Kasus: Teroris

  • Menlu AS Rubio Kunjungi Meksiko di tengah Operasi Basmi Kartel

    Menlu AS Rubio Kunjungi Meksiko di tengah Operasi Basmi Kartel

    JAKARTA – Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio akan bertemu dengan para pemimpin Meksiko dalam lawatan pertamanya ke negara itu sejak menjabat.

    Kunjungan ini merupakan bagian dari upaya pemerintahan Trump untuk memberantas imigrasi ilegal dan kartel narkoba, serta melawan pengaruh China di Amerika Latin.

    Diplomat tertinggi Washington akan mengunjungi Mexico City dan Ekuador dalam lawatan terbarunya ke kawasan tersebut. Di sana, Rubio akan bertemu dengan rekan-rekan sejawat dan presiden kedua negara.

    Rubio, menteri luar negeri AS keturunan Latin pertama, melakukan perjalanan ke negara-negara di Amerika Tengah dan Karibia dalam lawatan luar negeri pertamanya setelah menjabat, seiring upaya pemerintah untuk kembali fokus ke Amerika Latin.

    Dilansir Reuters, Rabu, 3 September, lawatan ke Meksiko dan Ekuador ini dilakukan setelah militer AS menyerang kapal dari Venezuela di Karibia pada Selasa yang menurut para pejabat AS membawa narkoba ilegal.

    Ini adalah operasi pertama yang diketahui sejak gelombang kapal perang baru-baru ini yang dikerahkan pemerintahan Trump ke wilayah tersebut, yang telah meningkatkan ketegangan antara Washington dan Caracas.

    Kunjungan ini dilakukan di saat Trump juga mengintensifkan kampanyenya untuk mendeportasi migran ilegal di AS, mengirim agen federal ke kota-kota besar di AS, dan mendorong kuota penangkapan harian yang tinggi.

    Tindakan keras terhadap imigrasi ilegal telah menuai kritik dari beberapa negara Amerika Latin, termasuk Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum, yang mengecam penggerebekan imigrasi baru-baru ini di Amerika Serikat.

    Meskipun Sheinbaum telah mempertahankan hubungan baik dengan Trump, kebijakan perdagangan dan upaya pemerintah untuk memerangi kartel narkoba telah mengganggu hubungan antara kedua negara tetangga tersebut.

    “Hubungan ini tidak dalam situasi terbaiknya saat ini,” kata Martha Barcena Coqui, yang pernah menjabat sebagai duta besar Meksiko untuk Amerika Serikat dan sekarang menjadi pakar di lembaga pemikir Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington.

    Rubio dan para pejabat Meksiko kemungkinan akan melakukan pembicaraan yang “sangat terbuka” tentang pemberantasan kartel.

    Awal tahun ini, Washington menetapkan beberapa kartel Meksiko sebagai organisasi teroris.

    Sheinbaum mengatakan AS dan Meksiko hampir mencapai kesepakatan keamanan untuk memperluas kerja sama dalam memerangi kartel narkoba, tetapi ia dengan tegas menolak anggapan pemerintahan Trump bahwa Meksiko dapat melakukan operasi militer sepihak di Meksiko.

    Militer AS telah meningkatkan pengawasan udara terhadap kartel narkoba Meksiko, dan Trump telah memberi wewenang kepada Pentagon untuk mulai menggunakan kekuatan militer terhadap kelompok-kelompok tersebut.

    Peningkatan jumlah kapal perang baru-baru ini di Karibia selatan juga merupakan bagian dari upaya menindaklanjuti janji Trump untuk menindak tegas kartel.

    “Itu mungkin isu yang paling sensitif,” ujar Will Freeman, seorang peneliti studi Amerika Latin di Council on Foreign Relations.

    Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan Washington berharap dapat mengumumkan langkah-langkah konkret terkait keamanan, imigrasi ilegal, dan melawan China selama kunjungan Rubio ke Meksiko dan Ekuador.

