Kasus: Teroris

  • Dikecam karena Telanjangi Puluhan Pria di Gaza, Israel Bilang Gini

    Dikecam karena Telanjangi Puluhan Pria di Gaza, Israel Bilang Gini

    Tel Aviv

    Militer Israel menyampaikan pembelaan setelah dihujani kecaman atas tindakan pasukannya menelanjangi puluhan pria yang ditangkap di Jalur Gaza. Dijelaskan oleh militer Israel bahwa langkah itu merupakan bagian dari penggeledahan rutin terhadap orang-orang yang diduga terlibat ‘aktivitas teroris’.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (11/12/2023), sejumlah rekaman video yang menunjukkan para pria dilucuti pakaiannya hingga hanya mengenakan celana dalam, dengan beberapa di antaranya tampak menyerahkan senjata, disiarkan oleh media lokal Israel pada Kamis (7/12) pekan lalu.

    Laporan media lokal Israel itu menyebutnya sebagai momen penyerahan diri oleh para militan Hamas.

    Beberapa rekaman video yang beredar telah memicu kemarahan di media sosial. Analisis yang dilakukan AFP Factcheck menunjukkan salah satu video itu direkam di area Beit Lahia, Jalur Gaza bagian utara, meskipun sulit untuk melakukan geolokasi terhadap lokasi rekaman secara tepat.

    Lengan seorang tentara terlihat dalam salah satu rekaman, yang menunjukkan bahwa video itu direkam oleh salah satu personel militer Israel. Dalam video lainnya, yang lokasinya tidak bisa dikonfirmasi oleh AFP, sekelompok pria dengan mata ditutup tampak duduk dengan tangan terikat di belakang.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Kecaman menghujani Israel terkait video-video tersebut, dengan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyatakan pihaknya merasa prihatin dengan gambar-gambar yang beredar dan menegaskan bahwa semua tahanan harus diperlakukan secara manusiawi dan bermartabat.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya sudah sering menelanjangi orang-orang yang dianggap bisa menimbulkan ancaman untuk memastikan mereka tidak membawa senjata atau bahan peledak.

    Ditegaskan juga oleh militer Israel bahwa pasukannya di Jalur Gaza menahan dan menginterogasi orang-orang yang dicurigai terlibat dalam ‘aktivitas teroris’.

    “Para individu yang didapati tidak terlibat dalam aktivitas teroris akan dibebaskan,” tegas militer Israel dalam pernyataannya.

    Militer Israel juga menyatakan bahwa para tahanan diperlakukan sesuai dengan hukum internasional.

    “Seringkali para tersangka teror harus menyerahkan pakaian mereka agar pakaian itu bisa digeledah dan untuk memastikan mereka tidak menyembunyikan rompi peledak atau persenjataan lainnya,” jelas militer Israel.

    Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, saat ditanya soal gambar dan video yang beredar menjawab: “Para teroris telah menyerahkan diri.”

    Sementara itu, Hamas, pada Minggu (10/12), waktu setempat, membantah klaim Israel dan menyebut orang-orang yang ditangkap dalam video maupun foto yang beredar bukanlah anggota sayap bersenjatanya, Brigade Ezzedine al-Qassam.

    “Klaim dari pendudukan (Israel) bahwa mereka berasal dari Brigade al-Qassam adalah kebohongan yang tidak berdasar,” ucap seorang pejabat senior pada biro politik Hamas, Izzat al-Rishq.

    “Pendudukan Zionis mempublikasikan gambar dan adegan warga sipil tidak bersenjata di Gaza, setelah mereka ditahan dan senjata diletakkan di samping mereka, yang tidak lain hanyalah bagian dari taktik penjajah yang konyol dan nyata untuk menghasilkan dugaan kemenangan atas orang-orang perlawanan,” sebutnya.

    Sebelumnya, outlet media berbahasa Arab yang berkantor di London, Al-Araby Al-Jadeed, melaporkan pada Kamis (7/12) lalu bahwa seorang reporternya bernama Diaa al-Kahlout dan beberapa anggota keluarganya ada di antara pria-pria Palestina yang ditangkap dan ditelanjangi oleh Israel di Jalur Gaza.

    Saksikan juga Sosok pilihan minggu ini: Bagus Utomo, Pemberantas Stigma Skizofrenia

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rudal-rudal Israel Hujani Pinggiran Ibu Kota Suriah

    Rudal-rudal Israel Hujani Pinggiran Ibu Kota Suriah

    Jakarta

    Militer Israel melancarkan serangan udara di dekat ibu kota Suriah, Damaskus. Serangan pada Minggu (10/12) malam waktu setempat itu menargetkan sejumlah lokasi di pinggiran Damaskus.

