Kasus: Teroris

  • Kedubes Turki Kibarkan Bendera Setengah Tiang untuk Haniyeh, Israel Geram!

    Kedubes Turki Kibarkan Bendera Setengah Tiang untuk Haniyeh, Israel Geram!

    Tel Aviv

    Kedutaan Besar (Kedubes) Turki di Tel Aviv, Israel, mengibarkan bendera setengah tiang di kompleksnya untuk menghormati mendiang pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. Hal ini langsung membuat geram Israel yang memanggil Wakil Duta Besar Turki untuk menegurnya.

    Seperti dilansir The Times of Israel, Jumat (2/8/2024), bendera nasional Turki yang ada di kompleks kedutaan besar mereka di Tel Aviv dikibarkan setengah tiang pada Jumat (2/8) waktu setempat, menjelang pemakaman Haniyeh di Doha, Qatar.

    Hal itu dilakukan setelah otoritas Turki mengumumkan hari Jumat (2/8) ini sebagai hari berkabung nasional atas terbunuhnya Haniyeh.

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam Israel yang disebutnya melakukan “pembunuhan licik”, meskipun Tel Aviv sejauh ini belum berkomentar apa pun terkait kematian Haniyeh.

    Atas langkah Kedubes Turki mengibarkan bendera setengah tiang sebagai bentuk berkabung untuk Haniyeh, Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Israel Katz, memanggil Wakil Dubes Turki untuk Israel guna menyampaikan teguran kepada Ankara.

    “Israel tidak akan menerima ekspresi partisipasi dalam berkabung untuk seorang pembunuh seperti Ismail Haniyeh,” tegas Katz dalam pernyataannya.

    “Jika perwakilan kedutaan ingin berkabung, biarkan mereka pergi ke Turki dan berkabung bersama dengan pemimpin mereka, Erdogan, yang merangkul organisasi teroris Hamas dan mendukung aksi pembunuhan mereka,” sebutnya.

    Secara terpisah, seorang sumber politik Israel yang berbicara kepada media lokal Ynet memberikan komentar keras atas langkah Kedubes Turki di Tel Aviv mengibarkan bendera setengah tiang untuk menghormati Haniyeh.

    “Menjijikkan bahwa Kedutaan Besar Turki di Israel menganggap perlu untuk mengibarkan bendera setengah tiang untuk kematian seorang pria yang bertanggung jawab atas pembunuhan ratusan warga Israel,” sebut sumber politik Israel tersebut.

    Kelompok Hamas telah mengonfirmasi Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran pada Rabu (31/7) pagi, setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya atau pada Selasa (30/7).

    Meskipun Israel belum memberikan komentar, juga belum mengaku bertanggung jawab, atas kematian Haniyeh, baik Hamas maupun Iran telah bersumpah akan membalas dendam atas kematian sang pemimpin Hamas tersebut.

    Hal itu semakin menambah kekhawatiran meluasnya perang yang berkecamuk di Jalur Gaza, antara Tel Aviv dan Hamas, menjadi perang besar-besaran di kawasan Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Gempuran Israel Tewaskan Komandan Senior Jihad Islam di Gaza

    Gempuran Israel Tewaskan Komandan Senior Jihad Islam di Gaza

    Gaza City

    Militer Israel mengklaim seorang komandan senior kelompok militan Jihad Islam tewas dalam serangan udara mereka di Jalur Gaza bagian utara. Pasukan Israel terus melanjutkan operasi militer di area Rafah dan Koridor Netzarim, yang dibangun Tel Aviv untuk menghubungkan timur dan barat Jalur Gaza.

    Seperti dilansir The Times of Israel, Jumat (2/8/2024), Angkatan Bersenjata Israel (IDF), nama resmi militer Israel, menyebut Muhammad al-Jabari yang merupakan wakil kepala unit manufaktur senjata pada kelompok Jihad Islam telah tewas dalam serangan Tel Aviv di Jalur Gaza.

    Disebutkan oleh militer Israel bahwa Al-Jabari yang merupakan salah satu komandan senior Jihad Islam juga bertanggung jawab atas keuangan unit tersebut.

    Tidak disebutkan secara jelas soal kapan serangan yang menewaskan Al-Jabari itu dilancarkan. Jihad Islam merupakan sekutu kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza.

    “Dia (Al-Jabari) dipercayakan dengan produksi senjata organisasi tersebut di Jalur Gaza bagian utara, distribusi gaji dan uang kepada para teroris dari organisasi tersebut, dan mengambil bagian secara aktif dalam upaya memulihkan kemampuan dan infrastruktur produksi roket organisasi tersebut,” sebut militer Israel.

