Kasus: Teroris

  • AS Bilang Israel Harus Bantu Palestina Usai Perang Gaza

    AS Bilang Israel Harus Bantu Palestina Usai Perang Gaza

    Washington DC

    Utusan Amerika Serikat (AS) Jared Kushner mengatakan bahwa Israel harus membantu Palestina untuk “berkembang” jika ingin mencapai integrasi regional setelah perang Gaza berakhir. Kushner menegaskan Washington terus mengupayakan agar Israel dan Palestina bisa hidup berdampingan dalam damai.

    Kushner, yang juga merupakan menantu Presiden Donald Trump, seperti dilansir AFP, Senin (20/10/2025), turut terlibat dalam upaya mediasi gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas.

    Dia juga membantu menengahi kesepakatan-kesepakatan penting selama masa jabatan pertama Trump, yang memungkinkan beberapa negara Arab menormalisasi hubungan dengan Israel.

    “Pesan terbesar yang kami coba sampaikan kepada para pemimpin Israel sekarang adalah bahwa setelah perang berakhir, jika Anda ingin mengintegrasikan Israel dengan Timur Tengah yang lebih luas, Anda harus mencari cara untuk membantu rakyat Palestina berkembang dan menjadi lebih baik,” kata Kushner dalam wawancara dengan CBS News, yang ditayangkan pada Minggu (19/10).

    Wawancara itu dilakukan sebelum serangan terbaru Israel menghantam Jalur Gaza pada Minggu (19/10) waktu setempat, menyusul tuduhan yang dilontarkan Tel Aviv bahwa Hamas telah melanggar gencatan senjata dengan menyerang tentara-tentaranya.

    Dalam wawancara dengan CBS News, Kusher mengatakan bahwa situasinya masih “sangat sulit”, tetapi dirinya mengupayakan “keamanan bersama dan peluang ekonomi” untuk menjamin agar warga Israel dan Palestina “dapat hidup berdampingan secara damai dan berkelanjutan”.

    Kushner, pada Senin (20/10), kembali ke Israel bersama Utusan Khusus Trump untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, dalam kunjungan yang diperkirakan akan diwarnai pertemuan dengan para pejabat pemerintah Tel Aviv.

    Merujuk pada situasi di Jalur Gaza sejak gencatan senjata dimulai pada 10 Oktober lalu, Kushner mengatakan: “Hamas saat ini sedang melakukan persis seperti yang diperkirakan dari sebuah organisasi teroris, yaitu mencoba membangun kembali (kelompoknya) dan merebut kembali posisi mereka.”

    Namun dia berpendapat jika ada “alternatif yang layak” muncul, maka “Hamas akan gagal, dan Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi Israel di masa depan.”

    Ketika ditanya mengenai prospek negara Palestina — yang kini diakui oleh sebagian besar negara di seluruh dunia tetapi tidak diakui oleh AS dan Israel, Kushner mengatakan “masih terlalu dini untuk mengatakannya”.

    Tonton juga video “Israel Serang Gaza, Trump Sebut Gencatan Senjata Masih Berlaku” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gencatan Senjata Bubar! Israel Kembali Serbu Gaza, Turunkan Jet-Meriam

    Gencatan Senjata Bubar! Israel Kembali Serbu Gaza, Turunkan Jet-Meriam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Israel (IDF) mengonfirmasi telah melancarkan serangan udara di kota Rafah, Gaza selatan, pada Minggu (19/10/2025) malam, sebagai balasan langsung terhadap serangan yang dilancarkan oleh militan Palestina. Aksi saling serang ini terjadi di tengah kesepakatan gencatan senjata sementara yang rapuh, memicu kekhawatiran internasional akan eskalasi lebih lanjut.

    Militer Israel menyatakan serangan ini merupakan respons setelah pasukannya yang beroperasi di wilayah tersebut diserang, di mana mereka tengah berupaya menghancurkan infrastruktur kelompok militan. Mereka juga menuding militan melanggar perjanjian yang ada.

    “Hari ini, teroris menembakkan rudal anti-tank dan melepaskan tembakan ke infrastruktur IDF yang beroperasi untuk menghancurkan infrastruktur teroris di wilayah Rafah sesuai dengan ketentuan perjanjian,” kata militer Israel dikutip AFP.

    Tel Aviv kemudian mengklaim serangan tersebut jelas bertujuan untuk menghilangkan sumber ancaman. Mereka juga memberikan peringatan agar Hamas tidak melanggar kesepakatan yang telah disepakati.

    “IDF merespons dengan serangan udara oleh jet tempur dan tembakan artileri, menargetkan wilayah Rafah untuk menetralisir ancaman dan menghancurkan beberapa terowongan operasional serta struktur militer di mana aktivitas teroris terdeteksi,” tambah militer.

