Kasus: teror

  • Kata-katanya Bikin Marah Israel, Sekjen PBB Bilang Gini

    Kata-katanya Bikin Marah Israel, Sekjen PBB Bilang Gini

    Jakarta

    Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres angkat bicara setelah pernyataannya membuat marah Israel, yang telah bersumpah akan membalas terhadap badan dunia tersebut. Menurut Guterres, pernyataannya telah disalahtafsirkan.

    “Saya terkejut dengan salah tafsir beberapa pernyataan saya kemarin di Dewan Keamanan – seolah-olah saya membenarkan tindakan teror yang dilakukan Hamas,” kata Guterres kepada wartawan, tanpa menyebut nama Israel, sebagaimana dikutip kantor berita AFP, Kamis (26/10/2023).

    Sebelumnya, saat berpidato di sidang Dewan Keamanan pada hari Selasa (24/10) waktu setempat, Guterres, tanpa menyebut nama Israel, mengutuk “pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza.”

    “Penting juga untuk menyadari bahwa serangan Hamas tidak terjadi dalam ruang hampa,” kata Sekjen PBB itu. “Rakyat Palestina telah mengalami pendudukan yang menyesakkan selama 56 tahun. Mereka menyaksikan tanah mereka terus-menerus dirusak oleh pemukiman dan kekerasan; perekonomian mereka terhambat; orang-orang mereka mengungsi dan rumah mereka dihancurkan,” ujarnya.

    “Tetapi keluhan rakyat Palestina tidak bisa membenarkan serangan mengerikan yang dilakukan Hamas. Dan serangan mengerikan itu tidak bisa membenarkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina. Perang pun ada aturannya,” kata pemimpin badan dunia itu dalam pidatonya pada Selasa.

    Ucapannya itu membuat marah Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen. Sembari menunjuk ke arah Guterres dan meninggikan suaranya, Cohen menceritakan kisah-kisah tentang warga sipil termasuk anak-anak yang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    “Mr Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” cetus Cohen.

    Lihat Video: Biden Ogah Percaya Jumlah Korban Tewas Akibat Serangan Israel di Gaza

  • Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini memuat konten yang mungkin membuat Anda merasa tidak nyaman.

    Di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza, para dokter dan perawat kehabisan bahan untuk mengafani korban meninggal dunia yang terus bertambah.

    Jenazah-jenazah tersebut ditumpuk di halaman luar rumah sakit. Para kerabat yang ditinggalkan mendaraskan doa dan tak jarang pula yang ambruk ke lantai sambil meratap dalam kesedihan.

    Di dalam rumah sakit, para dokter berjuang untuk merawat korban luka dan menyelamatkan mereka yang terluka parah di tengah menipisnya persediaan obat-obatan dan perbekalan.

    Seorang wartawan BBC Arabic menyaksikan betapa rumah sakit penuh dengan jenazah dan para dokter tergopoh-gopoh menyelesaikan tindakan untuk satu pasien kemudian berpindah ke pasien berikutnya.

    Beberapa tayangan video dan foto keadaan rumah sakit pada Minggu (22/10) terlalu mengerikan untuk ditampilkan. Anak-anak – termasuk setidaknya dua bayi – termasuk di antara korban meninggal dunia.

    Para pejabat dari Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas mengatakan lebih dari 100 orang tewas ketika Israel melancarkan serangan udara pada Minggu (22/10).

    Militer Israel sengaja menargetkan area dekat rumah sakit

    Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan aksi militer di Gaza “mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas”.

    Gallant berbicara setelah pengarahan operasional di Pusat Komando dan Kontrol Operasi Angkatan Udara Israel.

    “Dalam aspek operasional manuver, pada akhirnya, tidak ada yang bisa menghentikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel)”, katanya.

    “Ini harus menjadi operasi manuver terakhir kami di Gaza, dengan alasan sederhana bahwa setelah itu tidak akan ada lagi Hamas.”

    Gallant mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, “akan segera dilakukan”.

    Akan tetapi, seberapa cepat operasi tersebut masih belum jelas.

    ‘Rumah sakit kehabisan kain kafan’

    Pada Minggu (22/10) pagi, sejumlah kendaraan terlihat membawa orang-orang yang terluka ke rumah sakit.

    “Kami sudah berada di sini sejak fajar menyingsing dan jenazah telah memenuhi halaman rumah sakit. Tempat pendingin di kamar jenazah sudah penuh dengan mayat, begitu pula dengan di dalam gedung rumah sakit dan di luar gedung,” kata seorang staf.

    “Kami kehabisan kain kafan untuk mengafani jenazah karena jumlahnya sangat banyak. Semua jenazah tiba dalam keadaan tidak utuh. Kami tidak dapat mengidentifikasi mereka karena jenazah telah hancur.”

    Dia menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang “tak tertahankan”, dan menambahkan: “Walau kami telah banyak menyaksikan segala rupa, ini adalah pemandangan yang belum pernah kami lihat.”

    “Cepat, cepat!” seru pria ini agar korban yang berada di dalam mobilnya segera dirawat di rumah sakit. (BBC)

    Pemandangan serupa terjadi di berbagai rumah sakit di seluruh Gaza pada pekan ketiga perang Israel-Hamas.

    Di Rumah Sakit al-Quds di wilayah Tel al-Hawa, Kota Gaza, bom menghantam gedung-gedung di dekat rumah sakit ketika tim yang terdiri dari 23 dokter dan perawat menangani lebih dari 500 orang, menurut seorang dokter di rumah sakit melalui pesan suara ke BBC.

    Pasien dan warga sipil yang berlindung di rumah sakit hidup dalam “keadaan teror”, kata dokter tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya demi keselamatannya.

    Di tengah situasi yang digambarkannya sebagai “bencana besar”, para dokter harus memutuskan siapa yang harus ditangani terlebih dahulu. Sisanya bergabung dalam antrean.

    “Banyak korban luka telah menunggu beberapa hari untuk dioperasi,” kata dokter.

    Baca juga:

    Pesan suara sang dokter disampaikan oleh dokter dan aktivis Norwegia, Mads Gilbert, dari tim darurat Komite Bantuan Norwegia.

    Menurut dokter tersebut, staf medis telah berkurang karena beberapa orang tewas terbunuh dan yang lain tidak dapat mencapai lokasi. Staf yang tersisa sekarang berbagi gedung dengan 1.200 pengungsi yang berlindung di sana.

    “Ada 120 orang terluka dengan berbagai macam luka di sini, 10 pasien di ICU menggunakan ventilator, dan kami memiliki sekitar 400 pasien kronis,” kata dokter tersebut.

