Kasus: Teroris

  • Turki Resmi Tarik Duta Besarnya untuk Israel!

    Turki Resmi Tarik Duta Besarnya untuk Israel!

    Jakarta

    Turki mengatakan pihaknya resmi menarik duta besarnya untuk Israel. Turki juga memutuskan kontak dengan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu sebagai protes atas pertumpahan darah di Gaza.

    Dilansir AFP, Minggu (5/11/2023), Ankara mengumumkan keputusan tersebut menjelang kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Turki. Dalam hal ini Turki memperbaiki hubungan yang rusak dengan Israel sejak dimulainya perang Israel dan Hamas bulan lalu.

    Namun, Ankara memperkeras sikapnya terhadap Israel dan para pendukungnya di Barat, khususnya Amerika Serikat, ketika pertempuran meningkat dan jumlah korban tewas di kalangan warga sipil Palestina melonjak.

    Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan Duta Besar Sakir Ozkan Torunlar dipanggil kembali untuk berkonsultasi.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel Lior Haiat menyebut langkah tersebut sebagai langkah lain dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang berpihak pada organisasi teroris Hamas.

    Pasukan Israel diketahui telah mengepung kota terbesar di Gaza ketika mencoba untuk menghancurkan Hamas sebagai pembalasan atas serangan tanggal 7 Oktober ke Israel. Serangan itu diklaim Israel menewaskan sekitar 1.400 orang yang sebagian besar warga sipil dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.

    Sementara, Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza mengatakan sekitar 9.500 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas dalam serangan Israel.

    “Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kami ajak bicara. Kami telah mengabaikannya,” ujar Erdogan.

    Lihat juga Video: RS Indonesia di Gaza Krisis Listrik, Padahal Harapan Warga Palestina

    (azh/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Israel Gempur Hizbullah Usai Serangan dari Lebanon

    Israel Gempur Hizbullah Usai Serangan dari Lebanon

    Jakarta

    Militer Israel menyatakan telah menggempur target kelompok Hizbullah sebagai respons atas upaya serangan dari Lebanon. Ini terjadi ketika serangan lintas batas terus berlanjut sementara perang antara Israel dan Hamas berkecamuk di Gaza.

    Insiden ini terjadi sehari setelah pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah memperingatkan bahwa perang antara Israel dan Hamas dapat berubah menjadi konflik regional, jika Israel terus melanjutkan serangannya di Gaza.

    “Sebagai respons terhadap dua sel teroris yang mencoba melepaskan tembakan dari Lebanon ke wilayah Israel, IDF (militer Israel) menyerang sel tersebut dan sebuah pos pemantauan Hizbullah,” kata sebuah pernyataan militer.

    Disebutkan bahwa pihaknya juga telah merespons tembakan mortir dari Lebanon ke Israel utara, di mana tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.

    Sejak 7 Oktober, Israel telah terlibat dalam perang dengan Hamas di Gaza, setelah kelompok milisi Palestina itu melakukan serangan besar-besaran di Israel. Menurut pejabat-pejabat Israel, serangan Hamas itu menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil.

    Israel membalas dengan serangan udara tanpa henti dan invasi darat ke Gaza, di mana lebih dari 9.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas menurut kementerian kesehatan Hamas.

    Perbatasan Lebanon-Israel juga sering menjadi lokasi serangan lintas perbatasan selama sebulan terakhir, dengan baku tembak antara militer Israel di satu sisi dan gerakan Hizbullah dan sekutunya-sekutunya di sisi lain.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Menhan-Menkeu Israel Cekcok Soal Pendapatan Pajak Otoritas Palestina

    Menhan-Menkeu Israel Cekcok Soal Pendapatan Pajak Otoritas Palestina

    Smotrich yang dinaungi partai nasionalis religius garis keras dan mendapat dukungan kuat dari kalangan pemukim Yahudi di Tepi Barat tersebut, merespons seruan Gallant dengan menyebutnya membuat ‘kesalahan serius’ dengan menuntut pencairan dana itu.

    Smotrich juga menegaskan dirinya tetap menentang pembayaran dana pendapatan pajak terhadap Otoritas Palestina, yang akan digunakan untuk membayar gaji sektor publik dan pengeluaran pemerintah lainnya. Dia bahkan menuduh warga Palestina di Tepi Barat mendukung serangan Hamas terhadap Israel awal bulan ini.

