Kasus: Teroris

  • Batu hingga Molotov Sasar Konvoi Presiden Ekuador Protes BBM Naik Tajam

    Batu hingga Molotov Sasar Konvoi Presiden Ekuador Protes BBM Naik Tajam

    Quito

    Protes penghapusan subsidi bahan bakar minyak (BBM) di Ekuador terus memanas. Konvoi Presiden Ekuador Daniel Noboa bahkan disasar massa yang protes karena kenaikan tajam harga BBM.

    Seperti dilansir BBC dan CNN, Selasa (30/9/2025), konvoi kendaraan itu dipimpin Noboa. Duta besar dan diplomat asing yang ada dalam konvoi turut menjadi target serangan massa yang melemparkan batu dan bom molotov.

    Juru bicara pemerintah Ekuador Caroline Jaramillo mengatakan konvoi tersebut juga membawa para diplomat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa yang terlibat penyaluran bantuan kemanusiaan.

    Selain itu, konvoi turut diikuti diplomat Vatikan Andres Carrascosa, Duta Besar Uni Eropa Jekaterina Dorodnova, dan Duta Besar Italia Giovanni Davoli.

    Komentar Presiden Ekuador

    Noboa mengunggah foto-foto dalam postingan media sosial X. Postingan itu menunjukkan kerusakan pada kendaraan dalam konvoi.

    Terlihat dalam foto-foto tersebut bahwa kaca depan dan kaca samping kendaraan yang digunakan utusannya pecah dan retak.

    Demonstran memblokir jalanan dalam aksi memprotes kenaikan bahan bakar di Ekuador pada 24 September. (AP Photo/Dolores Ochoa)

    “Mereka menolak kemajuan di Ekuador dan memilih kekerasan,” tulis Noboa, merujuk pada para demonstran bersenjata.

    “Kita terus maju: Ekuador tidak boleh mundur,” tegasnya.

    Ratusan Orang Sergap Konvoi Presiden

    Pemerintah Ekuador melaporkan konvoi tiba-tiba disergap oleh sekitar 350 orang. Konvoi tersebut dalam perjalanan mengirimkan bantuan kepada masyarakat terdampak di Provinsi Imbabura.

    Batu, kembang api, hingga bom molotov dilemparkan massa ke konvoi kendaraan. Serangan itu terjadi di wilayah Cotacachi, Provinsi Imbabura, di mana puluhan demonstran memblokir jalanan dan bentrok dengan pasukan keamanan.

    Sekitar 50 tentara yang mengawal konvoi itu, sebut Jaramillo, berusaha memukul mundur para pelaku penyerangan. Belum ada informasi apakah ada korban luka dalam peristiwa tersebut.

    Pemerintah Ekuador menyampaikan terdapat 17 personel militer yang diculik dalam insiden itu dan keberadaan mereka tidak diketahui.

    Polisi antihuru-hara disiagakan menghadapi aksi memprotes penghapusan subsidi BBM di Ekuador (Photo by Rodrigo BUENDIA / AFP)

    Sementara, Angkatan Bersenjata Ekuador menuduh para demonstran melukai 12 tentara dan menyandera 17 tentara lainnya. Militer Ekuador menuduh para pelaku sebagai “kelompok teroris” dan menegaskan “tindakan seperti ini tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Pemerintah menegaskan bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas penyerangan itu tidak mewakili warga Ekuador, melainkan para penjahat.

    Warga Dilaporkan Tewas

    Unjuk rasa diwarnai kerusuhan menyelimuti Ekuador sudah belasan hari. Organisasi hak masyarakat adat terbesar, Conaie, menyerukan aksi mogok nasional tanpa batas waktu untuk menentang langkah Noboa memangkas subsidi BBM.

    Conaie menyebut salah satu anggota komunitas adat bernama Efrain Fuerez, yang berusia 46 tahun, “ditembak tiga kali” dan meninggal dunia di rumah sakit di area Cotacachi. Dalam pernyataannya, Conaie menyebut Fuerez tewas dalam “kejahatan negara, yang dilakukan atas perintah Daniel Noboa”.

    Kepolisian dan Angkatan Bersenjata Ekuador belum memberikan komentar, sedangkan kantor kejaksaan Ekuador mengatakan akan melakukan penyelidikan terhadap “dugaan kematian” tersebut.

    Ekuador Tetapkan Starus Darurat

    Presiden Ekuador Daniel Noboa menetapkan status darurat terhadap tujuh provinsi dari puluhan provinsi di wilayahnya. Status darurat ditetapkan menyusul unjuk rasa memprotes penghapusan subsidi BBM yang dilanda kekerasan.

    Personel kepolisian dam militer dikerahkan untuk menjaga keamanan di penjara di Esmeraldas, Ekuador, yang dilanda bentrokan berdarah (Photo by Antony QUINTERO / AFP)

    Noboa, yang terpilih kembali pada April lalu karena para pemilih mendukung pendekatannya yang keras terhadap kekerasan kartel yang merajalela, mengumumkan pada Selasa (17/9) bahwa keadaan darurat akan diberlakukan selama 60 hari di sebanyak tujuh provinsi dari 24 provinsi di Ekuador.

    Noboa mengumumkan penghapusan subsidi BBM itu pekan lalu, dalam upaya menghemat anggaran US$ 1,1 miliar (Rp 18 triliun) yang menurutnya akan dialihkan untuk program bantuan sosial dan dukungan pertanian.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (17/9), Kebijakan itu membuat harga diesel melonjak drastis dari US$ 1,80 (Rp 29 ribu) menjadi US$ 2,80 (Rp 46 ribu) per galon — sekitar 48 sen (Rp 7.887) menjadi 74 sen (Rp 12.160) per liter — di negara yang hampir sepertiga penduduknya tergolong miskin.