    “Sekitar pukul 23.05 (21.05 GMT) musuh Israel melancarkan serangan udara… menargetkan berbagai titik di pinggiran Damaskus,” kata sumber keamanan kepada kantor berita resmi Suriah, SANA seperti dilansir AFP, Senin (11/12/2023).

    “Pertahanan anti-pesawat kita menembak jatuh beberapa rudal, sementara rudal-rudal lainnya menyebabkan kerusakan material yang terbatas,” ujar sumber keamanan Suriah itu.

    Seorang koresponden AFP melaporkan ledakan-ledakan dahsyat di pinggiran kota Damaskus, yang sebelumnya telah menjadi sasaran sejumlah serangan, yang menurut pihak berwenang Suriah dilakukan oleh Israel.

    Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, sebuah kelompok pemantau perang yang berbasis di Inggris, mengatakan serangan tersebut menargetkan “situs-situs Hizbullah” di distrik Sayeda Zeinab dan dekat bandara Damaskus.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Militer Israel menolak mengomentari insiden tersebut. Namun, secara terpisah, militer Israel mengatakan bahwa tembakan telah dilepaskan dari Lebanon menuju Israel utara pada Minggu malam waktu setempat.

    “Tentara membalas dengan menargetkan sumber tembakan. Sebelumnya pada hari itu, kami menyerang sebuah sel teroris Hizbullah,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

    Panglima militer Israel Herzi Halevi mengunjungi pasukannya di dekat perbatasan utara dengan Lebanon pada hari Minggu, di mana ia berbicara tentang perlunya “membunuh agen-agen Hizbullah, untuk menunjukkan superioritas kita”.

    “Hal ini juga bisa terjadi dalam bentuk serangan dan perang,” katanya.

    Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap Suriah sejak perang sipil meletus di negara tetangganya itu pada tahun 2011, terutama menargetkan pasukan yang didukung Iran termasuk para petempur Hizbullah, serta posisi tentara Suriah.

    Namun serangan Israel semakin intensif sejak perang dengan Hamas dimulai pada bulan Oktober lalu. Hamas tahun lalu mengatakan pihaknya telah memulihkan hubungan dengan pemerintah Suriah.

    Tiga petempur Hizbullah dan seorang warga Suriah tewas pada hari Jumat lalu dalam sebuah serangan drone Israel terhadap mobil mereka di selatan Suriah, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

  • Kantor Netanyahu Sebut Masih Ada 137 Warga Israel Disandera di Gaza

    Kantor Netanyahu Sebut Masih Ada 137 Warga Israel Disandera di Gaza

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel meyakini masih ada setidaknya 137 warganya yang menjadi sandera di Gaza, Palestina, hingga Minggu (10/12).

    Sebanyak 20 di antaranya sudah berupa jenazah.

    Demikian informasi dari pihak di dalam kantor Perdana Israel Benjamin Netanyahu kepada CNN.

    Israel menyatakan salah satu yang tewas seperti Sahar Baruch yang kematiannya diumumkan pada Sabtu (9/12) lalu. 

    Tak jelas bagaimana pria berusia 25 tahun itu tewas, namun Hamas mengklaim dia tewas pada Jumat (8/12) pagi dalam operasi militer Israel (Israel Defense Force/IDF) yang gagal. 

    Mengutip dari kantor berita Turki, Anadolu, Hamas menyatakan Israel tidak menunjukkan kepedulian terhadap kehidupan warganya yang menjadi tawanan di Gaza.

    Hal itu dilontarkan menyusul kegagalan pasukan Israel itu untuk membebaskan seorang tentara IDF yang ditahan kemudian tewas.

    “Tentara pendudukan (Israel) membayangkan kemungkinan membebaskan tawanannya melalui petualangan yang gegabah, menegaskan sekali lagi bahwa mereka tidak peduli dengan kehidupan para tahanan Zionis di Gaza,” kata Hamas dalam pernyataan di saluran komunikasi digital, Telegram yang dikutip Sabtu (9/12).

    “Upaya Brigade Al-Qassam untuk menggagalkan upaya tentara pendudukan teroris untuk menjangkau salah satu tawanan Zionis, yang mengakibatkan jatuhnya korban di antara pasukan pendudukan yang maju, menggarisbawahi keberanian dan kewaspadaan perlawanan kami yang gagah berani,” tambahnya.

    Selain itu Hamas menuding kejahatan perang yang dilakukan militer Israel, salah satunya melakukan penyerangan terhadap ambulans.

    “Pasukan Zionis menyerang ambulans milik lembaga kemanusiaan untuk menyembunyikan operasinya,” kata Hamas.

    Atas dasar itu faksi milisi di Palestina itu meminta komunitas dunia untuk mengecam secara tegas tindakan Israel, dan meminta pertanggungjawban sebagai ‘entitas terorisme’ ini atas kejahatannya.

