Kasus: Teroris

  • Mengapa Masjid Kami Jadi Sasaran?

    Mengapa Masjid Kami Jadi Sasaran?

    Jakarta

    India menyatakan telah meluncurkan serangan rudal ke sembilan lokasi di Pakistan dan wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Pakistan menyatakan telah menembak jatuh lima pesawat India.

    Warga di Muzaffarabad, Kashmir, yang dikuasai Pakistan, terbangun oleh ledakan besar pada Rabu (07/05) pagi.

    Pakistan melaporkan tiga lokasi menjadi sasaran serangan dan delapan orang tewas.

    Sementara India mengeklaim tiga warga sipil tewas akibat penembakan oleh Pakistan di sisi perbatasan Kashmir yang dikuasai India.

    Pakistan menyatakan telah menembak jatuh lima pesawat India, termasuk tiga Rafale, satu SU-30, satu MiG-29, dan satu drone Heron.

    Juru bicara militer Pakistan, Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhary, dalam sebuah video yang dibagikan oleh kantor berita Reuters, mengonfirmasi bahwa mereka telah menembak jatuh lima pesawat India, yaitu tiga Rafale, satu SU-30, satu MiG-29, dan satu drone Heron.

    Ketegangan antara kedua negara yang memiliki nuklir ini meningkat tajam setelah serangan mematikan terhadap wisatawan India oleh kelompok milisi di Pahalgam bulan lalu.

    India berkukuh memiliki “bukti yang mengarah pada keterlibatan teroris yang berbasis di Pakistan ” dalam serangan tersebut. Namun Pakistan membantah keterkaitan apa pun.

    ‘Saya tidak mengerti mengapa masjid kami menjadi sasaran’

    Beberapa saksi mata memberikan kesaksian mengenai serangan India terhadap sasaran-sasaran di wilayah Pakistan.

    Muhammad Waheed, yang tinggal dekat Masjid Bilal di Muzaffarabad, ibu kota Kashmir yang dikelola Pakistan, menceritakan kepada BBC, “Saya sedang tertidur lelap ketika ledakan pertama mengguncang rumah saya.”

    “Saya langsung lari ke jalan, orang-orang sudah berkumpul. Belum sempat kami menyadari apa yang terjadi, tiga rudal lagi ditembakkan, menyebabkan kepanikan dan kekacauan yang meluas.”

    Waheed mengatakan puluhan orang, termasuk perempuan, terluka dan telah dibawa ke rumah sakit terdekat.

    “Saya tidak mengerti mengapa masjid kami menjadi sasaran,” kata Waheed.

    “Ini adalah masjid lingkungan biasa tempat kami beribadah lima kali sehari. Kami tidak pernah melihat aktivitas mencurigakan di sekitarnya.

    “Orang-orang sekarang mengungsi dari rumah mereka dan rasa ketidakpastian sangat tinggi.”

    Pemandangan Masjid Bilal di Kashmir yang dikuasai Pakistan yang hancur setelah serangan India. (Getty Images)

    Buava Singh, seorang warga distrik Poonch, menceritakan sebuah peluru mortir menghantam rumah keponakannya, Ruby Kaur, larut malam.

    “Dia baru saja bangun untuk membuatkan teh bagi suaminya yang sedang sakit. Pecahan peluru mengenai kepalanya, menyebabkan pendarahan hebat.

    Kami segera membawanya ke rumah sakit terdekat, tetapi dia dinyatakan meninggal dunia,” kata Singh. Putri Ruby Kaur juga mengalami luka parah.

    Singh mengatakan bahwa tidak ada bunker komunal di daerah tersebut, memaksa warga untuk berlindung di rumah mereka.

    “Sejauh ini, kami belum pernah melihat penembakan sehebat ini,” tambahnya.

    Setelah serangan, tentara paramiliter Pakistan terlihat memeriksa bangunan yang roboh di sebuah kompleks di Muridke. (Getty Images)

    Muhammad Younis Shah, warga Muridke di Provinsi Punjab, Pakistan, menceritakan kepada BBC bahwa empat rudal yang ditembakkan India jatuh di sebuah kompleks pendidikan di sana.

    Menurutnya, tiga rudal pertama mendarat berurutan dengan cepat, sementara rudal keempat datang selang lima hingga tujuh menit kemudian.

    Kompleks tersebut, yang terdiri dari sekolah dan perguruan tinggi, asrama, kompleks medis, serta masjid, mengalami kerusakan sebagian.

    Shah mengatakan kompleks itu juga memiliki area perumahan yang ditempati sejumlah keluarga.

    Ia menambahkan bahwa tim SAR, pemadam kebakaran, dan polisi hadir di area yang dilanda ketakutan dan kepanikan.

    “Semua orang sudah pindah dari sini ke tempat yang lebih aman,” ujarnya.

    Asap mengepul setelah sebuah peluru artileri mendarat di kota utama distrik Poonch di wilayah Jammu, India, pada 7 Mei 2025. (Getty Images)

    Pakistan kecam ‘agresi terang-terangan India’

    Menteri Luar Negeri Pakistan, Muhammad Ishaq Dar, menyatakan bahwa delapan warga sipil tewas dan 35 lainnya luka-luka akibat serangan India.

    Beliau menambahkan bahwa jumlah korban tertinggi dilaporkan terjadi di kota Ahmedpur Timur.

    Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa Islamabad telah memberitahu Dewan Keamanan PBB (DK PBB) mengenai “agresi terang-terangan oleh India dan ancaman yang ditimbulkannya terhadap perdamaian dan keamanan internasional”.

    Dalam pernyataannya, kementerian tersebut menambahkan bahwa “DK PBB telah diberitahu bahwa Pakistan memiliki hak untuk merespons agresi ini secara tepat pada waktu dan tempat yang dipilihnya, sesuai dengan hak membela diri yang diabadikan dalam Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.”

    Getty ImagesPerempuan Kashmir di Wuyan, dekat kota utama Srinagar di Kashmir yang dikuasai India, setelah suara ledakan keras terdengar pada 7 Mei 2025.

    Partai Rakyat Pakistan (PPP) mengecam “agresi India terhadap Pakistan dengan menargetkan penduduk sipil di seberang perbatasan.”

    PPP, salah satu dari tiga partai politik utama di Pakistan, yang dipimpin oleh Bilawal Bhutto Zardari, putra presiden negara itu, Asif Ali Zardari, menyatakan melalui unggahan di X bahwa serangan “tanpa provokasi” India melanggar “hukum internasional, Piagam PBB, dan kedaulatan Pakistan.”

    “Provokasi India akan dilawan dengan kekuatan penuh dan tekad yang tak tergoyahkan untuk melindungi kedaulatan dan integritas wilayah Pakistan,” tambahnya.

    India menyatakan bahwa mereka meluncurkan “serangan terarah pada sembilan lokasi infrastruktur teroris” di Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan, dan tidak ada fasilitas militer, sipil, atau ekonomi yang menjadi sasaran.

    Mereka juga menjelaskan bahwa serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan kelompok milisi pada April di Pahalgam yang mengakibatkan 26 orang tewas.

    ‘Seluruh dunia tidak boleh menoleransi terorisme’

    Menteri Luar Negeri India, S Jaishankar, melalui unggahan di X, menyatakan bahwa dunia “harus menunjukkan sikap tanpa toleransi terhadap terorisme.”

    Ia juga menyertakan sebuah gambar dengan tulisan ‘Operasi Sindoor’nama yang digunakan India untuk menggambarkan serangan pada Rabu (07/05) terhadap Pakistan.

    Gambar tersebut memiliki latar belakang hitam dengan tulisan ‘Operasi Sindoor’ berwarna putih.

    Salah satu huruf O dalam Sindoor digambarkan sebagai pot bundar berisi bubuk vermilion yang dikenakan oleh perempuan Hindu yang sudah menikah di belahan rambut mereka.