    Dalam aksi protes pada Selasa (17/9) waktu setempat, para demonstran memblokir jalan raya Pan-American North di luar ibu kota Quito dengan bebatuan yang diletakkan di tengah jalanan. Aksi ini menyusul blokade beberapa ruas jalan raya oleh para pengemudi truk sehari sebelumnya.

    Lihat juga Video: Ekuador Membara! Status Darurat Berlaku Gegara Demo BBM

    Halaman 2 dari 3

    (jbr/rfs)

  • Demo BBM Rusuh, Konvoi Presiden Ekuador Diserang

    Demo BBM Rusuh, Konvoi Presiden Ekuador Diserang

    Quito

    Konvoi kemanusiaan yang dipimpin Presiden Ekuador Daniel Noboa diserang saat unjuk rasa memprotes kenaikan tajam harga bahan bakar yang diwarnai kerusuhan. Konvoi kendaraan yang juga membawa duta besar dan diplomat asing itu diserang massa dengan batu hingga bom molotov.

    Juru bicara pemerintah Ekuador Caroline Jaramillo, seperti dilansir BBC dan CNN, Selasa (30/9/2025), mengatakan bahwa konvoi tersebut juga membawa para diplomat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa yang terlibat dalam penyaluran bantuan kemanusiaan.

    Jaramillo mengatakan bahwa konvoi sedang dalam perjalanan mengirimkan bantuan kepada masyarakat terdampak di Provinsi Imbabura ketika tiba-tiba disergap oleh sekitar 350 orang. Massa menyerang konvoi kendaraan itu dengan batu, kembang api, hingga bom molotov.

    Sekitar 50 tentara yang mengawal konvoi itu, sebut Jaramillo, berusaha memukul mundur para pelaku penyerangan. Tidak disebutkan lebih lanjut apakah ada korban luka.

    Kantor kepresidenan Ekuador mengatakan konvoi itu juga membawa diplomat Vatikan Andres Carrascosa, Duta Besar Uni Eropa Jekaterina Dorodnova, dan Duta Besar Italia Giovanni Davoli.

    Noboa, dalam postingan media sosial X, mengunggah foto-foto yang menunjukkan kerusakan pada kendaraan dalam konvoi tersebut. Terlihat dalam foto-foto tersebut bahwa kaca depan dan kaca samping kendaraan yang digunakan utusannya pecah dan retak.

    “Mereka menolak kemajuan di Ekuador dan memilih kekerasan,” tulis Noboa, merujuk pada para demonstran bersenjata.

    “Kita terus maju: Ekuador tidak boleh mundur,” tegasnya.

    Menurut Jaramillo, terdapat 17 personel militer yang diculik dalam insiden itu dan keberadaan mereka tidak diketahui. Serangan itu terjadi di wilayah Cotacachi, Provinsi Imbabura, di mana puluhan demonstran memblokir jalanan dan bentrok dengan pasukan keamanan.

    Angkatan Bersenjata Ekuador menuduh para demonstran melukai 12 tentara dan menyandera 17 tentara lainnya. Militer Ekuador menuduh para pelaku sebagai “kelompok teroris” dan menegaskan “tindakan seperti ini tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Jaramillo menambahkan bahwa orang-orang yang bertanggung jawab atas penyerangan itu tidak mewakili warga Ekuador, melainkan para penjahat.

    Unjuk rasa diwarnai kerusuhan menyelimuti Ekuador, dengan organisasi hak masyarakat adat terbesar Conaie menyerukan aksi mogok nasional tanpa batas waktu untuk menentang langkah Noboa memangkas subsidi bahan bakar.

    Conaie menyebut salah satu anggota komunitas adat bernama Efrain Fuerez, yang berusia 46 tahun, “ditembak tiga kali” dan meninggal dunia di rumah sakit di area Cotacachi. Dalam pernyataannya, Conaie menyebut Fuerez tewas dalam “kejahatan negara, yang dilakukan atas perintah Daniel Noboa”.

    Kepolisian dan Angkatan Bersenjata Ekuador belum memberikan komentar, sedangkan kantor kejaksaan Ekuador mengatakan akan melakukan penyelidikan terhadap “dugaan kematian” tersebut.

    Tonton juga Video: Ekuador Membara! Status Darurat Berlaku Gegara Demo BBM

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Respons Hamas-Israel soal Rencana Trump Akhiri Perang Gaza

    Respons Hamas-Israel soal Rencana Trump Akhiri Perang Gaza

    Jakarta

    Janji terbaru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk segera mengakhiri perang di Gaza tampaknya disambut skeptis oleh sebagian besar pengamat. Penilaian tersebut tak lepas dari klaim palsu Trump baru-baru ini yang mengatakan bahwa dia telah mengakhiri tujuh perang.

    “Kita punya peluang nyata untuk mencapai KEJAYAAN DI TIMUR TENGAH. SEMUA PIHAK SIAP UNTUK SESUATU YANG ISTIMEWA, UNTUK PERTAMA KALINYA. KITA AKAN WUJUDKAN!!!” tulis Donald Trump di platform Truth Social-nya, Minggu (28/09).