    Kelompok Palestina itu meminta komunitas internasional untuk mengecam secara tegas tindakan Israel dan meminta pertanggungjawaban “entitas teroris” ini atas kejahatannya.

    Sebelumnya masih pada Sabtu, tentara Israel memberi tahu keluarga salah satu tentaranya tentang kematian anggotanya itu, sehari setelah Brigade Al-Qassam mengumumkan pada Jumat malam bahwa dia terbunuh dalam upaya gagal pasukan Israel untuk membebaskannya.

    (CNN/kid)

    [Gambas:Video CNN]

  • Israel Kembali Serang Gaza Usai Upaya Gencatan Senjata PBB Gagal

    Israel Kembali Serang Gaza Usai Upaya Gencatan Senjata PBB Gagal

    Jakarta, CNN Indonesia

    Israel melanjutkan serangannya terhadap militan Hamas di Gaza usai Amerika Serikat (AS) menolak upaya luar biasa PBB untuk menyerukan gencatan senjata dalam gempuran yang telah berlangsung selama dua bulan ini.

    Hamas dan Otoritas Palestina pun langsung mengutuk veto AS karena jumlah korban tewas di Gaza sudah mencapai 17.478 orang, di mana sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

    Menurut Kementerian Kesehatan Hamas, serangan Israel di kota selatan Khun Yunis menewaskan enam orang. Sementara lima orang lainnya tewas dalam serangan terpisah di Rafah.

    Israel telah bersumpah untuk menghabisi Hamas atas serangan yang dilakukan pada 7 Oktober silam, ketika para militan menerobos masuk ke perbatasan militer Gaza dan menewaskan sekitar 1.200 orang, di mana 138 di antaranya masih dalam tawanan.

    Sebagian besar wilayah Gaza telah hancur menjadi puing-puing. PBB mengatakan bahwa sekitar 80 persen penduduk di sana telah mengungsi dan dilaporkan terjadi kekurangan makanan, bahan bakar, air, dan obat-obatan.

    “Sangat dingin dan tenda ini sangat kecil. Yang saya miliki hanyalah pakaian yang saya kenakan, saya masih belum tahu apa langkah selanjutnya,” kata Mahmud Abu Rayan, yang mengungsi dari Beit Lahia di bagian utara, dilansir dari AFP.

    Sebelumnya sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB yang berencana menyerukan gencatan senjata telah diveto oleh AS pada Jumat (8/12).

    Utusan AS Robert Wood mengatakan bahwa resolusi tersebut “tidak sesuai dengan kenyataan” dan “tidak akan mengubah keadaan di lapangan”.

    “(Gencatan senjata) akan mencegah keruntuhan organisasi teroris Hamas, yang melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan akan memungkinkan mereka untuk terus memerintah Jalur Gaza,” ucap Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen.

    Hamas kemudian mengecam penolakan AS terhadap tawaran gencatan senjata pada Sabtu (9/12).

    Perdana Menteri Palestina Mohammed Shtayyeh mengatakan bahwa veto itu merupakan “aib dan cek kosong yang diberikan kepada negara penjajah untuk melakukan pembantaian, penghancuran, dan pengusiran”.

    Veto tersebut pun dikecam oleh kelompok-kelompok kemanusiaan. Bahkan Dokter Tanpa Tapal Batas (MSF) mengatakan bahwa Dewan Keamanan PBB” terlibat dalam pembantaian yang sedang berlangsung”.

    Militer Israel sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah menyerang 450 target di Gaza selama 24 jam, menunjukkan rekaman serangan dari kapal-kapal angkatan laut di Mediterania.

    Kementerian Kesehatan Hamas melaporkan 40 orang tewas di dekat Kota Gaza di bagian utara, dan puluhan lainnya di Jabalia dan kota utama di bagian selatan, Khan Yunis.

    (del/agt)

  • Viral Tentara Israel Tangkap-Telanjangi Puluhan Pria di Gaza

    Viral Tentara Israel Tangkap-Telanjangi Puluhan Pria di Gaza

    Gaza City

    Tentara-tentara Israel yang dikerahkan ke Jalur Gaza dilaporkan menangkap puluhan pria Palestina lalu menelanjangi mereka, sebelum membawa mereka ke sebuah lokasi yang dirahasiakan. Sejumlah foto yang viral di media sosial menunjukkan pria-pria dilucuti pakaiannya dengan mata ditutup dan tangan diikat ke belakang.

    Laporan sejumlah media Israel menyebut pria-pria yang ditangkap itu ‘kemungkinan’ merupakan anggota Hamas. Namun orang-orang yang mengenali kerabat dan teman mereka dalam foto yang beredar, membantah tuduhan keterlibatan dengan kelompok militan Palestina tersebut.