    “Saya tidak berniat membiarkan Negara Israel membiayai musuh-musuh kita di Yudea dan Samaria yang mendukung terorisme Hamas dan mendanai teroris 7/10 yang membunuh dan membantai kita,” sebutnya.

    Kedua menteri itu sempat terlibat perselisihan pada awal tahun ini, ketika Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu memecat Gallant karena penolakannya terhadap rencana pemerintah Israel merombak sistem peradilan, sebelum membatalkan keputusan itu usai ditentang publik secara besar-besaran.

    Sementara itu, diketahui bahwa pendapatan pajak, atau yang disebut sebagai maqasa oleh Palestina dan Israel, dikumpulkan oleh pemerintah Israel atas nama Otoritas Palestina atas impor dan ekspor Palestina. Israel, sebagai imbalannya, mendapatkan komisi sebesar 3 persen dari jumlah pendapatan yang dikumpulkan.

    Pendapatan pajak yang dikumpulkan itu diperkirakan mencapai sekitar US$ 188 juta setiap bulan, dan menjadi sumber pendapatan utama bagi Otoritas Palestina.

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pertama Kali, Biden Nyatakan Dukung Jeda Kemanusiaan di Jalur Gaza

    Pertama Kali, Biden Nyatakan Dukung Jeda Kemanusiaan di Jalur Gaza

    Dalam pernyataan di hadapan pendukungnya, Biden berbicara lebih jauh dengan wanita tersebut. Biden bahkan menyebut Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dengan nama panggilannya, Bibi.

    “Saya adalah orang yang meyakinkan Bibi untuk menyerukan gencatan senjata agar para tahanan bisa bebas. Saya adalah orang yang berbicara dengan (Presiden Mesir Abdel Fattah al-) Sisi untuk meyakinkan dia agar membuka pintu (perbatasan Gaza dengan Mesir-red),” ucap Biden dalam pernyataannya.

    Biden mengindikasikan dirinya sedang membahas pembebasan dua sandera AS yang ditahan oleh militan Palestina baru-baru ini.

    Wanita yang berteriak kepada Biden itu akhirnya dibawa keluar ruangan dan mengidentifikasi dirinya kepada wartawan sebagai Rabi Jessica Rosenberg.

    Gedung Putih sebelumnya menyerukan ‘jeda kemanusiaan’ untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan disalurkan ke Jalur Gaza, atau untuk memungkinkan evakuasi warga sipil dan korban luka. Namun sejauh ini, AS menolak untuk membahas soal gencatan senjata, yang diyakini hanya akan menguntungkan Hamas.

    Meskipun tidak ada seruan gencatan senjata dari Biden, namun menurut Al Jazeera, Presiden AS untuk pertama kalinya menyatakan dukungan untuk jeda kemanusiaan.

    Dua pekan lalu, AS memveto resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan jeda kemanusiaan untuk memungkinkan akses bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. AS pada saat itu menyoroti draf resolusi yang diajukan Brasil itu tidak mengakui soal hak Israel untuk membela diri, meskipun resolusi itu juga mengecam apa yang disebut sebagai ‘serangan teroris keji oleh Hamas’.

    Di sisi lain, menurut Al Jazeera, pernyataan terbaru Biden ini bisa menuai banyak penafsiran setelah dia menyatakan dirinya sangat bersimpati dengan penderitaan di Jalur Gaza, menggunakan istilah yang sangat pribadi untuk menggambarkan anak-anak yang kehilangan orang tuanya dan orang tua yang kehilangan anaknya.

    Namun dari segi kebijakan, sebut Al Jazeera dalam laporannya, pernyataan Biden ini bukanlah langkah pasti menuju gencatan senjata, terutama karena AS belum menyelidiki serangan Israel terhadap kamp pengungsi Jabalia di Jalur Gaza untuk melihat apakah gempuran itu melanggar hukum internasional.

    Perang antara Israel dan Hamas memasuki hari ke-27 pada Kamis (2/11) waktu setempat. Untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran dan tanpa henti ke Jalur Gaza, bahkan mengerahkan operasi darat yang semakin ekstensif ke wilayah tersebut.

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Apakah Israel Telah Memulai Invasi Skala Penuh ke Gaza?

    Apakah Israel Telah Memulai Invasi Skala Penuh ke Gaza?