    “Ada sekitar 1.200 warga yang mengungsi di sini – tidak mudah untuk memindahkan orang dalam jumlah besar sehingga kami memutuskan untuk tidak mengungsi.”

    BBC

    Militer Israel kembali memperingatkan kepada semua orang di Jalur Gaza utara untuk menuju ke bagian selatan Wadi Gaza, sebuah jalur lahan basah yang melintasi wilayah tersebut. Kota Gaza berada di sebelah utara Wadi Gaza, sedangkan Deir al-Balah di selatan.

    Ratusan ribu orang telah mengungsi ke bagian selatan Gaza, namun ribuan lainnya masih bertahan di rumah mereka di Gaza utara.

    Nyawa bayi terancam karena tiada pasokan BBM

    Rumah sakit di seluruh Gaza sangat membutuhkan pasokan bantuan, bahkan setelah 20 truk bantuan pertama bisa masuk dari Mesir pada hari Sabtu.

    Meskipun sejumlah makanan dan pasokan medis dibawa rombongan truk tersbeut, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza sejak konflik dimulai. Rumah sakit mengandalkan generator bertenaga diesel.

    Pada Minggu (22/10), Unicef memperingatkan bahwa 120 bayi di inkubator – termasuk 70 bayi baru lahir prematur yang juga menggunakan ventilator – bergantung pada mesin yang terhubung dengan generator cadangan yang digunakan ketika pasokan listrik Gaza dari Israel dimatikan.

    “Saat ini kami memiliki 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator dan 70 di antaranya memiliki ventilasi mekanis. Tentu saja hal ini sangat kami khawatirkan,” kata juru bicara Unicef, Jonathan Crickx.

    Baca juga:

    Fikr Shalltoot, direktur lembaga amal Bantuan Medis untuk Palestina di Gaza, mengatakan beberapa bayi prematur telah lahir di tengah pertempuran terkini.

    “Di bangsal itu ada seorang bayi berusia 32 minggu yang berhasil diselamatkan oleh dokter setelah ibunya terbunuh dalam serangan udara,” katanya kepada BBC. Ibu dan seluruh keluarganya meninggal, namun bayinya berhasil diselamatkan.

    Dia mengatakan kematian pasti terjadi pada anak tersebut, dan orang lain di bangsal yang sama, jika generator berhenti bekerja.

    Persediaan bahan bakar untuk menghidupkannya terbatas.

    ‘Bantuan yang datang hanya setetes air di lautan’

    Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mengatakan konvoi truk gelombang kedua telah membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Sebanyak 14 truk telah masuk, sehari setelah 20 truk gelombang pertama melintasi perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.

    Griffiths, yang menjabat wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, menyatakan bahwa gelombang bantuan itu merupakan “Secercah harapan kecil bagi jutaan orang yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.”

    Menyusul kabar bahwa gelombang bantuan kedua telah tiba di Gaza, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan akan ada “aliran bantuan penting yang berkelanjutan” ke wilayah tersebut.

    Akan tetapi, kepala kemanusiaan lembaga Oxfam, Magnus Corfixen, menegaskan bantuan yang dikirim ke Gaza tidak cukup.

    “Oxfam tentu saja menyambut baik konvoi bantuan lain yang terdiri dari 14 truk dan 20 truk kemarin [Sabtu] yang telah masuk ke Gaza,” katanya, “tetapi kita juga harus mengatakan bahwa ini [bantuan yang datang] ibarat setetes air di lautan mengingat bantuan kemanusiaan berskala besar dibutuhkan saat ini di Gaza.”

    Tanpa gencatan senjata, menurutnya, situasi tidak akan membaik dan bantuan berkelanjutan sulit mencapai warga sipil yang membutuhkan.

    “Agar hal itu bisa terjadi, kita juga perlu segera melakukan gencatan senjata”.

    (ita/ita)

  • Militer India Tingkatkan Kemampuan AI, Tapi Seberapa Efektif?

    Militer India Tingkatkan Kemampuan AI, Tapi Seberapa Efektif?

    New Delhi

    Dengan meningkatkan kemampuan operasionalnya, Angkatan Darat India mengerahkan sistem pengawasan Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di sepanjang perbatasannya dengan Pakistan dan China.

    Sekitar 140 sistem pengawasan berbasis AI telah dikerahkan, yang mencakup kamera beresolusi tinggi, sensor, umpan kendaraan udara tak berawak (UAV), hingga umpan radar, kata para pejabat. Data ini kemudian dikumpulkan dan diterapkan melalui teknologi AI, dengan mendeteksi adanya gangguan di perbatasan serta kemampuan mengklasifikasikan target.

    Meningkatkan penerapan AI

    Perangkat lunak pemantauan secara langsung berbasis AI ini juga telah digunakan untuk menghasilkan strategi intelijen dalam operasi kontra teroris.

    Angkatan Darat India juga telah mulai memanfaatkan teknologi simulator militer berteknologi tinggi untuk melatih angkatan pertama rekrutannya, di mana kemungkinan besar akan menandai prevalensi di hampir semua pelatihan militer dalam waktu dekat.

    “AI dapat menjadi pengubah permainan dalam bidang logistik, operasi informasi, pengumpulan, dan analisis intelijen,” kata seorang pejabat senior Kementerian Pertahanan India kepada DW. “Meskipun pengadopsian teknologi AI militer India ini relatif baru, kami telah membuat kemajuan besar dalam meluncurkan perangkat militer berkemampuan AI.”

    Dengan menggunakan pesawat drone dan robot bertenaga AI untuk berpatroli di perbatasan, kemajuan itu juga memberikan peningkatan cakupan dan mengurangi kebutuhan campur tangan manusia secara langsung dalam situasi berbahaya.

    Amerika Serikat dan India juga telah sepakat untuk meluncurkan “Dialog Kecerdasan Buatan Pertahanan”, serta berkomitmen untuk memperluas pelatihan siber bersama.

    Pada awal tahun ini, di Aero India, salah satu pameran udara terbesar di Asia, perangkat lunak pengawasan berbasis kecerdasan buatan yang disebut “AGNI-D” secara resmi diluncurkan. Perangkat lunak ini digunakan di sektor timur Ladakh, sebuah wilayah yang memiliki kepentingan strategis karena kedekatan wilayahnya dengan China.