    Seperti dilansir Middle East Eye dan TRT World, Jumat (8/12/2023), pria-pria itu ditangkap dari rumah-rumah dan sekolah-sekolah yang menampung warga Palestina yang mengungsi dari perang di Jalur Gaza bagian utara.

    Salah satu penangkapan dilaporkan terjadi ketika pasukan Israel, pada Kamis (7/12) waktu setempat, menyerbu sekolah-sekolah Khalifa bin Zayed al-Nahyan dan Aleppo di area Beit Lahia setelah mengepungnya selama berhari-hari.

    Beberapa rekaman video yang diambil penduduk setempat dan wartawan menunjukkan para penembak jitu Israel mengambil posisi di atap-atap rumah dekat sekolah Khalifa. Video lainnya menunjukkan sejumlah mayat berjenis kelamin laki-laki tergeletak di halaman sekolah Aleppo.

    Middle East Eye menyatakan tidak bisa memverifikasi secara independen rekaman video itu.

    Setelah memaksa semua orang keluar dari sekolah, tentara Israel menangkap para pria yang bergerak keluar dan membiarkan para wanita juga anak-anak melarikan diri dengan berlari.

    Menurut Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, para pria di Jalur Gaza itu ditangkap secara sewenang-wenang dan dipukuli oleh tentara Israel.

    Rekaman video yang dirilis sejumlah akun Telegram dan media lokal Israel menunjukkan puluhan pria ditangkap, dengan pakaian mereka dilucuti, mata ditutup dan tangan diikat ke belakang. Sejumlah video menunjukkan pria-pria itu berlutut dalam keadaan telanjang di area permukiman sebelum diangkut dengan truk.

    Salah satu foto yang beredar menunjukkan pria-pria yang dilucuti pakaiannya dan hanya mengenakan celana dalam itu berbaris di area terbuka di semacam gurun pasir. Tidak diketahui secara jelas ke mana pria-pria itu dibawa.

    Militer Israel tidak memberikan pernyataan resmi atas penangkapan massal tersebut.

    Penuturan seorang saksi mata, yang dilaporkan Euro-Mediterranean Human Rights Monitor, menyebut dirinya melihat sedikitnya tujuh pria ditembak mati oleh tentara Israel karena tidak segera mematuhi perintah yang diberikan, termasuk melucuti pakaian mereka.

    Warga Palestina Bantah Kerabat Mereka yang Ditangkap terkait Hamas

    Sejumlah media Israel menyebut pria-pria yang ditangkap ‘kemungkinan’ adalah anggota Hamas. Juru bicara militer Israel Daniel Hagari, ketika dimintai komentar soal foto-foto yang beredar, mengklaim bahwa ‘para teroris telah menyerah’. Israel biasanya menggunakan istilah ‘teroris’ untuk menyebut anggota Hamas.

    Namun sejumlah warga Palestina yang mengenali kerabat mereka dalam foto-foto yang beredar, membantah mereka terkait Hamas atau militan lainnya.

    Salah satunya Hani Almadhoun, seorang warga Amerika keturunan Palestina yang tinggal di Virgina, yang mengenali kerabatnya dalam foto itu dan menegaskan kepada Reuters bahwa mereka adalah ‘warga sipil tidak bersalah yang tidak ada kaitannya dengan Hamas atau faksi lainnya’.

    “Mereka membawanya dari sebuah rumah milik keluarga, di area pasar. Mereka menahan saudara laki-laki saya, Mahmoud (32), putranya Omar (13), keponakan saya lainnya Aboud (27), dan ayah saya yang berusia 72 tahun, dan beberapa saudara ipar saya,” tutur Almadhoun.

    Outlet media berbasis di London, Al-Araby al-Jadeed atau The New Arab, menyatakan salah satu jurnalis mereka bernama Diaa al-Kahlout, yang menjadi koresponden di Jalur Gaza, ada di antara pria-pria Palestina yang ditangkap tentara Israel. Bahkan beberapa anggota keluarga Al-Kahlout juga ikut ditangkap.

    Sosok Al-Kahlout juga dikenali oleh sahabatnya, Ramy Abdu, yang merupakan pendiri dan direktur Euro-Mediterranean Human Rights Monitor. Abdu bahkan menyebut dirinya juga mengenali seorang kepala sekolah dan seorang pegawai PBB di antara pria-pria yang ditangkap Israel tersebut.

    Disebutkan juga oleh Euro-Mediterranean Human Rights Monitor dalam laporannya bahwa terdapat sejumlah dokter, akademisi, jurnalis dan warga lanjut usia di antara pria-pria Palestina yang ditangkap pasukan Israel tersebut.