    Trump merujuk pada rencana 21 poin miliknya, yang rinciannya mulai terungkap akhir pekan lalu, menjelang pertemuannya di Gedung Putih dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin (29/09), pertemuan keempat mereka tahun ini.

    Namun, apa sebenarnya yang tercantum dalam rencana tersebut?

    Menuju pembentukan negara Palestina

    Yang paling penting, rencana ini membuka jalan menuju pembentukan negara Palestina, sesuatu yang secara konsisten dan tegas ditentang oleh Israel, serta peta jalan masa depan untuk Gaza. Rencana tersebut juga menuntut pembebasan 20 sandera yang masih hidup di Gaza dan sejumlah sandera yang telah meninggal untuk ditukar dengan pembebasan ratusan warga Palestina yang ditahan di Israel. Hal ini harus dilakukan dalam 48 jam setelah kesepakatan dicapai.

    “Setelah semua sandera dibebaskan, Israel akan membebaskan 250 tahanan yang menjalani hukuman seumur hidup, serta 1.700 warga Gaza yang ditahan setelahserangan 7 Oktober. Untuk setiap sandera Israel yang jasadnya dikembalikan, Israel akan menyerahkan jasad 15 warga Gaza yang telah meninggal,” demikian laporan dari The Washington Post.

    Rencana ini juga menuntut penggulingan Hamas, yang diakui sebagai organisasi teroris oleh Jerman, Uni Eropa, AS, dan beberapa negara Arab, serta komitmen dari Hamas untuk melucuti senjata.

    Poin lainnya mencakup rencana ekonomi untuk pertumbuhan Gaza, jaminan keamanan untuk Gaza yang dijaga oleh AS dan negara-negara kawasan, kesempatan bagi warga yang telah meninggalkan Gaza untuk kembali, tanpa ada pemaksaan bagi siapa pun yang masih tinggal di sana untuk pergi.

    Gaza nantinya akan dikelola oleh pemerintahan transisi. Mantan anggota Hamas bisa memilih untuk tetap tinggal dan ikut serta dalam rencana baru ini, atau diberi jalan aman untuk pindah ke negara lain yang tidak disebutkan.

    Selain itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) harus segera menghentikan semua operasinya setelah kesepakatan dan menyerahkan wilayah yang telah direbut. Israel juga harus berjanji tidak akan menduduki atau mencaplok wilayah Gaza. Komisi Penyelidikan di bawah Dewan HAM PBB (UNHRC) baru-baru ini menyatakan bahwa Israel telah melakukan genosida terhadap warga Palestina.

    Rencana ini juga mencakup jaminan bahwa bantuan dari lembaga internasional bisa masuk ke Gaza tanpa hambatan dari kedua pihak, meskipun tidak disebutkan soal Gaza Humanitarian Foundation (GHF) yang didukung oleh Israel dan AS.

    Asal-usul rencana 21 poin Trump

    Pada Senin (23/09), utusan AS Steve Witkoff mengatakan bahwa Donald Trump mengajukan rencana tersebut dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin dari negara-negara Arab dan Islam, yaitu Qatar, Arab Saudi, Indonesia, Turki, Pakistan, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Yordania di PBB. Saat itu Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas tidak diizinkan menghadiri Sidang Umum PBB, tempat pertemuan sela itu berlangsung, setelah pemerintah AS menolak memberinya visa.

    Dalam sebuah pernyataan bersama, negara-negara yang terlibat dalam pertemuan tersebut menyatakan bahwa mereka “menegaskan kembali komitmen untuk bekerja sama dengan Presiden Trump dan menekankan pentingnya kepemimpinannya untuk mengakhiri perang.”

    Rencana itu kabarnya juga mendapat dukungan dari Tony Blair Institute for Global Change yang dipimpin mantan perdana menteri Inggris tersebut. Beberapa laporan menyebut Blair akan memimpin Gaza International Transitional Authority (GITA) berdasarkan rencana ini. Namun, Blair dinilai tidak populer di Timur Tengah karena dukungannya terhadap invasi AS ke Irak tahun 2003. GITA bisa memegang kendali selama beberapa tahun hingga Otoritas Palestina dinilai memenuhi syarat yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan.

    Rencana ini muncul di tengah meningkatnya jumlah negara Barat, seperti Inggris, Prancis, dan Kanada, yang mengakui negara Palestina. Namun, Netanyahu menyebut keputusan itu sebagai “tindakan tercela.”

    Respons Hamas dan Israel

    Sementara Trump sangat percaya diri dengan rencananya, Netanyahu jauh lebih berhati-hati, meski tidak menolaknya. “Kami sedang mengerjakannya,” katanya kepada Fox News, Minggu (28/09). “Ini belum final, tapi kami sedang bekerja sama dengan tim Presiden Trump saat ini.”

    Pada Jumat (26/09), kepada kantor berita Reuters, seorang pejabat Hamas yang tidak disebutkan namanya mengatakan bahwa Hamas belum pernah menerima pemaparan soal rencana tersebut.

    Kelompok itu kemudian merilis pernyataan pada hari Minggu (28/09) mengatakan “Hamas siap untuk mempertimbangkan secara positif dan bertanggung jawab setiap proposal yang datang dari para mediator, asalkan proposal itu melindungi hak-hak nasional rakyat Palestina.”

    Sementara itu, Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, menguraikan kesulitan yang akan dihadapi Netanyahu, meski dia mendukung rencana tersebut. Hal itu disampaikannya lewat akun X, Senin (29/09).