    Menteri Luar Negeri India, S Jaishankar (Getty Images)

    Penggambaran ini dibaca sebagai referensi terhadap para perempuan yang menjadi janda setelah suami mereka ditembak mati oleh milisi di Pahalgam bulan lalu.

    Sebanyak 26 orang yang tewas dalam serangan itu adalah laki-laki.

    Menteri Dalam Negeri India, Amit Shah, memuji angkatan bersenjata negara itu dalam sebuah unggahan di X, menyatakan bahwa ia bangga terhadap mereka.

    Operasi Sindoor, nama yang digunakan India untuk serangan-serangannya terhadap Pakistan adalah respons negara itu terhadap “pembunuhan brutal saudara-saudara tak bersalah kita di Pahalgam,” tulisnya.

    “Pemerintahan Modi bertekad untuk memberikan respons yang setimpal terhadap setiap serangan terhadap India dan rakyatnya. Bharat [nama India dalam bahasa Hindi] tetap berkomitmen kuat untuk memberantas terorisme dari akarnya,” tambahnya.

    ‘Ini adalah momen yang tepat untuk mediasi’

    Pengamat Asia Selatan di Washington, Michael Kugelman, berpendapat bahwa inilah saat yang tepat untuk melakukan mediasi antara India dan Pakistan.

    Menurutnya, dengan India yang telah menyerang dan Pakistan yang memperingatkan serangan balasan, risiko peningkatan konflik saat ini lebih tinggi dibandingkan beberapa tahun terakhir.

    Mengingat ketegangan mereka kian memanas, kata Kugelman, kemungkinan terjadinya permusuhan lebih lanjut sangat besar.

    “Komunitas internasional tampaknya sepakat bahwa serangan di Pahalgam bulan lalu harus dikutuk keras, tetapi de-eskalasi sangat penting.”

    “Tidak ada yang menginginkan perang di tengah kondisi dunia yang sudah tegang, terutama perang antara dua negara rival bersenjata nuklir,” ujarnya.

    Lebih lanjut, Kugelman bilang ini adalah saatnya bagi negara-negara yang memiliki hubungan baik dengan India dan Pakistan, seperti AS dan negara-negara Teluk Arab, untuk melakukan diplomasi dan mendesak kedua negara untuk mencari jalan keluar sebelum risiko eskalasi nuklir terjadi.

    Berita ini akan terus diperbaiki secara berkala

    Lihat juga Video: Masjid dan Sekolah di Pakistan Dirudal India, 3 Orang Tewas

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Bantah Klaim Donald Trump yang Menyebutkan Bahwa Mereka Menyita Bantuan Kemanusiaan di Gaza – Halaman all

    Hamas Bantah Klaim Donald Trump yang Menyebutkan Bahwa Mereka Menyita Bantuan Kemanusiaan di Gaza – Halaman all

    Hamas Bantah Klaim Donald Trump yang Menyebutkan Bahwa Mereka Menyita Bantuan Kemanusiaan di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM-  Hamas membantah tuduhan Presiden AS Donald Trump bahwa mereka menyita bantuan yang dikirim ke Jalur Gaza, dan menggambarkan pernyataan Trump sebagai “pengulangan aneh dari kebohongan” pemerintah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang berupaya membenarkan kejahatan membuat warga Palestina kelaparan.

    Gerakan tersebut mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “pernyataan Presiden AS Donald Trump yang menuduh Hamas mengendalikan bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza tidak lain hanyalah gema aneh dari kebohongan yang diucapkan oleh pemerintah teroris Netanyahu, yang berusaha membenarkan kelaparan sistematis yang dilakukannya terhadap warga sipil yang tidak bersalah.”

    “Tuduhan-tuduhan ini jelas bertentangan dengan laporan PBB, kesaksian organisasi-organisasi kemanusiaan yang beroperasi di Jalur Gaza, dan semua bukti lapangan, tetapi konsisten dengan kebijakan pendudukan, yang menggunakan kelaparan sebagai senjata, yang merupakan pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional dan norma-norma kemanusiaan.”

    “Trump tidak cukup hanya meminta Netanyahu untuk mengirim makanan [ke Gaza]. Yang dibutuhkan adalah sikap bertanggung jawab yang menghormati hukum humaniter internasional, menuntut pembukaan segera penyeberangan, memastikan aliran bantuan dan pertolongan, dan menghentikan penggunaan makanan sebagai senjata pemerasan dan tekanan dalam pertempuran,” kata gerakan tersebut.

     

     

     

     

     

    Hamas mendesak “pemerintah AS untuk mengoreksi posisinya, berhenti memberikan perlindungan atas kejahatan genosida dan kebijakan kelaparan yang diadopsi oleh pendudukan di Jalur Gaza, dan menekan AS untuk mengakhiri agresi dan membuka penyeberangan, yang telah ditutup selama lebih dari dua bulan, untuk memungkinkan masuknya semua pasokan penting yang dapat menyelamatkan nyawa.”

    Pada hari Senin, dalam konferensi pers di Gedung Putih, Trump menuduh Hamas “menyita bantuan kemanusiaan yang tiba di Jalur Gaza,” dan menyatakan bahwa Hamas “menggunakan bantuan ini untuk mendanai kegiatan militernya,” menurut surat kabar Amerika Politico.

    “Jika Anda perhatikan, Hamas membuat hal itu mustahil. Mereka mengambil semua yang dibawa masuk,” katanya, “Namun kami akan membantu rakyat Gaza karena mereka diperlakukan sangat buruk oleh Hamas.”

    Trump, sekali lagi gagal meminta pertanggungjawaban Israel atas penutupan semua penyeberangan ke daerah kantong itu dan penggunaan kelaparan sebagai senjata perang.

    Sejak 2 Maret, Israel telah menutup penuh jalur penyeberangan Gaza, melarang masuknya makanan, air, bantuan medis dan kemanusiaan, yang memperdalam krisis kemanusiaan di daerah kantong itu, menurut laporan pemerintah, hak asasi manusia dan internasional.

    2,3 juta warga Palestina di Gaza sepenuhnya bergantung pada bantuan setelah genosida Israel yang terus berlanjut membuat mereka miskin, menurut data Bank Dunia.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Bagaimana Pakistan akan Merespons Serangan Udara India? Berikut Ini Empat Pertanyaan Kunci – Halaman all

    Bagaimana Pakistan akan Merespons Serangan Udara India? Berikut Ini Empat Pertanyaan Kunci – Halaman all

    Bagaimana Pakistan akan Menanggapi Serangan Udara India? Berikut Ini Empat Pertanyaan Kunci

    TRIBUNNEWS.COM- Dalam operasi semalam, India mengatakan pihaknya meluncurkan serangan rudal dan serangan udara di sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan, menargetkan apa yang disebutnya posisi militan berdasarkan “intelijen yang kredibel”.

    Serangan tersebut, yang berlangsung hanya selama 25 menit antara pukul 01:05 dan 01:30 waktu India, mengirimkan gelombang kejut ke seluruh wilayah, yang membuat penduduk terbangun karena ledakan yang menggelegar.

    Pakistan mengatakan hanya enam lokasi yang terkena serangan dan mengklaim telah menembak jatuh lima jet tempur India dan sebuah pesawat tak berawak – sebuah klaim yang belum dikonfirmasi oleh India.

    Islamabad mengatakan 26 orang tewas dan 46 orang terluka akibat serangan udara dan penembakan India di Garis Kontrol (LoC) – perbatasan de facto antara India dan Pakistan. 

    Sementara itu, militer India melaporkan bahwa 10 warga sipil tewas akibat penembakan Pakistan di sisi perbatasan de factonya.

    Eskalasi tajam ini terjadi setelah serangan militan mematikan bulan lalu terhadap wisatawan di Pahalgam di Kashmir yang dikelola India, yang mendorong ketegangan antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu ke tingkat yang berbahaya. 

    India mengatakan memiliki bukti yang jelas yang menghubungkan teroris yang bermarkas di Pakistan dan aktor eksternal dengan serangan itu – sebuah klaim yang dibantah tegas oleh Pakistan. Islamabad juga telah menunjukkan bahwa India belum memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya.