  • AS Kirim Kapal Perang ke Karibia, Nikaragua: Mau Gulingkan Pemerintah

    AS Kirim Kapal Perang ke Karibia, Nikaragua: Mau Gulingkan Pemerintah

    Managua

    Presiden Nikaragua Daniel Ortega menyebut pengerahan kapal-kapal perang Amerika Serikat (AS) ke kawasan Karibia, terutama ke dekat Venezuela, sebagai “sandiwara” perang narkoba. Ortega menuduh AS mengerahkan kapal-kapal perangnya dalam upaya untuk “menggulingkan pemerintah”.

    AS dalam pernyataan sebelumnya menyebut pengerahan kapal-kapal perang ke kawasan Karibia bagian selatan, dekat perairan teritorial Venezuela, merupakan operasi anti-perdagangan narkoba.

    Langkah Washington itu memicu kemarahan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, yang menyebut operasi tersebut sebagai “ancaman” bagi negaranya.

    Dalam pidatonya, seperti dilansir AFP, Rabu (3/9/2025), Ortega menuduh pemerintahan Trump mengerahkan kapal-kapal perang AS “untuk mengintimidasi pemerintah Amerika Latin”.

    “Mereka melakukannya untuk mengintimidasi rakyat dan berusaha menggulingkan pemerintah,” sebut Ortega dalam pidatonya pada Selasa (2/9).

    Tuduhan Ortega itu dilontarkan setelah Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa kapal angkatan laut AS menembaki sebuah speedboat yang mengangkut narkoba, dalam jumlah besar, dari Venezuela.

    Trump menyebut sedikitnya 11 orang, yang disebutnya sebagai “narkoteroris”, tewas dalam serangan itu.

    Dalam pernyataan kepada wartawan di Gedung Putih, Trump juga mengatakan bahwa militer AS telah mengidentifikasi para awak kapal tersebut sebagai anggota geng Venezuela, Tren de Aragua, yang telah ditetapkan oleh Washington sebagai kelompok teroris pada Februari lalu.

    Trump kemudian mengulangi tuduhannya bahwa Tren de Aragua dikendalikan oleh Maduro. Tuduhan ini telah dibantah Caracas sebelumnya.

    Ortega mengkritik pengumuman Trump tersebut.

    “Bagaimana mereka membuktikan bahwa mereka adalah pengedar narkoba dan membawa narkoba ke Amerika Serikat? Itu semua sandiwara,” sebut Ortega dalam pidatonya.

    Lihat juga Video: Kapal Perang AS USS Nimitz Lewat Perairan RI, TNI Buka Suara

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Panas! AS Tembaki Kapal Narkoba dari Venezuela, 11 Orang Tewas

    Panas! AS Tembaki Kapal Narkoba dari Venezuela, 11 Orang Tewas

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan sedikitnya 11 orang, yang disebutnya sebagai “narkoteroris”, tewas setelah pasukan militer AS menembaki sebuah kapal yang mengangkut narkoba dari Venezuela.

    Trump, seperti dilansir AFP, Rabu (3/9/2025), mengatakan bahwa kapal yang diserang pasukan AS itu mengangkut banyak narkoba. Dia tidak menyebut lebih lanjut soal jenis narkoba yang diangkut kapal tersebut.

    “Dalam beberapa menit terakhir, kita benar-benar menembaki sebuah kapal, sebuah kapal pengangkut narkoba, banyak sekali narkoba di dalam kapal tersebut,” kata Trump saat berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Selasa (2/9) waktu setempat.

    “Jadi kami mengeluarkannya,” imbuhnya merujuk pada narkoba yang ada di dalam kapal tersebut.

    “Dan masih banyak lagi yang datang dari sana. Banyak sekali narkoba yang mengalir ke negara kita, masuk untuk waktu yang lama … Ini semua berasal dari Venezuela,” sebut Trump dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters.