    Militer Israel mengatakan bahwa “banyak langkah” telah dilakukan untuk mengurangi kerugian warga sipil dalam serangannya tersebut, termasuk menggunakan pengintaian udara dan amunisi presisi.

    Belum ada tanggapan kelompok Jihad Islam atas klaim Israel tersebut.

    Kematian Al-Jabari diumumkan Israel setelah kematian dua pejabat tinggi kelompok Hamas dan Hizbullah pekan ini.

    Pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam serangan di Teheran, Iran, pada Rabu (31/7), sedangkan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr tewas dalam serangan terpisah di pinggiran Beirut, Lebanon, pada Selasa (30/7).

    Tel Aviv mengklaim bertanggung jawab atas serangan udara yang menewaskan Shukr, yang diyakini oleh Israel sebagai dalang di balik serangan roket yang menewaskan 12 remaja dan anak-anak di area Dataran Tinggi Golan pada Sabtu (27/7) lalu.

    Hizbullah telah membantah keterlibatan dalam serangan itu, meskipun pada awalnya kelompok itu mengklaim telah melancarkan serangan terhadap pangkalan militer Israel di area tersebut, yang memicu dugaan bahwa serangan itu tidak tepat sasaran.

    Namun untuk kematian Haniyeh di Teheran, Israel belum juga memberikan komentarnya. Baik Iran maupun Hamas menuduh Tel Aviv sebagai dalang utama di balik pembunuhan Haniyeh.

    Terlepas dari itu, militer Israel dalam pernyataannya melaporkan bahwa pasukannya melanjutkan operasi di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, yang diyakini menjadi benteng terakhir Hamas. Tel Aviv bersumpah menghancurkan Hamas setelah serangan mematikan pada Oktober tahun lalu.

    Dalam pernyataannya, militer Israel menyebut pasukan Divisi ke-162 telah menewaskan lebih dari 30 pria bersenjata dalam pertempuran jarak dekat dan dengan menyerukan serangan udara di area Rafah dalam sehari terakhir.

    Di Koridor Netzarim yang ada di Jalur Gaza bagian tengah, yang menjadi lokasi pasukan Divisi ke-252 dikerahkan, menurut militer Israel, pasukan cadangan Brigade Yerusalem dari divisi tersebut melihat sekelompok pria bersenjata muncul dari sebuah terowongan, dan menyerukan serangan drone di area tersebut.

    Pada area yang sama, sebut militer Israel, Brigade Lapis Baja Cadangan Harel menggelar operasi, dengan sebuah helikopter tempur menghantam sebuah bangunan yang digunakan sebagai gudang senjata oleh militan Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Penyelenggaraan Olimpiade Membuat Turis Hindari Paris

    Penyelenggaraan Olimpiade Membuat Turis Hindari Paris

    Jakarta

    Distrik Marais yang bersejarah di kota Paris biasanya menarik banyak wisatawan di liburan musim panas. Tapi butik, museum, dan restorannya sekarang tampak sepi. Turis menghindari Paris, salah satu kota tujuan wisata utama dunia, selama penyelenggaraan olimpiade.

    “Paruh kedua bulan Juli benar-benar bencana besar bagi kafe dan bar di Paris,” kata Remi Calmon, direktur SNEG and Co, serikat pekerja yang mewakili bisnis makanan dan minuman di Paris kepada DW. “Jalanan sepi, penduduk Paris malah melarikan diri. Beberapa ruas jalan dan stasiun metro ditutup dengan alasan keamanan, sehingga hanya sedikit atau bahkan tidak ada tamu sama sekali,” kata Calmon.

    Pemerintah Perancis telah berjanji untuk mengatasi kemungkinan kompensasi bagi para pelaku bisnis, namun pertanyaan besarnya adalah, apakah wisatawan akan berbondong-bondong kembali ketika pembatasan keamanan di sekitar upacara pembukaan olimpiade dilonggarkan.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Angka-angka statistik sejauh ini tidak menggembirakan. Maskapai-maskapai penerbangan besar mengatakan Olimpiade telah mengurangi angka perjalanan liburan ke ibu kota Prancis, sehingga menyebabkan lesunya pemesanan dan kosongnya kursi.

    “Banyak orang menghindari Paris, karena mereka tidak ingin menghadapi desak-desakan yang mungkin terjadi di metro yang penuh sesak selama Olimpiade, kemacetan lalu lintas, kemungkinan mogok kerja, kemungkinan serangan teroris,” kata Gail Boisclair, yang mengelola PerfectlyParis, agen persewaan apartemen, kepada DW.