    Insiden ini sekali lagi menguji ketahanan kesepakatan gencatan senjata yang ada, yang merupakan buah dari negosiasi intensif dan berulang kali yang dimediasi oleh pihak ketiga, seperti Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat. Perjanjian ini dirancang terutama untuk tujuan kemanusiaan ini memungkinkan masuknya bantuan penting ke Gaza dan memfasilitasi pertukaran tawanan Israel dengan tahanan Palestina.

    Namun, sifat konflik yang mendasar dan kepentingan taktis yang saling bertentangan sering kali membuat implementasi penuh dari perjanjian tersebut sangat sulit dan rentan terhadap pelanggaran sporadis.

    Di lapangan, gencatan senjata kedua pihak selalu berada di bawah bayang-bayang eskalasi, di mana setiap tembakan artileri atau serangan rudal cepat dianggap sebagai pemicu untuk aksi balasan. Kondisi ini menempatkan mediator internasional pada posisi yang sulit, terus-menerus berjuang untuk mencegah insiden lokal berkembang menjadi perang skala penuh.

    Ketegangan di Rafah ini merupakan bagian dari konteks konflik yang lebih luas antara Israel dan kelompok militan Hamas yang meletus kembali sejak Oktober 2023. Perang ini dipicu oleh serangan lintas batas Hamas dan segera diikuti oleh operasi militer besar-besaran Israel di Jalur Gaza. Sejak dimulainya konflik, sebanyak 67 ribu warga sipil Palestina tewas.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kabar Terkini Setelah Gencatan Senjata di Gaza

    Kabar Terkini Setelah Gencatan Senjata di Gaza

    Gaza City

    Gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza, Palestina telah berlangsung. Namun, gencatan senjata ini terancam berakhir.

    Sebagaimana diketahui, Israel masih menutup akses Gaza di perbatasan Rafah dengan Mesir. Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perbatasan Rafah akan dibuka kembali hanya setelah Hamas menyerahkan jenazah semua sandera yang masih ditawan di Gaza.

    “Perdana Menteri Netanyahu telah memerintahkan agar perlintasan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan tersebut dilansir AFP, Minggu (19/10/2025).

    “Pembukaan kembali perlintasan ini akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi kewajibannya untuk memulangkan para sandera dan jenazah korban, serta untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang disepakati (dari gencatan senjata)”, tambah kantor tersebut.

    Jalur Rafah Dibuka untuk Mobilitas Orang

    Sebelumnya pada Sabtu (18/10), Kedutaan Besar Palestina di Kairo mengumumkan bahwa perlintasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan dibuka kembali pada Senin (20/10), untuk memungkinkan warga Palestina yang tinggal di Mesir kembali ke Gaza.

    Pada Kamis (16/10), otoritas Israel mengatakan bahwa ketika perlintasan dibuka kembali, hanya akan mengizinkan pergerakan orang, bukan pengiriman bantuan kemanusiaan.

    Tentara Israel mengambil alih sisi Palestina dari penyeberangan Rafah pada 7 Mei tahun lalu, mengklaim fasilitas tersebut telah “digunakan untuk tujuan teroris” dan mengungkapkan kecurigaan kuat bahwa fasilitas tersebut juga digunakan untuk menyelundupkan senjata.

    Setelah pengambilalihan tersebut, semua akses melalui penyeberangan tersebut ditangguhkan, termasuk akses bagi personel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Penyeberangan tersebut sempat dibuka kembali selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berlaku efektif pada 19 Januari 2025.

    Jenazah Sandera Diserahkan ke Israel

    Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine Al-Qassam kembali menyerahkan 2 jenazah sandera ke Israel pada Sabtu malam. Penyerahan jenazah sandera itu sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata.

    Dilansir AFP, Minggu, (19/10/2025), Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan pasukan Israel telah menerima jenazah tersebut dari Palang Merah. Selanjutnya, jenazah tersebut akan dilakukan identifikasi.

    Diketahui, isu jenazah sandera yang masih berada di Gaza telah menjadi titik kritis dalam implementasi gencatan senjata. Sebelumnya Hamas mengaku membutuhkan waktu dan bantuan teknis untuk mengevakuasi jenazah yang tersisa dari bawah reruntuhan Gaza.

    Hal itu lalu mengancam gencatan senjata yang rapuh, di mana Israel melakukan penutupan penyeberangan Rafah hingga pemberitahuan lebih lanjut. Adapun Israel mengaitkan pembukaan kembali gerbang utama ke wilayah tersebut dengan syarat penemuan semua jenazah.