    Dia menulis bahwa keamanan Israel bergantung pada “tindakan, kendali kami atas wilayah, dan penegakan tanpa kompromi yang hanya bergantung pada (militer Israel) dan aparat pertahanan kami.” Bezalel juga menolak segala bentuk keterlibatan Otoritas Palestina, yang pernah memerintah Gaza hingga Hamas mengambil alih pada 2007.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Algadri Muhammad dan Muhammad Hanafi

    Editor: Hani Anggraini

    Lihat juga Video: Ini Isi 20 Poin Proposal Trump terkait Penyelesaian Perang di Gaza

    (ita/ita)

  • 3 Wanita Dibunuh Kartel Narkoba Disiarkan Live di Medsos Gemparkan Argentina

    3 Wanita Dibunuh Kartel Narkoba Disiarkan Live di Medsos Gemparkan Argentina

    Jakarta

    Kasus penyiksaan, pembunuhan, disertai mutilasi tubuh tiga perempuan muda menggemparkan Argentina. Otoritas setempat mengaitkan pembunuhan ini dengan kartel narkoba.

    Peringatan: Artikel ini memuat detail yang dapat mengganggu kenyamanan Anda.

    Mayat tiga perempuan muda, Brenda del Castillo (20 tahun), Morena Verdi (20), dan Lara Gutierrez (15) ditemukan pada Rabu, (24/09).

    Ketiga jenazahnya terkubur di halaman sebuah rumah di kota Florencio Varela, bagian dari Gran Buenos Airessekitar 20 kilometer di selatan ibu kota.

    Brenda dan Morena adalah sepupu.

    Menurut pihak berwenang, pembunuhan brutal yang terjadi pada Sabtu (20/09) dini hari itu diperintahkan pemimpin kartel narkoba, dan disiarkan langsung melalui Instagram untuk grup tertutup yang terdiri dari 45 orang.

    “Pemimpin kelompok itu, dalam sesi tersebut, mengatakan: ‘Ini yang terjadi pada orang yang mencuri narkoba saya’,” kata Menteri Keamanan Provinsi Buenos Aires, Javier Alonso, kepada saluran berita lokal TN.

    Salah satu korban, Lara Gutierrez, lima jari tangan kirinya diamputasi dan sebagian telinganya dipotong sebelum dibunuh.

    Dua korban lainnya dipukuli dengan kejam sebelum dibunuh. Brenda juga dipotong sebagian tubuhnya setelah meninggal.

    “Autopsi menunjukkan, dua gadis itu menderita sangat parah,” tambah Alonso dalam pernyataannya kepada CNN Radio Argentina.

    Pemimpin geng tersebut berusia 23 tahun dan dikenal sebagai “Pequeo J” atau “Julito,” kata Alonso.

    BBCKetiga perempuan ini telah dilaporkan hilang sejak Jumat lalu.

    Alonso juga menyebutkan, mereka telah mengidentifikasi anggota-anggota lain.

    “Motifnya adalah untuk mendisiplinkan, untuk membangun citra teroris oleh pemimpin organisasi tersebut,” tambah pejabat tersebut di saluran televisi.

    Alonso mengatakan, ketiga perempuan tersebut dibawa ke rumah tempat kejadian perkara dengan tipu daya.

    Mereka terakhir kali terlihat masih hidup pada Jumat (19/9/2025), saat naik ke sebuah van putih yang membawa mereka ke lokasi tersebut, menurut rekaman kamera keamanan.

    “Mereka mengira diundang untuk sebuah acara. Mereka pergi dengan sukarela bersama orang kepercayaan mereka,” katanya.

    Menurut penyelidikan forensik, para perempuan tersebut meninggal antara pukul 3 dan 6 pagi pada Sabtu (20/9).

    EPA/ShutterstockPara demonstran berunjuk rasa di Buenos Aires terkait kasus pembunuhan tiga perempuan muda.

    Rumah yang menjadi tempat terakhir tiga perempuan tersebut mengembuskan napas merupakan bagian dari organisasi, “jaringan yang memasok narkoba ke berbagai wilayah di pinggiran kota selatan”.

    “Mereka memiliki operasi yang kuat di ibu kota federal dan memiliki tempat-tempat pemasok narkoba untuk dibagikan di sana,” jelas pejabat tersebut.

    Dalam konferensi pers, Alonso memberikan rincian lebih lanjut: “Semua ini menunjukkan adanya pembalasan dari sebuah organisasi narkoba yang membunuh mereka”.

    “Kami bekerja dengan hipotesis tersebut: mereka melihat sesuatu, mengatakan sesuatu, sesuatu terjadi. Ini tidak terjadi secara spontan, sejak awal sudah ada strategi yang direncanakan,” katanya.

    Menteri Keamanan menambahkan, pada Jumat (19/9) sore, sebelum kejahatan terjadi, sekelompok pria menggali lubang di halaman rumah tempat kejadian.

    Polisi telah menahan empat orang yang terdiri dari dua perempuan dan dua pria. Mereka ditangkap saat sedang membersihkan tempat kejadian pada Rabu (24/09) dini hari.

    Petugas menemukan noda darah di dinding rumah, dan bau klorin yang menyengat.

    Setelah itu, delapan orang lainnya juga ditahan.

    ‘Saya ingin semua yang terlibat dipenjara!’

    Setelah mendengar berita tersebut, Paula, ibu dari Brenda del Castillo, berbicara dengan media dan, sambil menangis, meminta agar keadilan ditegakkan.

    “Mereka membunuh putri saya,” katanya sambil menangis di depan mikrofon stasiun televisi.