    Bahkan usaha pariwisata yang lebih kecil pun merasakan kesulitan. Misalnya saja Photo Perfect Paris, sebuah perusahaan yang menawarkan pemotretan kepada wisatawan. Pemilik bisnis dan fotografer, Sophia Pagan, mengatakan kepada DW bahwa penjualannya turun dari rata-rata 20 klien sebulan menjadi hanya tiga klien selama periode Olimpiade. “Semua orang yang saya ajak bicara di bidang pariwisata, semuanya awalnya sepakat bahwa akan terjadi demam emas selama Olimpiade, tahun yang sangat menakjubkan. Tapi kenyataannya sama sekali tidak seperti itu,” katanya.

    Harga yang tinggi membuat pengunjung enggan datang

    Proyeksi jumlah wisatawan telah turun dari 15 juta wisatawan menjadi 11 juta pengunjung. Kantor pariwisata Paris mengatakan, sekitar 1,5 juta pengunjung diperkirakan datang dari luar negeri untuk menghadiri Olimpiade, sementara sebagian besar pemegang tiket Olimpiade adalah warga negara Prancis.

    “Kebanyakan dari mereka hanya akan datang ke Paris untuk satu atau dua malam atau maksimal empat hingga lima malam. “Mereka juga mungkin punya teman, keluarga, atau teman dari teman di Paris,” kata Gail Boisclair. “Akibatnya, tidak banyak dari mereka yang menyewa apartemen atau menginap di hotel.”

    Melihat beberapa situs pemesanan populer menunjukkan ribuan apartemen sewaan masih kosong, karena harga anjlok dan penawaran masih jauh melebihi permintaan.

    Masih berharap dan optimistis

    Beberapa pihak berharap keadaan akan kembali normal setelah acara pembukaan Olimpiade dan para fans olahraga serta pemegang tiket Olimpiade dapat menutupi kekurangan wisatawan.

    “Kami optimistis bar dan restoran masih dapat memulihkan kerugiannya jika jumlah pengunjung meningkat di bulan Agustus,” kata Remi Calmon. “Olimpiade sangat bagus untuk reputasi Prancis dan merupakan acara yang meriah. Namun sejauh ini, belum ada yang meriah bagi kami (pengusaha). Banyak hal bergantung pada langkah-langkah keamanan yang akan diterapkan dalam beberapa minggu mendatang.”

    Bagi fotografer Sophia Pagan, tantangan terbesarnya adalah menentukan lokasi foto untuk ketiga kliennya di bulan Agustus. Dia mengatakan, sebagian besar monumen ikonik yang banyak diminati, seperti Menara Eiffel atau Katedral Notre Dame, setidaknya sebagian ditutupi dengan instalasi olimpiade, logo, dan penghalang keamanan sehingga sulit untuk diakses.

    “Saya bahkan tidak yakin, di mana harus memotret klien saya yang datang untuk melihat pemandangan Paris yang indah ini. Saya rasa saya mungkin harus mencari lokasi yang benar-benar baru,” kata Pagan.

    (hp/as)

    (ita/ita)

  • Bukti Lain dari Sifat Teroris Israel

    Bukti Lain dari Sifat Teroris Israel

    Jakarta

    Kedutaan Besar Iran di Jakarta menyampaikan kecaman keras terhadap pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh dalam serangan di Teheran pada Rabu (31/7). Iran menyalahkan rezim Zionis atau Israel sebagai dalang di balik pembunuhan tersebut.

    “Pembunuhan Syahid Ismail Haniyeh oleh rezim Zionis adalah bukti lain dari sifat teroris, agresif, pelanggar hukum dan kriminal dari rezim pendudukan Al-Quds,” demikian pernyataan Kedutaan Besar Iran di Jakarta, seperti keterangan pers yang diterima detikcom, Jumat (2/8/2024).

    “Aksi teroris ini tidak hanya melanggar prinsip dan aturan hukum internasional dan Piagam PBB; melainkan hal ini dianggap sebagai ancaman serius terhadap perdamaian serta keamanan regional dan internasional,” imbuh pernyataan tersebut.

    Kelompok Hamas telah mengonfirmasi Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran, setelah menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian. Garda Revolusi Iran juga telah mengumumkan kematian Haniyeh dalam serangan di wilayahnya.