     

     

     

    PETA PAKISTAN-INDIA. – Gambar merupakan tangkap layar dari nationsonline.org, Rabu (7/5/2025). Peta topografi menunjukkan wilayah Kashmir yang lebih luas dengan wilayah administrasi India dan Pakistan, negara-negara tetangga, perbatasan internasional, kota-kota besar, jalan raya utama, bandara utama, dan fitur geografis yang penting. (Tangkap layar nationsonline.org)

     

     

     

    Apakah serangan ini menandai eskalasi baru?

    Pada tahun 2016, setelah 19 tentara India tewas di Uri , India melancarkan “serangan bedah” melintasi LoC.

    Pada tahun 2019, pengeboman Pulwama , yang menewaskan 40 personel paramiliter India, memicu serangan udara jauh ke Balakot – tindakan pertama di Pakistan sejak 1971 – yang memicu serangan balasan dan pertempuran udara.

    Para ahli mengatakan pembalasan atas serangan Pahalgam menonjol karena cakupannya yang lebih luas, yang menargetkan infrastruktur tiga kelompok militan utama yang berbasis di Pakistan secara bersamaan.

    India mengatakan pihaknya menyerang sembilan target militan di seluruh Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan, menghantam jauh ke pusat-pusat utama Lashkar-e-Taiba (LeT), Jaish-e-Mohammed , dan Hizbul Mujahideen .

    Di antara target terdekat adalah dua kamp di Sialkot, hanya 6-18 km dari perbatasan, menurut juru bicara India.

    India mengatakan, serangan terparah terjadi di markas besar Jaish-e-Mohammed di Bahawalpur, 100 km di dalam wilayah Pakistan. Sebuah kamp LeT di Muzaffarabad, 30 km dari LoC dan ibu kota Kashmir yang dikelola Pakistan, dikaitkan dengan serangan baru-baru ini di Kashmir yang dikelola India, kata juru bicara tersebut.

    Pakistan mengatakan enam lokasi telah diserang, tetapi membantah tuduhan adanya kamp teror.

    “Yang mencolok kali ini adalah perluasan target India melampaui pola sebelumnya. Sebelumnya, serangan seperti Balakot difokuskan pada Kashmir yang dikelola Pakistan di seberang Garis Kontrol – perbatasan yang dimiliterisasi,” kata Srinath Raghavan, seorang sejarawan yang berbasis di Delhi, kepada BBC.

    “Kali ini, India telah menyerang Punjab Pakistan, melintasi Perbatasan Internasional, menargetkan infrastruktur, markas besar, dan lokasi yang diketahui di Bahawalpur dan Muridke yang terkait dengan Lashkar-e-Taiba. Mereka juga menyerang aset Jaish-e-Mohammed dan Hizbul Mujahideen. Ini menunjukkan respons yang lebih luas dan lebih luas secara geografis, yang menandakan bahwa banyak kelompok kini menjadi sasaran India – dan mengirimkan pesan yang lebih luas,” katanya.

    Perbatasan Internasional India-Pakistan adalah batas resmi yang diakui yang memisahkan kedua negara, membentang dari Gujarat hingga Jammu.

    Ajay Bisaria, mantan komisaris tinggi India untuk Pakistan, mengatakan kepada BBC bahwa apa yang dilakukan India adalah “respons Balakot plus yang dimaksudkan untuk membangun pencegahan, menargetkan pusat-pusat teroris yang diketahui, tetapi disertai dengan pesan de-eskalasi yang kuat”.

    “Serangan-serangan ini lebih tepat sasaran, lebih terarah, dan lebih terlihat dibandingkan sebelumnya. Oleh karena itu, [serangan-serangan ini] tidak dapat disangkal oleh Pakistan,” kata Tn. Bisaria.

    Sumber-sumber India mengatakan serangan itu ditujukan untuk “membangun kembali pencegahan”.

    “Pemerintah India menganggap pencegahan yang ditetapkan pada tahun 2019 sudah menipis dan perlu dibangun kembali,” kata Prof. Raghavan.

    “Hal ini tampaknya mencerminkan doktrin Israel bahwa pencegahan memerlukan serangan berkala dan berulang. Namun, jika kita berasumsi bahwa serangan balik saja akan mencegah terorisme, kita berisiko memberi Pakistan banyak insentif untuk membalas – dan hal itu dapat dengan cepat lepas kendali.”

     

    Akankah ini Berubah Menjadi Konflik yang Lebih Luas?

    Mayoritas pakar sepakat bahwa pembalasan dari Pakistan tidak dapat dihindari – dan diplomasi akan berperan.

    “Respons Pakistan pasti akan datang. Tantangannya adalah mengelola eskalasi tingkat berikutnya. Di sinilah diplomasi krisis akan menjadi penting,” kata Tn. Bisaria.

    “Pakistan akan mendapatkan saran untuk menahan diri. Namun kuncinya adalah diplomasi setelah tanggapan Pakistan untuk memastikan bahwa kedua negara tidak dengan cepat meningkatkan eskalasi.”

    Para pakar yang bermarkas di Pakistan seperti Ejaz Hussain, analis politik dan militer yang bermarkas di Lahore, mengatakan serangan bedah India yang menargetkan lokasi seperti Muridke dan Bahawalpur “sangat diantisipasi mengingat ketegangan yang terjadi”.

    Dr Hussain yakin serangan balasan mungkin terjadi.

    “Mengingat retorika media militer Pakistan dan tekad yang dinyatakan untuk menyelesaikan masalah, tindakan pembalasan, mungkin dalam bentuk serangan bedah melintasi perbatasan, tampaknya mungkin terjadi dalam beberapa hari mendatang,” katanya kepada BBC.

    Namun Dr. Hussain khawatir serangan bedah di kedua belah pihak dapat “meningkat menjadi perang konvensional yang terbatas”.

    Christopher Clary dari Universitas Albany di AS percaya, mengingat skala serangan India, “kerusakan yang terlihat di lokasi-lokasi utama”, dan korban yang dilaporkan, Pakistan kemungkinan besar akan membalas.

    “Melakukan hal sebaliknya pada dasarnya akan memberikan izin kepada India untuk menyerang Pakistan setiap kali Delhi merasa dirugikan dan akan bertentangan dengan komitmen militer Pakistan untuk membalas dengan ‘quid pro quo plus’,” kata Clary, yang mempelajari politik Asia Selatan, kepada BBC.

    “Mengingat target yang ditetapkan India berupa kelompok dan fasilitas yang terkait dengan terorisme dan militansi di India, saya pikir ada kemungkinan – tetapi masih jauh dari pasti – bahwa Pakistan akan membatasi diri pada serangan terhadap target militer India,” katanya.

    Meskipun ketegangan meningkat, beberapa ahli masih berharap terjadinya de-eskalasi.

    “Ada peluang yang cukup besar bahwa kita bisa lolos dari krisis ini hanya dengan satu putaran serangan balasan dan satu periode peningkatan tembakan di sepanjang Garis Kontrol,” kata Tn. Clary.

    Namun, risiko eskalasi lebih lanjut masih tinggi, menjadikan ini krisis India-Pakistan yang “paling berbahaya” sejak 2002 – dan bahkan lebih berbahaya daripada kebuntuan tahun 2016 dan 2019, tambahnya.

     

    Apakah Pembalasan Pakistan Kini Tak Terelakkan?

    Para ahli di Pakistan mencatat bahwa meskipun tidak ada histeria perang menjelang serangan India, situasi dapat berubah dengan cepat.

    “Kita memiliki masyarakat politik yang sangat terpecah belah, dengan pemimpin paling populer di negara ini yang berada di balik jeruji besi. Pemenjaraan Imran Khan memicu reaksi keras dari masyarakat yang anti-militer,” kata Umer Farooq, seorang analis yang berdomisili di Islamabad dan mantan koresponden Jane’s Defence Weekly.