    Dia kemudian membagikan sebuah video via media sosial Truth Social miliknya yang tampaknya merupakan rekaman yang diambil dari drone di udara, yang menunjukkan sebuah speedboat meledak di lautan dan kemudian terbakar.

    “Serangan itu mengakibatkan tewasnya 11 teroris dalam aksi. Tidak ada pasukan AS yang terluka dalam serangan ini,” kata Trump.

    Dalam pernyataan terpisah via media sosial X, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan bahwa “militer AS melancarkan serangan mematikan … terhadap sebuah kapal narkoba yang berangkat dari Venezuela dan dioperasikan oleh organisasi yang ditetapkan sebagai narkoteroris”.

    Reuters menyebutnya sebagai operasi pertama yang diketahui sejak pemerintahan Trump baru-baru ini mengerahkan sejumlah kapal perang AS ke kawasan Karibia bagian selatan, saat ketegangan dengan Venezuela dan Presiden Nicolas Maduro memuncak.

    Trump mengatakan bahwa militer AS telah mengidentifikasi para awak kapal tersebut sebagai anggota geng Venezuela, Tren de Aragua, yang telah ditetapkan oleh Washington sebagai kelompok teroris pada Februari lalu.

    Trump kemudian mengulangi tuduhannya bahwa Tren de Aragua dikendalikan oleh Maduro. Tuduhan ini telah dibantah Caracas sebelumnya.

    Pengumuman Trump ini disampaikan menyusul semakin meningkatnya ketegangan antara AS dan Venezuela. Maduro telah menyatakan “kesiapan maksimum” untuk mempertahankan diri dari apa yang disebutnya sebagai ancaman militer AS.

    Pemerintahan Trump yang menuduh Maduro memimpin kartel narkoba, telah mengumumkan pengerahan sejumlah kapal perang AS ke Karibia selatan dalam apa yang disebut sebagai operasi anti-perdagangan narkoba. Namun pemerintahan Trump tidak secara terbuka melontarkan ancaman invasi terhadap Venezuela.

    Tonton juga video “AS Bela Israel di PBB, Sebut Kelaparan di Gaza Bukan Buatan” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Aktivis Mahasiswa Jadi Tersangka Penghasutan Demo di Kediri, LBH Kritik Proses Penangkapan

    Aktivis Mahasiswa Jadi Tersangka Penghasutan Demo di Kediri, LBH Kritik Proses Penangkapan

    Kediri (beritajatim.com) – Polres Kediri Kota resmi menetapkan Saiful Amin alias Sam Umar sebagai tersangka atas dugaan penghasutan dalam aksi unjuk rasa yang berujung rusuh pada Sabtu (30/8/2025). Aktivis mahasiswa tersebut dijerat pasal 160 KUHP setelah menjalani pemeriksaan intensif.

    Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Al-Faruq Kediri, Taufiq Dwi Kusuma, menyatakan bahwa pihaknya memberikan pendampingan hukum kepada Saiful Amin. Taufiq mengkritik proses penangkapan di kos-kosan tempat tinggal Saeful Amin.

    “Yang saya sayangkan pihak penyidik terlalu tergesa-gesa menetapkan tersangka apalagi dalam mengamankan saudara Saiful Amin atau Sam Umar ini terkesan kayak teroris atau penjahat, karena dijemput pada jam 02.00 WIB dini hari,” tuturnya di Mapolres Kediri Kota, pada Selasa (2/9/2025).

    Dalam pemeriksaan, kata Taufiq, Saiful mendapat 54 pertanyaan dari penyidik dan disebut menjawab secara terbuka. Pertanyaan tersebut berkutat pada aksi solidaritas.

    “Saudara Saiful Amin atau Sam Umar dimintai keterangan, dimintai pertanyaan sebanyak 54 pertanyaan, dan itu dijawab apa adanya. Sangat kooperatif,” tambah Taufiq.