    Selain menyampaikan kecaman, Kedutaan Besar Iran dalam pernyataannya juga menyebut langkah merespons pembunuhan Haniyeh menjadi “hak yang melekat”. Teheran juga menyerukan negara-negara lainnya bertindak tegas untuk menghukum Israel.

    “Republik Islam Iran Iran dengan mengutuk keras tindakan kriminal rezim Zionis dalam pembunuhan Syahid Ismail Haniyeh,” tegas Kedutaan Besar Iran dalam pernyataannya.

    “Menganggap respons yang tepat terhadap tindakan agresif Israel terhadap kedaulatan dan integritas wilayahnya sebagai hak yang melekat dan menyerukan semua negara dan organisasi internasional untuk mengambil tindakan politik dan hukum untuk menghukum rezim palsu dan illegal Zionis Israel,” cetus pernyataan tersebut.

    Sementara itu, meskipun Iran dan Hamas menuduh Israel mendalangi serangan yang menewaskan Haniyeh, Tel Aviv belum juga memberikan komentarnya, bahkan mengaku bertanggung jawab, atas kematian pemimpin Hamas tersebut.

    Hal itu memicu ancaman balas dendam terhadap Israel dari Hamas, Iran dan proksi-proksinya, yang semakin menambah kekhawatiran meluasnya perang yang berkecamuk di Jalur Gaza menjadi perang besar-besaran di kawasan Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Bersiap untuk Semua Skenario, Kerahkan Kapal Perang-Evakuasi Warga

    AS Bersiap untuk Semua Skenario, Kerahkan Kapal Perang-Evakuasi Warga

    Washington DC

    Pembunuhan para pejabat senior kelompok Hizbullah dan Hamas hanya berselang beberapa jam, telah mendorong Iran dan proksi-proksinya bereaksi terhadap dua operasi yang dituduh telah dilakukan Israel.

    Amerika Serikat (AS), sebagai sekutu Israel pun bersiap menghadapi potensi eskalasi konflik. Terlebih, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (2/8/2024), Washington dipandang ikut terlibat karena mendukung Israel dengan intelijen dan persenjataan. Dukungan ini dimanfaatkan oleh Iran dan Hizbullah untuk mengancam aset-aset yang ada di kawasan Timur Tengah.

    “Kami sedang mempersiapkan semua skenario, potensi evakuasi warga Amerika dari kawasan tersebut atau serangan terhadap pasukan kami,” ucap seorang pejabat AS, yang enggan disebut namanya, kepada Al Arabiya English.

    Pentagon memerintahkan sejumlah kapal perang dan aset militer AS lainnya bergerak ke Timur Tengah tak lama setelah serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu. Alasan utamanya, menurut pejabat AS itu, adalah mencegah Iran atau kelompok lain yang didukungnya membuka front kedua.

    Pejabat AS tersebut mengonfirmasi bahwa sedikitnya ada 12 kapal perang Amerika di kawasan itu, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt, dan lebih dari 4.000 personel marinir dan pelaut AS. The Washington Post menjadi media pertama yang melaporkan jumlah kapal dan personel militer tersebut.

    Namun demikian, aset-aset tersebut yang mencakup kapal-kapal penghancur dan kapal amfibi, telah berada di wilayah tersebut selama berbulan-bulan.

    “Belum ada perintah baru secara khusus, apakah itu evakuasi atau lainnya. Tapi kami jelas berada dalam posisi untuk melaksanakan, sesuai kebutuhan, setiap perintah yang diberikan,” ujar salah satu pejabat AS lainnya, yang enggan disebut namanya, saat berbicara kepada Al Arabiya English.

    Departemen Luar Negeri AS telah mengimbau setiap warga negara Amerika untuk tidak bepergian ke Lebanon atau Israel bagian utara saat ketegangan antara Hizbullah dan Tel Aviv terus meningkat. Beberapa maskapai penerbangan juga membatalkan penerbangan tujuan kedua negara tersebut.

    Namun sejauh ini belum ada keputusan yang diambil untuk mengevakuasi warga negara atau pegawai pemerintah AS dari kedua negara itu.

    Pasukan AS di Irak-Suriah Bersiap Hadapi Serangan

    Para pejabat Washington mengungkapkan mereka telah diberi informasi sesaat sebelum operasi militer Israel yang menewaskan komandan Hizbullah, Fuad Shukr, di Beirut, Lebanon. Namun AS membantah telah memainkan peran apa pun dalam serangan tersebut.

    Tel Aviv telah mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan Shukr di pinggiran selatan Beirut, dan menyebut serangan itu merespons serangan roket yang menewaskan 12 orang di Dataran Tinggi Golan pada akhir pekan, yang diyakini didalangi oleh Hizbullah — meskipun kelompok itu membantah.