    Hamas Kecam Penangkapan Massal Warga Sipil Gaza oleh Israel

    Osama Hamdan, salah satu pejabat biro politik Hamas, membantah penangkapan massal telah dilakukan oleh pasukan Israel terhadap anggota kelompoknya.

    Dia menegaskan kepada Al Araby TV bahwa rekaman dan foto yang beredar menunjukkan ‘penangkapan dan penganiayaan terhadap warga sipil tidak bersenjata yang tidak ada hubungannya dengan operasi militer’.

    Hamdan juga menyamakan penangkapan massal oleh Israel di Jalur Gaza itu dengan ‘kamp konsentrasi Nazi’.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Wabah Serius Menerpa Tentara Israel di Gaza, Dokter Bilang Gini

    Wabah Serius Menerpa Tentara Israel di Gaza, Dokter Bilang Gini

    Gaza City

    Tentara-tentara Israel yang ada di bagian selatan negara itu, dan khususnya yang dikerahkan ke Jalur Gaza, mengalami wabah penyakit pencernaan dan keracunan makanan yang serius. Wabah yang disebabkan oleh bakteri itu memicu diare parah pada kalangan tentara Israel, terutama yang dikirim bertempur di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Middle East Monitor, Jumat (8/12/2023), sejak awal perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada Oktober lalu, banyak restoran, jaringan pemasok makanan, dan individu-individu menyumbangkan makanan kepada para tentara Israel.

    Namun, menurut para dokter Israel seperti dilaporkan surat kabar Yediot Ahronoth, kondisi penyimpanan makanan yang buruk, ditambah penyaluran dan persiapan yang tidak maksimal, telah menyebabkan peningkatan penyakit pencernaan, diare parah dan demam tinggi di kalangan tentara Israel.

    “Diare telah menyebar di kalangan tentara di wilayah selatan (Israel), di berbagai wilayah konsentrasi, dan kemudian menyebar di antara tentara-tentara yang berperang di Gaza,” tutur Kepala Unit Penyakit Menular di Rumah Sakit Universitas Assuta Ashdod, Dr Tal Bros, dalam penjelasannya.

    “Kami mendiagnosis infeksi bakteri Shigella yang menyebabkan disentri, penyakit sangat berbahaya yang telah menyebar di kalangan petempur di Gaza,” ucapnya.

    Disebutkan juga bahwa mewabahnya penyakit yang dipicu bakteri ini berdampak pada kondisi para tentara Israel dan pelaksanaan operasi tempur.

    “Jika infeksi menyebar di antara 10 tentara dalam satu kompi infanteri, dan mereka mengalami demam setelah suhu tubuh mencapai 40 derajat Celsius, dan mereka mulai mengalami diare setiap 20 menit, maka mereka tidak sehat lagi untuk berperang dan mereka membuat diri mereka terkena risiko kematian,” ujarnya memperingatkan.

    Lihat Video ‘Israel Ogah Disalahkan Usai Bunuh Jurnalis Reuters, AS Tuntut Investigasi’:

    Pertempuran di Jalur Gaza kembali pecah setelah gencatan senjata antara Israel dan Hamas berakhir pekan lalu setelah berlangsung selama tujuh hari. Pekan ini, militer Israel mengatakan pasukannya di Jalur Gaza kini beroperasi “di jantung Khan Younis” untuk pertama kalinya.

    Disebutkan bahwa pasukan Israel “tiba di pusat Khan Younis dan memulai serangan yang ditargetkan di jantung kota tersebut,” yang diidentifikasi sebagai simbol pemerintahan militer dan administratif Hamas.

    “Para tentara melenyapkan teroris, menghancurkan infrastruktur teroris dan menemukan senjata,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (7/12).

    Sebagian besar wilayah Gaza utara telah menjadi puing-puing akibat pertempuran sengit dan bombardir Israel, yang menyebabkan 1,9 juta orang mengungsi menurut angka PBB.

    Ketika Israel kini fokus ke wilayah selatan, jalan-jalan di Khan Younis hampir kosong pada Rabu pagi waktu setempat ketika penduduk mencari perlindungan dari serangan artileri, demikian laporan AFP. Sementara itu, korban tewas dan terluka terus berdatangan ke rumah sakit di kota tersebut.

    Israel mengumumkan perang terhadap Hamas setelah serangan kelompok militan tersebut pada tanggal 7 Oktober yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyebabkan sekitar 240 orang disandera.

    Sementara jumlah korban terbaru dari kantor media pemerintah Hamas menyebutkan bahwa 16.248 orang di Jalur Gaza, kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak, tewas.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 23 Napi Terorisme Dilimpahkan ke 7 Lapas di Jatim

    23 Napi Terorisme Dilimpahkan ke 7 Lapas di Jatim

    Surabaya (beritajatim.com) – Jajaran lapas Kanwil Kemenkumham Jatim menerima pelimpahan 23 narapidana kasus terorisme. Pemindahan dari Rutan Cikeas, Bogor itu dilakukan secara berseri ke 7 lapas berbeda.