    AGNI-D dapat mengenali gerakan, senjata, kendaraan, tank, bahkan rudal apa pun yang ditangkap oleh kamera pengintai untuk militer ini, baik secara langsung maupun yang direkam. Dengan algoritme yang canggih, sistem berbasis AI ini dapat menganalisis rekaman video dan mengidentifikasi pergerakan di sepanjang perbatasan serta mampu memperingatkan tentara tentang aktivitas yang dianggap mencurigakan.

    Pengaruhnya terhadap alat perang

    Menurut Delhi Policy Group (DPG), sebuah wadah pemikir keamanan, militer India mengalokasikan sekitar $50 juta dolar (sekitar Rp 792 miliar) untuk pengembangan teknologi AI ini setiap tahunnya.

    “Ini merupakan langkah awal yang baik, tetapi jelas tidak memadai dibandingkan dengan penantang strategis utama kami, China, yang menghabiskan lebih dari 30 kali lipat jumlah tersebut. Jika kami tidak ingin tertinggal dalam siklus teknologi, investasi yang lebih besar harus dilakukan, terutama untuk mempromosikan pemain industri lokal,” kata DPG.

    Meskipun AS dan China unggul dalam penelitian dan pengembangan teknologi dengan kecerdasan buatan, serta mengintegrasikan inovasi-inovasi mutakhirnya ke dalam sistem pertahanan negara masing-masing, India juga tengah mengejar ketertinggalannya. New Delhi tengah berusaha keras memposisikan dirinya di garis depan dalam strategi perang berteknologi cerdas.

    “Dari pengawasan perbatasan hingga pengawasan komprehensif dan pesawat tak berawak yang dilengkapi dengan teknologi pesawat berbasis kecerdasan buatan yang unggul dalam melakukan misi pengintaian siang dan malam, India menyadari, seperti halnya militer di seluruh dunia, mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam sistem peperangan itu penting,” ungkap Letnan Jenderal Shankar Prasad, seorang analis pertahanan, kepada DW.

    Apakah kecerdasan manusia akan terabaikan?

    Namun, Prasad juga menunjukkan batasan dari sistem pengawasan tercanggih dan terinvasif sekalipun, di mana dia mengutip serangan mendadak terhadap Israel oleh kelompok teror Hamas pada tanggal 7 Oktober lalu, kini telah meluap menjadi perang berskala penuh.

    “Ini adalah pelajaran berat yang harus kita pelajari. Pengawasan dan intelijen Israel termasuk yang paling canggih. Namun, mereka gagal mendeteksi serangan diam-diam dan bahkan tidak diberi sinyal peringatan dini,” kata Prasad.

    Pandangan Prasad juga dibenarkan oleh Letnan Jenderal P.R. Kumar, mantan Direktur Jenderal Operasi Militer India, yang percaya bahwa intelijen manusia tetap diperlukan untuk menginterpretasikan data yang diperoleh dari solusi teknologi AI.

    “Ketika berbicara tentang tindakan kontra-pemberontakan dan kontra terorisme, tidak ada situasi yang hitam dan putih,” kata Kumar kepada DW.

    “Penyadapan elektronik pada komunikasi atau data AI tidak dapat memberikan hasil yang mutakhir, terutama ketika aktivitas manusia masih sulit untuk ditafsirkan.”

    “Kecerdasan buatan dapat memiliki kemampuan militer yang inovatif, tetapi manusia perlu menafsirkan dan membaca data ini agar tetap berguna,” tambah Kumar.

    Kecerdasan buatan, suatu keharusan dalam pertahanan modern

    Letnan Jenderal Ravi Sawhney, pensiunan wakil kepala angkatan bersenjata, menunjukkan bahwa kecerdasan buatan itu merupakan salah satu dari sekian banyak teknologi canggih yang menjanjikan untuk mengubah strategi peperangan di tahun-tahun mendatang.

    “Saat ini sudah berada pada tahap di mana strategi pertahanan yang tidak mengadopsi AI akan menjadi lebih miskin secara teknologi. Masalahnya adalah mengumpulkan dan menganalisis informasi bisa menjadi proses yang cukup memakan waktu,” ungkap Sawhney kepada DW.

    “Namun, yang terpenting adalah bahwa ketergantungan yang lebih besar pada teknologi AI untuk kekuatan militer ini akan membuat elemen manusia dalam peperangan menjadi lebih penting, bukan lebih sedikit,” tambahnya.

    (kp/ha)

    (nvc/nvc)

  • Hamas Vs Israel Berlanjut, Ketegangan-Polarisasi Meningkat di Eropa

    Hamas Vs Israel Berlanjut, Ketegangan-Polarisasi Meningkat di Eropa

    Brussels

    Setelah malam dan pagi yang luar biasa, ternyata segalanya terasa normal di Schaerbeek. Orang-orang di lingkungan Brussel, yang sebagian besar merupakan kelas pekerja, tampaknya menjalani hari mereka seperti biasa, mengunjungi toko daging dan toko roti.

    Kecuali di Rue Van Oost, jalan tempat pria yang dicurigai membunuh dua penggemar sepak bola Swedia pada Senin malam (16/10), ditembak mati oleh polisi keesokan paginya.

    Hari Selasa (17/10), banyak toko di Rue van Oost yang tutup. Polisi mulai menyingkirkan penghalang yang menutupi pandangan ke Al Khaima. Di sinilah polisi menembak Abdesalam L., warga Tunisia berusia 45 tahun, setelah penggeledahan semalaman. Schaerbeek, tempat ia tinggal, berada dalam kondisi siaga lebih tinggi dibandingkan wilayah lain di Brussel. Abdesalam L. dilarikan ke rumah sakit setelah tertembak dan dipastikan meninggal.

    Seorang perempuan, yang menolak nama atau usianya diungkap, kepada DW mengatakan, kejadian tersebut mengingatkannya pada serangan teror tahun 2016 yang menewaskan 32 orang. Petugas polisi menyuruh saya pulang karena berbahaya, katanya dan menambahkan: “Saya mengalami serangan panik.”

    Hassan, seorang warga Schaerbeek berusia 50 tahun yang menolak nama belakangnya disebutkan, mengatakan kepada DW bahwa dia biasanya melihat Abdesalam L. di sekitar lingkungan atau ketika salat di masjid.

    Schaerbeek adalah rumah bagi banyak migran, jelasnya: “Kondisinya sangat beragam. Anda tidak akan menduga.. Bahwa dia mampu melakukan hal seperti itu. Anda tidak akan pernah tahu apa yang (bisa) dilakukan orang lain.”

    Penembakan di Belgia, penikaman di Prancis

    Menurut kantor berita Reuters,ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan itu pada Selasa malam di media sosial Telegram.