    Pasukan AS yang ada di kawasan itu bersiap menghadapi potensi serangan terhadap posisi mereka di wilayah Irak dan Suriah usai serangan Israel tersebut.

    “Ini adalah modus operandi mereka, jadi kami mengantisipasi Iran atau kelompok yang didukungnya akan mengeluarkan perintah untuk menargetkan pasukan kami. Itu adalah apa yang telah mereka lakukan di masa lalu dan apa yang kami harapkan sekarang,” ucap salah satu pejabat AS tersebut.

    Potensi eskalasi meningkat setelah operasi kedua terjadi ketika pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, terbunuh dalam serangan di Iran. Haniyeh berada di negara itu dalam rangka menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.

    Para pejabat AS meyakini Israel mendalangi pembunuhan Haniyeh dan menegaskan Washington tidak turut terlibat.

    Shukr dan Haniyeh telah ditetapkan sebagai teroris oleh pemerintah AS, dan keduanya dituduh berperan penting dalam pengeboman Barak Korps Marinir AS di Beirut pada 23 Oktober 1983 silam, yang menewaskan 241 tentara AS.

    Baik Hizbullah, Hamas dan pendukung utama mereka di Iran, serta proksi-proksi regional lainnya yang didukung Teheran, semuanya telah bersumpah untuk merespons serangan yang menewaskan Shukr dan Haniyeh.

    Wakil Presiden Keterlibatan Internasional pada Institut Timur Tengah, Paul Salem, memperkirakan Hizbullah dan Iran pasti akan membalas. “Dan sulit membayangkan bahwa mereka akan membidik apa pun kecuali target bernilai tinggi di Tel Aviv untuk menunjukkan kesimetrisan setelah serangan di Teheran dan Beirut. Hal ini akan mengakibatkan eskalasi otomatis dan besar,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Pemimpin Hamas Tewas, Presiden Iran Bersumpah Akan Buat Israel Menyesal!

    Pemimpin Hamas Tewas, Presiden Iran Bersumpah Akan Buat Israel Menyesal!

    Jakarta

    Presiden Iran Masoud Pezeshkian yang baru dilantik, berang atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran. Dia bersumpah akan membuat Israel “menyesali” pembunuhan tersebut.

    “Republik Islam Iran akan mempertahankan integritas teritorial, kehormatan, kebanggaan, dan martabatnya, serta membuat para penyerbu teroris menyesali tindakan pengecut mereka,” kata Pezeshkian dalam sebuah postingan di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024). Dia berduka atas kepergian Haniyeh yang disebutnya sebagai “pemimpin yang pemberani”.

    Media Iran melaporkan bahwa Haniyeh tewas akibat serangan rudal pada Rabu (31/7) yang menghantam kediaman yang ditinggalinya selama berada di Teheran. Serangan ini terjadi setelah Haniyeh menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (31/7/2024), kantor berita Iran, Fars News Agency, melaporkan bahwa Haniyeh yang sedang berada di Teheran usai menghadiri seremoni pelantikan Pezeshkian pada Selasa (30/7), tewas akibat “serangan rudal yang diluncurkan dari udara” pada Rabu (31/7).

    “Haniyeh, yang datang ke Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan presiden, sedang tinggal di salah satu kediaman khusus veteran perang di Teheran bagian utara, ketika dia menjadi martir oleh sebuah rudal yang diluncurkan dari udara,” kata berita Fars dalam laporannya.

    Sejumlah media lokal Iran lainnya menyampaikan laporan serupa.

    Tidak disebutkan lebih lanjut soal siapa dalang utama di balik serangan rudal yang menewaskan Ismail Haniyeh tersebut. Tidak disebutkan juga dari mana asal serangan rudal tersebut.

    Namun, kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza, dalam pernyataannya seperti dilansir Associated Press, menyebut Haniyeh tewas akibat “serangan udara Zionis” yang merujuk pada Israel.

    Laporan Associated Press menyebut bahwa Hamas menyatakan Haniyeh terbunuh “dalam serangan udara Zionis di kediamannya di Teheran” setelah dia menghadiri pelantikan Pezeshkian sebagai Presiden baru Iran, bersama dengan para pejabat Hamas lainnya dan para pejabat dari kelompok Hizbullah.

    “Hamas menyatakan kepada rakyat besar Palestina dan rakyat negara-negara Arab dan negara-negara Islam, serta seluruh rakyat yang bebas di dunia, saudara pemimpin Ismail Haniyeh telah menjadi martir,” demikian pernyataan singkat Hamas mengonfirmasi kematian Haniyeh pada Rabu (31/7).