    Menurutnya, aktivis dari lembaga Sekitar Sekitar Institute sekaligus mantan Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) periode 2023 itu mengakui membuat selebaran ajakan aksi solidaritas, tetapi menolak tudingan terlibat tindakan anarkis.

    “Di antaranya (pertanyaan penyidik), apakah saudara yang membuat flayer ajakan itu. Apakah saudara itu mengajak untuk melakukan aksi solidaritas, diiyakan. Tetapi terkait dengan tindakan-tindakan anarkis itu tidak dibenarkan oleh saudara Saiful,” jelasnya.

    Ia menegaskan, usai aksi di Mapolres Kediri Kota, Saiful justru sudah pulang sebelum sore hari. Taufiq memastikan hal tersebut, karena dirinya ada di lokasi bersama Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Saputra Ibrahim.

    “Faktanya memang dia sudah balik sebelum jam 18.00 WIB. Jam 17.15 WIB atau 17.30 WIB itu sudah balik ke lokasinya masing-masing. Setelah aksi di Polres Kediri Kota itu, mereka balik kanan pulang. Untuk aksi susulan di DPRD? Itu di luar wilayahnya Saiful Amin,” ungkap Taufiq.

    Pihaknya menyampaikan terima kasih kepada para penyidik yang telah on the track dan profesional dalam mengusut perkara tersebut dengan membedakan peserta aksi damai dengan perusuh. Serta telah memberikan hak-hak Sam Umar sebagai tersangka. Namun, pihaknya akan mengambil langkah hukum lanjutan dalam pendampingan itu.

    “Tentu kami LBH atau tim advokasi Sam Umar akan koordinasi dengan teman-teman aktivitas yang lain, melakukan langkah-langkah hukum, salah satunya adalah mengajukan penangguhan penahanan, dan siapa nantinya yang menjamin, salah satunya yang menjamin adalah saya selaku pribadi, maupun kelembagaan, beserta teman-teman yang lain. Saya menjamin kooperatif,” tegasnya.

    Sebelumnya, Polres Kediri Kota telah menetapkan 15 orang sebagai tersangka kerusuhan. Mereka diduga terlibat perusakan, pembakaran, hingga penjarahan fasilitas pemerintah, termasuk Mapolres Kediri Kota, Gedung DPRD, dan sejumlah pos polisi.

    Kapolres Kediri Kota AKBP Anggi Ibrahim Saputra mengungkapkan, sebelumnya ada 20 orang diamankan aparat. Namun setelah proses pemeriksaan, 5 orang dipulangkan karena tidak terbukti ikut serta dalam aksi. “Sebelas tersangka dewasa dan 4 anak-anak, ada perempuannya satu orang,” katanya. [nm/ian]

  • Geger Mobil Tabrak Kerumunan di Prancis, 1 Orang Tewas-5 Luka

    Geger Mobil Tabrak Kerumunan di Prancis, 1 Orang Tewas-5 Luka

    Paris

    Sebuah mobil menabrak kerumunan orang di kota Evreux, Prancis bagian utara, pada Sabtu (30/8) dini hari waktu setempat. Sedikitnya satu orang tewas dan lima orang lainnya mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.

    Jaksa wilayah Evreux, Remi Coutin, dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (30/8/2025), menyebut insiden mobil menabrak kerumunan itu terjadi di luar sebuah wine bar yang ada di kota Evreux, wilayah Normandia, pada Sabtu (30/8) dini hari, sekitar pukul 04.00 waktu setempat.

    Dilaporkan oleh jaksa Coutin bahwa “terjadi pertengkaran” antara seorang perempuan muda dan beberapa pria sebelum insiden itu terjadi. Penyebab pertengkaran tersebut tidak diketahui secara jelas.

    Menurut jaksa Coutin, insiden mobil menabrak kerumunan itu terjadi secara disengaja.

    “Seseorang diduga pergi mengambil kendaraan, dan secara sengaja melaju mundur dengan kecepatan tinggi ke arah kerumunan orang di luar tempat tersebut,” kata jaksa Coutin dalam pernyataannya.