    Berdasarkan gencatan senjata yang ditengahi AS, Hamas sejauh ini telah membebaskan 20 sandera yang masih hidup beserta jenazah 12 orang yang tewas, termasuk dua orang terakhir yang belum diidentifikasi.

    Sebagai imbalannya, Israel telah membebaskan hampir 2.000 tahanan Palestina dan 135 jenazah warga Palestina sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober.

    Gencatan Senjata Terancam Berakhir

    Gencatan senjata di Gaza terancam berakhir saat ini. Hal ini menyusul serangan militer terbaru yang dilakukan pasukan Israel di wilayah Rafah hari ini.

    Dilansir Reuters, Minggu (19/10/2025), tentara Israel melakukan serangan udara dan tembakan artileri di wilayah Rafah hari ini. Serangan tersebut menghancurkan terowongan dan bangunan militer. Serangan itu dilakukan Israel usai menuding Hamas telah melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Salah satu warga Palestina yang menjadi saksi mata mengatakan adanya ledakan dan tembakan di Rafah. Petugas medis di Rumah Sakit Al-Aqsa mengatakan adanya tembakan tank di kota selatan Abassan dekat Khan Younis, serangan udara di kota Zawayda di Gaza, dan ledakan di kota Deir Al-Balah di Gaza, yang menewaskan sedikitnya lima orang.

    Para saksi mata di Khan Younis mendengar gelombang serangan udara yang dilancarkan ke Rafah pada Minggu sore.

    Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Minggu bahwa serangan Israel telah menewaskan sedikitnya delapan orang dalam 24 jam terakhir.

    Seorang pejabat militer Israel mengatakan sebelumnya pada hari Minggu bahwa Hamas telah melakukan beberapa serangan terhadap pasukan Israel di Gaza, termasuk serangan granat berpeluncur roket dan serangan penembak jitu terhadap tentara Israel.

    “Kedua insiden tersebut terjadi di wilayah yang dikuasai Israel… Ini merupakan pelanggaran gencatan senjata yang berani,” kata pejabat itu.

    Tanggapan Israel dan Hamas

    Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan “garis kuning” yang menandai penarikan pasukan Israel berdasarkan perjanjian gencatan senjata akan ditandai secara fisik dan setiap pelanggaran gencatan senjata atau upaya untuk melewati garis tersebut akan dibalas dengan tembakan.

    Dilansir Al Jazeera, Hamas menegaskan kelompoknya tetap mematuhi kesepakatan gencatan senjata. Hamas mengaku tidak mengetahui adanya pertempuran di Rafah, tempat militer Israel melancarkan serangan udara hari ini.

    “Kami tidak mengetahui adanya insiden atau bentrokan yang terjadi di wilayah Rafah, karena wilayah tersebut merupakan zona merah di bawah kendali pendudukan, dan kontak dengan kelompok-kelompok kami yang tersisa di sana telah terputus sejak perang kembali terjadi pada bulan Maret tahun ini,” kata Brigade Qassam dalam sebuah pernyataan.

    Lihat juga Video ‘Israel Tuding Hamas Langgar Kesepakatan Gencatan Senjata’:

    Halaman 2 dari 4

    (rdp/rdp)

  • Lagi Gencatan Senjata, Militer Israel Malah Serang Gaza

    Lagi Gencatan Senjata, Militer Israel Malah Serang Gaza

    Jakarta, CNBC Indonesia – Militer Israel dilaporkan melancarkan serangan ke wilayah Gaza, seiring terus berlangsungnya saling tuduh antara Israel dan Hamas, atas pelanggaran gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat, berdasarkan dilaporkan media Israel pada Minggu (19/10/2025).

    Dilansir dari Reuters, hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak militer Israel maupun Hamas terkait serangan yang diberitakan tersebut.

    Media publik Israel, Kan, melaporkan bahwa Angkatan Udara Israel menyerang target di wilayah Rafah, bagian selatan Gaza. Sebagian besar media turut menyebut bahwa yang dilancarkan oleh Israel adalah serangan udara.

    Sebelumnya, militer Israel menyatakan bahwa beberapa pihak menembaki pasukannya di wilayah Rafah, namun tidak menyebabkan korban luka.

    Militer Israel juga mengklaim bahwa mereka menyerang kelompok yang disebutnya sebagai teroris, yang mendekati pasukan di wilayah Khan Younis pada hari yang sama. Militer menegaskan bahwa operasi akan terus dijalankan untuk “menghapus ancaman langsung”.

    Dalam beberapa hari terakhir, Israel dan Hamas saling menuduh terjadinya pelanggaran terhadap gencatan senjata, termasuk penutupan oleh Israel atas pos perbatasan Rafah yang menghubungkan Gaza-Mesir, hingga pemberian tubuh para sandera yang tewas.