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Tewas di Iran

    Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Tewas di Iran

    Gaza City

    Pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang tewas dalam serangan di Iran, dikenal sebagai sosok yang keras dalam diplomasi internasional ketika perang melawan Israel berkecamuk di Jalur Gaza. Namun, Haniyeh juga dipandang lebih moderat dibandingkan para pejabat garis keras Hamas di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (31/7/2024), Haniyeh yang lahir di al-Shati, sebuah kamp pengungsi Gaza, tahun 1962 silam ini terpilih menjadi kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 lalu, menggantikan Khaled Meshaal.

    Namun pada saat itu, Haniyeh sudah menjadi tokoh terkenal setelah sempat menjadi Perdana Menteri (PM) Palestina pada tahun 2006 menyusul kemenangan Hamas dalam pemilu parlemen pada tahun itu.

    Perjanjian pembagian kekuasaan yang rapuh antara Hamas dan gerakan Fatah, yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas, kolaps dengan cepat. Hamas kemudian mengambil kendali penuh atas Jalur Gaza sejak tahun 2007 setelah mengusir para loyalis Abbas dengan kekerasan.

    Sosok Haniyeh yang dianggap pragmatis, diketahui selama ini tinggal di pengasingan, dengan membagi waktunya antara Turki dan Qatar. Kantor biro politik Hamas sendiri diketahui berada di Doha, Qatar.

    Pada masa mudanya, Haniyeh dikenal memiliki sikap yang tenang dan pernah menjadi anggota cabang mahasiswa dari kelompok Ikhwanul Muslimin di Universitas Islam Gaza.

    Dia bergabung dengan Hamas tahun 1987 ketika kelompok militan itu didirikan di tengah meletusnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan melawan pendudukan Israel, yang berlangsung hingga tahun 1993.

    Pada masa itu, Haniyeh beberapa kali dijebloskan ke penjara oleh Israel dan kemudian diusir ke Lebanon bagian selatan selama enam bulan.

    Lihat Video: Pemimpin Hamas Dikabarkan Tewas Terbunuh di Iran

    Tiga anak laki-laki Haniyeh — Hazem, Amir dan Mohammad — terbunuh pada 10 April lalu ketika serangan udara Israel menghantam mobil yang mereka gunakan. Haniyeh juga kehilangan empat cucunya — tiga perempuan dan satu laki-laki — dalam serangan tersebut.

    Haniyeh membantah tuduhan Israel bahwa putra-putranya merupakan petempur Hamas. Dia mengatakan pada saat itu bahwa “kepentingan rakyat Palestina diutamakan di atas segalanya” ketika ditanya apakah kematian keluarganya akan berdampak pada perundingan gencatan senjata.

    Meskipun menyampaikan banyak pernyataan keras di depan publik, menurut para diplomat dan pejabat Arab, sosok Haniyeh dipandang relatif pragmatis dibandingkan dengan suara-suara garis keras di dalam Jalur Gaza, yang menjadi lokasi sayap bersenjata Hamas merencanakan serangan 7 Oktober ke Israel.

    Israel menganggap seluruh kepemimpinan Hamas sebagai teroris, dan menuduh Haniyeh serta para pemimpin senior lainnya terus “mengendalikan organisasi teror Hamas”.

    Namun seberapa banyak Haniyeh mengetahui soal serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu masih belum jelas. Rencana serangan itu, yang disusun oleh dewan militer Hamas di Jalur Gaza, merupakan rahasia yang dijaga ketat sehingga beberapa pejabat Hamas tampak terkejut dengan waktu dan skalanya.

    Namun Haniyeh, yang seorang Muslim Sunni, memiliki andil besar dalam membangun kapasitas tempur Hamas. Salah satunya dengan menjalin hubungan dengan Iran, yang mayoritas Muslim Syiah, yang tidak merahasiakan dukungannya untuk kelompok tersebut.

    Selama beberapa tahun ini Haniyeh menjabat pemimpin Hamas, Israel menuduh tim kepemimpinannya membantu mengalihkan bantuan kemanusiaan kepada sayap bersenjata kelompok militan itu. Hamas telah membantah tuduhan itu.