    Dia menambahkan bahwa insiden itu “memanas dan berakhir dengan tragedi yang mengerikan”.

    Jaksa Coutin menyebutkan bahwa sedikitnya satu orang tewas seketika di lokasi insiden, sedangkan lima orang lainnya mengalami luka-luka, dengan dua orang di antaranya kini dalam kondisi kritis di rumah sakit.

    “Sangat disayangkan, jumlah korban sangat banyak,” ucapnya.

    Penyelidikan telah diluncurkan terhadap insiden itu, dengan jaksa setempat menyelidikinya sebagai dugaan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.

    Jaksa Prancis mengesampingkan motif “teroris” atau rasisme dalam insiden tersebut.

    Disebutkan jaksa Prancis bahwa dua pria dan seorang wanita telah ditangkap terkait insiden mematikan tersebut.

    Lihat juga Video: Sederet Fakta Mobil Tabrak Fans Liverpool Lukai 50 Orang

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Presiden Venezuela Yakin AS Tak Mungkin Bisa Invasi Negaranya

    Presiden Venezuela Yakin AS Tak Mungkin Bisa Invasi Negaranya

    Caracas

    Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengatakan “tidak mungkin” pasukan Amerika Serikat (AS) bisa menginvasi negaranya. Hal itu disampaikan setelah Washington mengerahkan lima kapal perang dan mengirimkan 4.000 tentaranya di kawasan Karibia untuk memberikan tekanan terhadap Maduro.

    AS mengatakan bahwa pengerahan pasukan ke kawasan Karibia selatan, dekat perairan teritorial Venezuela, merupakan operasi anti-perdagangan narkoba.

    Venezuela merespons dengan mengirimkan sejumlah kapal perang dan drone untuk berpatroli di garis pantai wilayahnya, dan meluncurkan upaya untuk merekrut ribuan anggota milisi guna memperkuat pertahanannya.

    “Tidak mungkin mereka dapat memasuki Venezuela,” kata Maduro dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Jumat (29/8/2025).

    Dia bersumpah bahwa Venezuela telah bersiap untuk mempertahankan “perdamaian, kedaulatan, dan integritas teritorialnya”.

    Namun demikian, AS sejauh ini belum secara terbuka melontarkan ancaman akan menginvasi Venezuela.

    Maduro yang mengklaim masa jabatan ketiga yang disengketakan dalam pemilu pada Juli 2024, telah menjadi incaran Presiden AS Donald Trump yang kembali menjabat untuk periode kedua pada Januari tahun ini.

    Sejak kembali ke Gedung Putih, serangan Trump terhadap Venezuela berfokus pada geng-geng berpengaruh di negara tersebut, beberapa di antaranya beroperasi di dalam wilayah AS.

    Washington menuduh Maduro memimpin kartel perdagangan kokain bernama “Cartel de los Soles”, yang telah ditetapkan oleh pemerintahan Trump sebagai organisasi teroris.

    Baru baru ini, AS menggandakan tawaran imbalan untuk penangkapan Maduro menjadi US$ 50 juta, atau setara Rp 823,8 miliar, terkait kasus perdagangan narkoba di wilayah AS.

    Maduro, yang menggantikan tokoh sosialis Hugo Chavez sejak tahun 2013, menuduh Trump berupaya melakukan perubahan rezim di Venezuela.

    Lihat juga Video ‘Penembakan Massal Terjadi di Sekolah Katolik AS, 2 Anak Tewas-17 Terluka’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Invasi AS Dimulai! Kapal Perang Mengepung, Presiden Ini Tak Gentar

    Invasi AS Dimulai! Kapal Perang Mengepung, Presiden Ini Tak Gentar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan antara Caracas dan Washington kembali memanas setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan pasukan Amerika Serikat dapat memasuki wilayah negaranya, meski kehadiran militer AS di kawasan Karibia terus bertambah.