    Israel menuntut Hamas memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan semua 28 sandera yang tersisa. Hamas telah menyerahkan seluruh 20 sandera hidup dan 12 sandera yang tewas, namun menyatakan bahwa proses pengambilan jenazah membutuhkan usaha dan peralatan khusus karena terkubur di bawah reruntuhan.

    (fsd/fsd)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hakim Ditembak Mati Saat Antar Anak ke Sekolah, Polisi Ungkap Pelaku

    Hakim Ditembak Mati Saat Antar Anak ke Sekolah, Polisi Ungkap Pelaku

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang hakim tewas ditembak saat mengantar anak-anaknya ke sekolah, sementara seorang pesepak bola nasional ditembak dan terluka, dalam serangkaian serangan terbaru yang diduga kuat dilakukan kelompok kriminal bersenjata.

    Polisi mengatakan hakim Marcos Mendoza ditembak mati oleh pelaku bermotor di kota pesisir Montecristi, Provinsi Manabi, wilayah yang selama ini dikenal sebagai sarang kartel narkoba, pada Kamis (16/10/2025).

    “Kelompok Los Lobos diduga berada di balik serangan ini,” kata Kepala Kepolisian Provinsi Manabi, Kolonel Giovanni Naranjo, dikutip dari AFP, Minggu (19/10/2025).

    Adapun kelompok tersebut telah ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Amerika Serikat.

    Menurut laporan Human Rights Watch, sedikitnya 15 hakim dan jaksa di Ekuador telah dibunuh sejak 2022. Asosiasi Hakim Ekuador mengecam keras pembunuhan Mendoza, menyebutnya sebagai “tamparan keras terhadap lembaga peradilan” dan bukti nyata “kerentanan” aparat hukum di negara itu.

    “Mereka menghadapi tekanan, ancaman, dan risiko setiap hari hanya karena menjalankan tugasnya dengan keberanian dan independensi,” ujar pernyataan resmi asosiasi tersebut.

    Di hari yang sama, pesepak bola Ekuador Bryan “Cuco” Angulo, yang pernah membela sejumlah klub di Amerika Latin dan tim nasional, juga menjadi korban kekerasan. Ia ditembak di bagian kaki ketika sedang mengikuti sesi latihan bersama klubnya, Liga de Portoviejo.

    Polisi menahan dua tersangka pelaku, sementara klub menyebut sejumlah pemain lain juga telah menerima ancaman menjelang pertandingan melawan Buhos ULRV pada Jumat.

    Kekerasan terhadap pemain sepak bola di Ekuador bukan hal baru. Mafia pengaturan skor disebut terhubung dengan jaringan kejahatan internasional yang menghasilkan keuntungan hingga US$1,7 triliun per tahun, menurut perkiraan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Para ahli menilai tim-tim divisi dua Ekuador menjadi target utama karena para pemainnya menerima gaji yang jauh lebih rendah, sehingga lebih rentan terhadap tekanan geng.

    Tahun lalu, polisi sempat menangkap seorang perempuan di salah satu rumah Angulo dan menemukan sistem pengawasan yang diduga digunakan oleh jaringan kriminal. “Kami tidak menutup kemungkinan serangan ini terkait dengan kasus tersebut,” kata Naranjo.

    Ekuador, yang dahulu dikenal sebagai salah satu negara paling aman di Amerika Latin, kini terjebak dalam spiral kekerasan. Letaknya yang strategis di antara Kolombia dan Peru, dua produsen kokain terbesar dunia, menjadikan negara itu pusat transit utama perdagangan narkoba.

    Presiden Daniel Noboa telah mengerahkan militer untuk menekan gelombang kejahatan, namun hasilnya masih minim. Menurut data Observatorium Kejahatan Terorganisasi Nasional, angka pembunuhan di Ekuador melonjak 47% pada paruh pertama tahun 2025 dibanding periode yang sama tahun lalu.

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Gencatan Senjata, Israel Masih Tutup Akses Gaza di Perbatasan Rafah

    Gencatan Senjata, Israel Masih Tutup Akses Gaza di Perbatasan Rafah

    Jakarta

    Irsael masih menutup akses Gaza di perbatasan Rafah dengan Mesir. Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa perbatasan Rafah akan dibuka kembali hanya setelah Hamas menyerahkan jenazah semua sandera yang masih ditawan di Gaza.

    “Perdana Menteri Netanyahu telah memerintahkan agar perlintasan Rafah tetap ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut,” bunyi pernyataan tersebut dilansir AFP, Minggu (19/10/2025).