    Jakarta

    Ketika militer AS memasuki Irak pada 20 Maret 2003, surat kabar di seluruh dunia tidak menyisakan ruang untuk mempertanyakan apa yang sedang terjadi. “PERANG,” demikian judul berita setengah halaman di San Francisco Chronicle. Surat kabar Rheinische Post di Jerman juga menurunkan berita utama: “Serangan besar sedang berlangsung.”.

    Pernyataan-pernyataan semacam ini juga mengiringi pengumuman serangan darat Israel ke Gaza sejak Jumat (27/10/) lalu.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa militernya telah memperluas aktivitas ke wilayah Gaza, dan bahwa “tahap kedua” perang telah dimulai.

    Namun, masih belum jelas, apakah ini merupakan awal dari invasi skala penuh yang sebelumnya direncanakan Israel setelah serangan teror Hamas? Atau hal itu baru akan terjadi nanti?

    “Tahap kedua mungkin terlihat seperti serangan yang sedang berlangsung namun tidak terlalu besar,” ungkap koresponden DW Rebecca Ritters melaporkan dari di Israel, dekat perbatasan timur laut negara itu dengan Gaza pada hari Minggu (29/10) pagi.

    Sebelumnya. banyak yang memperkirakan serangan darat Israel segera dilakukan dalam beberapa minggu sejak serangan teror Hamas, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang. Sedangkan menurut Hamas, sekitar 8.005 warga Palestina telah terbunuh akibat serangan balasan Israel.

    Hamas dideklarasikan sebagai organisasi teroris oleh Israel dan beberapa negara lain, di antaranya Jerman, Uni Eropa dan Amerika Serikat.

    Serangan skala kecil, bukan invasi skala penuh

    “Dari sudut pandang saya, saya pikir (operasi darat) ini menciptakan kondisi untuk apa yang mungkin terjadi setelahnya,” katanya, seraya menambahkan, bagaimanapun, pada saat ini sulit untuk mengatakan apa yang mungkin terjadi.

    Ia mengatakan bahwa ini bisa jadi merupakan awal dari serangkaian serangan kecil, dengan invasi besar yang direncanakan di kemudian hari – atau tidak sama sekali, tergantung pada bagaimana sentimen yang terus berkembang di antara para sekutu dan warga Israel sendiri.

    Poniscjakova menjelaskan bahwa selama tiga minggu terakhir sejak Netanyahu pertama kali mengumumkan rencana invasi darat skala penuh, sentimen telah berubah.

    Salah satunya, AS, sekutu setia Israel, merekomendasikan dalam pembicaraan diplomatik setelah serangan tersebut agar Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan serangan-serangan yang lebih kecil ke Gaza daripada invasi skala penuh yang diumumkannya, ujar Poniscjakova.

    Poniscjakova.menambahkan bahwa pendapat di antara warga Israel sudah berubah sejak serangan 7 Oktober. Ia mengutip sebuah jajak pendapat yang dilakukan awal pekan ini yang menunjukkan bahwa warga “tidak terlalu mendukung invasi skala penuh seperti dua minggu lalu.”

    Dan akhirnya, katanya, muncul pertanyaan rumit tentang bagaimana IDF akan berhasil “menghancurkan” Hamas tanpa membahayakan nyawa lebih dari 200 sandera yang diculik oleh kelompok militan itu di Israel.

    IDF tampaknya berupaya melawan dengan serangan berskala lebih kecil daripada invasi besar-besaran yang dramatis, setidaknya untuk awal. Poniscjakova mengatakan bahwa militer mungkin akan melakukan serangan berskala kecil selama beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan.

    “Hal itu, bagi saya, menunjukkan bahwa apa pun yang akan terjadi, akan memakan waktu lama,” katanya.

    Laporan dari perbatasan

    Pada saat ini, masih belum jelas berapa banyak tentara Israel yang telah dikirim ke Gaza. Juru bicara militer IDF Daniel Hagari mengatakan dalam konferensi pers pada hari Minggu bahwa militer “secara bertahap memperluas aktivitas darat dan cakupan pasukan kami di Jalur Gaza,” seraya menambahkan, “kami akan melakukan semua yang kami bisa dari udara, laut, dan darat untuk memastikan keamanan pasukan kami dan mencapai tujuan perang.”