    “Saat ini, masyarakat Pakistan jauh lebih enggan mendukung militer dibandingkan tahun 2016 atau 2019 – gelombang histeria perang yang biasa terjadi tidak terlihat jelas. Namun, jika opini publik bergeser di Punjab bagian tengah, tempat sentimen anti-India lebih menonjol, kita dapat melihat peningkatan tekanan sipil terhadap militer untuk mengambil tindakan. Dan militer akan kembali populer karena konflik ini.”

    Dr Hussain menyuarakan sentimen serupa.

    “Saya yakin kebuntuan saat ini dengan India memberikan kesempatan bagi militer Pakistan untuk mendapatkan kembali dukungan publik, khususnya dari kelas menengah perkotaan yang baru-baru ini mengkritiknya karena dianggap melakukan campur tangan politik,” katanya.

    “Postur pertahanan aktif militer sudah diperkuat melalui media arus utama dan sosial, dengan beberapa media mengklaim bahwa enam atau tujuh jet India ditembak jatuh.

    “Meskipun klaim-klaim ini memerlukan verifikasi independen, klaim-klaim ini berfungsi untuk memperkuat citra militer di antara segmen masyarakat yang secara konvensional mendukung narasi pertahanan nasional di masa ancaman eksternal.”

     

    Bisakah India dan Pakistan keluar dari jurang perpecahan?

    India sekali lagi berjalan di garis tipis antara eskalasi dan menahan diri.

    Tak lama setelah serangan di Pahalgam, India segera membalas dengan menutup perbatasan utama, menangguhkan perjanjian pembagian air, mengusir diplomat, dan menghentikan sebagian besar visa bagi warga negara Pakistan. 

    Pasukan di kedua belah pihak saling tembak-menembak dengan senjata ringan, dan India melarang semua pesawat Pakistan memasuki wilayah udaranya, mengikuti langkah Pakistan sebelumnya. 

    Sebagai tanggapan, Pakistan menangguhkan perjanjian damai tahun 1972 dan mengambil tindakan balasannya sendiri.

    Hal ini mencerminkan tindakan India setelah serangan Pulwama 2019, ketika negara itu dengan cepat mencabut status negara paling disukai Pakistan, mengenakan tarif tinggi, dan menangguhkan hubungan perdagangan dan transportasi utama.

    Krisis meningkat ketika India melancarkan serangan udara di Balakot, diikuti oleh serangan udara balasan Pakistan dan penangkapan pilot India Abhinandan Varthaman, yang semakin meningkatkan ketegangan. 

    Namun, saluran diplomatik akhirnya berhasil meredakan ketegangan, dengan Pakistan melepaskan pilot tersebut sebagai isyarat niat baik.

     

    SUMBER: BBC

  • Panas Negara Nuklir Asia, Pakistan Tembak 5 Jet India-Tawan Militer

    Panas Negara Nuklir Asia, Pakistan Tembak 5 Jet India-Tawan Militer

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Asif mengklaim pihaknya sudah menembak jatuh 5 jet tempur India, Rabu (7/5/2025). Hal ini terjadi setelah India mengatakan telah melancarkan serangan ke negara itu.

    Dalam laporan media Sri Lanka, Sri Lanka Guardian, Asif mengeklaim 5 pesawat itu ditembak dalam sejumlah rangkaian. Pada pukul 02.45 waktu setempat, Islamabad menembak dua pesawat milik India. Lalu, pesawat ketiga berjenis Rafale ditembak 17 mil dari wilayah udara Pakistan.

    “Pada Pukul 05.00 kami berhasil menembak total 5 pesawat. 3 jet Rafale, 1 Sukhoi Su-30, dan 1 MiG-29,” ujarnya.

    Di forum yang sama, Asif juga mengatakan beberapa tentara India telah ditawan. Namun, belum dijelaskan secara pasti asal dan nasib para tentara Negeri Hindustan itu.

    Pada Rabu dini hari, India menyerang sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir Pakistan. Angkatan Darat India pada hari Rabu merilis komentar publik pertamanya dengan mengatakan bahwa keadilan telah ditegakan terhadap pihak yang bertanggung jawab atas serangan Pahalgam beberapa hari lalu.

    “Keadilan Ditegakkan. Jai Hind! (Kemenangan untuk India),” tulis Angkatan Darat India pada X dalam pernyataan singkat.

    Sejauh ini, Islamabad melaporkan sedikitnya tiga orang tewas dan 12 orang terluka akibat serangan ini. Asif menyebut bahwa “warga sipil tewas, termasuk wanita dan anak-anak” dalam operasi militer India.

    “India mengklaim telah menyerang kamp-kamp teroris; ini tidak benar, media internasional dapat mengunjungi tempat-tempat yang menjadi sasaran warga sipil,” kata Asif dalam sebuah pernyataan.

    Eskalasi antara dua kekuatan nuklir Asia ini terjadi setelah teroris menembak mati 26 warga sipil di daerah Pahalgam, tepatnya di Lembah Baisaran, tujuan wisata populer di Wilayah Persatuan Jammu dan Kashmir yang dikelola India pada tanggal 22 April.

    Front Perlawanan, yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok militan yang bermarkas di Pakistan, Lashkar-e-Taiba, awalnya mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut tetapi kemudian tampaknya menarik kembali klaimnya. Pihak berwenang India telah menetapkan tiga orang sebagai tersangka, dua di antaranya adalah warga negara Pakistan.

    Setelah insiden tersebut, India menuduh Pakistan mendukung militan bersenjata yang terlibat dalam operasi lintas batas-tuduhan yang dibantah keras oleh Pakistan. Pekan lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi memberikan “kebebasan operasional penuh” kepada angkatan bersenjata negara itu untuk menanggapi serangan teroris.

    (tps)

  • PM Pakistan Beri Lampu Hijau ke Pasukan Militer untuk Tembak Jet, Balas Serangan India – Halaman all

    PM Pakistan Beri Lampu Hijau ke Pasukan Militer untuk Tembak Jet, Balas Serangan India – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Pakistan Muhammad Shehbaz Sharif memberikan izin kepada pasukan militernya untuk melakukan serangan balasan ke India.

    Izin ini diungkap Shehbaz setelah menggelar pertemuan darurat dengan Komite Keamanan Nasional Pakistan, Rabu (7/5/2025).

    Dalam keterangan resminya, ia mengatakan bahwa Komite Keamanan Nasional setuju memberikan wewenang kepada Angkatan Bersenjata Pakistan untuk melakukan tindakan yang sesuai sebagai respons terhadap agresi tersebut.

    “Angkatan Bersenjata Pakistan telah diberi wewenang untuk melakukan tindakan yang sesuai terkait ini,” kata Sharif, seperti dikutip The Times.

    Sharif berdalih tindakannya diambil sebagai respons atas “Operasi Sindoor” militer India hingga mengenai area sipil dan menyebabkan korban jiwa di kalangan masyarakat sipil.

    Meski prajurit angkatan udara India Vyomika Singh, mengklaim bahwa operasinya hanya menargetkan “sembilan kamp teroris” di Pakistan.

    Namun menurut otoritas Pakistan, serangan itu menewaskan delapan orang, termasuk anak-anak, dan melukai lebih dari 35 orang.

    Alasan ini yang kemudian membuat Pakistan murka, hingga PM Sharif memberikan izin membalas serangan India sesuai dengan Pasal 51 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Pasal ini menegaskan hak negara-negara anggota PBB untuk menggunakan kekuatan untuk membela diri jika diserang.

    Termasuk memungkinkan Pakistan untuk merespons agresi dengan cara yang dianggap tepat apabila diserang oleh India.

    “Penargetan warga sipil yang disengaja, termasuk wanita dan anak-anak yang tidak bersalah, oleh militer India merupakan kejahatan keji dan memalukan yang melanggar semua norma perilaku manusia dan ketentuan hukum internasional.” tegas Sharif.