    “Pembukaan kembali perlintasan ini akan dipertimbangkan berdasarkan bagaimana Hamas memenuhi kewajibannya untuk memulangkan para sandera dan jenazah korban, serta untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang disepakati (dari gencatan senjata)”, tambah kantor tersebut.

    Sebelumnya pada Sabtu (18/10), Kedutaan Besar Palestina di Kairo mengumumkan bahwa perlintasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan dibuka kembali pada Senin (20/10), untuk memungkinkan warga Palestina yang tinggal di Mesir kembali ke Gaza.

    Pada Kamis (16/10), otoritas Israel mengatakan bahwa ketika perlintasan dibuka kembali, hanya akan mengizinkan pergerakan orang, bukan pengiriman bantuan kemanusiaan.

    Tentara Israel mengambil alih sisi Palestina dari penyeberangan Rafah pada 7 Mei tahun lalu, mengklaim fasilitas tersebut telah “digunakan untuk tujuan teroris” dan mengungkapkan kecurigaan kuat bahwa fasilitas tersebut juga digunakan untuk menyelundupkan senjata.

    Setelah pengambilalihan tersebut, semua akses melalui penyeberangan tersebut ditangguhkan, termasuk akses bagi personel Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Penyeberangan tersebut sempat dibuka kembali selama gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang berlaku efektif pada 19 Januari 2025.

    Halaman 2 dari 2

    (rfs/rfs)

  • Prabowo Ulang Tahun ke-74, Luhut Teringat Kenangan Masa Lalu

    Prabowo Ulang Tahun ke-74, Luhut Teringat Kenangan Masa Lalu

    Bisnis.com, JAKARTA – Luhut Binsar Pandjaitan, yang kini menjabat sebagai Ketua Dewan Ekonomi Nasional Indonesia, memberikan ucapan selamat ulang tahun Presiden RI Prabowo Subianto ke-74 yang jatuh pada hari ini, Jumat (17/10/2025)

    Ucapan tersebut diunggah oleh Luhut dalam postingan akun Instagram pribadinya, @luhut.pandjaitan, pada Jumat (17/10) pagi. Unggahan tersebut berisi t foto Luhut bersama Presiden Prabowo yang sedang berdiri berdua dengan senyum ramah dalam suatu acara.

    Yang menjadi perhatian tak lain adalah tulisan atau caption sepanjang lima paragraf yang dibuat oleh Luhut sendiri. Dalam caption foto tersebut, beliau mengingat kembali pengalaman masa lalunya bersama Presiden Prabowo saat menerima tugas untuk belajar militer di Jerman Barat pada akhir Maret 1981, saat mereka berdua masih bergabung dalam TNI AD.

    “Akhir Maret 1981 adalah hari yang tak pernah saya lupakan. Saat itu, saya dan Presiden @prabowo menerima tugas untuk menimba ilmu bersama di Grenzschutzgruppe 9 (GSG 9) di Jerman Barat,” tulis awalan paragraf pertama sebagai pembuka unggahan tersebut. 

    Melansir Britannica, GSG 9 adalah salah satu tim elit bidang anti-teroris milik Kepolisian Federal Jerman. Tim ini adalah salah satu anti-teroris terbaik di dunia, bahkan Kopassus Indonesia turut membentuk salah satu unitnya berdasarkan bimbingan dari mereka.

    Satuan anti-teror pertama Indonesia dibentuk pada Juni 1982 dengan nama Satuan Anti Teror Detasemen 81 (Den-81) Kopassandha, yang di komando Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan dan Kapten Inf. Prabowo Subianto selaku wakil komandan.

    Paragraf kedua caption yang dituliskan Luhut menceritakan bagaimana perjuangan mereka berdua dahulu untuk menuntaskan panggilan negara ke Jerman Barat selama 11 bulan tersebut.

    “Selama 11 bulan lamanya, kami menjalani pendidikan yang sangat keras di tengah cuaca ekstrem. Setiap hari menjadi ujian ketahanan fisik dan mental, sekaligus pelajaran tentang disiplin, persaudaraan, dan dedikasi terhadap tugas. Dari medan latihan yang membeku hingga sesi penyelamatan dari ketinggian, semuanya menuntut kesempurnaan dan tekad yang tak boleh surut.”

    Dari pengalaman tersebut, Luhut menceritakan bagaimana beliau bisa mengenal kepribadian dari Presiden Prabowo Subianto, yang menurutnya, sosok yang pantang menyerah dan teguh.