    Pernyataan itu ia sampaikan pada Kamis (28/8/2025) waktu setempat, bersamaan dengan pengerahan kapal perang dan kapal selam bertenaga nuklir AS di perairan dekat Venezuela dalam operasi yang diklaim Washington sebagai upaya melawan kartel narkoba Amerika Latin.

    “Tidak ada cara mereka bisa memasuki Venezuela,” tegas Maduro dalam pidatonya di hadapan pasukan, dilansir Al Jazeera. “Hari ini, kami lebih kuat dari kemarin. Hari ini, kami lebih siap untuk membela perdamaian, kedaulatan, dan integritas teritorial.”

    Langkah AS itu juga menuai protes diplomatik. Duta Besar Venezuela untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Samuel Moncada, bertemu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk menyampaikan keberatan negaranya.

    Usai pertemuan, Moncada menuding Washington melakukan kampanye pencitraan untuk membenarkan intervensi militer.

    “Ini adalah operasi propaganda besar-besaran untuk membenarkan apa yang oleh para pakar disebut aksi kinetik – artinya intervensi militer di sebuah negara yang berdaulat, merdeka, dan tidak mengancam siapa pun,” kata Moncada.

    Ia bahkan menyindir klaim Amerika dengan menyebut, “Mereka mengatakan mengirim kapal selam nuklir. Sungguh konyol membayangkan mereka melawan narkotika dengan kapal selam nuklir.”

    Sementara itu, pihak militer Amerika Serikat membenarkan pengerahan armada tersebut. Laksamana Daryl Claude, Kepala Operasi Angkatan Laut AS, memastikan kapal-kapal perang dikerahkan ke perairan Amerika Selatan dengan alasan keterlibatan sejumlah warga Venezuela dalam operasi narkoba berskala besar.

    Menurut laporan Reuters yang mengutip pejabat AS tanpa menyebut nama, sebanyak tujuh kapal perang dan satu kapal selam penyerang bertenaga nuklir telah berada atau dijadwalkan tiba di kawasan dalam sepekan. Armada itu membawa lebih dari 4.500 personel, termasuk sekitar 2.200 marinir.

    Operasi besar-besaran tersebut diluncurkan setelah pemerintahan Donald Trump menuding Maduro dan sejumlah pejabat tinggi Venezuela terlibat dalam perdagangan kokain melalui jaringan yang dikenal sebagai Cartel de los Soles. AS bahkan menetapkan jaringan itu sebagai organisasi teroris dan menawarkan hadiah hingga US$50 juta untuk penangkapan Maduro.

    Sebagai respons, Caracas meningkatkan kesiagaan militer. Pemerintah Venezuela mengerahkan kapal perang dan drone untuk berpatroli di sepanjang garis pantai, serta melancarkan kampanye perekrutan ribuan anggota milisi baru guna memperkuat pertahanan domestik. Sebanyak 15.000 tentara juga dikirim ke perbatasan dengan Kolombia untuk menindak perdagangan narkoba dan kelompok kriminal bersenjata.

    Maduro dalam kesempatan yang sama juga menyampaikan terima kasih kepada Kolombia karena mengirim tambahan 25.000 personel militer di wilayah perbatasan kedua negara. Langkah itu, menurut Maduro, merupakan bagian dari upaya bersama memerangi “geng narco-teroris”.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Diusir dari Australia, Dubes Iran Sebut Tudingan PM Albanese Kebohongan

    Diusir dari Australia, Dubes Iran Sebut Tudingan PM Albanese Kebohongan

    JAKARTA – Duta Besar Iran Ahmad Sadeghi yang diusir dari Australia membantah tuduhan Teheran di balik serangan anti Yahudi (antisemit). Sadeghi menyebut tudingan Ausrralia terkait serangan pembakaran properti di kota Sydney dan Melbourne sebagai kebohongan.