    “Saya menuntut keadilan untuk putri saya, agar semua yang bersalah dihukum. Mereka merenggut putri saya; dia adalah anak yang baik. Tidak ada dari ketiga gadis ini yang pantas berakhir seperti ini,” tambahnya.

    “Saya ingin semua orang [yang terlibat] dipenjara!” serunya.

    Ketika ditanya apa yang salah sehingga kejahatan ini terjadi, perempuan itu menjawab: “Saya tidak akan menyalahkan siapa pun, anak saya sudah tidak ada. Sekarang yang saya minta adalah tolong bantu saya menemukan semua orang [yang terlibat], satu per satu.”

    Kasus hukum ini sedang diselidiki dengan pasal “pembunuhan berat”.

    Ketiga perempuan korban pembunuhan ini telah dimakamkan pada Kamis (25/09) sore.

    Peristiwa ini menimbulkan kegemparan di Argentina karena tingkat kekerasan yang jarang terjadi di negara Amerika Selatan tersebut.

    Argentina memiliki salah satu tingkat pembunuhan terendah di Amerika Latin (3,8 per 100.000 penduduk) dan provinsi Buenos Aires memiliki angka yang sedikit lebih tinggi (4,3 per 100.000 penduduk).

    Di Ekuador, salah satu negara paling tinggi tingkat kekerasan di benua ini, tercatat 39 pembunuhan per 100.000 penduduk pada 2024, dan di Meksiko mencapai 25,6 pada tahun yang sama.

    Lihat juga Video: Menlu Jamin Pendidikan Anak Zetro, Staf KBRI Peru yang Dibunuh

    (haf/haf)

  • Pilu 50 Warga Gaza Tewas Diserang Israel Kala Pidato Netanyahu Mengudara

    Pilu 50 Warga Gaza Tewas Diserang Israel Kala Pidato Netanyahu Mengudara

    Jakarta

    Serangan militer Israel di Gaza, Palestina, tidak kunjung berhenti. Kala Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pidato di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), puluhan warga Gaza tewas akibat serangan Israel.

    Dirangkum detikcom, Minggu (28/9/2025), Badan pertahanan sipil Jalur Gaza melaporkan sedikitnya 50 orang tewas akibat serangan militer Israel di berbagai wilayah kantong Palestina tersebut sepanjang Jumat (26/9). Hari itu Benjamin Netanyahu berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Netanyahu, dalam pidatonya di New York, Amerika Serikat (AS), bertekad untuk “menyelesaikan pekerjaan” melawan kelompok Hamas.

    Militer Israel terus melancarkan serangan terhadap Hamas di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza, di mana ratusan ribu orang terpaksa mengungsi dalam beberapa pekan terakhir.

    50 Orang Tewas di Gaza saat Netanyahu Pidato di PBB

    Badan pertahanan sipil Gaza, pasukan penyelamat yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, seperti dilansir AFP, Sabtu (27/9), melaporkan sedikitnya 50 orang tewas di berbagai wilayah Jalur Gaza sejak Jumat (26/9) pagi.

    Sekitar 30 korban tewas di antaranya, menurut badan pertahanan sipil Gaza, tewas akibat serangan di area Kota Gaza.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa Angkatan Udara mereka selama sehari terakhir telah “menyerang lebih dari 140 target di seluruh Jalur Gaza, termasuk para teroris, terowongan dan infrastruktur militer”.

    Rekaman video AFP dari kamp pengungsi Al-Shati di dekat Kota Gaza menunjukkan kerusakan parah pada bangunan-bangunan setempat usai serangan udara menghantam area tersebut.

    Pidato 40 Menit Netanyahu di PBB

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato hingga 40 menit di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Saat menutup pidatonya, Netanyahu menyinggung serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.

    Sidang Umum PBB berlangsung di Markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS) dan disiarkan di YouTube United Nations, Jumat (26/9). Netanyahu pidato hingga 40 menit 7 detik, melewati batas durasi yang ditentukan 15 menit.

    Pidato Netanyahu hingga 40 menit ini juga disorot oleh media internasional Aljazeera. Aljazera melaporkan bahwa Netanyahu mengakhiri pidatonya yang berdurasi sekitar 45 menit di PBB, disambut tepuk tangan meriah dan ejekan saat meninggalkan podium.

    Netanyahu sebelum menutup pidatonya menyatakan bahwa Israel ingin menjadi mercusuar kemajuan. Dia juga menyinggung serangan 7 Oktober 2023 lalu.

    “Pada 7 Oktober, musuh-musuh Israel mencoba memadamkan cahaya itu. Tekad dan kekuatan Israel bersinar lebih terang dari sebelumnya, dengan pertolongan Tuhan, kekuatan dan tekad itu akan membawa kita menuju kemenangan yang cepat, menuju masa depan yang gemilang, penuh kemakmuran dan perdamaian,” ujar Netanyahu seperti dilansir Aljazeera.

    Tolak Akui Palestina

    Dalam pidatonya ini, Netanyahu mengecam pengakuan negara Palestina. Dia mengatakan langkah itu akan memicu lebih banyak serangan.

    “Anda tidak melakukan sesuatu yang benar. Anda melakukan sesuatu yang salah, kesalahan yang sangat fatal,” kata Netanyahu.

    Dia menyebut pengakuan negara Palestina itu akan memicu serangan lebih lanjut terhadap orang Yahudi. Dia mengklaim bahwa status negara Palestina akan menguntungkan kelompok-kelompok seperti Hamas.