    Penembakan di Belgia terjadi setelah kasus penikaman di sekolah di Prancis pekan lalu. Seorang guru di kota Arras ditikam oleh seorang warga negara Rusia berusia 20 tahun dari Chechnya, yang tumbuh besar di Prancis.

    Hari Selasa (17/10), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan peringatan keras pada konferensi pers di Tirana: “Semua negara Eropa rentan…terorisme Islam memang kembali terjadi.”

    Serangan teror terbaru di Belgia dan Perancis memang tidak sebesar serangan-serangan yang dilakukan atau diilhami oleh ISIS di Eropa sejak 2014 dan seterusnya pada puncak kejayaan kelompok teror tersebut. Namun hal ini terjadi pada saat ketegangan meningkat di Timur Tengah.

    Israel telah menyatakan perang terhadap kelompok militan Palestina, Hamas, menyusul serangan teroris besar-besaran di wilayah Israel, yang kemudian memberlakukan blokade total terhadap Jalur Gaza.

    Kemungkinan terjadi polarisasi lebih lanjut

    “Tidak mengherankan, serangan teroris memiliki dampak yang kuat terhadap opini publik di negara-negara tempat serangan tersebut dilancarkan,” kata Amelie Godefroidt dari Leuven University di Belgia kepada DW.

    “Berhari-hari dan berminggu-minggu setelah penyerangan, tentu saja masyarakat masih ketakutan, dan marah. Serangan seperti itu menimbulkan banyak emosi. Dan emosi itu sangat penting bagi sikap politik dan sosial.”

    “Jadi kami melihat… ada dorongan politik ke kanan,” katanya. Kelompok ultra kanan akan meminta lebih banyak kehadiran polisi atau militer di jalan, meminta kebijakan imigrasi yang lebih ketat.”

    “Namun, dampak jangka panjangnya kurang jelas,” katanya menambahkan, karena lonjakan sentimen cenderung bersifat sementara. Godefroidt mengatakan dia khawatir keadaan akan menjadi lebih panas dan kekerasan akan terjadi di kedua belah pihak.

    “Di satu sisi, Anda akan mendapatkan tanggapan Islamofobia, pengerasan hati masyarakat Prancis dan Belgia,” katanya kepada DW.

    “Di sisi lain, memang benar bahwa ada peningkatan ketegangan di pihak politik Islamis. Saya khawatir di tahun-tahun mendatang, kita mungkin melihat polarisasi ini semakin meningkat dan memupuk aksi kekerasan.”

    Di Schaerbeek, warga setempat bernama Fatih bersikeras bahwa tindakan Abdesalam L. tidak mencerminkan keyakinan mereka. “Saya seorang muslim. Melakukan ini atas nama Islam tidak benar, karena menurut agama membunuh itu salah,” ujarnya. “Jadi menggeneralisasi hal itu kepada seluruh umat Islam adalah hal yang buruk.”

    “Pesan yang ingin saya sampaikan: Ini perbuatan yang sangat buruk,” lanjut Fatih. “Membunuh seseorang itu buruk, mengambil nyawa seseorang itu buruk, itulah yang ingin kukatakan.”

    (hp/as)

    (nvc/nvc)

  • Ratusan Tewas Akibat Ledakan RS Gaza, Israel-Hamas Tolak Tanggung Jawab

    Ratusan Tewas Akibat Ledakan RS Gaza, Israel-Hamas Tolak Tanggung Jawab

    Jakarta

    Sedikitnya 500 orang dikhawatirkan tewas setelah ledakan besar di sebuah rumah sakit di Kota Gaza, tempat warga Palestina yang terluka dalam perang Israel-Hamas dirawat.

    Kelompok Hamas – pihak berwenang di Gaza – mengatakan 500 orang tewas dalam ledakan di rumah sakit Al Ahli. Hamas menyalahkan Israel, yang pada gilirannya menyalahkan kelompok milisi Jihad Islam Palestina.

    BBC berbicara dengan seorang dokter di rumah sakit yang didanai oleh Gereja Anglikan tersebut yang mengatakan bahwa terjadi kehancuran total dan ratusan orang tewas atau terluka akibat ledakan tersebut.

    Hamas menyalahkan serangan udara Israel dan menggambarkannya sebagai “kejahatan perang”, sementara Israel membantah militernya terlibat dan mengatakan ledakan itu disebabkan oleh roket yang ditembakkan oleh Jihad Islam Palestina.

    Jihad Islam, kelompok milisi terbesar kedua di Jalur Gaza, membantah bertanggung jawab

    Insiden itu terjadi tidak lama setelah PBB mengatakan sebuah sekolah yang menampung ribuan orang di Gaza tengah juga terkena serangan, menewaskan sedikitnya enam orang.

    Ada juga protes di kota Ramallah, Tepi Barat pada Selasa (17/10) malam. Para demonstran yang menentang Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas bentrok dengan pasukan keamanan yang merespons dengan menembakkan gas air mata.

    Reuters Warga yang terluka mendapat pertolongan pertama setelah serangan udara Israel menghantam Rumah Sakit Al-Ahli di Gaza pada 17 Oktober 2023. Getty ImagesOrang-orang berkumpul di sekitar jasad warga Palestina yang tewas dalam serangan di rumah sakit Al Ahli di Gaza tengah pada 17 Oktober 2023.

    Sebelumnya, Amerika Serikat, Israel dan Mesir disebut telah menyetujui gencatan senjata di Gaza selatan bertepatan dengan pembukaan kembali perbatasan Rafah, namun hal ini kemudian dibantah Israel.

    Juru bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Kolonel Richard Hecht mengatakan kepada BBC bahwa, “tidak ada gencatan senjata yang disepakati”.

    Israel menyangkal laporan gencatan senjata yang mengizinkan “orang asing keluar” dari Gaza selatan dan “bantuan kemanusiaan masuk”, setengah jam setelah sumber keamanan di Mesir mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa gencatan senjata telah disepakati.

    Kerumunan orang yang ingin meninggalkan Gaza sudah berkumpul di perbatasan Rafah, setelah laporan sebelumnya menyatakan bahwa perbatasan tersebut dapat dibuka kembali untuk sementara.

    Pembukaan kembali jalur penyeberangan Gaza-Mesir akan memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan masuk ke wilayah tersebut, dan beberapa orang asing dapat meninggalkan wilayah tersebut.

    Namun hingga saat ini perbatasan masih ditutup.

    Rafah, yang berada di perbatasan antara Semenanjung Sinai Mesir dan Gaza yang dikuasai Hamas, adalah satu-satunya penyeberangan ke wilayah yang tidak dikuasai Israel.