    Pakistan Tembak Jatuh 5 Jet India

    Sebelumnya Sharif memberikan izin untuk melakukan serangan balasan, pada hari yang sama militer Pakistan mengklaim telah menembak jatuh sedikitnya lima pesawat militer India.

    Termasuk diantaranya tiga Rafale, satu Su-30MKI, dan satu MiG-29.

    Selain itu, Pakistan juga mengklaim telah menembak jatuh sebuah drone IAI Heron dan menghancurkan markas brigade India serta beberapa pos pemeriksaan di sepanjang Garis Kontrol (LoC) .

    Tindakan itu dilakukan setelah India melancarkan serangan udara besar-besaran yang disebut Operasi Sindoor dengan menargetkan sembilan lokasi di wilayah yang dikelola Pakistan.

    India berdalih serangan dilakukan sebagai balasan atas serangan teroris di Pahalgam, Kashmir, yang menewaskan 26 wisatawan pada 22 April 2025.

    Meski Pakistan menyangkal tidak terlibat dalam insiden berdarah itu, namun India bersikukuh menuduh kelompok militan yang didukung Pakistan bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Pertikaian inilah yang kemudian memicu konflik, hingga menyebabkan aksi saling adu tembak antar kedua negara.

    Imbas insiden ini Militer Pakistan mengatakan sedikitnya dua orang tewas dan 12 lainnya terluka akibat serangan India.

    Sementara Islamabad melaporkan rudal menghantam sebuah masjid di kota Bahawalpur, Punjab, hingga menewaskan seorang anak dan melukai dua warga sipil.

     PBB Desak India-Pakistan Tahan Diri

    Merespons konflik yang terjadi di India dan Pakistan, Sekretaris Jenderal PBB (Sekjen PBB) Antonio Guterres menyampaikan kekhawatiran mendalam atas serangan rudal ini.

    Ia juga mendesak kedua belah pihak untuk segera menahan diri demi menghindari eskalasi yang lebih besar.

    “Sekjen PBB sangat prihatin dengan operasi militer India di sepanjang Garis Kontrol dan perbatasan internasional. Ia menyerukan pengekangan militer maksimum dari kedua negara,” kata juru bicaranya Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Anadolu.

    “Dunia tidak mampu menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan,” tambahnya.

    Komentar serupa juga diungkapkan Presiden AS Donald Trump.

    Trump menyatakan rasa prihatin terkait serangan yang terjadi pada dini hari tersebut.

    “Ini memalukan. Baru mendengarnya. Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan sedikit kejadian di masa lalu. Mereka telah bertempur untuk waktu yang lama. Mereka telah bertempur selama beberapa dekade. Saya harap ini berakhir dengan sangat cepat,” kata Trump.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • 7 Reaksi Pemimpin Dunia atas Konflik India dan Pakistan, Israel Dukung Hak New Delhi Membela Diri – Halaman all

    7 Reaksi Pemimpin Dunia atas Konflik India dan Pakistan, Israel Dukung Hak New Delhi Membela Diri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Konflik bersenjata kembali meletus antara India dan Pakistan, dua negara bersenjata nuklir yang sudah lama berseteru.

    India meluncurkan Operasi Sindoor dengan menargetkan wilayah Pakistan dan Kashmir yang dikuasai Pakistan, yang dituduh sebagai basis kelompok teroris.

    Sebagai balasan, Pakistan menyerang posisi militer India dan mengklaim menembak jatuh sejumlah pesawat tempur.

    Sedikitnya 26 orang tewas di Pakistan dan 10 lainnya di Kashmir yang dikuasai India, menurut pejabat dari kedua pihak.

    Ketegangan ini memicu keprihatinan dari berbagai pemimpin dunia, yang menyerukan deeskalasi dan penyelesaian damai.

    Berikut ini tujuh reaksi para pemimpin dunia terhadap eskalasi konflik tersebut:

    1. Presiden AS Donald Trump: “Saya harap ini segera berakhir”

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyayangkan terjadinya konflik tersebut.

    “Sayang sekali. Baru saja mendengarnya,”

    “Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan sedikit kejadian di masa lalu,” kata Trump seperti dikutip dari Al Jazeera.

    “Mereka sudah lama berjuang. Mereka sudah berjuang selama beberapa dekade,”

    “Saya harap ini segera berakhir.”

    2. Menlu AS Marco Rubio: Dukung Penyelesaian Damai

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyatakan Washington memantau situasi secara ketat.

    “Saya memantau situasi antara India dan Pakistan dengan saksama,” tulisnya di X.

    “Saya sependapat dengan komentar @POTUS hari ini bahwa semoga ini segera berakhir dan akan terus melibatkan pemimpin India dan Pakistan menuju penyelesaian damai.”

    3. Sekjen PBB Antonio Guterres: Dunia Tak Bisa Menanggung Konfrontasi Ini

    Melalui juru bicaranya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam atas operasi militer India.

    “Sekretaris Jenderal sangat prihatin dengan operasi militer India di Garis Kontrol dan perbatasan internasional,” ujarnya dalam pernyataan resmi.

    “Dunia tidak mampu menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan.”

    4. Prancis: India Berhak Lindungi Diri, Tapi Tahan Diri Penting

    Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot menyerukan penahanan diri dari kedua pihak.

    “Kami memahami keinginan India untuk melindungi dirinya dari momok terorisme,” katanya di TF1.

    “Tetapi kami jelas meminta India dan Pakistan untuk menahan diri guna menghindari eskalasi dan, tentu saja, untuk melindungi warga sipil.”

    5. Jepang: Hindari Perang Skala Penuh

    Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi mengutuk keras aksi terorisme yang terjadi di Kashmir pada 22 April.

    Ia juga menyatakan kekhawatiran bahwa situasi ini dapat meningkat menjadi konflik militer besar.

    “Demi perdamaian dan stabilitas Asia Selatan, kami sangat mendesak India dan Pakistan untuk menahan diri dan menstabilkan situasi melalui dialog,” tegas Hayashi.

    6. UEA: Diplomasi Adalah Kunci Perdamaian

    Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Abdullah bin Zayed Al Nahyan, mengimbau kedua negara menahan diri dan menghindari eskalasi lebih lanjut.

    “Diplomasi dan dialog tetap menjadi cara paling efektif untuk menyelesaikan krisis secara damai,” bunyi pernyataan resmi pemerintah UEA.

    7. Israel: Dukung Hak India untuk Membela Diri

    Duta Besar Israel untuk India, Reuven Azar, menyatakan dukungan penuh terhadap tindakan India.

    “Israel mendukung hak India untuk membela diri,”

    “Teroris harus tahu bahwa tidak ada tempat untuk bersembunyi dari kejahatan keji mereka terhadap orang yang tidak bersalah,” tulisnya melalui akun X resminya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Donald Trump Berharap Konflik India-Pakistan Berakhir dengan Sangat Cepat, Ketegangan yang Memalukan – Halaman all

    Donald Trump Berharap Konflik India-Pakistan Berakhir dengan Sangat Cepat, Ketegangan yang Memalukan – Halaman all

    Donald Trump Berharap Konflik India-Pakistan Berakhir dengan Sangat Cepat, Ketegangan Memalukan

    TRIBUNNEWS.COM- Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa bahwa ia berharap bentrokan antara India dan Pakistan yang bersenjata nuklir berakhir “sangat cepat,” setelah pasukan New Delhi melancarkan serangan dan Islamabad bersumpah akan melakukan pembalasan.

    “Sangat disayangkan, kami baru saja mendengarnya,” kata Donald Trump di Gedung Putih, setelah pemerintah India mengatakan telah menyerang “kamp teroris” di wilayah tetangga baratnya menyusul serangan mematikan terhadap wisatawan di Kashmir yang dikelola India.

    “Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan masa lalu. Mereka telah berjuang selama beberapa dekade dan abad, jika Anda benar-benar memikirkannya,” tambahnya.

    India dan Pakistan telah terlibat dalam tiga perang besar sejak memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947. 