    Koresponden DW membenarkan serangan yang makin intensif ke Gaza. “Di sini Anda benar-benar dapat melihat dan mendengar bagian-bagian dari tahap kedua yang terjadi di depan mata dan telinga kita,” kata koresponden DW, Ritters. “Kami melihat serangan artileri yang cukup konstan (…) serta serangan udara di kejauhan (…) tentu saja mendengar jet tempur terbang di atas kepala dari waktu ke waktu.”

    Ritters mengatakan bahwa dari posisinya, orang bisa mendengar tembakan senapan mesin berat dan ringan, yang menunjukkan bahwa militer Israel dan militan Hamas relatif dekat satu sama lain. Namun, “dalam hal fase kedua, kami tidak tahu persis dalam istilah militer apa artinya,” katanya.

    Hampir tidak mungkin untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya mengenai situasi di Gaza karena pemadaman listrik dan internet yang meluas di seluruh wilayah tersebut sejak hari Jumat (27/10). Jadi, kata Ritters, tidak jelas seberapa besar perlawanan yang didapat pasukan Israel dari militan Hamas. “Informasi terus mengalir, tetapi ini juga merupakan perang informasi,” katanya. “Kami mendapatkan disinformasi dari semua pihak, mendengar berbagai hal di media sosial. Dan untuk benar-benar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, masih terlalu dini untuk mengatakannya.”

    IDF menerbitkan informasi pada hari Minggu (29/10), mencatat bahwa setidaknya dua tentaranya telah terluka.

    “Baru awalnya saja”

    Dalam pernyataan yang diterbitkan setelah berita awal serangan darat pada hari Jumat muncul, Jonathan Panikoff, Direktur Inisiatif Keamanan Timur Tengah Scowcroft di Program Timur Tengah Dewan Atlantik, menulis: “masih ada pertanyaan terbuka tentang ukuran dan ruang lingkup (serangan darat).”

    “Apakah ini menandai dimulainya invasi darat berskala penuh atau apakah ini merupakan persiapan untuk operasi kontra-pemberontakan yang lebih terfokus dan lebih kecil? Dalam beberapa hari mendatang, keputusan Yerusalem tentang jenis operasi apa yang akan dilakukan akan terungkap.”

    Meskipun masih banyak yang belum jelas pada saat ini, para ahli tampaknya sepakat pada setidaknya satu hal: upaya militer Israel untuk “memusnahkan Hamas” mungkin akan berlangsung lama “diukur dalam hitungan minggu atau bulan, bukan hari,” tulis Panikoff.

    Netanyahu sendiri menegaskan hal itu. “Ini adalah perang kemerdekaan kita yang kedua,” katanya pada Sabtu (28/10) malam. “Kita baru berada di awal.”

    bh/gtp/hp

    Lihat Video ‘Warga Kampung Halaman Khabib Nurmagomedov Sweeping Pesawat dari Israel’:

    (ita/ita)

  • Kematian Warga Palestina Sudah Melebihi 6.500 Orang

    Kematian Warga Palestina Sudah Melebihi 6.500 Orang

    Anda kembali membaca laporan Dunia Hari Ini edisi Kamis, 26 Oktober 2023.

    Fokus kita hari ini adalah situasi terkini dari Gaza.

    Hingga laporan ini ditulis, Kementerian Kesehatan di Gaza memperkirakan jumlah korban tewas di pihak Palestina telah mencapai 6.546 orang, termasuk lebih dari 2.700 anak-anak.

    Dalam 24 jam terakhir saja ada 756 warga Palestina, 344 diantaranya adalah anak-anak, yang terbunuh akibat serangan Israel, menurut Kementerian Kesehatan.

    Sementara pihak otoritas Israel mencatat 1.400 warganya yang meninggal, kebanyakan akibat serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Lebih dari 600.000 warga Palestina saat ini mengungsi di 150 tempat penampungan yang berada di Gaza di bawah komando lembaga UNRWA dari PBB.

    “Tempat-tempat penampungan kita sudah melebihi empat kali lipat dari kapasitasnya, kebanyakan tidur di jalanan karena fasilitas yang ada saat ini kewalahan.

    Kemarin, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan ia “tidak percaya pada angka yang disampaikan Palestina”dalam menghitung jumlah korban tewas di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas.

    Sementara itu, Israel setuju untuk menunda serangan lanjutan ke Gaza, sehingga Amerika Serikat bisa mengerahkan pertahanan rudal untuk melindungi pasukannya di sana, menurut laporan Wall Street Journal, yang mengutip para pejabat Israel dan Amerika Serikat.