    “Dari masa itu, saya mengenal Presiden Prabowo sebagai sosok yang pantang menyerah. Pernah suatu ketika, ia terjatuh saat menjalani latihan terjun dari ketinggian. Namun bukannya menyerah, ia justru bersikeras melanjutkan latihan hingga tuntas. Dari situ saya melihat keteguhan hatinya … bagi beliau, perjuangan tidak pernah berhenti hanya karena rasa sakit.”

    Luhut juga menceritakan dan meyakini bahwa apa yang dilihatnya dari Presiden Prabowo Subianto selama masa-masa berat bersamanya di militer, dapat membentuk dan membangun kepemimpinannya di masa kini.

    “Pendidikan itu bukan sekadar latihan, melainkan ujian karakter. Dan di sanalah saya menyaksikan langsung semangat juang yang membentuk kepemimpinannya hari ini.”

    “Saya meyakini semangat dan disiplin yang pernah ditempa di masa-masa berat itu dapat menjadi letupan energi baru dalam membangun fondasi pemerintahan yang tangguh, berdaulat, dan berorientasi pada kemajuan bangsa.” tulisnya dalam paragraf keempat.

    Sebagai penutup, Luhut menuliskan ucapan selamat atas hari jadi ke-74 Presiden RI kedelapan. Beliau juga turut mendoakan Presiden Prabowo, serta mengharapkan kebijaksanaan baginya untuk membawa Indonesia menuju cita-cita mulianya di 2045.

    “Selamat ulang tahun ke-74, Presiden Prabowo Subianto. Semoga Tuhan Yang Maha Kasih, senantiasa memberi kesehatan, kekuatan, dan kebijaksanaan dalam setiap langkah Bapak memimpin negeri ini. Semakin tangguh membawa Indonesia menuju cita-cita luhurnya, bersama Indonesia Maju, menuju Indonesia Emas 2045” tulis Luhut dalam akhir paragraf. (Stefanus Bintang Agni)

  • Bos Mata-mata Inggris Mendadak Kasih Peringatan Bahaya, Dunia Suram!

    Bos Mata-mata Inggris Mendadak Kasih Peringatan Bahaya, Dunia Suram!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kecerdasan buatan (AI) yang beroperasi tanpa kendali manusia di masa depan, dinilai bisa menjadi ancaman keamanan. Hal tersebut diungkap oleh Kepala Dinas Intelijen Dalam Negeri Inggris (MI5), Ken McCallum.

    Ia mengeluarkan peringatan keras soal potensi bahaya AI yang bisa beroperasi tanpa kendali manusia.

    Dalam pidato tahunannya, McCallum menyebut bahwa sistem AI otonom dapat menjadi ancaman keamanan di masa depan jika tidak diawasi dengan ketat.

    “Pada tahun 2025 ini, ketika kita masih berhadapan dengan berbagai ancaman masa kini, kita juga perlu menelusuri batas baru, potensi risiko dari sistem AI non-manusia yang bisa menghindari pengawasan dan kendali manusia,” kata McCallum, dikutip dari Reuters, Jumat (17/10/2025).

    Meski begitu, McCallum menegaskan dirinya tidak sedang memprediksi skenario kehancuran seperti dalam film fiksi ilmiah Terminator, yang menggambarkan AI menjadi sadar diri dan berusaha memusnahkan manusia.

    Namun, ia menilai perkembangan AI yang begitu cepat harus diantisipasi sejak dini oleh lembaga keamanan seperti MI5.

    “AI mungkin tidak pernah ‘berniat’ mencelakai kita. Namun akan sangat ceroboh jika kita mengabaikan potensi bahaya yang dapat ditimbulkannya. Kami sudah menanganinya,” ujarnya.

    McCallum menjelaskan bahwa saat ini badan keamanan Inggris sudah memanfaatkan AI untuk meningkatkan efektivitas kerja. Sementara kelompok teroris menggunakannya untuk propaganda dan pengintaian target.

    Di sisi lain, aktor negara menggunakan teknologi ini untuk memanipulasi pemilu dan memperkuat serangan siber.

    “Seiring kemampuan AI yang terus melaju pesat, MI5 perlu memikirkan secara mendalam sejak sekarang seperti apa bentuk ‘pertahanan kerajaan’ di masa depan,” kata McCallum menutup pidatonya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Israel Gempur Hizbullah di Lebanon, 1 Orang Tewas-7 Luka

    Israel Gempur Hizbullah di Lebanon, 1 Orang Tewas-7 Luka

    Beirut

    Militer Israel mengatakan pasukannya menggempur target-target kelompok Hizbullah dan sekutunya di wilayah Lebanon pada Kamis (16/10) waktu setempat. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya satu orang tewas dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka akibat serangan tersebut.