    Keduanya mengklaim Kashmir secara penuh tetapi mengelola wilayah terpisah di wilayah yang disengketakan tersebut.

    “Saya hanya berharap ini segera berakhir,” kata Trump.

    India secara luas diperkirakan akan menanggapi secara militer sejak orang-orang bersenjata menembak mati 26 orang di Kashmir yang dikelola India.

    New Delhi menyalahkan militan yang katanya berasal dari kelompok Lashkar-e-Taiba yang bermarkas di Pakistan, organisasi teroris yang ditetapkan PBB.

    Militer Pakistan mengatakan serangan India menargetkan tiga lokasi di Kashmir yang dikelola Pakistan dan dua lokasi di provinsi Punjab, provinsi terpadat di negara itu.

    Islamabad mengatakan bahwa tiga warga sipil, termasuk seorang anak, tewas dalam serangan India.

    Serangan India terjadi beberapa jam setelah Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan seruan baru untuk tenang.

    “Kami terus mendesak Pakistan dan India untuk bekerja menuju resolusi yang bertanggung jawab yang menjaga perdamaian jangka panjang dan stabilitas regional di Asia Selatan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Tammy Bruce kepada wartawan.

    Pernyataan tersebut muncul setelah Perdana Menteri India Narendra Modi memperingatkan akan menghentikan aliran air melintasi perbatasan setelah serangan Kashmir.

     

     

     

    Trump: Ketegangan India dan Pakistan Hal yang Memalukan

    Presiden AS Donald Trump menggambarkan ketegangan terbaru antara India dan Pakistan sebagai “suatu hal yang memalukan” dan menyatakan harapan agar ketegangan antara kedua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir itu berakhir “dengan sangat cepat.”

    Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada hari Selasa ketika ditanya tentang reaksinya terhadap serangan antara India dan Pakistan, Trump berkata: “Ini memalukan. Kami baru mendengarnya saat kami memasuki pintu Oval.”

    “Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan sedikit kejadian di masa lalu. Mereka telah berjuang untuk waktu yang lama. Anda tahu, mereka telah berjuang selama beberapa dekade dan abad, sebenarnya, jika Anda benar-benar memikirkannya,” katanya.

    “Saya hanya berharap ini segera berakhir,” imbuhnya.

    Beberapa menit sebelum konferensi pers di Gedung Putih, militer India mengatakan pihaknya melancarkan serangan di bawah apa yang dijulukinya “Operasi Sindoor,” yang menargetkan lokasi di Pakistan dan Jammu Kashmir yang dikelola Pakistan.

    Peristiwa ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara terkait serangan bulan lalu terhadap resor wisata Pahalgam di Kashmir yang dikelola India.

     

    SUMBER: AFP, ANADOLU AJANSI

  • India Mengebom Pakistan Setelah Serangan Teror, Tak Lama Berselang, Pakistan Membalas Serangan – Halaman all

    India Mengebom Pakistan Setelah Serangan Teror, Tak Lama Berselang, Pakistan Membalas Serangan – Halaman all

    India Mengebom Pakistan Setelah Serangan Teror, Tak Lama Berselang, Pakistan Membalas Serangan

    TRIBUNNEWS.COM- India melancarkan serangan udara terhadap Pakistan pada Selasa (6/5/2025) malam dan Rabu (7/5/2025) dini hari, membawa kedua negara bersenjata nuklir itu ke ambang perang.

    Kementerian Pertahanan India mengumumkan pihaknya telah melakukan serangan terhadap sembilan lokasi di seluruh negeri, dua minggu setelah militan bersenjata membunuh 26 turis di Kashmir yang dikelola India.

    Islamabad berjanji akan menanggapi apa yang disebutnya sebagai serangan “pengecut dan memalukan” yang dilancarkan oleh pesawat-pesawat di wilayah udara India.

    “Saya tegaskan: Pakistan akan menanggapi ini di waktu dan tempat yang dipilihnya sendiri. Provokasi keji ini tidak akan dibiarkan begitu saja,” kata juru bicara militer.

    “Pakistan sepenuhnya memiliki hak untuk menanggapi dengan tegas tindakan perang yang dipaksakan oleh India ini, dan tanggapan tegas sedang diberikan.”

    Militer Pakistan mengatakan rudal India menghantam dua kota di wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan, Kotli dan Muzaffarabad, serta sebuah masjid di kota Bahawalpur di provinsi Punjab. Pakistan mengklaim delapan warga sipil tewas dan 35 orang terluka.

    Namun, pernyataan dari militer India yang mengumumkan peluncuran Operasi Sindoor, yang merujuk pada bubuk merah yang dikenakan oleh wanita Hindu yang sudah menikah, mengatakan: “Tindakan kami terfokus, terukur, dan tidak bersifat eskalatif. Tidak ada fasilitas militer Pakistan yang menjadi sasaran.”

    PTV, layanan media pemerintah, melaporkan bahwa tentara Pakistan telah menembak jatuh dua jet India, mengutip sumber keamanan. Delhi belum menanggapi klaim tersebut pada Selasa malam.

    Presiden Donald Trump mengatakan ia berharap pertempuran akan segera berakhir ketika ia ditanya tentang serangan di Ruang Oval.

    India menuduh Pakistan mendalangi serangan teror Kashmir, salah satu serangan terburuk yang dialami negara itu dalam beberapa dekade.

    Islamabad membantah terlibat, sementara para pejabat mengatakan Delhi belum memberikan bukti apa pun atas keterlibatannya.

    Kedua negara bersenjata nuklir ini telah berperang beberapa kali memperebutkan Kashmir, yang dibagi selama Pemisahan tahun 1947.

    Serangan India menghantam masjid Subhanullah di Bahawalpur, yang diklaim intelijen India sebagai markas besar Jaish-e-Mohamed, kelompok teror yang bermarkas di Pakistan yang telah melakukan serangan di Kashmir.

    Rekaman yang diunggah di media sosial menunjukkan ledakan besar berwarna oranye yang menerangi malam sementara para penonton menyaksikannya dari pinggir jalan. Para pejabat Pakistan mengklaim seorang anak tewas dalam serangan itu.

    Daerah pedesaan dekat Muzaffarabad yang pernah digunakan oleh Lashkar-e-Taiba, kelompok teror di balik serangan tahun 2008 yang menewaskan 166 orang juga menjadi sasaran.

    Badan mata-mata Pakistan yang kuat, Inter-Services Intelligence (ISI), membantu mengatur pembantaian yang menghancurkan itu, menurut interogasi dalang Pakistan-Amerika, David Headley.

    Negara ini telah memelihara hubungan dekat dengan kelompok teror yang menarget India, terkadang menyalurkan para pejuang melintasi perbatasan ke Kashmir yang dikelola India. 

    Namun, Bapak Sharif menolak klaim Delhi bahwa Islamabad berada di balik serangan Pahalgam dan menyerukan “penyelidikan yang netral”. 

    Serangan rudal India terjadi pada hari yang sama ketika Narendra Modi, Perdana Menteri India, mengumumkan penandatanganan perjanjian perdagangan dengan Inggris. 

    Amerika Serikat juga semakin dekat dengan Delhi dalam beberapa bulan terakhir, dengan JD Vance, wakil residen, berkunjung menjelang kesepakatan tarif potensial. 

    Ketegangan di kawasan tersebut meningkat sejak serangan teror Kashmir pada tanggal 22 April, dengan Delhi mengumumkan berakhirnya partisipasinya dalam perjanjian air Indus tahun 1960, yang mengatur aliran sungai Indus antara kedua negara. 

    Sebelum pemogokan, Bapak Modi mengatakan bahwa “air India akan digunakan untuk kepentingan India” dan keputusan tersebut tidak akan dibatalkan.

    India terakhir kali melancarkan serangan udara melintasi perbatasan Pakistan pada tahun 2019, menghantam apa yang digambarkannya sebagai kamp pelatihan teror di Balakot setelah militan menewaskan 40 tentara India. 