    Australia memberi Sadeghi waktu 72 jam sejak Selasa untuk meninggalkan negara itu. Tiga pejabat kedutaan Iran lainnya diberi waktu tujuh hari untuk pergi.

    Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menerima pengarahan dari Organisasi Intelijen Keamanan Australia (SAIA) pada Senin mengenai bukti pembayaran kepada para penjahat yang menurutnya terkait dengan dua serangan, di sinagoge dan restoran kosher, kepada individu-individu di luar negeri dan Korps Garda Revolusi Islam Teheran.

    “Ini semua tuduhan dan kebohongan yang tidak berdasar,” ujar Sadeghi kepada wartawan dari jaringan televisi lokal Nine and Seven di Bandara Sydney pada Kamis, 28 Agustus malam dilansir Reuters.

    Sebelumnya di Canberra, Sadeghi keluar dari kediamannya untuk mengucapkan selamat tinggal.

    “Saya cinta rakyat Australia, selamat tinggal,” katanya sambil melambaikan tangan ke arah kamera televisi.

    Australia menyatakan akan memasukkan Korps Garda Revolusi Islam Teheran sebagai organisasi teroris, bergabung dengan Amerika Serikat dan Kanada, yang telah memasukkan IRGC ke dalam daftar hitam.

  • Duduk Perkara Australia dan Iran Panas hingga Pengusiran Dubes

    Duduk Perkara Australia dan Iran Panas hingga Pengusiran Dubes

    Jakarta

    Pemerintah Australia marah hingga mengusir Duta Besar Iran di Canberra. Iran pun mengancam akan membalas.

    Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (26/8/2025), langkah tersebut dilakukan setelah Australia menuduh Iran melancarkan dua serangan antisemit di kota-kota pentingnya yakni, Sydney dan Melbourne. Hal itu menandai pertama kalinya Australia mengusir seorang duta besar sejak Perang Dunia II.

    Sejak perang Israel-Gaza dimulai pada Oktober 2023, rumah, sekolah, sinagoge, dan kendaraan di Australia telah menjadi sasaran vandalisme dan pembakaran antisemit. Dalam insiden terbaru pada Juli lalu, polisi mendakwa seorang pria yang dituduh melakukan serangan pembakaran sinagoge di Melbourne yang sedang dipadati orang.

    Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mengatakan badan intelijen Australia telah mencapai kesimpulan yang sangat meresahkan bahwa Iran mendalangi setidaknya dua serangan antisemit. Albanes mengatakan Teheran berada di balik serangan pembakaran terhadap kafe kosher, Lewis Continental Cafe, di pinggiran kota Bondi, Sydney pada Oktober 2024.

    Teheran juga dituduh memerintahkan serangan pembakaran terhadap Sinagoge Adass Israel di Melbourne pada Desember 2024. Tidak ada korban luka fisik yang dilaporkan dalam kedua serangan tersebut.

    “Ini adalah tindakan agresi yang luar biasa dan berbahaya yang didalangi oleh negara asing di tanah Australia,” ujar Albanese dalam konferensi pers tersebut.

    Dia menganggap upaya itu bisa menimbulkan perpecahan di Australia. Hal itu menjadi dasar Australia mengusir Dubes Iran.

    “Ini adalah upaya untuk merusak kohesi sosial dan menimbulkan perpecahan di komunitas kita,” ujarnya.

    Albanese menyatakan Duta Besar Iran Ahmad Sadeghi sebagai ‘persona non grata’ dan memerintahkannya beserta tiga pejabat kedutaan Iran lainnya untuk meninggalkan Australia dalam waktu 7 hari. Australia juga menarik duta besarnya untuk Iran dan menangguhkan operasional kedutaan di Teheran.

    Dia mengatakan semua diplomat Australia dalam kondisi aman di negara ketiga. Pemimpin negeri kanguru itu menambahkan pemerintahnya juga segera menetapkan Korps Garda Revolusi Islam Iran sebagai organisasi teroris.