    Netanyahu juga membandingkan serangan 7 Oktober 2023 di Israel dengan 11 September 2001 di AS. Perbandingan ini menjadi pembicaraan yang sering digunakan oleh para pendukung perang Israel di Gaza yang berbasis di AS.

    “Memberi Palestina sebuah negara satu mil dari Yerusalem setelah 7 Oktober seperti memberi al-Qaeda sebuah negara satu mil dari Kota New York setelah 11 September,” kata Netanyahu.

    Anggota delegasi AS yang hadir, yang selama ini merupakan pembela setia Israel di organisasi internasional dan pendukung militer utama, terlihat bertepuk tangan.

    “Ini benar-benar gila. Ini gila, dan kami tidak akan melakukannya,” kata Netanyahu.

    Halaman 2 dari 3

    (ygs/ygs)

  • 50 Orang Tewas Digempur Israel di Gaza Saat Netanyahu Pidato di PBB

    50 Orang Tewas Digempur Israel di Gaza Saat Netanyahu Pidato di PBB

    Gaza City

    Badan pertahanan sipil Jalur Gaza melaporkan sedikitnya 50 orang tewas akibat serangan militer Israel di berbagai wilayah kantong Palestina tersebut sepanjang Jumat (26/9), saat Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu berpidato di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Netanyahu, dalam pidatonya di New York, Amerika Serikat (AS), bertekad untuk “menyelesaikan pekerjaan” melawan kelompok Hamas.

    Militer Israel terus melancarkan serangan terhadap Hamas di Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza, di mana ratusan ribu orang terpaksa mengungsi dalam beberapa pekan terakhir.

    Badan pertahanan sipil Gaza, pasukan penyelamat yang beroperasi di bawah otoritas Hamas, seperti dilansir AFP, Sabtu (27/9/2025), melaporkan sedikitnya 50 orang tewas di berbagai wilayah Jalur Gaza sejak Jumat (26/9) pagi.

    Sekitar 30 korban tewas di antaranya, menurut badan pertahanan sipil Gaza, tewas akibat serangan di area Kota Gaza.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa Angkatan Udara mereka selama sehari terakhir telah “menyerang lebih dari 140 target di seluruh Jalur Gaza, termasuk para teroris, terowongan dan infrastruktur militer”.

    Rekaman video AFP dari kamp pengungsi Al-Shati di dekat Kota Gaza menunjukkan kerusakan parah pada bangunan-bangunan setempat usai serangan udara menghantam area tersebut.

    Netanyahu, dalam pidatonya di Sidang Umum PBB pada Jumat (26/9), mengatakan bahwa militer Israel telah “menghancurkan sebagian besar mesin teror” Hamas dan berupaya menyelesaikan pekerjaan “secepat mungkin”.

    Dalam pidatonya, yang diklaim disiarkan via pengeras suara di Jalur Gaza dan melalui livestreaming pada ponsel warga Gaza, Netanyahu menyerukan kepada Hamas untuk segera membebaskan semua sandera yang masih mereka tahan.

    “Jika Hamas menyetujui tuntutan kita, perang bisa berakhir sekarang juga,” ucapnya.

    Hamas, dalam tanggapannya, mengatakan bahwa “jika dia benar-benar peduli terhadap para sandera, dia akan mengakhiri pengeboman brutal, pembantaian, dan penghancuran Gaza, tetapi sebaliknya, dia berbohong dan terus membahayakan nyawa mereka”.

    Lihat juga Video: Kekecewaan Warga Gaza soal Netanyahu akan Lanjutkan Perang

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Palestina Sebut Pidato Netanyahu di PBB ‘Penuh Kebohongan’

    Palestina Sebut Pidato Netanyahu di PBB ‘Penuh Kebohongan’

    Ramallah

    Otoritas Palestina mengecam pidato Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Palestina menyebut pidato Netanyahu itu “dipenuhi dengan kebohongan dan kepalsuan”.

    “Itu merupakan pidato orang yang kalah, pemimpin yang putus asa yang sekali lagi berupaya menggalang kekuatan negara Barat yang semakin menjauhkan diri dari negara yang melakukan genosida, dengan menggunakan rasa takut sebagai satu-satunya argumennya,” kata Direktur Departemen Urusan Eropa pada Kementerian Luar Negeri Palestina, Adel Atieh, seperti dilansir AFP, Sabtu (27/9/2025).

    “Pidato ini tidak menunjukkan visi maupun perspektif: pidato tersebut hanya mencerminkan isolasi yang semakin meningkat, terburu-buru untuk maju, dan kecemasan dari kekuatan yang menyadari dia berada di pihak yang salah dalam sejarah,” sebutnya.

    Pidato Netanyahu di PBB ini disampaikan beberapa hari setelah Inggris, Prancis, dan beberapa negara Barat lainnya mengakui negara Palestina. Dalam pidatonya, dia mengkritik negara-negara Barat karena mengakui negara Palestina dan berjanji akan terus melanjutkan serangan Israel terhadap Jalur Gaza.

    “Israel tidak akan membiarkan Anda memaksakan negara teroris kepada kami,” kata Netanyahu dalam pidatonya di markas besar PBB di New York.

    “Kami tidak akan melakukan bunuh diri nasional karena Anda tidak memiliki nyali untuk menghadapi media yang bermusuhan dan massa antisemitisme yang menuntut darah Israel,” tegasnya.

    Netanyahu, yang menentang negara Palestina selama beberapa dekade, mencemooh dukungan Barat untuk Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan menyebut Otoritas Palestina “korup sampai ke akar-akarnya”.