    Presiden Lebanon Joseph Aoun, seperti dilansir AFP, Jumat (17/10/2025), bersikeras mengatakan serangan Israel menargetkan “fasilitas-fasilitas sipil” di wilayahnya. Aoun mengecam apa yang disebutnya sebagai pelanggaran kesepakatan gencatan senjata yang berlaku sejak tahun lalu.

    “Agresi Israel yang berulang kali terjadi sebagai bagian dari kebijakan sistematis yang bertujuan menghancurkan infrastruktur produktif, menghambat pemulihan ekonomi, dan merusak stabilitas nasional dengan dalih keamanan palsu,” kata Aoun dalam pernyataannya.

    Laporan Anadolu Agency menyebut militer Israel melancarkan sedikitnya 12 serangan terhadap wilayah Lebanon bagian selatan dan timur pada Kamis (16/10).

    Kantor berita Lebanon, National News Agency (NNA), melaporkan bahwa dua serangan Israel menargetkan kota Bnaafoul di Sidon, dan serangan ketiga menargetkan area Khirbet Dweir, yang terletak di antara kota Sarafand dan Baysariyeh.

    Jet-jet tempur Israel, menurut NNA, juga mengebom area di antara kota Roumine dan Houmine yang ada di distrik Nabatieh. Tidak hanya itu, NNA juga melaporkan bahwa serangan drone Israel menghantam area Bilda di distrik Marjayoun saat penduduk lokal sedang memanen zaitun.

    Rentetan serangan udara Israel lainnya, sebut NNA, juga menargetkan distrik Sidon, Marjayoun, dan Bint Jbeil di bagian selatan Lebanon, serta Baalbek di wilayah timur negara tersebut.

    Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya satu orang tewas dalam serangan di kota Shmistar, bagian timur Lebanon.

    Disebutkan juga bahwa enam orang mengalami luka-luka di Ansar, distrik Nabatieh, dan satu orang lainnya mengalami luka-luka di area Bnaafoul, distrik Saida.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut mereka telah “menyerang infrastruktur teroris Hizbullah… di wilayah Mazraat Sinai di Lebanon bagian selatan”.

    Militer Israel juga mengatakan pasukannya menyerang fasilitas yang digunakan oleh Green Without Borders, sebuah LSM yang berada di bawah sanksi Amerika Serikat (AS), yang oleh Tel Aviv dianggap “beroperasi di bawah kedok sipil untuk menyembunyikan keberadaan Hizbullah di area perbatasan dengan Israel”.

    Israel telah berulang kali mengebom wilayah Lebanon, meskipun ada gencatan senjata yang berlaku sejak November tahun lalu, yang mengakhiri pertempuran sengit selama setahun antara Tel Aviv dan Hizbullah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Seberapa Realistis Rencana Perlucutan Senjata Hamas?

    Seberapa Realistis Rencana Perlucutan Senjata Hamas?

    Gaza City

    Merujuk rencana Trump, senjata milisi di Jalur Gaza Palestina harus sepenuhnya dilucuti. Namun, sejauh ini hal tersebut belum terjadi.

    Menurut laporan media Israel, Jerusalem Post, organisasi militan Islam tersebut terlibat dalam pertempuran sengit melawan kelompok-kelompok pesaingnya. Sedikitnya 32 orang dilaporkan tewas.

    Di media sosial juga beredar video yang disebut-sebut menunjukkan Hamas mengeksekusi atau menyiksa orang-orang yang dituduh berkolaborasi dengan Israel. Sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Uni Eropa mengklasifikasikan Hamas sebagai organisasi teroris.

    Belum jelas apakah perlucutan senjata Hamas akan berhasil. Presiden AS Donald Trump memberikan pernyataan yang kontradiktif “Hampir seluruh kawasan telah menyetujui rencana untuk segera demiliterisasi Gaza, melucuti senjata Hamas, dan memastikan bahwa Israel tidak lagi terancam,” ujarnya dalam pidatonya di Knesset, parlemen Israel.

    Namun sebelumnya, dalam penerbangannya ke Israel, Trump menyatakan bahwa pemerintahnya telah mengizinkan Hamas untuk sementara mempersenjatai diri. Hamas, katanya, sedang berusaha mengembalikan ketertiban setelah berbulan-bulan perang.

    “Pesan yang jelas”

    Fakta bahwa Hamas segera hadir setelah penarikan pasukan Israel dan mengirimkan pasukan bersenjatanya ke Kota Gaza menyampaikan pesan yang jelas, kata Simon Wolfgang Fuchs, pakar studi Islam di Hebrew University Yerusalem.

    “Hamas dengan tegas menunjukkan bahwa keberadaan mereka yang sama sekali tidak hilang dari Jalur Gaza. Sebaliknya, mereka terus mengklaim peran mereka di sana.”