    Sejauh ini belum ada komentar Israel atas laporan kematian Haniyeh.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Memanas! Serangan Israel di Lebanon Tewaskan Komandan Militer Hizbullah

    Memanas! Serangan Israel di Lebanon Tewaskan Komandan Militer Hizbullah

    Jakarta

    Makin panas! Militer Israel mengklaim bahwa jet-jet tempurnya “menghabisi” komandan militer Hizbullah, Fuad Shukr di wilayah Beirut, ibu kota Lebanon pada hari Selasa (30/7) waktu setempat. Israel menuduhnya bertanggung jawab atas serangan roket di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi, yang menewaskan 12 anak-anak dan remaja.

    “Jet-jet tempur angkatan udara Israel menghabisi komandan militer paling senior organisasi Hizbullah dan kepala unit strategisnya, Fuad Shukr, di wilayah Beirut,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    “Fuad Shukr adalah komandan yang bertanggung jawab atas pembantaian Majdal Shams, di mana 12 anak tewas setelah Hizbullah menembakkan roket Falaq-1 Iran langsung ke lapangan sepak bola di Israel utara pada Sabtu malam,” kata juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari dalam pernyataan video terpisah.

    “Fuad Shukr adalah tangan kanan Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah dan penasihatnya dalam merencanakan dan mengarahkan serangan dan operasi.,” imbuhnya.

    Hagari mengatakan Shukr adalah “teroris senior yang tangannya berlumuran darah orang Israel dan banyak orang lainnya”.

    Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah, mengatakan Shukr adalah target serangan Israel tersebut, tetapi dia “selamat dari serangan Israel”. AFP tidak dapat segera mengonfirmasi laporan tersebut.

    Menurut militer Israel, sejak dimulainya perang Gaza, Shukr mengatur serangan-serangan Hizbullah terhadap Israel.

    Dia bertanggung jawab atas sebagian besar persenjataan Hizbullah yang paling canggih, termasuk rudal berpemandu presisi, rudal jelajah, rudal antikapal, roket jarak jauh, dan UAV, kata militer Israel.

    Militer Israel mengatakan bahwa pada tahun 1990-an, komandan Hizbullah tersebut “terlibat langsung” dalam penculikan jenazah tiga tentara Israel — Benyamin Avraham, Adi Avitan, dan Omar Sawaid.

    Ketiganya dibunuh oleh Hizbullah saat berpatroli di pagar keamanan yang berdekatan dengan Har Dov, kata militer.

    “Sejak saat itu, ia telah merencanakan dan mengatur banyak serangan teror terhadap warga sipil yang tidak bersalah,” imbuh militer Israel dalam pernyataannya.

    Hagari menegaskan bahwa meski Israel ingin mengakhiri permusuhan tanpa perang yang lebih luas dengan Hizbullah, pasukan Israel siap untuk “skenario apa pun.”

    “Agresi dan serangan brutal Hizbullah yang terus berlanjut menyeret rakyat Lebanon dan seluruh Timur Tengah ke dalam eskalasi yang lebih luas,” kata juru bicara militer Israel tersebut.

    “Sementara kami lebih suka menyelesaikan permusuhan tanpa perang yang lebih luas, IDF (pasukan Israel) sepenuhnya siap untuk skenario apa pun,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Hizbullah Bantah Serang Daratan Golan yang Dikuasai Israel Tewaskan 12 Orang

    Hizbullah Bantah Serang Daratan Golan yang Dikuasai Israel Tewaskan 12 Orang

    Jakarta

    Serangan roket di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel menewaskan 12 orang termasuk anak-anak pada hari Sabtu. Israel menyalahkan Hizbullah atas serangan itu, tetapi hal itu dibantah Hizbullah.

    Israel bersumpah untuk memberikan hukuman berat kepada kelompok Lebanon yang didukung Iran tersebut.

    “Hizbullah akan membayar harga yang mahal, harga yang belum pernah dibayarnya,” Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan dalam panggilan telepon dengan pemimpin komunitas Druze di Israel, menurut pernyataan dari kantornya, dilansir Reuters Minggu (28/7/2024).

    Sementara Hizbullah membantah bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    “Perlawanan Islam sama sekali tidak ada hubungannya dengan insiden tersebut, dan dengan tegas membantah semua tuduhan palsu dalam hal ini,” kata kelompok Hizbullah dalam pernyataan tertulisnya.

    Hizbullah sebelumnya telah mengumumkan beberapa serangan roket yang menargetkan posisi militer Israel.

    Serangan tersebut meningkatkan ketegangan dalam permusuhan yang telah terjadi bersamaan dengan perang Gaza dan telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya konflik besar-besaran antara kedua musuh yang bersenjata lengkap tersebut.