    “Kami telah menerima 23 narapidana kasus terorisme, proses pengirimannya dilakukan sejak Selasa hingga Rabu (6-7/12),” ujar Kakanwil Kemenkumham Jatim Heni Yuwono.

    Menurut Heni, pemindahan ini merupakan program dari Ditjen Pemasyarakatan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Densus 88 Antiteror. Tujuan utamanya untuk pembinaan lebih lanjut dan lebih terukur.

    “Seluruhnya masuk klasifikasi hijau, artinya tingkat ekstrimisme-nya sudah dapat ditekan, untuk itu diperlukan pembinaan lebih lanjut di lapas agar lebih optimal lagi proses pembinaannya,” lanjut Heni.

    Namun, meski begitu, Heni menegaskan bahwa pihaknya tetap akan melakukan pemantauan lebih lanjut. Termasuk memastikan para narapidana kasus terorisme tersebut benar-benar telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

    “Kalau perlu akan kita agendakan untuk ikrar dan janji setia kepada NKRI, sehingga semakin mantap,” tutur Heni.

    Keenam lapas yang menerima adalah Lapas Madiun (3 orang), Lapas Ngawi (2), Lapas Tuban (1), Lapas Kediri (4), Lapas Bojonegoro (2), Lapas Probolinggo (2) dan Lapas Surabaya (9). Dengan penambahan jumlah ini, saat ini terdapat 33 napiter yang mengikuti pembinaan di lapas di Jawa Timur.

    “Lapas Surabaya di Porong mendapatkan tambahan paling banyak 9 narapidana kasus terorisme, sehingga saat ini di sana ada 11 orang napiter, terbanyak dari lapas-lapas yang lain,” urai Heni.

    Sementara itu, Kalapas Surabaya Jayanta mengatakan bahwa kesembilan narapidana kasus terorisme tersebut juga memiliki pidana maupun jaringan kelompok yang berbeda.

    BACA JUGA:

    Napi Teroris Neo Jamaah Islamiyah Semarang Hari Ini Dibebaskan Dari Lapas Tuban

    “Kesembilan narapidana terorisme yang kita terima hari ini pidana paling rendah selama 3 tahun sementara paling lama 15 tahun, dan beberapa dari mereka dari jaringan kelompok yang berbeda,” ungkap Jayanta.

    Kesembilan narapidana terorisme tersebut, lanjut Jayanta, telah dilakukan pemeriksaan dan penerimaan berkas administrasi. Kemudian dilakukan pengecekan kesehatan, serta pemberian baju dis maupun peralatan untuk menunjang ibadah.

    “Sama seperti narapidana baru lainnya, semua wajib terlebih dahulu ditempatkan di blok khusus masa pengenalan lingkungan (mapenaling),” tegas Jayanta.

    BACA JUGA:

    Kisah Napi Teroris, 18 Tahun Baru Bisa Ketemu Orang Tua dan Anak

    Jayanta menjelaskan bahwa nantinya pihaknya akan terus melakukan berkoordinasi dengan BNPT dan pihak terkait untuk melakukan pendampingan dan pembinaan. Untuk memastikan mereka tidak memiliki paham ekstrimisme lagi.

    “Nanti akan dilanjutkan assessment, kita berkoordinasi dengan BNPT dan wali napiter sehingga pembinaan kesembilan terorisme berjalan dengan baik serta bisa kembali ke NKRI lagi,” tutup Jayanta. [uci/but]

  • Israel Klaim Tahu Posisi Bos Hamas Yahya Sinwar: Ada di Bawah Tanah

    Israel Klaim Tahu Posisi Bos Hamas Yahya Sinwar: Ada di Bawah Tanah

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel mengklaim berhasil melacak keberadaan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang selama ini diincar mereka selama agresi ke Jalur Gaza Palestina berlangsung.

    Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, menuturkan pihaknya meyakini Sinwar berada “di bawah tanah” di Gaza. Meski begitu, ia tak menjelaskan secara rinci kemungkinan lokasinya.

    “Rumah Sinwar ada di wilayah Khan Younis. Ada infrastruktur dan markas teroris di sana. Sinwar tidak berada di daratan. Dia berada di bawah tanah. Saya tidak mau menyebutkan di mana, dan intelijen apa yang kami peroleh,” papar Hagari dalam jumpa pers di Tel Aviv pada Rabu (6/12).

    “Target kami adalah menangkap Sinwar dan membunuhnya. Kita perlu melakukan itu sesegera mungkin,” ucapnya menambahkan.

    Sebelumnya, pejabat Israel juga mengklaim sedikit lagi menciduk rumah Sinwar.