    Menurut analisis dari lembaga think tank Amerika Serikat, Atlantic Council, proses perlucutan senjata Hamas kemungkinan akan memakan waktu lama. Selama Hamas tetap eksis, baik sebagai kelompok bersenjata, gerakan politik, atau bahkan sekadar ide – akan selalu ada risiko besar mereka kembali memperluas pengaruhnya di Gaza untuk mengejar kepentingannya sendiri. Hal yang tampaknya sedang terjadi saat ini.

    Senjata sebagai jaminan eksistensi

    Hamas menganggap persenjataan mereka sebagai jaminan eksistensi baik secara militer, politik, maupun secara simbolis, ujar Simon Engelkes, Kepala Yayasan Konrad Adenauer di Ramallah, “Tanpa imbalan politik yang nyata, Hamas kemungkinan besar tidak akan menyetujui langkah semacam itu. ‘Jaminan keamanan’ dari Presiden Trump bahwa perang di Jalur Gaza tidak akan berlanjut setelah perjanjian gencatan senjata saat ini tidak cukup.”

    Meskipun struktur militer Hamas telah sangat dilemahkan selama perang, jaringan dan kehadiran mereka yang terlihat di Gaza tetap utuh, lanjut Engelkes. “Hal itu menjamin kelangsungan gerakan politik mereka, setidaknya dalam jangka pendek hingga menengah.”

    Siapa yang bertanggung jawab atas keamanan di Jalur Gaza?

    Perlucutan senjata total Hamas juga akan sulit dilakukan karena keamanan internal Jalur Gaza selama ini berada di tangan Hamas – sebelum Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Setelah mengambil alih pemerintahan wilayah tersebut pada tahun 2007, Hamas bertanggung jawab atas kepolisian, keamanan dalam negeri, serta sistem peradilan dan hukum.

    Belum jelas siapa yang akan menjalankan fungsi-fungsi tersebut ke depannya. Mesir dan Yordania telah menyatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan hingga 5.000 personel keamanan untuk penugasan di Jalur Gaza. Kepolisian dari otoritas Palestina juga akan dilibatkan dalam pasukan tersebut.

    Namun, hal ini bisa menjadi masalah, kata Fuchs. “Sangat mungkin Israel akan menggunakan hak veto terhadap pasukan lokal ini.”

    Pemerintah di Yerusalem tidak ingin memberikan peran apa pun kepada otoritas Palestina di Gaza. Sebaliknya, mereka ingin mencegah kehadiran kekuatan mana pun berhubungan dengan pemerintahan Ramallah. “Dengan demikian, masih terbuka bagaimana kesepakatan akan dicapai dan di tangan siapa nantinya layanan keamanan itu akan berada,” jelas Fuchs.

    Bukan sekadar perlucutan senjata

    Banyak negara tidak ingin Hamas kembali berkuasa. Presiden Prancis Emmanuel Macron memperingatkan tentang ancaman terus-menerus dari milisi tersebut.

    “Kelompok teroris dengan ribuan pejuang, terowongan, dan persenjataan seperti itu tidak dapat dihancurkan dalam semalam,” ujar Macron setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai di Sharm el-Sheikh, Mesir. Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan bahwa negaranya siap membantu perlucutan senjata Hamas. Pemerintah Jerman turut menolak kelanjutan politik Hamas.

    Menurut Engelkes, pertikaian yang sesungguhnya masih di depan mata, “Persoalannya bukan sekadar perlucutan senjata, melainkan juga kontrol politik dan legitimasi: siapa yang akan berbicara untuk Gaza di masa depan dan dengan kewenangan apa?”

    Potensi ancaman kawasan Arab juga Eropa

    Mengabaikan kepentingan Hamas juga berisiko, jelas Martin Jger, Kepala Badan Intelijen Federal Jerman (BND), dalam sebuah rapat dengar pendapat di Parlemen Jerman. Jika Hamas tidak dilibatkan dalam pemerintahan transisi Gaza, diusir dari wilayah tersebut atau dipaksa kembali ke bawah tanah, maka ada “risiko nyata” bahwa mereka akan bertindak di luar Gaza. “Hal ini tentu akan berdampak pada kawasan Arab, dan sangat mungkin juga Eropa.”

    Dalam jangka panjang, para pengamat sepakat bahwa kunci stabilitas terletak pada upaya memberi rakyat Palestina kehidupan yang bermartabat. Jika hal tersebut tidak terwujud, kekerasan dapat kembali muncul di masa depan.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Trump Tidak Akan Pakai Militer AS untuk Melucuti Senjata Hamas” di sini:

    (nvc/nvc)