    Iran Ancam Balas

    Pemerintah Iran bersumpah akan melakukan pembalasan terhadap Australia yang mengusir duta besarnya. Iran menolak seluruh tuduhan yang dilontarkan Albanese.

    “Tuduhan yang telah dibuat itu sepenuhnya ditolak,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, dalam konferensi pers mingguan seperti dilansir AFP, Selasa (26/8).

    Dia mengatakan setiap tindakan yang tidak pantas dan tidak dapat dibenarkan di tingkat diplomatik akan mendapat reaksi balasan. Baqaei mengatakan langkah-langkah tersebut tampaknya dipengaruhi oleh perkembangan internal di Australia, termasuk aksi protes baru-baru ini terhadap perang Israel di Gaza.

    “Tampaknya tindakan ini diambil untuk mengimbangi kritik terbatas yang dilayangkan pihak Australia terhadap rezim Zionis (Israel),” ujarnya.

    Lihat Video ‘Dubes Iran di Australia Tinggalkan Kantornya Usai Perintah Pengusiran’:

    Halaman 2 dari 3

    (haf/haf)

  • MRT Jakarta perkuat pagar Istana Negara demi keselamatan proyek tunneling

    MRT Jakarta perkuat pagar Istana Negara demi keselamatan proyek tunneling

    Sumber: Radio Elshinta/Arie Dwi Prasetyo

    MRT Jakarta perkuat pagar Istana Negara demi keselamatan proyek tunneling
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 27 Agustus 2025 – 12:10 WIB

    Elshinta.com – Pembangunan MRT Jakarta fase 2B kembali menunjukkan keseriusan dalam menjaga keamanan nasional. Di tengah pengerjaan konstruksi terowongan bawah tanah (tunneling) di kawasan Medan Merdeka Barat hingga Jalan Majapahit, MRT Jakarta melakukan langkah strategis berupa perkuatan pagar Istana Negara.

    Kepala Divisi Project Management for Constructions 2 MRT Jakarta menjelaskan, langkah ini diambil setelah dilakukan kajian simulasi bersama konsultan keamanan terkait potensi risiko ekstrem, termasuk ancaman ledakan di dalam terowongan.

    “Pada saat itu dilakukan kajian simulasi, misalnya jika ada teroris yang meledakkan bom di dalam tunnel. Hasil simulasi menunjukkan dampak terbesar justru pada pagar Istana Negara. Karena itu, kami melakukan perkuatan pagar sebagai langkah mitigasi,” jelasnya.

    Simulasi menggunakan perhitungan kekuatan ledakan hingga setara 5–50 TNT, memastikan bahwa desain konstruksi dan area sekitar tetap aman. Perkuatan pagar tersebut telah rampung dan diserahterimakan sebelum peringatan HUT ke-80 RI pada 17 Agustus lalu.

    Selain pengamanan fisik, pekerjaan konstruksi juga dilengkapi sistem monitoring ketat. MRT Jakarta menempatkan sensor untuk mengukur pergeseran tanah, melakukan topografi harian, hingga simulasi skenario darurat. Hal ini penting mengingat jarak terowongan dengan pagar Istana Negara hanya sekitar 4,7 meter.

    “Kami tidak hanya fokus pada aspek teknis, tapi juga pada keamanan nasional. MRT Jakarta adalah proyek strategis negara, sehingga setiap risiko sekecil apa pun harus diantisipasi,” tambahnya.

    Koordinasi dengan pihak keamanan negara, Kepolisian, hingga instansi terkait terus dilakukan, termasuk penambahan aparat saat terjadi eskalasi demo atau acara kenegaraan.

    Dengan pendekatan inovatif, hati-hati, dan penuh tanggung jawab, pembangunan MRT Jakarta membuktikan bahwa infrastruktur modern bisa berjalan sejalan dengan penguatan keamanan strategis nasional. (Arie Dwi Prasetyo)

    Sumber : Radio Elshinta