    Seorang penasihat senior Netanyahu, Mark Regev, kepada mengatakan kepada CNN bahwa pengepungan rumah Sinwar adalah “kemenangan simbolis.”

    Foto: Dok. CNNIndonesia

    “Ini akan menjadi kemenangan nyata dalam waktu dekat,” kata Regev.

    “Hanya masalah waktu sebelum kita mendapatkan orangnya.”

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant memajang poster tiga petinggi Hamas yang paling diburu. Poster itu dipasang di kantornya di Tel Aviv.

    Selain tiga petinggi Hamas yang sedang diincar, Israel juga memajang foto wajah anggota Hamas yang sudah dibunuh sekaligus mencoret foto tersebut dengan tanda silang.

    Ada tiga sosok yang menduduki tempat tertinggi dalam hierarki Hamas, yakni Mohammed Deif sebagai Kepala Sayap Militer. Kemudian Komandan Brigade Izz el Deen al Qassam, Marwan Issa, dan Pemimpin Hamas di Gaza, Yahya Sinwar.

    (rds/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kenapa Israel Tetap Serbu Tepi Barat di Tengah Agresi ke Gaza?

    Kenapa Israel Tetap Serbu Tepi Barat di Tengah Agresi ke Gaza?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejak serangan balasan diluncurkan Israel pada 7 Oktober lalu, mata dunia tertuju pada kehancuran dan penderitaan yang dialami oleh Gaza.

    Namun, sisi lain dari wilayah Palestina sebenarnya juga mengalami penderitaan serupa akibat konflik dengan Israel yang terus memanas.

    Pasukan Israel dilaporkan kini menangkap 60 warga Palestina dalam penggerebekan yang terjadi di Tepi Barat pada Minggu (3/12) malam, dikutip dari Al Jazeera.

    Di Kota Jenin, Tepi Barat, pasukan penembak runduk Israel terlihat memantau di atas gedung, 50 kendaraan lapis baja berpatroli, dan pesawat pengintai beterbangan di atas wilayah tersebut.

    Pejabat kesehatan Palestina mengatakan bahwa Israel membunuh lima warga Tepi Barat atas pendudukan beberapa hari lalu.

    Kenapa Israel serbu Tepi Barat di tengah agresi ke Gaza dengan dalih menumpas Hamas?

    Tepi Barat merupakan sebidang tanah di tepi barat Sungai Yordan dan di sebelah timur Israel yang menjadi tempat tinggal bagi lebih dari tiga juta warga Palestina.

    Sejak terjadinya Perang Enam Hari pada Juni 1967, Israel telah merencanakan dan mendanai pos-pos terdepan Yahudi di Tepi Barat, dikutip dari Vox.

    Para pemukim percaya bahwa mereka memiliki hak atas wilayah tersebut, walaupun sebagian besar komunitas internasional menganggap pemukiman itu ilegal.

    Kekuasaan yang dimiliki Otoritas Palestina (PA) tidak mencegah Israel untuk ikut campur dalam urusan Tepi Barat.

    Populasi-populasi ini sebagian besar dipisahkan dan dikontrol oleh infrastruktur keamanan Israel yang kompleks, termasuk pos pemeriksaan militer, patroli bersenjata, penghalang pemisah, dan kartu identitas serta pelat nomor dengan kode warna.

    Kondisi ini membentuk dan mengatur kehidupan masyarakat Tepi Barat sehari-hari.

    Bersambung ke halaman berikutnya…

    Memanasnya perang dengan Israel membuat tingkat kekerasan di Tepi Barat terus meningkat drastis, bahkan menjadi yang terparah sejak Intifadah Kedua.

    Sebelum agresi total ke Gaza, 2023 sudah menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat dalam lebih dari dua dekade, dengan tewasnya 250 warga Palestina akibat tembakan Israel, sebagian besar terjadi dalam operasi militer.

    “Saya terus khawatir mengenai pemukim ekstremis yang menyerang warga Palestina di Tepi Barat,” ungkap Presiden Amerika Serikat Joe Biden pada akhir Oktober lalu.

    Ghassan Daghlas, pejabat Otoritas Palestina, mengatakan bahwa pemukim menghancurkan lebih dari 3.000 pohon Zaitun selama musim panen yang penting, dikutip dari Associated Press News.

    Pemukim juga mengganggu komunitas pengembala dengan memaksa 900 orang meninggal 15 dusun yang sudah lama menjadi tempat tinggal mereka.

    Kekerasan dan penyerangan Israel terhadap Tepi Barat diduga terkait dengan proyek pemukiman yang diciptakan oleh kelompok kiri-tengah Israel sejak 1948. Proyek tersebut bertujuan untuk menaklukan Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

    Proyek pemukiman merupakan proyek terbesar dan termahal yang pernah dilakukan Israel.