    “Otoritas Palestina korup sampai ke akar-akarnya. Mereka tidak menggelar pemilu selama 20 tahun. Mereka menggunakan buku teks yang sama dengan Hamas. Buku teks yang persis sama. Mereka mengajari anak-anak mereka untuk membenci orang Yahudi dan menghancurkan negara Yahudi.” ucapnya.

    Pidato Netanyahu juga disiarkan lewat pengeras suara yang dipasang di area perbatasan Israel dan di dalam wilayah Jalur Gaza. Dalam pidatonya, dia menyampaikan pesan untuk para sandera yang masih ditahan Hamas di Jalur Gaza.

    “Kami tidak melupakan Anda. Bahkan sedetik pun. Rakyat Israel bersama Anda. Kami tidak akan goyah, dan kami tidak akan beristirahat, hingga kami membawa Anda semua pulang,” kata Netanyahu dalam bahasa Ibrani dalam pidatonya, seperti dilansir The Times of Israel.

    Tonton juga Video: Netanyahu Klaim Memberi Makanan ke Warga Gaza, Tapi Dicuri Hamas

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Negara Palestina Akan Jadi ‘Bunuh Diri Nasional’ bagi Israel

    Negara Palestina Akan Jadi ‘Bunuh Diri Nasional’ bagi Israel

    New York

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato penuh amarah dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (26/9) waktu setempat. Netanyahu menuduh para pemimpin Eropa, yang mengakui negara Palestina, telah mendorong Israel ke dalam “bunuh diri nasional”.

    Netanyahu dalam pidatonya, seperti dilansir AFP, Sabtu (27/9/2025), bersumpah untuk mencegah terbentuknya negara Palestina. Dia menyebut pengakuan yang diberikan beberapa negara Eropa untuk negara Palestina sama saja memberi imbalan kepada kelompok Hamas.

    Netanyahu, yang pidatonya disiarkan sebagian melalui pengeras suara militer Israel di Jalur Gaza, menegaskan dirinya akan “menyelesaikan pekerjaan” melawan Hamas, bahkan ketika Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump baru saja mengatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata telah tercapai.

    Beberapa hari setelah Inggris, Prancis, dan beberapa negara Barat lainnya mengakui negara Palestina, Netanyahu mengatakan negara-negara itu telah mengirimkan “pesan yang sangat jelas bahwa membunuh orang Yahudi ada untungnya”.

    “Israel tidak akan membiarkan Anda memaksakan negara teroris kepada kami,” kata Netanyahu dalam pidatonya di markas besar PBB di New York.

    “Kami tidak akan melakukan bunuh diri nasional karena Anda tidak memiliki nyali untuk menghadapi media yang bermusuhan dan massa antisemitisme yang menuntut darah Israel,” tegasnya.

    Serangan mematikan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023 lalu telah memicu serangan mematikan Tel Aviv terhadap Jalur Gaza.

    Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas, yang merupakan rival Hamas telah mengutuk serangan tersebut dan mengecam antisemitisme dalam pidatonya di Sidang Umum PBB pada Kamis (25/9), yang dia sampaikan secara virtual setelah AS menolak visanya.

    Netanyahu, yang menentang negara Palestina selama beberapa dekade, mencemooh dukungan Barat untuk Abbas dan menyebut Otoritas Palestina “korup sampai ke akar-akarnya”.

    Namun pejabat Kementerian Luar Negeri Palestina, Adel Atieh, menyebut pidato Netanyahu sebagai “pidato orang yang kalah”.

    Netanyahu tidak menyinggung isu aneksasi atau pencaplokan Tepi Barat, yang diserukan oleh beberapa anggota kabinetnya sebagai cara untuk mematikan prospek berdirinya negara Palestina.

    Trump, yang biasanya mendukung teguh Netanyahu, telah melontarkan peringatan tentang pencaplokan Tepi Barat saat mengajukan rencana perdamaian untuk Jalur Gaza yang akan mencakup perlucutan senjata Hamas dalam pertemuan dengan pemimpin negara Arab dan Muslim pekan ini.

    Di Ruang Oval Gedung Putih, Trump bahkan secara terang-terangan menegaskan dirinya tidak akan mengizinkan Israel mencaplok Tepi Barat.

    Namun dalam pidatonya, Netanyahu melontarkan pujian untuk Trump, yang akan ditemuinya pada Senin (29/9) pekan depan di Gedung Putih.

    Pidato Netanyahu di Sidang Umum PBB ini diwarnai aksi walkout massal oleh para delegasi berbagai negara. Aksi protes juga digelar di area Times Square, New York, menyerukan penangkapan Netanyahu.

    Tonton juga Video: Pakai ‘Sound Horeg’, Pidato Netanyahu di PBB Disiarkan ke Gaza

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Akhiri Perang atau Cari Perlindungan Bom!

    Akhiri Perang atau Cari Perlindungan Bom!

    Kyiv

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melontarkan ancaman terbaru dengan menyebut Kremlin akan menjadi target serangan. Zelensky juga memperingatkan para pejabat Rusia untuk mencari tempat perlindungan bom jika Moskow tidak juga menghentikan invasi terhadap Kyiv.

    “Mereka (para pejabat Rusia-red) seharusnya mengetahui di mana tempat perlindungan bom berada,” kata Zelensky kepada media Axios dalam wawancara terbaru, seperti dilansir AFP, Jumat (26/9/2025).