    Ribuan orang berkumpul di perbatasan Rafah dengan harapan dapat meninggalkan Gaza menjelang serangan darat Israel yang diperkirakan akan terjadi.

    Sebelumnya, laporan-laporan media AS mengatakan Mesir akan segera membuka perbatasannya ke Gaza.

    Jika perbatasan itu dibuka akan memungkinkan warga Palestina dengan kewarganegaraan ganda akan dapat meninggalkan Gaza.

    Pembukaan ini akan memudahkan masuknya bantuan yang sangat dibutuhkan masyarakat di Gaza.

    Para pejabat terkait belum mengkonfirmasi tentang hal ini, namun warga AS di Gaza telah diberitahu supaya mendekati penyeberangan Rafah

    Menurut laporan, penyeberangan hanya akan dibuka selama beberapa jam mulai pukul 09:00 (06:00 GMT).

    Dalam hari-hari terakhir, orang-orang secara bergelombang mendekati lokasi perbatasan ketika kondisi di Gaza terus memburuk.

    Getty ImagesSejumlah tentara Israel berpatroli di pemukiman Kfar Aza di Israel selatan di dekat perbatasan Gaza di Kfar Aza, 15 Oktober 2023.

    Presiden AS Joe Biden telah meminta Israel agar bersikap hati-hati, ketika militernya bersiap untuk melakukan serangan darat di sana.

    Lebih dari 1.400 orang tewas di Israel ketika kelompok milisi Hamas menyerang warga sipil dan tentara lebih dari sepekan lalu

    Hampir 2.700 orang telah tewas akibat pemboman Israel di Gaza sejak serangan tersebut, dan diperkirakan 1.000 orang belum ditemukan di bawah reruntuhan.

    Israel berencana melakukan serangan darat

    Militer Israel merencanakan serangan melalui darat, udara dan laut ke Gaza. Kendati militer Israel belum memerinci kapan serangan akan dilakukan, serangan darat Israel ke Gaza diperkirakan akan terjadi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan kepada tentara garis depan: “Tahap selanjutnya akan segera tiba.”

    Sebelumnya, militer Israel mengatakan secara langsung kepada penduduk Kota Gaza untuk meninggalkan wilayah bagian utara demi “keamanan dan perlindungan” mereka, saat pasukan Tel Aviv berkumpul menjelang serangan darat.

    Sementara itu, PBB telah meminta Israel untuk menarik perintah tersebut. Alasannya, “mustahil” bagi warga Palestina untuk sepenuhnya mematuhi. PBB juga memperingatkan seruan ini akan ada “konsekuensi kemanusiaan yang menghancurkan”.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk keras perintah Israel untuk mengevakuasi 22 rumah sakit yang merawat lebih dari 2.000 pasien di Gaza utara.

    WHO mengatakan bahwa nyawa mereka yang berada dalam perawatan intensif atau yang bergantung pada alat bantu hidup, bayi baru lahir di inkubator, dan pasien lainnya, kini sedang dipertaruhkan.

    Getty ImagesWarga Palestina yang terluka, termasuk anak-anak, dilarikan ke Rumah Sakit Nasser untuk perawatan pasca serangan udara Israel di Khan Yunis, Gaza, 15 Oktober 2023.

    “Memaksa lebih dari 2.000 pasien untuk pindah ke Gaza selatan sama saja dengan hukuman mati,” tulis WHO dalam sebuah pernyataan.

    WHO mengatakan sebagian besar petugas kesehatan memilih untuk tetap tinggal, daripada mengambil risiko memindahkan pasien mereka yang sakit kritis, sebuah pilihan yang disebutnya “mustahil”.

    WHO juga memperingatkan bahwa banyak warga sipil yang mencari perlindungan di sekitar rumah sakit, dan mengatakan bahwa nyawa mereka juga terancam “ketika fasilitas kesehatan dibom”.

    WHO mengakhiri pernyataannya dengan menyerukan Israel “untuk segera membatalkan perintah evakuasi ke rumah sakit di Gaza utara,” dan menyerukan “perlindungan fasilitas kesehatan, pekerja kesehatan, pasien, dan warga sipil”.

    Pemindahan yang mustahil

    Dalam satu ulasan, Kepala Koresponden Internasional BBC di Israel Selatan, Lyse Doucet mengatakan mustahil untuk memindahkan lebih dari satu juta orang dalam waktu sehari.

    Hal ini mengingat kondisi jalanan rusak, bom masih berjatuhan, rumah-rumah hancur, sementara lansia dan orang-orang yang terluka masih membutuhkan pertolongan.

    Dalam sebuah konferensi pers, Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Daniel Hagari belum bisa memastikan apakah akan menambah perpanjangan waktu untuk proses relokasi tersebut.

    Getty ImagesWarga Gaza di bagian utara sedang bersiap meninggalkan rumahnya.

    “Ini adalah zona perang, kami berusaha memberikan mereka waktu dan kami melakukan banyak upaya, dan kami memahami bahwa ini tidak akan memakan waktu 24 jam,” ujarnya menanggapi pertanyaan BBC pada sebuah konferensi pers mengenai jangka waktu yang dibutuhkan Israel.

    Ketika didesak apakah ia mengatakan bahwa IDF memahami akan membutuhkan waktu lebih dari 24 jam untuk mengevakuasi warga Gaza, Hagari menjawab: “Kami memahami bahwa ini akan memakan waktu. Hanya itu yang bisa saya katakan.”

    Di sisi lain, pihak Hamas mengatakan agar warga jangan pindah. Seorang pejabatnya menggambarkan perintah Israel agar warga pindah ke bagian selatan sebagai “propaganda palsu”, dan mendesak warga di sana untuk mengabaikannya.

    Getty ImagesSeorang anak warga Gaza sedang bersiap untuk pindah ke wilayah selatan menyusul seruan Israel agar penduduk meninggalkan Gaza bagian utara.

    Potret warga berkemas

    Foto warga Gaza sedang berkemas pagi tadi. Mereka bersiap meninggalkan wilayah utara Gaza ke bagian selatan, menyusul perintah Israel.

    Warga sipil di daerah tersebut kini terjebak di antara peringatan Israel – menjelang serangan darat yang diperkirakan akan terjadi di Gaza – dan pernyataan Hamas yang meminta warga untuk mengabaikannya.

    Getty Images Getty Images

    Tuduhan bom fosfor

    Human Rights Watch (HRW) menuduh Israel menggunakan fosfor putih, sebuah amunisi kontroversial, dalam rangkaian aksi pengeboman di Jalur Gaza dan Libanon.