    Laporan tersebut mengatakan Israel sedang mempertimbangkan upaya yang diperlukan untuk memasok bantuan kemanusiaan kepada warga sipil di Gaza dan membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas dalam perencanaannya, saat ancaman terhadap pasukan Amerika Serikat menjadi perhatian utama.

    Keluarga wartawan di Gaza ditembak mati tentara Israel

    Al Jazeera TV mengatakan keluarga dari salah satu wartawannya yang menjadi koresponden di Gaza dibunuh oleh Angkatan Israel di Gaza, malam kemarin.

    Angkatan Udara Israel tidak berkomentar mengenai ini.

    Siaran langsung menayangkan Kepala Biro Gaza Wael Al Dahdouh yang menangis ketika melihat keluarganya terbaring tanpa nyawa di rumah sakit.

    Istri, anak laki-laki, dan anak perempuannya dilaporkan meninggal dunia.

    “Mereka balas dendam dengan membunuh anak-anak kami?” katanya di samping tubuh anaknya yang berlumuran darah, dengan masih mengenakan baju pelindung pers.

    Turki tidak menganggap Hamas organisasi teroris

    Presiden Turki Tayyip Erdogan melontarkan komentar terkuatnya sepanjang konflik Gaza.

    Ia mengatakan kelompok militan Palestina Hamas bukan organisasi teroris, namun kelompok pembebasan yang ingin melindungi tanah Palestina.

    “Hamas bukan organisasi teroris, melainkan kelompok pembebasan ‘mujahideen’ yang berperang untuk melindungi tanah dan para warganya,” ujarnya.

    Turki mengutuk kematian warga Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober, tapi menyerukan agar tentara Israel untuk mencoba menahan diri saat menanggapinya.

    Sikap Turki, sebagai anggota NATO, berbeda dengan kebanyakan negara anggota NATO dan Uni-Eropa lainnya, yang menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.

    Australia membantu Gaza

    Sementara itu,Pemerintah Australia sudah memberikan bantuan tambahan sebesar AU$15 juta untuk warga sipil di Gaza yang terkena dampak perang Hamas dan Israel, setelah sebelumnya menyumbang AU$10 juta.

    Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkannya saat melakukan konferensi pers bersama dengan Presiden AS Joe Biden di Gedung Putih.

    PM Albanese kembali mengecam”serangan teroris” yang dilakukan Hamas di Israel, dan menyerukan penghormatan terhadap hukum kemanusiaan internasional.

    Dalam pidatonya, Presiden Biden mengatakan masa depan Israel dan Palestina mencakup solusi dua negara untuk kedua belah pihak.

    Israel harus berintegrasi dengan negara-negara tetangga Arabnya, katanya.

    “Israel dan Palestina sama-sama berhak hidup berdampingan dengan aman, bermartabat, dan damai,” kata Presiden Biden.

    Albanese juga memanfaatkan kunjungannya untuk memuji dukungan setia Presiden Biden terhadap Israel dan menyoroti perlunya melindungi warga sipil di Gaza.

  • Kisah Biarawati Tolak Tinggalkan Gaza Demi Rawat Korban Serangan Israel

    Kisah Biarawati Tolak Tinggalkan Gaza Demi Rawat Korban Serangan Israel

    Jakarta

    “Halo, saya Suster Mara del Pilar… Kemarin sore kami menghadiri pemakaman 18 umat Kristiani yang meninggal akibat pengeboman Israel.

    Itulah pesan singkat yang direkam oleh seorang biarawati asal Peru di Jalur Gaza. Versi penuh video itu disiarkan portal Voz Catlica.

    Sosok yang berbicara dalam video tersebut adalah Suster Mara del Pilar Llerena Vargas. Dia berasal dari sebuah kota di bagian selatan Peru, Arequipa.

    Suster Maria telah melayani di Paroki Keluarga Kudus di Gaza selama empat tahun terakhir. Di paroki itulah berdiri satu-satunya gereja Katolik di Palestina.

    Suster Maria tergabung dalam kongregasi Pelayan Tuhan dan Perawan Matara, yang merupakan bagian dari Institut Sabda Inkarnasi. Dia melayani di Gaza bersama saudara kembarnya, yang juga seorang biarawati, Suster Mara del Perpetuo Socorro.