    Putaran pertempuran ini mungkin lebih sulit dikendalikan, karena lebih banyak lokasi yang menjadi sasaran di Pakistan. 

    Para pejabat India mengatakan kepada The Telegraph dalam beberapa hari terakhir bahwa negara itu masih sangat trauma dengan serangan Mumbai dan merasa keseimbangan keamanan perlu dinilai ulang untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. 

    Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, mengatakan pada Selasa malam: “Kami akan memberikan respons yang jauh lebih hebat daripada serangan mereka sendiri. Mereka tidak hanya menyerang warga sipil, tetapi mereka melakukannya dari wilayah udara mereka sendiri.” 

    Mark Rutte, Sekretaris Jenderal PBB, meminta kedua pihak untuk menahan diri. “Dunia tidak mampu menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan,” katanya. 

    Sadanand Dhume, seorang peneliti di lembaga pemikir American Enterprise Institute (AEI), mengatakan bahwa konflik yang meletus ini berpotensi meningkat melampaui aksi saling balas pada tahun 2019. 

    “Pada tahun 2019 dan 2025, India secara eksplisit mengisyaratkan pengekangan diri. Pesannya kepada Pakistan dan dunia: Kami harus melakukan sesuatu, tetapi kami tidak ingin ini menjadi tidak terkendali. Perbedaannya: Pada tahun 2019 Pakistan ikut bermain. Mereka melancarkan serangan balasan simbolis, menunjukkan kemurahan hati dengan memulangkan pilot MiG-21 India yang ditembak jatuh, dan tidak melakukan eskalasi lebih lanjut,” tulisnya di X. 

    Masjid Hancur di Wilayah Kashmir yang Dikelola Pakistan

    Beredar foto-foto sebuah masjid di Muzaffarabad, ibu kota Kashmir yang dikuasai Pakistan, yang dihancurkan oleh serangan India yang melukai sedikitnya seorang anak.

    Sisa puing-puing masjid terlihat di wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan.

    Seorang tentara berjaga di atap masjid yang hancur di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan.

    Orang-orang berdiri di dekat reruntuhan masjid di wilayah Kashmir yang dikelola Pakistan.

     

    Pesawat tak dikenal jatuh di Kashmir

    Sebuah pesawat terbang jatuh di gedung sekolah dekat kota utama Kashmir yang dikelola India, AP melaporkan.

    Jet tersebut, yang asal usulnya tidak diketahui, jatuh pada Rabu pagi di desa Wuyan dekat Srinigar, ibu kota yang indah di wilayah Jammu dan Kashmir.

    Foto-foto di lokasi kejadian menunjukkan pesawat itu pecah menjadi beberapa bagian.

    Kecelakaan itu dilaporkan menyebabkan kebakaran besar yang memerlukan waktu beberapa jam bagi petugas pemadam kebakaran untuk memadamkannya.

    Jumlah korban tidak diketahui.

     

    Berikutnya Apa yang Akan Terjadi?

    Tak lama setelah melancarkan serangan militer terhadap sembilan lokasi di Pakistan, India menyatakan bahwa “keadilan telah ditegakkan”.

    Negara itu memilih membalas dendam menyusul pembantaian turis India di Kashmir pada bulan April oleh teroris, dan mereka menyalahkan Islamabad.

    Saat dunia dengan cemas menyaksikan bentrokan tersebut, pertanyaannya tetap: seberapa jauh eskalasi ini akan berlangsung dan mungkinkah ini merupakan perang antara dua musuh bebuyutan yang memiliki senjata nuklir?

    Dari semua pesan militer yang disampaikan Delhi, bahasa yang digunakannya dengan hati-hati tidak mengarah pada konflik terbuka yang tak terkendali, tetapi pada sejarah aksi saling balas dan konfrontasi yang terkendali.

     

    Sekolah ditutup di beberapa wilayah di India dan Pakistan

    Sekolah akan ditutup pada hari Rabu di beberapa wilayah di India dan Pakistan, BBC melaporkan.

    Pakistan telah menutup sekolah-sekolah di ibu kota Islamabad dan provinsi Punjab, dan otoritas di Kashmir yang dikelola India telah menutup semua lembaga pendidikan di lima wilayah.

     

     

    Tiga warga sipil India tewas, kata militer India

    Tiga warga sipil India tewas akibat penembakan Pakistan di Kashmir, klaim tentara India.

    Hal ini menambah jumlah korban tewas warga sipil menjadi 11 orang sejak konflik meningkat pada hari Selasa. Delapan orang lainnya di Pakistan, termasuk sedikitnya satu anak, tewas.

     

     

    Pakistan: ‘Balasan sudah dimulai’

    Pembalasan Pakistan terhadap serangan India “telah dimulai”, kata menteri pertahanan negara itu.

    Khawaja Muhammad Asif mengatakan kepada AFP: “Balasan sudah dimulai. Kami tidak akan butuh waktu lama untuk menyelesaikan masalah ini.”

    Tuan Asif juga menuduh Narendra Modi, Perdana Menteri India, menyerang Pakistan untuk “menopang” popularitasnya.

    Sebelumnya, Pakistan menyatakan akan membalas serangan itu, kata menteri kepada BBC

    Seorang menteri Pakistan mengatakan kepada BBC bahwa India telah “melewati batas kami” dan mengatakan Pakistan akan membalas.

    Attaullah Tarar, menteri informasi Pakistan, bereaksi terhadap berita bahwa India melancarkan serangan udara terhadap Pakistan.

    Menteri tersebut mengisyaratkan bahwa Pakistan akan menanggapi serangan India, yang disebutnya sebagai “agresi yang tidak dapat dibenarkan” dan “agresi yang benar-benar buta”. 

    Tarar berkata: “Kami tentu akan membalas. Respons kami adalah melalui darat dan udara.”

     

     

    India kehilangan lima pesawat, kata militer Pakistan

    Pakistan telah menembak jatuh lima pesawat India, kata juru bicara militer Pakistan.

    Juru bicara itu mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada pesawat Pakistan yang hilang pada malam pertempuran itu, yang menyebabkan kedua belah pihak saling tembak di sepanjang garis kontrol yang memisahkan kedua negara.

    Menteri Informasi Pakistan sebelumnya mengklaim bahwa tentara negara itu menembak jatuh tiga jet India dan satu pesawat tak berawak.

    Telegraph tidak dapat memverifikasi klaim tersebut secara independen.

     

     

     

    SUMBER: TELEGRAPH

  • ‘Operasi Sindoor’ Sandi Perang India Serang Pakistan: Bermakna Tanda Merah di Dahi Perempuan India – Halaman all

    ‘Operasi Sindoor’ Sandi Perang India Serang Pakistan: Bermakna Tanda Merah di Dahi Perempuan India – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, INDIA –  Militer India meluncurkan serangan ke Pakistan pada Rabu  (7/5/2025) dini hari pukul 01.44 waktu setempat.

    Serangan yang dinamakan “Operasi Sindoor” ini diklaim militer India berhasil menghancurkan 9 pangkalan militer di Pakistan dan Kashmir yang diduduki Pakistan (PoK). 

    Dikutip dari Times of India, ini merupakan operasi militer tiga angkatan yakni Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara.

    Kementerian Pertahanan India mengatakan Operasi Sindoor “terfokus, terukur, dan tidak eskalatif”.

    Sasarannya termasuk markas besar Jaish-e-Mohammed (JeM) di Bahawalpur dan markas Lashkar-e-Taiba (LeT) di Muridke, kantor berita PTI melaporkan.

    Dikutip dari Newsweek serangan India menewaskan setidaknya 8 orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    Serangan rudal tersebut menghantam sejumlah lokasi di Kashmir dan provinsi Punjab  Pakistan menurut pejabat setempat.

    Satu rudal dilaporkan menghantam sebuah masjid di kota Bahawalpur, menewaskan seorang anak dan melukai seorang wanita dan seorang pria.

    Juru bicara militer Pakistan, Letnan Jenderal Ahmed Sharif, mengatakan serangan tersebut melukai sedikitnya 38 orang di sejumlah lokasi.