    Pandangan lain terkait perluasan serangan pasukan Israel di Tepi Barat disampaikan oleh Jenderal Kenneth “Frank” McKenzie, mantan kepala Komando Pusat AS.

    McKenzie, mengatakan bahwa tujuan Israel adalah menumpas kelompok Hamas, sedangkan Tepi Barat tidak dikuasai oleh Hamas.

    Serangan Israel justru menargetkan sejumlah kelompok perlawanan yang beroperasi di Tepi Barat.

    “Menurut saya, salah satu konsep dasar pendekatan Israel terhadap perang di Gaza adalah mencegahnya meluas. Jadi saya pikir mereka tidak tertarik dengan gejolak lebih lanjut di Tepi Barat. Jadi saya pikir jika – ketika Israel beroperasi di sana, mereka benar-benar mengejar elemen-elemen yang mencoba menyerang mereka di Tepi Barat,” ungkap McKenzie, dikutip dari NPR.

    Sejalan dengan hal ini, IDF mengeluarkan pernyataan bahwa peningkatan signifikan serangan teroris di Tepi Barat. Oleh karena itu, IDF menjalankan operasi kontra terorisme setiap malam untuk menangkap para tersangka.

    Beberapa tersangka yang berhasil ditangkap merupakan bagian dari kelompok Hamas, dikutip dari CNN.

  • Politikus Israel Pernah Cap PM Netanyahu Pemimpin Psikopat

    Politikus Israel Pernah Cap PM Netanyahu Pemimpin Psikopat

    Jakarta, CNN Indonesia

    Politikus sayap kiri Israel Ayman Odeh pernah mencap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai sosok pemimpin psikopat.

    Odeh menuding Netanyahu tak segan untuk menyingkirkan siapa pun yang menentangnya.

    Dalam kicauannya yang diunggah pada 2019, Netanyahu dicap psikopat lantaran menyebarkan kebencian dan kekerasan kepada orang-orang Arab, Yahudi sayap kiri, bahkan hingga anggota partainya sendiri.

    “Kebencian dan kekerasan Netanyahu menyebar cepat. Arab, Yahudi sayap kiri, jurnalis, sistem peradilan, dan bahkan anggota partainya sendiri diserang secara ideologis,” cuit Odeh melalui Twitter/X.

    “Perdana Menteri ini adalah seorang psikopat yang berbahaya dan tak kenal batas. Seorang kriminal dengan situasi yang sulit. Adakah yang ragu ia akan menyangkal motif politik pada pembunuhan berikutnya?” lanjutnya dalam cuitan tersebut seperti dikutip dari Times of Israel pada Rabu (6/12).

    Cuitan tersebut pada masa itu muncul setelah politikus Ahmad Tibi digeruduk aktivis sayap kanan dalam acara budaya dan politik Shabbat di kota Ramat Hasharon.

    Kala itu, Tibi dituduh sebagai teroris hingga pembunuh. Beberapa poster protes bahkan berbunyi “Anda tidak diizinkan tinggal di sini,” hingga “Pendukung teroris– dilarang di kota ini.”

    Gelombang protes itu muncul lantaran Netanyahu dan para pendukungnya, tanpa bukti kuat, menganggap Tibi dan anggota parlemen Arab sebagai pendukung Hamas dan Palestina.

    Netanyahu juga disebut menggunakan bahasa rasis untuk menyerang anggota parlemen Arab karena saat itu terjadi kebuntuan politik yang melumpuhkan negara selama setahun lebih.

    Posisi Netanyahu sekarang juga kian terpojok lantaran ditinggal sekutunya di Kabinet Perang. Dalam laporan Al Jazeera, Menteri Ekonomi Partai Likud Nir Barkat menyatakan tidak akan mendukung Netanyahu lagi sekaligus menantang kepemimpinannya di Partai Likud setelah perang berakhir.

    Sikap Nir Barkat yang jadi salah satu tokoh senior partai sayap kanan itu ingin perubahan di tubuh organisasi. Karena hal tersebut, Nir Barkat menyatakan bakal meninggalkan Netanyahu.

    “Setelah perang, kami harus memberikan kepercayaan baru pada rakyat,” kata Barkat.

    Sementara itu, Netanyahu dan Israel hingga kini masih melancarkan serangan kepada Palestina. Agresi sejak 7 Oktober itu telah menyerang warga dan objek sipil.

    Total korban imbas serangan Israel terhadap Palestina itu pun telah mencapai lebih dari 16 ribu jiwa. Agresi itu juga terus berlanjut meski sempat terjadi gencatan senjata antara Israel dan kelompok perlawanan di Palestina, Hamas.

    (frl/rds)