    Kedua kakak-beradik itu, bersama para biarawati dari kongregasi lain, selama ini melayani lebih dari 600 orang di paroki Gaza – termasuk anak-anak difabel, orang sakit, dan orang lanjut usia yang menggunakan kursi roda.

    Israel melancarkan operasi pengeboman di Gaza beberapa jam setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Kepala Bagian Konsuler Kedutaan Besar Peru di Mesir, Giancarlo Pedraza Ruiz, membenarkan bahwa pihaknya “melakukan upaya evakuasi warga Peru dan kerabat mereka yang berkewarganegaraan lain di Gaza menuju Mesir.

    Pedraza Ruiz berkata, terdapat sembilan orang yang telah mereka evakuasi. Empat di antaranya adalah warga Peru, termasuk seorang anak perempuan berusia enam tahun.

    Suster Mara del Perpetuo Socorro dan Suster Mara del Pilar Llerena Vargas adalah dua warga Peru yang juga masuk daftar evakuasi. Namun kedua biarawati itu menyatakan bahwa mereka tidak akan meninggalkan Gaza.

    Berikut petikan dialog Suster Mara del Pilar dengan BBC Mundo.

    Suster Mara del Pilar, dalam rekaman pesan video, Anda mengatakan bahwa paroki Gaza tidak memiliki akses air bersih dan listrik. Bagaimana situasi di paroki Gaza saat ini?

    Di sini terdapat sekitar 600 orang. Seperti daerah lain di Gaza, kami tidak memiliki akses air bersih. Namun kita punya air sumur alami. Kami menggunakan air itu untuk mandi dan aktivitas lainnya. Kami tidak tahu berapa lama persediaan air itu bisa bertahan. Kami sudah membeli air mineral agar masyarakat bisa minum. Kami membelinya dengan harga tiga kali lipat dari harga biasanya.

    Anda mengatakan bahwa Anda menghadiri pemakaman 18 umat Kristiani yang tewas akibat bom yang menghancurkan Gereja Ortodoks Santo Porfirius.

    Militer Israel membantah telah menargetkan gereja dan juru bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Lior Hayat, mengatakan kepada BBC Arabic bahwa gereja “terkena kerusakan kolateral” ketika Israel menyerang “pusat komando dan kendali Hamas di dekat tempat beribadah itu. Bisakah Anda menjelaskan apa yang terjadi?

    Mereka meninggal karena pengeboman Israel. Salah satu kamar tempat mereka tidur, runtuh. Akibatnya, banyak umat Kristiani meninggal, begitu juga anak-anak yang ikut atau datang ke kegiatan paroki kami atau bersekolah di sekolah kami.

    Saya keluar dari kompleks paroki untuk pertama kalinya sejak awal kejadian untuk bisa menemani keluarga Kristen di pemakaman, untuk sedikit menghibur mereka, meskipun saya tahu itu sangat sulit.

    Baca juga:

    Di mana para korban dimakamkan?

    Setiap paroki di sini memiliki kuburannya sendiri.

    Anda menyebutkan bahwa di permakaman Anda melihat gambaran yang tidak akan pernah terhapus dari pikiran Anda.

    Itu memang benar. Sayangnya memang demikian.

    Saat saya pergi ke permakaman, saya merasakan kepedihan saat seorang anak yang mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya. Kepedihan orang tua yang berpamitan dengan anaknya memang lebih menyakitkan. Ada keluarga-keluarga yang seluruh anaknya meninggal. Dan mereka adalah anak-anak yang kami kenal. Itu sangat menyakitkan.

    Apakah Anda mempunyai stok makanan? Hanya beberapa truk bantuan yang diperbolehkan masuk.

    Syukurlah, Patriark Latin Yerusalem membantu kami dan masyarakat.

    Kedua gereja, Latin dan Ortodoks, bekerja sama dengan sangat baik, dan itu merupakan berkat besar dari Tuhan. Kami membeli makanan, membeli kasur. Memang dengan harga yang lebih mahal, tapi, syukur kepada Tuhan, kami punya makanan.

    Apakah pihak gereja juga melindungi orang-orang yang mengungsi di Gereja Ortodoks sebelum pengeboman tanggal 20 Oktober?

    Ya, beberapa orang memutuskan untuk datang kepada kami karena jelas sebagian bangunan tempat tinggal mereka runtuh. Beberapa dari mereka ikut bersama kami.