    Roket tersebut menghantam lapangan sepak bola di desa Druze Majdal Shams di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, wilayah yang direbut dari Suriah oleh Israel dalam perang Timur Tengah tahun 1967 dan dianeksasi dalam tindakan yang tidak diakui oleh sebagian besar negara.

    13 Orang Terluka

    Layanan ambulans Israel mengatakan 13 orang lainnya terluka oleh roket yang menghantam lapangan sepak bola yang saat itu dipenuhi anak-anak dan remaja.

    “Mereka sedang bermain sepak bola, mereka mendengar sirene, mereka berlari ke tempat berlindung… mungkin butuh waktu sekitar 15 detik (untuk mencapai tempat berlindung). Namun mereka tidak dapat mencapai tempat berlindung karena roket menghantam lokasi antara tanah dan tempat berlindung,” kata Mourhaf Abu Saleh, seorang saksi mata.

    Rekaman yang diunggah di media sosial menunjukkan saat roket menghantam. Sirene serangan udara terdengar, diikuti ledakan besar dan gambar asap mengepul.

    Reuters berhasil memverifikasi lokasi secara independen dengan bangunan dan tata letak jalan yang sesuai dengan citra satelit di area tersebut.

    Idan Avshalom, seorang petugas medis di layanan ambulans Magen David Adom, mengatakan responden pertama tiba di tempat kejadian dengan kerusakan besar.

    “Ada korban di rumput dan pemandangannya mengerikan,” katanya.

    Netanyahu, yang sudah dijadwalkan kembali dari Amerika Serikat ke Israel pada Sabtu malam, mengatakan dia akan mempercepat penerbangannya dan mengadakan pertemuan dengan kabinet keamanannya setelah tiba.

    Amerika Serikat, yang telah memimpin upaya diplomatik yang bertujuan untuk meredakan konflik di perbatasan Lebanon-Israel, mengutuknya sebagai serangan yang mengerikan. AS mengatakan dukungan AS untuk keamanan Israel “sangat kuat dan tak tergoyahkan terhadap semua kelompok teroris yang didukung Iran, termasuk Hizbullah Lebanon”.

    Amerika Serikat “akan terus mendukung upaya untuk mengakhiri serangan mengerikan ini di sepanjang Garis Biru, yang harus menjadi prioritas utama,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih dalam sebuah pernyataan. Garis Biru mengacu pada perbatasan antara Lebanon dan Israel.

    Sementara Rusia, yang memiliki hubungan dengan sebagian besar pemain kunci di Timur Tengah, termasuk Israel, Iran, Otoritas Palestina, dan Hamas, mengutuk serangan di Dataran Tinggi Golan.

    “Kami mengutuk semua tindakan teroris yang dilakukan oleh entitas mana pun,” kantor berita negara Rusia TASS mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov pada hari Minggu.

    Lihat juga Video: Ketegangan di Olimpiade 2024: Pria Berbendera Palestina Vs Pendukung Israel

    (yld/gbr)

  • Israel Gempur Sekolah di Gaza, 30 Orang Tewas-100 Terluka

    Israel Gempur Sekolah di Gaza, 30 Orang Tewas-100 Terluka

    Jakarta

    Pasukan Israel terus melancarkan serangan di Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas, mengatakan serangan Israel menghantam sebuah sekolah yang menampung rumah sakit lapangan pada hari Sabtu (27/7). Sedikitnya 30 orang dan lebih dari 100 orang lainnya luka-luka dalam serangan itu.

    Militer Israel mengatakan pihaknya melakukan serangan terhadap sekolah tersebut yang menargetkan para petempur Hamas yang beroperasi dari sana.

    “Beberapa saat yang lalu, serangan terhadap sekolah Khadija, yang memiliki unit medis lapangan di dalamnya, di daerah Deir el-Balah, mengakibatkan 30 orang menjadi martir dan lebih dari 100 orang terluka,” kata Kementerian Kesehatan di Gaza dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (27/7/2024).

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan bahwa sekolah tersebut menampung sekitar 4.000 orang terlantar yang berlindung di sana.

    Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan itu dilakukan setelah informasi intelijen yang akurat tentang para militan yang beroperasi di kompleks Hamas dan pusat kendali di dalam sekolah Khadija.

    “Secara paralel, para teroris mengembangkan dan menyimpan sejumlah besar senjata di dalam kompleks tersebut,” kata militer Isral.

    Rumah sakit lapangan yang terletak di dalam sekolah itu milik Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Deir el-Balah, menurut direktur rumah sakit tersebut, Khalil al-Daqran.

    (ita/ita)