    Penasihat Keamanan Nasional Ajit Doval dilaporkan mengadakan lebih dari 15 pertemuan tingkat tinggi dengan pejabat keamanan dan pertahanan untuk mengawasi perencanaan dan pelaksanaan serangan ke Pakistan.

    Mengapa Dinamai Operasi Sindoor?

    Sindoor atau merah tua adalah tanda wanita Hindu yang sudah menikah dan merujuk pada pembantaian Pahalgam pada 22 April termasuk diantara korban adalah mereka yang baru menikah.

    Tilak sindoor juga dikenakan dengan bangga oleh para prajurit.

    “Beberapa waktu lalu, Angkatan Bersenjata India meluncurkan OPERASI SINDOOR, yang menyerang infrastruktur teroris di Pakistan dan Jammu dan Kashmir yang diduduki Pakistan, tempat serangan teroris terhadap India telah direncanakan dan diarahkan. Secara keseluruhan, sembilan lokasi telah menjadi sasaran,” kata pernyataan yang dikeluarkan oleh Angkatan Darat India.

    Dikutip dari India Times, Operasi Sindoor  memanusiakan para korban dan penyintas pembantaian Pahalgam dan tidak membiarkan nyawa melayang dalam jumlah yang tak bernyawa.

    Sedikit bedak merah terang di dahi pengantin wanita adalah untuk menandai kehadiran suaminya dalam kehidupannya.

    Ini menandakan bahwa wanita tersebut telah menikah dan suaminya masih hidup.

    Ini memiliki makna tradisional dan budaya dalam kehidupan wanita Hindu yang telah menikah.

    Dalam beberapa tradisi, sindoor dikaitkan dengan Dewi Parvati, yang dianggap sebagai lambang pengabdian dalam pernikahan.

    Sindoor atau vermillion juga merupakan tanda seorang prajurit.

    Para prajurit di India telah membubuhkan tika atau tilak, yang sering kali berupa sindoor, di dahi mereka saat mereka maju menghadapi musuh yang menyerbu.

    Prajurit Rajput dan Maratha digambarkan dengan tanda merah berkilau di dahi saat mereka mengangkat kepala tinggi-tinggi kala berperang melawan musuh demi tanah dan Dharma mereka.

    Ini juga menjadi pertempuran untuk Dharma, yang merupakan kebenaran, karena darah warga negara yang tidak bersalah telah tertumpah.

    Serangan Rudal India adalah ‘Tindakan Perang’

    Dalam sebuah pernyataan, Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengatakan bahwa “Pakistan memiliki hak untuk memberikan tanggapan yang tegas terhadap tindakan perang yang dipaksakan oleh India ini dan tanggapan yang tegas memang sedang diberikan.”

    Televisi Pakistan yang dikelola pemerintah, mengutip pejabat keamanan, mengatakan angkatan udara Pakistan menembak jatuh dua jet India tetapi tidak memberikan rincian tambahan.

    Sharif mengatakan seluruh bangsa mendukung Angkatan Bersenjata Pakistan dan moral serta semangat rakyat Pakistan tinggi.

    “Bangsa Pakistan dan Angkatan Bersenjata Pakistan tahu betul bagaimana menghadapi musuh,” katanya. “Kami tidak akan pernah membiarkan musuh berhasil dalam tujuan jahatnya.”

    Warga Muzaffarabad Ceritakan Ketakutan Selama Serangan Udara

    Di Muzaffarabad, kota utama di Kashmir yang dikelola Pakistan, penduduk menggambarkan suasana kekacauan setelah beberapa ledakan.

    Abdul Sammad, penduduk setempat, mengatakan ia mendengar beberapa ledakan dan melihat warga sipil terluka.

    Pihak berwenang segera memutus aliran listrik, membuat kota menjadi gelap gulita sementara orang-orang berlarian panik.

    Serangan rudal tersebut menghancurkan tembok, meninggalkan puing-puing berserakan di seluruh lingkungan sementara warga dengan hati-hati memeriksa kerusakan di rumah mereka.

    “Kami khawatir rudal berikutnya akan mengenai rumah kami,” kata Mohammad Ashraf, yang seperti banyak orang lainnya, mencari perlindungan di ruang terbuka dan di jalan.

    Waqar Noor, menteri dalam negeri wilayah tersebut, mengonfirmasi bahwa rumah sakit telah ditetapkan dalam status darurat untuk merawat korban luka.

    Sebagai tanggapan atas serangan tersebut, Pakistan menutup sekolah-sekolah di Kashmir yang dikelola Pakistan dan provinsi Punjab dan telah menutup sekolah-sekolah agama untuk mengantisipasi kemungkinan serangan India.

    Ketegangan tetap tinggi di sepanjang Garis Kontrol, perbatasan yang disengketakan yang membagi Kashmir, tempat terjadinya baku tembak hebat antara pasukan India dan Pakistan.

    Situasi ini menandai salah satu eskalasi paling serius antara kedua negara tetangga bersenjata nuklir tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

  • Serangan Rudal India Tewaskan 3 Warga, Pakistan Bersumpah Akan Membalas

    Serangan Rudal India Tewaskan 3 Warga, Pakistan Bersumpah Akan Membalas

    Jakarta

    India menembakkan rudal ke wilayah Pakistan dalam eskalasi ketegangan besar antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu. Sementara itu, Islamabad bersumpah untuk membalas serangan tersebut yang menewaskan 3 warga sipil.

    Dilansir AFP, Rabu (7/5/2025), pemerintah India mengatakan telah menyerang 9 lokasi, menggambarkannya sebagai “serangan presisi terhadap kamp-kamp teroris” di Kashmir yang dikelola Pakistan, beberapa hari setelah menyalahkan Islamabad atas serangan mematikan di wilayah sengketa yang dikelola India.

    Tiga warga sipil terluka dalam serangan itu, yang menghantam sedikitnya 5 lokasi, Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif mengatakan kepada AFP.

    “Kami telah mengonfirmasi laporan tiga warga sipil tewas, termasuk seorang anak,” kata Asif.

    Sebelumnya, militer Pakistan mengatakan bahwa 5 lokasi itu termasuk 3 di Kashmir yang dikelola Pakistan dan 2–Bahawalpur dan Muridke–di Provinsi Punjab yang paling padat penduduknya di negara itu.

    Koresponden AFP di Kashmir dan Punjab yang dikelola Pakistan mendengar beberapa ledakan keras.

    Tak lama setelah itu, India menuduh Pakistan menembakkan artileri melintasi Garis Kontrol, perbatasan de facto di Kashmir, yang dapat didengar oleh koresponden AFP di wilayah tersebut.

    India secara luas diperkirakan akan menanggapi secara militer serangan pada 22 April terhadap wisatawan di Kashmir yang dikelola India bulan lalu oleh orang-orang bersenjata yang katanya berasal dari kelompok Pakistan Lashkar-e-Taiba, organisasi teroris yang ditetapkan PBB.

    New Delhi menyalahkan Islamabad karena mendukung serangan itu, yang memicu serangkaian ancaman panas dan tindakan diplomatik balasan.

    Pakistan menolak tuduhan tersebut, dan kedua belah pihak telah saling tembak-menembak setiap malam sejak 24 April di sepanjang perbatasan de facto di Kashmir, Garis Kontrol yang demiliterisasi, menurut tentara India.

    Serangan rudal pada Rabu (7/5), merupakan peningkatan ketegangan yang berbahaya antara kedua negara tetangga Asia Selatan tersebut, yang telah berperang berkali-kali sejak mereka memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1947.

    Selama berhari-hari masyarakat internasional telah memberikan tekanan kepada Pakistan dan India untuk mundur dari ambang perang.

    Ketika ditanya tentang serangan tersebut, Presiden AS Donald Trump mengatakan kepada wartawan di Washington bahwa ia berharap pertempuran “berakhir dengan sangat cepat”.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini