi. Kami tidak akan menoleransi serangan Houthi terhadap tentara, kapal, dan pesawat kami,” kata Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth.

    Serangan tengah malam itu menandai serangan udara pertama Barat yang menghantam Yaman sejak kesepakatan gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada bulan Januari. Serangan itu juga terjadi beberapa hari setelah Trump menambahkan kembali Ansarallah ke dalam daftar Organisasi Teroris Asing (FTO).

    Awal minggu ini, Angkatan Bersenjata Yaman (YAF) mengumumkan pemberlakuan kembali larangan bagi semua kapal Israel yang melewati area operasional yang ditentukan di Laut Merah, Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden, menyusul berakhirnya batas waktu yang ditetapkan oleh pemimpin Ansarallah Abdul Malik al-Houthi bagi Israel untuk mengizinkan bantuan masuk ke Gaza.

    “Setiap kapal Israel yang mencoba melanggar larangan ini akan menjadi sasaran di wilayah operasi yang dinyatakan. Larangan ini akan berlanjut hingga penyeberangan ke Jalur Gaza dibuka kembali dan bantuan, makanan, dan pasokan obat-obatan diizinkan masuk,” tegas pernyataan YAF.

    Upaya Sanaa untuk menghentikan genosida AS-Israel di Gaza memicu perang ilegal yang diprakarsai oleh Washington dan London pada Januari 2024, yang mengakibatkan ratusan serangan udara di negara termiskin di dunia Arab itu.

    Meskipun ada serangan dari pihak barat, Angkatan Udara Yaman tidak gentar dalam operasi militer mereka dan berhasil memaksa beberapa kapal induk AS dan kapal perang Eropa keluar dari Laut Merah. Negara itu juga telah menembak jatuh 15 pesawat nirawak MQ-9 Reaper milik AS.

     

    SUMBER: THE CRADLE

  • Tak Termaafkan, Anak-anak Termasuk di Antara 32 Korban Tewas Serangan Udara AS di Yaman – Halaman all

    Tak Termaafkan, Anak-anak Termasuk di Antara 32 Korban Tewas Serangan Udara AS di Yaman – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Jet tempur Amerika Serikat (AS) melancarkan serangkaian serangan udara di Yaman, menewaskan sedikitnya 32 orang, termasuk anak-anak dan wanita, serta melukai 101 orang lainnya.

    Serangan ini terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, memperingatkan kelompok Houthi agar tidak menyerang kapal-kapal di Laut Merah yang dianggap terkait dengan Israel.

    Menurut laporan dari Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi, serangan udara ini diluncurkan pada Sabtu (15/3/2025) dan berlanjut hingga Minggu (16/3/2025) dini hari, menargetkan ibu kota Yaman, Sanaa, serta wilayah Saada dan al-Bayda.

    Sebagian besar korban yang tewas adalah anak-anak dan wanita, menurut juru bicara kementerian, Anis al-Asbahi.

    Selain itu, serangan juga dilaporkan terjadi di provinsi Hajjah, Marib, Dhamar, dan Taiz.

    Houthi menanggapi serangan ini dengan tegas, memperingatkan bahwa serangan tersebut “tidak akan berlalu begitu saja tanpa respons.”

    Kelompok ini mengecam aksi AS sebagai bentuk “agresi” dan “kebrutalan kriminal.”

    Ancaman Trump terhadap Houthi

    Sebelumnya, Trump mengancam kelompok Houthi setelah mereka mengancam akan melanjutkan serangan terhadap kapal yang berlayar di Laut Merah sebagai respons terhadap blokade Israel terhadap Gaza.

    Trump berjanji untuk menggunakan “kekuatan mematikan yang luar biasa” terhadap Houthi jika serangan tidak dihentikan.

    Dia memerintahkan militer AS untuk melancarkan operasi militer besar-besaran terhadap kelompok tersebut.

    Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengutuk serangan tersebut.

    Araghchi menegaskan bahwa AS tidak memiliki kewenangan untuk mendikte kebijakan luar negerinya.

    Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyerukan penghentian penggunaan kekuatan dan mendorong dialog politik untuk menemukan solusi damai.

    Kontroversi Seputar Serangan

    Kelompok Houthi sendiri membantah klaim AS yang menyatakan adanya ancaman terhadap navigasi internasional di Selat Bab al-Mandeb, dengan menyebut pernyataan tersebut sebagai “salah dan menyesatkan.”

    Houthi menegaskan bahwa embargo maritim yang mereka terapkan hanya berlaku untuk pelayaran Israel dan bertujuan untuk mendukung Gaza.

    Serangan AS, yang dilancarkan oleh jet dari kapal induk Harry S Truman yang berada di Laut Merah, disebut oleh Komando Pusat AS (CENTCOM) sebagai tindakan untuk “mempertahankan kepentingan Amerika” dan “memulihkan kebebasan navigasi” yang terancam oleh serangan Houthi.

    Serangan ini mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk mantan diplomat AS Nabeel Khoury, yang menyebutnya sebagai langkah yang keliru.

    Ia menilai serangan tersebut tidak akan mampu menundukkan kelompok Houthi yang telah terbukti tangguh dalam menghadapi tekanan militer.

    Tanggapan Faksi Perlawanan

    Faksi-faksi perlawanan Palestina telah mengeluarkan pernyataan keras mengutuk agresi yang dilakukan AS dan Inggris terhadap Yaman.

    Hamas menggambarkan serangan ini sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, yang menyerang kedaulatan dan stabilitas Yaman.

    “Kami menyatakan solidaritas penuh terhadap negara dan rakyat Yaman,” ungkap juru bicara Hamas.

    Mereka juga memberikan apresiasi atas dukungan Yaman terhadap perjuangan rakyat Palestina di Gaza.

    Jihad Islam Palestina menilai agresi ini sebagai dukungan berani terhadap rezim Israel, dengan tujuan melindungi entitas tersebut.

    “Serangan ini melanggar hak semua pihak yang mendukung rakyat Palestina,” kata perwakilan Jihad Islam.

    Komite Perlawanan Rakyat menegaskan bahwa agresi AS-Inggris merupakan bagian dari bias AS terhadap Israel.

    “Serangan ini tidak akan menggoyahkan tekad kuat rakyat Yaman dalam melawan kekuatan tirani dan arogansi Zionis-Amerika,” tegas mereka.

    Gerakan Kebebasan Palestina juga mengkritik agresi ini sebagai perang yang dilakukan oleh Israel, dengan jelas menunjukkan bias dari AS dan Eropa yang mengorbankan darah rakyat Palestina dan Yaman.

    Organisasi Teroris Asing

    Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) kembali menetapkan kelompok Houthi Yaman, yang dikenal sebagai Ansar Allah, sebagai Organisasi Teroris Asing (FTO), Selasa (4/3/2025).

    Ini adalah langkah untuk memenuhi janji yang dibuat Presiden Donald Trump setelah menjabat pada 2017 lalu.

    Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio mengungkapkan, keputusan ini sejalan dengan kebijakan yang dijalankan oleh pemerintahan Trump sebelumnya.

    Rubio menyatakan kelompok Houthi telah terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengancam keselamatan warga sipil, personel AS di Timur Tengah, serta mitra-mitra regional AS.

    Salah satu ancaman utama adalah serangan yang dilakukan Houthi terhadap kapal-kapal komersial di Laut Merah dan Teluk Aden, yang mengganggu jalur perdagangan global dan kebebasan navigasi.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • 3 Fakta Serangan AS ke Yaman Telan Korban Jiwa

    3 Fakta Serangan AS ke Yaman Telan Korban Jiwa

    Sanaa

    Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan ke Yaman dengan dalih menghancurkan kelompok Houthi. Serangan AS itu menimbulkan korban jiwa.

    Dilansir Al-Jazeera, Minggu (16/3), serangan itu diluncurkan AS pada Sabtu (15/3) waktu setempat. Pengumuman serangan tersebut disampaikan Trump lewat akun media sosialnya di platform Truth Social.

    Trump menuding Houthi berpihak pada Iran. Dia juga menganggap Houthi mengancam kepentingan AS di Laut Merah yang menjadi salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

    Houthi sendiri telah berulang kali melakukan serangan ke kapal-kapal yang dianggap berafiliasi dengan AS dan Israel. Serangan itu diklaim Houthi ditujukan sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan Hamas melawan Israel di Gaza, Palestina.

    Serangan ke kapal-kapal di Laut Merah terus meningkat sejak perang di Gaza pecah pada 7 Oktober 2023. Houthi juga berulang kali mengancam akan menghancurkan Israel dan pernah meluncurkan rudal ke Israel. Berikut tiga fakta yang diketahui terkait serangan itu:

    Serangan Diumumkan Langsung oleh Trump

    Donald Trump. (AFP/MOHAMMED HUWAIS)

    Serangan ke Houthi itu diumumkan langsung oleh Trump. Pengumuman disampaikan lewat akun media sosial di platform miliknya sendiri, Truth Social.

    “Saya telah memerintahkan militer AS hari ini untuk meluncurkan operasi militer yang tegas dan kuat terhadap teroris Houthi di Yaman,” kata Trump dilansir Al Jazeera dan AFP, Minggu (16/3).

    Trump menyatakan AS akan menggunakan kekuatan mematikan kepada Houthi. Dia mengklaim serangan akan dilakukan hingga tujuan AS tercapai.

    “Kami akan menggunakan kekuatan mematikan yang sangat besar sampai kami mencapai tujuan kami,” ujar Trump.

    Serangan pun terjadi di ibu kota Yaman, Sanaa, tak lama setelah pengumuman Trump. Setidaknya ada tiga ledakan yang disertai gumpalan asap membubung tinggi di permukiman sisi utara Sanaa yang dikuasai Houthi.

    Stasiun TV Al-Masirah mengatakan agresi Amerika-Inggris menyerbu lingkungan permukiman di distrik Shuub di Sanaa. Tidak ada komentar langsung dari otoritas Inggris.

    31 Orang Tewas

    Serangan AS ke Yaman. (AFP)

    Serangan AS itu setidaknya menewaskan 31 orang. Juru bicara Kementerian Kesehatan yang dipimpin Houthi, Anees al-Asbahi, mengatakan sedikitnya 31 orang tewas dan 101 lainnya terluka dalam serangan AS di Yaman.

    Dia mengatakan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. Houthi pun bersumpah tak akan tinggal diam atas serangan AS itu.

    Juru bicara Houthi, Mohammed Abdul-Salam, menuduh AS melebih-lebihkan ancaman terhadap operasi kelompoknya terhadap kapal-kapal di Laut Merah untuk memengaruhi opini publik. Biro politik kelompok itu juga telah mengeluarkan pernyataan terpisah.

    Pernyataan itu ‘mengecam agresi AS yang berbahaya di ibu kota Yaman, Sanaa dan menyebut penargetan lingkungan permukiman dan warga sipil sebagai ‘kejahatan perang yang sesungguhnya’.

    Houthi Bersumpah Membalas

    Serangan AS ke Yaman. (AFP/MOHAMMED HUWAIS)

    Houthi mengatakan serangan AS sebagai agresi terhadap negara merdeka. Houthi menganggap AS melakukan serangan agar Israel dapat melanjutkan pengepungan Gaza.

    “Serangan AS di Yaman merupakan agresi terang-terangan terhadap negara merdeka dan mendorong entitas musuh Israel untuk melanjutkan pengepungan yang tidak adil di Gaza,” kata juru bicara kelompok Houthi dilansir Al Jazeera, Minggu (16/3).

    Houthi menganggap AS berlebihan merespons blokade kapal di Laut Merah. Houthi menegaskan aksi mereka di Laut Merah ditujukan kepada kapal-kapal terafiliasi Israel dengan tujuan memberi tekanan untuk mencapai perdamaian di Gaza.

    “Embargo maritim yang dideklarasikan oleh Yaman untuk mendukung Gaza hanya terbatas pada navigasi Israel sampai bantuan kemanusiaan dikirimkan kepada rakyat Gaza sesuai dengan perjanjian gencatan senjata antara perlawanan Palestina dan entitas musuh,” ujar Houthi.

    Houthi menganggap serangan AS itu terjadi sebagai balasan atas sikap solidaritas Yaman dengan rakyat Palestina. Houthi, yang didukung Iran, bersumpah serangan AS tak menghalangi Yaman mendukung rakyat Gaza.

    “Agresi AS terhadap negara tidak akan menghalangi Yaman untuk melanjutkan dukungannya bagi Palestina dan memenuhi kewajibannya terhadap Gaza,” ujar Houthi.

    Houthi juga menyatakan tak akan tinggal diam terhadap serangan AS. Mereka bersumpah membalas AS.

    “Agresi itu tidak akan dibiarkan begitu saja, dan angkatan bersenjata Yaman sepenuhnya siap menghadapi eskalasi dengan eskalasi,” ujar Houthi.

    Halaman 2 dari 4

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kepala IRGC Sumpah Balas Serangan AS dan Israel: Ancaman Terhadap Iran Undang Reaksi Menghancurkan – Halaman all

    AS Koordinasi ke Israel Soal Bombardemen ke Houthi Yaman, IRGC Iran Nyatakan Siap Perang – Halaman all

    AS Koordinasi ke Israel Soal Bombardemen ke Yaman, Iran Nyatakan Siap Perang

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian luar negeri Iran, Minggu (15/3/2025) mengutuk serangan mematikan Amerika Serikat (AS) terhadap kelompok Ansarallah Houthi Yaman yang didukung Teheran, dengan mengatakan serangan itu melanggar hukum internasional.

    Juru bicara Kementerian Esmaeil Baqaei dalam sebuah pernyataan menyatakan kalau Iran “mengutuk keras serangan udara brutal oleh AS” dan menyebutnya sebagai “pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB”.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memperingatkan Iran agar berhenti mendukung Houthi, dalam pernyataan yang dibuat pada Sabtu.

    Peringatan Trump itu dia lontarkan setelah mengumumkan apa yang tampaknya merupakan dimulainya serangan udara besar-besaran terhadap kelompok Yaman tersebut.

    Sebagai tanggapan, kepala Garda Revolusi Iran (IRGC) pada hari Minggu menyatakan pihaknya siap berperang dengan mengancam akan memberikan tanggapan “tegas” terhadap serangan apa pun.

    “Iran tidak akan melancarkan perang, tetapi jika ada yang mengancam, Iran akan memberikan tanggapan yang tepat, tegas, dan konklusif,” kata Hossein Salami dalam pidato yang disiarkan televisi.

    BOLA API – Tangkap layar bola api dari ledakan yang terjadi di Al-Jaffar, Sanaa, Yaman, Sabtu (15/3/2025) seusai dibom serangan udara Amerika Serikat. Kelompok Houthi Yaman bersumpah akan membalas serangan ini. (RNTV/TangkapLayar)

    AS Koordinasi dengan Israel 

    Adapun pihak AS rupanya melakukan koordinasi dengan Israel, musuh lama Iran, sebelum melakukan bombardemen ke Yaman.

    “Israel diberitahu oleh Amerika Serikat tentang operasi mereka terhadap Houthi sebelum serangan terhadap organisasi teroris itu dimulai,” kata seorang pejabat Israel kepada The Jerusalem Post pada Minggu pagi.

    Selain Israel, AS juga menginformasikan serangan mereka di Yaman tersebut ke pihak Rusia. 

    “Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berbicara pada hari Sabtu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk memberitahunya tentang serangan AS terhadap Houthi Yaman serta langkah selanjutnya setelah pertemuan di Arab Saudi,” kata Departemen Luar Negeri AS.

    Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri mengatakan Rubio dan Lavrov “sepakat untuk terus berupaya memulihkan komunikasi antara Amerika Serikat dan Rusia.”

    KOBARAN API – Tangkap layar kobaran api dari ledakan yang terjadi di Al-Jaffar, Sanaa, Yaman, Sabtu (15/3/2025) seusai dibom serangan udara Amerika Serikat. Kelompok Houthi Yaman bersumpah akan membalas serangan ini. (RNTV/TangkapLayar)

    Serangan AS ke Houthi bisa Berlanjut Hingga Berminggu-minggu

    Serangan udara AS dan Inggris baru-baru ini yang menargetkan Houthi bukanlah peristiwa satu kali, melainkan awal dari serangkaian operasi yang dapat berlangsung selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, CNN mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Dalam pernyataan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengatakan: “Kami tidak akan menoleransi segala serangan terhadap kepentingan kami atau ancaman terhadap keamanan kami, baik di laut maupun di tempat lain.”

    Trump menekankan bahwa serangan Houthi yang terus berlanjut terhadap kapal, pesawat, dan pesawat tak berawak Amerika telah menyebabkan Amerika Serikat mengambil tindakan tegas.

    Ia mengkritik tanggapan mantan Presiden AS Joe Biden terhadap serangan-serangan ini, menyebutnya “sangat lemah,” yang menurut Trump, (respons lemah Biden ini) memungkinkan kaum Houthi untuk melanjutkan tindakan-tindakan gegabah mereka.

    Trump lebih lanjut menyatakan bahwa eskalasi tersebut telah “mencekik pengiriman di salah satu jalur perairan paling kritis di dunia,” yang menyebabkan gangguan luas pada perdagangan global.

    Houthi: Jumlah Korban Tewas Serangan Udara AS di Yaman Meningkat 

    Terkait serangan AS itu, Kelompok Houthi di Yaman mengumumkan bahwa 13 orang tewas dan sembilan lainnya terluka dalam serangan udara terbaru di ibu kota, Sanaa.

    Menurut pernyataan kelompok tersebut, serangan AS menargetkan wilayah pemukiman di Sanaa, yang mengakibatkan korban sipil.

    Anis Al-Asbahi, juru bicara Kementerian Kesehatan Yaman, menyatakan: “Jumlah korban akibat agresi telah mencapai 13 orang syahid dan sembilan orang terluka, sebagian besar adalah warga sipil. Ini adalah jumlah korban sementara dan mungkin bertambah.”

    Ia menambahkan bahwa “agresi Amerika terhadap Yaman adalah eskalasi kriminal yang tidak akan mematahkan keinginan rakyat Yaman, tetapi hanya akan memperkuat tekad mereka untuk mendukung Gaza dan perlawanan.”

    Al-Asbahi mengutuk apa yang ia gambarkan sebagai “serangan yang menargetkan warga sipil dan wilayah permukiman di Sanaa timur hari ini, yang menandai eskalasi kriminal yang sistematis, pelanggaran terang-terangan terhadap semua hukum dan konvensi internasional, dan kejahatan perang yang menambah catatan poros kejahatan.”

    YAMAN DISERANG – Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic, memperlihatkan serangan AS-Inggris di ibu kota Yaman, Sanaa pada Sabtu (15/3/2025) malam waktu setempat. Serangan ini terjadi setelah Donald Trump menyerukan eskalasi terhadap kelompok Houthi. (Tangkap layar YouTube AlJazeera Arabic)

    Houthi Bersumpah Balas Serangan Udara AS

    Biro politik Ansar Allah (kelompok Houthi) mengeluarkan pernyataan yang memperingatkan bahwa serangan udara AS “tidak akan dibiarkan begitu saja” dan bahwa pasukan mereka “siap untuk meningkatkan serangan hingga kemenangan tercapai.”

    “Agresi Amerika tidak akan menghalangi rakyat kami untuk terus mendukung Palestina dan mendukung rakyat Gaza serta perlawanannya,” kata Houthi dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa “serangan AS dan Inggris merupakan respons langsung terhadap posisi Yaman dalam solidaritas dengan perjuangan Palestina.”

    Pernyataan tersebut selanjutnya menuduh Amerika Serikat “mengobarkan perang atas nama entitas Zionis,” dan menekankan bahwa “menargetkan warga sipil dan infrastruktur sipil merupakan kejahatan perang dan tindakan terorisme Amerika yang jelas terhadap negara-negara lain.”

    Rudal Houthi Jatuh di Sharm El Sheikh Mesir

    Houthi tampaknya langsung merespons serangan AS ini dengan menargetkan serangan rudal ke Israel.

    Namun, sebuah rudal, yang dilaporkan ditembakkan oleh Houthi Yaman, jatuh di kota Sharm el-Sheikh di Semenanjung Sinai Mesir, menurut Jerusalem Post, mengutip Radio Angkatan Darat Israel pada Minggu pagi.

    “Postingan tersebut melaporkan bahwa serangan rudal tersebut menimbulkan kekhawatiran, dan Pasukan Pendudukan Israel (IOF) meluncurkan penyelidikan untuk mengetahui apakah rudal tersebut dimaksudkan untuk menargetkan Israel,” tulis RNTV.

    Pemerintah Mesir belum mengeluarkan pernyataan resmi tentang insiden tersebut.

    Sebelumnya pada hari Sabtu, ledakan dahsyat mengguncang ibu kota Yaman menyusul serangan udara AS yang menargetkan beberapa lokasi Houthi di Sanaa barat laut.

    Kelompok Houthi di Yaman baru-baru ini mengumumkan bahwa 13 orang tewas dan sembilan lainnya terluka dalam serangan udara terbaru AS di ibu kota, Sanaa.

    Menurut pernyataan kelompok itu, serangan AS menargetkan wilayah pemukiman di Sanaa, yang mengakibatkan korban sipil.

     

    (oln/rntv/*)