    Bahan kimia yang sangat mudah terbakar ini terkadang digunakan oleh militer untuk menandai suatu wilayah. Namun senjata ini juga dapat menyebabkan luka bakar yang parah dan sangat berbahaya bila digunakan sebagai senjata, terutama jika diluncurkan ke tempat ramai.

    Militer Israel mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka “saat ini tidak mengetahui penggunaan senjata yang mengandung fosfor putih di Gaza”. Mereka tidak mengomentari Libanon.

    AFPIsrael menjatuhkan bom ke Kota Gaza, pada 11 Oktober 2023. HRW menuduh Israel menggunakan bom fosfor putih.

    Israel mengatakan mereka telah menjatuhkan 6.000 bom seberat 4.000 ton ke sasaran Hamas di Gaza selama enam hari.

    Angkatan udara Israel mengatakan serangan udara telah menghantam lebih dari 3.600 sasaran.

    HRW mengatakan telah memperoleh dan menganalisis video di Gaza dan Lebanon yang menunjukkan ledakan peluru artileri fosfor putih. HRW juga menyoroti foto kantor berita AFP di Gaza yang menunjukkan garis-garis putih di langit.

    Baca juga:

    Fosfor putih terbakar ketika bersentuhan dengan oksigen, menghasilkan asap putih pekat.

    “Penggunaan fosfor putih di Gaza, salah satu wilayah terpadat di dunia, memperbesar risiko terhadap warga sipil dan melanggar larangan hukum humaniter internasional yang menempatkan warga sipil pada risiko yang tidak perlu,” kata organisasi hak asasi manusia tersebut dalam sebuah pernyataan.

    Fosfor putih tidak dilarang berdasarkan hukum internasional karena memiliki kegunaan yang sah, namun karena dampak berbahaya yang ditimbulkannya terhadap manusia, penggunaannya diatur dengan ketat.

    Angkatan bersenjata Israel menggunakan fosfor putih sebagai tabir asap saat menyerang Gaza tahun 2008-2009. Kala itu, beberapa kelompok hak asasi manusia menuduh Israel melakukan kejahatan perang.

    Militer Israel mengatakan pada tahun 2013 bahwa mereka akan menghentikan penggunaan bahan kimia tersebut sebagai kamuflase.

    Ratusan ribu warga Palestina mengungsi

    Lebih dari 338.000 warga Palestina di Gaza terpaksa mengungsi imbas dari gempuran serangan udara Israel yang menghancurkan tempat tinggal mereka, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Kini muncul seruan untuk membuka jalur pasokan bantuan yang aman dan membangun koridor kemanusiaan yang memungkinkan warga Palestina meninggalkan zona konflik, di mana banyak rumah telah dibom dan dihancurkan oleh serangan udara.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan pasokan makanan, bahan bakar dan air harus diperbolehkan menjangkau warga sipil di Gaza di tengah pemboman dan blokade Israel.

    “Saat ini kita memerlukan akses kemanusiaan yang cepat dan tanpa hambatan,” kata Antonio Guterres.

    Sejak serangan Hamas pada akhir pekan lalu, Israel telah mengepung Gaza, memutus pasokan listrik, bahan bakar, makanan, barang dan air. Pasokan listrik utama di Gaza padam setelah satu-satunya pembangkit listrik di sana kehabisan bahan bakar.

    Sebelumnya, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan ratusan ribu pasukannya sudah berada di dekat perbatasan jalur Gaza “siap melaksanakan misi yang telah diberikan”.

    IDF juga mengirim “pasukan infanteri, tentara bersenjata, korps artileri”, ditambah 300.000 pasukan cadangan, dekat perbatasan Gaza.

    Mereka “berada di dekat Jalur Gaza untuk bersiap-siap melaksanakan misi yang diperintahkan pemerintah Israel – dan ini untuk memastikan Hamas pada akhir perang ini, tidak akan memiliki kemampuan militer apa pun yang dapat digunakan untuk mengancam atau membunuh warga sipil Israel”.

    ‘Kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik’

    Warga Gaza, Kamal Mashharawi, berbicara kepada BBC dari ruang bawah tanah yang menampung 45 orang.

    “Ini sangat sulit – kami tidak punya air, tidak punya internet, tidak punya listrik,” katanya.

    Anak-anaknya terluka dan paru-parunya sakit. Kamal telah kehilangan beberapa anggota keluarganya tetapi tidak dapat menghubungi yang lain karena koneksi internet mati.

    “Kami mencoba melakukan perjalanan darat ke supermarket terdekat tetapi tidak aman karena ledakan tersebut,” katanya kepada program Newshour.

    Melalui sambungan telepon, Kamal mengatakan jantungnya berdebar kencang ketika dia mempersiapkan diri untuk serangan berikutnya, sambil berpikir “apakah saya orang berikutnya?”

    Ahmad Hasaballah/Getty ImagesWarga Palestina mengungsi setelah rumah dan lingkungan mereka hancur menyusul serangan udara Israel.

    “Saya pikir warga sipil tidak pantas meninggal – mereka harusnya tidak terlibat dalam konflik ini,” katanya.

    “Saya tidak bisa menyalahkan Hamas, saya tidak bisa menyalahkan Israel, tapi saya katakan bahwa kami, warga sipil, terkena dampaknya.

    “Kami adalah orang-orang yang bukan bagian dari konflik ini dan kami membayarnya.”

    Foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza

    Berikut adalah sejumlah foto yang menggambarkan situasi terakhir di Gaza. Seluruh bangunan hampir rata dengan tanah menyusul serangan udara Israel.

    Reuters Warga Palestina berkumpul di atas reruntuhan di dekat bangunan yang rusak setelah serangan Israel, di Khan Younis, Gaza selatan. ReutersPara pejabat Palestina mengatakan banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan dan mungkin tidak mungkin diselamatkan

    Bagaimana ‘Pengepungan total’ Gaza berawal?

    Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan bahwa ia telah memerintahkan “pengepungan total” di Jalur Gaza: “Tidak ada listrik, tidak ada makanan, tidak ada bahan bakar.”

    Seperti diketahui – Israel berkuasa atas ruang udara di langit Gaza dan garis pantainya, serta memiliki otoritas atas keluar dan masuknya orang dan barang melalui perbatasannya.

    Demikian pula, Mesir mengendalikan siapa yang masuk dan keluar dari perbatasannya dengan Gaza.

    Getty ImagesSejumlah warga Palestina berjalan di depan puing-puing bangunan yang hancur setelah serangan udara Israel di Gaza, 8 Oktober 2023.