    Baca juga:

    Konsulat Peru di Mesir menegaskan bahwa mereka mengambil langkah-langkah untuk evakuasi warga negara Peru dan keluarganya. Apakah Anda bersedia meninggalkan Gaza?

    Tidak. Mereka menelepon kami dari Kedutaan Peru di Israel. Dan setelah itu giliran kedutaan dan konsulat Peru di Mesir yang mengontak kami. Mereka memberi tahu kami bahwa mereka memiliki semua informasi kami, bahwa segala sesuatunya sudah siap di perbatasan saat kami ingin berangkat.

    Namun mereka tidak pernah menanyakan niat kami.

    Kami tidak akan meninggalkan umat kami. Saya telah tinggal di sini selama empat tahun dan inilah hidup saya. Ini adalah paroki saya. Mereka adalah orang-orang penting dalam kehidupan saya dan saya tidak akan pergi dari sini. Mereka membutuhkan bantuan kami.

    Apakah Anda mengambil keputusan itu meskipun Anda tahu bahwa dengan adanya serangan udara, risiko kematian Anda meningkat setiap hari?

    Ya, saya sangat sadar akan hal itu karena saya mendengar suara ledakan. Saya yakin semua orang di paroki ini mengetahui hal itu.

    Semua umat Kristiani sebenarnya bisa pergi ke selatan Gaza untuk menyelamatkan diri, tapi tidak satu pun dari mereka yang mau pergi. Setiap orang ingin tinggal di parokinya. Dengan kata lain, mereka ingin berada dekat dengan Sakramen Kudus, dekat dengan Tuhan. Mereka merasa aman berada di sini.

    Israel menyebarkan selebaran kepada orang-orang di Gaza utara untuk memperingatkan bahwa mereka yang tidak pergi ke selatan Sungai Wadi Gaza berisiko dianggap sebagai “kaki tangan organisasi teroris. Seperti apa kenyataannya di lapangan?

    Di paroki ada anak-anak, ada orang difabel.

    Banyak orang yang datang menggunakan kursi roda, ada pula orang lanjut usia dan banyak di antara mereka yang tidak bisa berjalan. Ada juga seseorang yang menderita kanker yang menjalani operasi otak. Kami menampung beberapa orang yang terluka dari paroki Ortodoks yang dirawat di sini karena di antara para pengungsi kami ada pula dokter.

    Bagaimana cara mengangkut 600 orang, termasuk anak-anak, orang sakit, orang tua? Kami tidak bisa. Kami benar-benar tidak bisa melakukannya.

    Saya percaya ini adalah alasan kemanusiaan dan semestinya Israel dapat memahami kami, semestinya mereka dapat memahami bahwa kami tidak dapat bergerak.

    Kami menginginkan perdamaian, kami hanya menginginkan perdamaian.

    Untuk itu kami harus banyak berdoa. Paus Fransiskus menyebut tanggal 27 Oktober ini sebagai Hari Doa. Saya percaya inilah saatnya bagi kita semua untuk bersatu dalam permohonan besar ini untuk mendoakan perdamaian.

    Lihat Video: Prancis Kritik Israel soal Rencana Invasi Darat ke Gaza

    (ita/ita)

  • Israel Sebut Hamas Punya Materi Al-Qaeda Soal Cara Buat Senjata Kimia

    Israel Sebut Hamas Punya Materi Al-Qaeda Soal Cara Buat Senjata Kimia

    Tel Aviv

    Israel mengklaim menemukan ‘materi resmi Al-Qaeda’ soal cara membuat senjata kimia pada salah satu jenazah militan Hamas yang tewas usai menyerbu negara Yahudi itu pada 7 Oktober lalu. Tel Aviv menuduh Hamas terindikasi berencana menggunakan sianida dalam serangan terhadap penduduk sipil.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (23/10/2023), hal itu diungkapkan oleh Presiden Israel Isaac Herzog dalam pernyataan via media sosial X pada Minggu (22/10) waktu setempat.

    “Sebuah perangkat USB yang ditemukan pada teroris Hamas membuktikan bahwa organisasi teroris pembunuh itu berencana menggunakan sianida terhadap penduduk sipil, sama seperti teroris Al-Qaeda,” sebut Herzog dalam pernyataannya.