    “Mereka membutuhkannya. Jika mereka tidak menghentikan perang, mereka akan membutuhkannya dalam situasi apa pun,” ujar sang Presiden Ukraina tersebut.

    Menanggapi kritikan dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemerintahannya atas penangguhan pemilu tanpa batas waktu di Ukraina selama perang berkecamuk, Zelensky menegaskan dirinya tidak akan berupaya untuk tetap berkuasa setelah perdamaian tercapai.

    “Tujuan saya adalah mengakhiri perang (bukan untuk terus mencalonkan diri),” tegas Zelensky.

    Rusia yang telah menduduki sekitar 20 persen wilayah Ukraina, terus menghujani area-area sipil dan militer di seluruh negeri dengan bom dan rudal sejak melancarkan invasi skala penuh pada tahun 2022.

    Namun, pasukan Rusia baru menyerang kompleks pemerintahan Ukraina di ibu kota Kyiv untuk pertama kalinya pada September ini.

    Zelensky mengatakan Ukraina tidak akan menargetkan warga sipil di Rusia karena “kami bukan teroris”.

    Namun dia mengindikasikan bahwa Ukraina berharap untuk mendapatkan senjata AS yang lebih kuat, yang tidak dia sebutkan, untuk mengancam serangan jauh di dalam wilayah Rusia.

    Zelensky, yang dikutip Axios, mengungkapkan bahwa dirinya telah memberitahu Trump di New York pekan ini soal “apa yang kita butuhkan — satu hal”.

    “Jika kami akan memiliki senjata jarak jauh seperti itu dari Amerika Serikat, kami akan menggunakannya,” kata Zelensky dalam cuplikan wawancara yang dirilis Axios.

    Dukungan AS dan Eropa terhadap kemampuan Ukraina untuk melancarkan serangan jarak jauh ke dalam wilayah Rusia seringkali goyah, dengan Washington dan negara-negara Eropa khawatir akan memprovokasi Moskow untuk memperluas konflik.

    Lihat Video ‘Panas! Rusia-Ukraina Saling Melancarkan Serangan Besar’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • 100.000 HP Jahat ‘Kepung’ Gedung PBB, New York Terancam Lumpuh

    100.000 HP Jahat ‘Kepung’ Gedung PBB, New York Terancam Lumpuh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pasukan pengamanan Presiden Amerika Serikat membongkar upaya mengacaukan sistem komunikasi di Kota New York selama berlangsungnya Sidang Umum PBB.

    Menurut Politico, paspampres AS yang dikenal sebagai US Secret Service menemukan jaringan telekomunikasi tersembunyi yang terpasang di penjuru kota New York. Jaringan tersembunyi itu mampu membuat seluruh BTS lumpuh dan mengganggu panggilan telepon darurat 911.

    Infrastruktur di balik jaringan tersembunyi terdiri dari lebih dari 300 server SIM dan lebih dari 100.000 kartu SIM, yang berlokasi di area radius 35 KM dari markas PBB. Penyelidik dari Secret Services menyatakan sistem itu mampu mematikan seluruh layanan seluler di New York. Infrastruktur itu bisa mengirim 30 juta SMS dalam semenit.

    Server yang ditemukan berfungsi seperti HP. Mereka bisa difungsikan untuk mengirim SMS dan melakukan panggilan telepon secara massif sehingga jaringan seluler kewalahan.

    Pejabat pemerintah AS menyatakan temuan oleh Secret Services menandakan ancaman baru yang “tak kasat mata” di saat kota New York dipenuhi oleh diplomat dan pemimpin negara. Jaringan itu terungkap dalam upaya penyelidikan oleh Secret Services tas ancaman telekomunikasi dengan target pejabat tinggi pemerintah.

    “Ini bisa melumpuhkan menara BTS, sehingga orang-orang tak bisa berkomunikasi. Anda tak bisa mengirim SMS, atau menggunakan HP Anda. Bersamaan dengan berbagai peristiwa lain terkait Sidang Umum PBB, bayangkan saja. Ini bisa jadi bencana,” kata Matt McCool dari Secret Service.

    Namun, pejabat pemerintah menyatakan mereka tidak menemukan bukti jaringan itu dibangun untuk mengganggu berjalannya Sidang Umum PBB.

    Analisis forensik, jelas McCool, masih dalam tahap sangat awal. Namun, ia menduga jaringan digunakan oleh pelaku untuk mengirim pesan rahasia ke kelompok kejahatan, kartel kriminal, atau kelompok teroris.

    “Kami harus melakukan forensik 100.000 HP, yaitu semua panggilan telepon, semua SMS, apapun terkait komunikasi,” katanya.

    Agen yang menemukan lokasi itu melaporkan sederet rak dan server yang bertumpuk berbaris penuh dengan kartu SIM. Selain lebih dari 100.000 kartu SIM sudah aktif, agen juga menemukan masih banyak perangkat yang belum “dihidupkan.” McCool menyatakan infrastruktur tersebut masih punya kapasitas untuk ditingkatkan hingga 3 kali lipat.

    “Misi pelindungan Secret Service adalah pencegahan. Penyelidikan ini menunjukkan potensi penjahat yang bisa mengancam objek perlindungan kami. Kami akan selidiki, lacak, dan bongkar,” kata Direktur Secret Service Sean Curran.

    Kepala negara dan pemerintahan dari 150 negara beserta ratusan perwakilan dan diplomat sedang berada di New York untuk mengikuti KTT Sidang Umum PBB yang dijadwalkan berlangsung dari 23-27 September 2025, dan rangkaian acara di sekitarnya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]