    Sementara dalam wawancara dengan media Inggris Sky News, Herzog mengungkapkan bahwa pasukan Israel menemukan materi Al-Qaeda itu ditemukan pada jenazah salah satu militan Hamas yang tewas di Kibbutz Be’eri.

    “Itu adalah materi Al-Qaeda. Materi resmi Al-Qaeda. Kami berhadapan dengan ISIS, Al-Qaeda, dan Hamas,” sebutnya.

    “Dalam materi ini, terdapat instruksi cara memproduksi senjata kimia,” ungkap Herzog dalam pernyataannya.

    “Ini adalah situasi yang sangat mengejutkan ketika kita melihat instruksi yang diberikan tentang cara mengoperasikan dan cara membuat sejenis senjata kimia non-profesional dengan menggunakan sianida,” imbuhnya.

    Lihat Video ‘Israel Gempur Gaza dalam 24 Jam: 400 Orang Tewas, 320 Titik Diserang’:

  • Hamas Vs Israel Makin Panas, AS Akan Balas Jika Pasukannya Diserang

    Hamas Vs Israel Makin Panas, AS Akan Balas Jika Pasukannya Diserang

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat Antony Blinken mengingatkan bahwa Washington siap untuk membalas, jika pasukan AS menjadi sasaran selama perang Israel-Hamas. Hal ini disampaikan Blinken seiring kemungkinan meluasnya konflik di Timur Tengah.

    Blinken, yang berbicara dalam wawancara di acara Meet the Press di NBC, mengatakan dia memperkirakan perang akan meningkat melalui keterlibatan proksi-proksi Iran. Dia menambahkan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden siap untuk merespons jika personel Amerika menjadi sasaran serangan semacam itu.

    “Kami mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa kami dapat membela rakyat kami secara efektif dan merespons dengan tegas jika diperlukan,” kata Blinken, dikutip Al Jazeera, Senin (23/10/2023). Dia menekankan bahwa aset militer tambahan telah dikerahkan ke Timur Tengah, termasuk dua kelompok tempur kapal induk.

    Menlu AS itu juga mengatakan Israel tidak ingin menguasai Jalur Gaza setelah perang dengan Hamas hampir berakhir, menurut pembicaraannya dengan para pejabat Israel.

    Namun Blinken menekankan bahwa setelah perang, status quo tidak bisa kembali.

    “Anda [Israel] tidak bisa berada dalam posisi di mana Anda terus-menerus dihadapkan pada ancaman serangan teroris paling mengerikan dari Jalur Gaza,” kata Blinken.

  • 1 Tentara Israel Tewas Kena Rudal Hamas di Gaza

    1 Tentara Israel Tewas Kena Rudal Hamas di Gaza

    Tel Aviv

    Militer Israel menyebut seorang tentaranya tewas dalam operasi darat yang dilancarkan ke Jalur Gaza pada akhir pekan. Tel Aviv menyebut tentaranya itu tewas akibat rudal anti-tank yang diluncurkan oleh kelompok Hamas saat operasi darat berlangsung.

    Seperti dilansir Al Jazeera, Senin (23/10/2023), militer Israel dalam pernyataannya juga menyebut bahwa selain satu tentara tewas, tiga tentara lainnya mengalami luka-luka dalam operasi yang dilancarkan pada Minggu (22/10) waktu setempat.

    “Satu orang mengalami luka sedang, dan dua orang mengalami luka ringan akibat terkena rudal anti-tank,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.

    Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut tujuan dari operasi darat itu adalah untuk menemukan orang-orang yang disandera Hamas di wilayah Khan Younis, Gaza dan untuk ‘menggagalkan infrastruktur teroris’.

    Tentara Israel telah melancarkan beberapa operasi melintasi perbatasan, yang menurut militer Israel, dimaksudkan untuk membersihkan wilayah tersebut dan mengumpulkan informasi intelijen soal orang-orang yang disandera oleh Hamas di Jalur Gaza.

    Secara terpisah, sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, dalam pernyataan via Telegram mengklaim mereka telah memukul mundur pasukan militer Israel yang melakukan operasi ke Jalur Gaza.

    Menurut laporan koresponden Al Jazeera, Tareq Abu Azzoum, dari Khan Younis di Jalur Gaza, operasi militer Israel itu memaksa Hamas bersiap menghadapi invasi darat yang diperkirakan akan dilakukan oleh militer Tel Aviv.