    KBRI Amman: Tidak ada WNI jadi korban serangan Israel ke wilayah Gaza

    Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Amman, Yordania, mengatakan hingga kini tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban akibat serangan yang dilakukan Israel di wilayah Gaza. Dalam catatan KBRI, terdapat 13 orang WNI yang berdomisili di wilayah Gaza.

    “Pemerintah Indonesia, melalui KBRI Amman, KBRI Kairo di Mesir dan KBRI Lebanon terus memantau situasi terakhir WNI dan berkoordinasi dengan simpul-simpul WNI di Gaza,” dalam keterangan pers dari KBRI Amman, yang diterima BBC News Indonesia pada Minggu (08/10).

    Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina menyebut 256 warganya tewas, termasuk 20 anak-anak, akibat serangan balik yang dilakukan oleh Israel sejak Sabtu (07/10). Selain itu, sekitar 1.788 orang juga dilaporkan terluka.

    ReutersRoket dari Gaza menghantam jalan Kota Ashkelon di Israel, Sabtu (07/10).

    Israel melakukan serangan ke wilayah Gaza setelah sekelompok milisi Hamas menyelinap ke Israel dan melancarkan serangan besar secara mendadak.

    Baca juga:

    Beberapa warga Israel juga dilaporkan telah dibawa ke Gaza sebagai sandera.

    Hamas adalah organisasi di Palestina yang melawan pendudukan Israel di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

    Tentara Israel telah meminta warga di tujuh wilayah berbeda di Gaza untuk meninggalkan rumah mereka dan pindah ke pusat kota atau berlindung di tempat penampungan.

    Kementerian Luar Negeri Thailand melaporkan sebanyak 12 warga Thailand tewas dan 11 lainnya diculik dan disandera oleh kelompok milisi Hamas.

    Bagaimana konflik ini berawal?

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel sedang “berperang” dan bersumpah bahwa Hamas, penguasa Gaza, akan “membayar harga yang belum pernah diketahui”.

    “Pagi ini Hamas melancarkan serangan mendadak yang mematikan terhadap negara Israel dan warganya,” kata Netanyahu dalam pidatonya.

    Serangan ini adalah salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Israel-Palestina selama bertahun-tahun.

    Serangan kelompok milisi Palestina Hamas dilakukan dengan melintasi pagar pembatas tepat setelah fajar, Sabtu (07/10). Pada saat yang sama, rentetan roket diluncurkan dari Gaza – beberapa mencapai Tel Aviv dan Yerusalem.

    Baca juga:

    Serangan udara Israel juga menyasar Rumah Sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza, menewaskan satu staf medis yang sedang berada di dekat rumah sakit tersebut.

    Relawan MER-C, Farid, mengatakan tembakan roket dari pesawat tempur Israel jatuh sangat dekat dengan lokasi para relawan medis, dan menghancurkan mobil operasional MER-C.

    “Abu Romzi, staf local MER-C yang tengah berada di ambulans menjadi korban syahid dan dilarikan ke RS Indonesia,” ujar Farid.

    Serangan juga membuat kerusakan di wisma tempat tinggal relawan yang berada di area RS Indonesia.

    Rentetan serangan roket dari Gaza – aksi serangan terbesar Hamas terhadap Israel selama beberapa tahun terakhir – dimulai tepat setelah fajar pada Sabtu (07/10), yang bertepatan dengan hari Sabat Yahudi serta hari perayaan Simchat Torah.

    Saat sirene berbunyi di seluruh Israel, militer Israel (IDF) mengumumkan bahwa “teroris” telah menyusup ke wilayah Israel “di sejumlah lokasi berbeda”.

    IDF meminta semua warga sipil di wilayah selatan dan tengah untuk bergegas menuju tempat penampungan di wilayah sekitar Gaza.

    Baca juga:

    Rekaman video yang diunggah ke dunia maya menunjukkan sekelompok milisi Palestina bersenjata lengkap mengenakan seragam hitam berkeliling Sderot menggunakan truk pikap.

    Dalam salah satu video, para milisi itu terlibat baku tembak dengan pasukan Israel di jalan-jalan Kota Sderot, yang hanya berjarak 1,6 km dari Gaza.

    ‘Intelijen Israel tertidur’

    Frank Gardner

    Koresponden keamanan BBC

    Peristiwa serangan Hamas adalah kegagalan intelijen luar biasa bagi Israel.

    Israel memiliki salah satu jaringan intelijen terluas dan canggih di Timur Tengah, baik domestik maupun eksternal.

    Mereka mempunyai informan yang tertanam dalam kelompok milisi tidak hanya di wilayah Palestina tetapi juga di Libanon, Suriah dan tempat lain.

    Di masa lalu, mereka mampu membunuh para pemimpin milisi baik dengan serangan pesawat tak berawak atau bahkan ponsel yang dijadikan jebakan.

    Namun hari ini, di penghujung hari raya Yahudi, nampaknya mereka tertidur.

    Hamas telah mampu merencanakan dan melancarkan serangan yang terkoordinasi dengan hati-hati terhadap Israel yang tampaknya dilakukan secara sangat rahasia.

    Bahwa Israel akan membalas dengan kekuatan besar adalah hal yang wajar. Namun Israel kini akan bertanya-tanya mengapa mata-mata Israel tidak menyadari hal ini dan memberikan peringatan kepada negaranya.

    Seorang komandan senior militer Hamas mengumumkan dimulainya operasi serangan dalam siaran di media Hamas, menyerukan warga Palestina di mana pun untuk berperang.

    “Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri pendudukan terakhir di Bumi,” kata Mohammed Deif.

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas – saingan politik Hamas – memimpin pertemuan darurat, dan menegaskan hak rakyat Palestina untuk membela diri melawan “teror pemukim dan pasukan pendudukan”.

    (ita/ita)

  • Ratusan Personel Polres Gresik Gelar Simulasi Pengamanan Pemilu 2024

    Ratusan Personel Polres Gresik Gelar Simulasi Pengamanan Pemilu 2024

    Gresik (beritajatim.com) – Sebanyak 660 personel Polres Gresik menggelar simulasi pengamanan pemilu. Simulasi ini dimaksudkan agar personel yang ditugaskan bisa menjalankan tugas seusai protap yang berlaku.

    Wakapolres Gresik Kompol Erika Purwana Putra menuturkan, sebelum menggelar simulasi bersama. Terlebih dulu melakukan apel Operasi Mantap Brata Semeru 2023-2024 dalam rangka pengamanan pemilu. “Ada 660 personel yang dilibatkan dalam pengamanan ini. Mulai dari tahapan pemilu sampai pencoblosan hingga penghitungan surat suara,” tuturnya, Selasa (17/10/2023).

    Perwira menengah Polri itu menambahkan, terkait tindak pidana pemilu. Pihaknya melakukan koordinasi, dan kolaborasi antar pilar sentra gabungan penegak hukum terpadu (Gakkumdu). “Ini dikedepankan agar penanganan pelanggaran serta penyelesaian tindak pidana pemilu dapat dilakukan secara profesional serta transparan,” imbuhnya.

    Lebih lanjut Erika mengatakan, apabila nanti dalam pelaksanaan pemilu terjadi bencana alam. Polres Gresik bersama unsur terkait mempersiapkan fasilitas pencoblosan di lokasi pengungsian. “Semua kami persiapkan bersama unsur lainnya agar semua orang bisa menggunakan hak suaranya,” katanya.

    Selain fokus pada pengamanan lanjut dia, pihaknya juga mengoptimalkan preventive strike agar pelaku teror berhasil ditangkap sebelum melancarkan aksinya. “Kami berharap saat pelaksanaan pemilu tidak ada letupan sekecil apapun pada pemilu 2024 nanti,” katanya.

    Pada pelaksana pemilu serentak, Mabes Polri juga menggelar Operasi Nusantara Cooling System 2023-2024 untuk membangun narasi guna mengantisipasi polarisasi akibat berita hoaks, isu sara, propaganda, dan Black Campaign (Kampanye Hitam). Satgas tersebut nantinya dilengkapi dengan satgas anti money politics serta satgas pemilu damai. [dny/kun]

    BACA JUGA: Jelang Pemilu Serentak, Polres Gresik Gelar Lat Praops Mantab Brata

  • Prancis Kerahkan 7.000 Tentara Usai Guru Tewas Ditikam di Sekolah

    Prancis Kerahkan 7.000 Tentara Usai Guru Tewas Ditikam di Sekolah

    Paris

    Prancis akan mengerahkan sekitar 7.000 tentara setelah penikaman fatal oleh seorang pria keturunan Chechen menewaskan seorang guru dan melukai tiga orang lainnya di sebuah sekolah setempat. Pengerahan ribuan tentara dilakukan setelah otoritas Paris menaikkan kewaspadaan ke level paling tinggi.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (14/10/2023), penikaman yang terjadi pada Jumat (13/10) waktu setempat itu dikecam oleh Presiden Emmanuel Macron sebagai tindakan ‘teror Islam’ di kota Arras, yang memiliki populasi besar Yahudi dan Muslim.

    Pengerahan sebanyak 7.000 tentara Prancis itu akan diselesaikan pada Senin (16/10) malam mendatang.

    Otoritas Prancis telah menaikkan tingkat kewaspadaan ke level tertinggi menyusul digelarnya rapat keamanan penting yang dipimpin Macron.

    Dalam pernyataannya, Macron menyebut bahwa ‘upaya serangan’ terpisah terjadi di wilayah lainnya dan berhasil digagalkan oleh pasukan keamanan.

    “Sekolah ini dilanda kebiadaban terorisme Islam,” kata Macron usai mengunjungi sekolah yang menjadi lokasi penikaman.

    Dia juga mengatakan bahwa guru yang tewas telah ‘menyelamatkan banyak nyawa’ dengan keberaniannya dalam berusaha menghalangi pelaku.

  • Ramai Desakan Setop Pengepungan dan Buka Akses Bantuan di Gaza

    Ramai Desakan Setop Pengepungan dan Buka Akses Bantuan di Gaza

    Jakarta

    Di markas besar Liga Arab di Kairo, para menteri luar negeri negara-negara Arab bertemu pada Rabu (11/10) untuk membahas perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas.

    Selain menuntut Israel menghentikan pengepungannya terhadap Gaza, mereka juga menyerukan agar bantuan kemanusiaan seperti makanan dan bahan bakar segera dikirimkan ke wilayah pesisir yang miskin dan padat penduduk.

    Tidak hanya itu, Israel juga didesak untuk mempertimbangkan kembali “keputusan tidak adilnya dalam memutus pasokan listrik dan air ke Gaza.”

    Dalam kesempatan terpisah, badan pengungsi Palestina PBB, UNRWA, juga mendesak dikirimkannya bantuan kemanusiaan senilai $104 juta (setara dengan Rp1,6 triliun) untuk Jalur Gaza.

    “Apa yang terjadi saat ini adalah tragedi kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bantuan kepada warga sipil yang tidak punya tempat untuk menyelamatkan diri harus segera diberikan: air, makanan, obat-obatan,” kata Komisaris Jenderal UNWRA Philippe Lazzarni.

    “Sangatlah mendesak bahwa akses terhadap bantuan dan perlindungan kemanusiaan harus ditegakkan bagi semua warga sipil,” tambah Lazzarini.

    Biden peringatkan Iran

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa mobilisasi pesawat dan kapal milik AS yang mendekat ke Israel adalah peringatan bagi Iran untuk “berhati-hati.” Hal itu disampaikan Biden saat berbicara dengan para pemimpin komunitas Yahudi di Gedung Putih pada Rabu (11/10).

    Dalam kesempatan itu, Biden menggambarkan serangan Hamas terhadap warga sipil Israel sebagai “hari paling mematikan bagi orang Yahudi sejak Holocaust.”

    “Serangan ini adalah sebuah kampanye kekejaman murni, bukan hanya sekadar kebencian, tapi kekejaman murni terhadap orang-orang Yahudi,” ujarnya.

    Biden juga mengatakan bahwa penting bagi Israel untuk bertindak “sesuai aturan perang” dalam kampanye militernya melawan Hamas di Gaza.

    Israel bentuk kabinet perang

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bersama dengan politisi oposisi Benny Gantz secara resmi mengumumkan pembentukan pemerintahan darurat nasional dan kabinet perang untuk menghadapi Hamas.

    “Kami telah membentuk pemerintahan darurat nasional,” kata Netanyahu dalam pidatonya yang disiarkan melalui televisi pada Rabu (11/10) malam waktu setempat.

    “Rakyat Israel bersatu. Kami telah mengesampingkan perbedaan-perbedaan kami,” tambahnya.

    Pembentukan kabinet perang oleh Netanyahu dan Gantz ini menjadi tanda bersatunya pemerintah dan oposisi di Israel. Netanyahu adalah anggota Partai Likud yang konservatif, sementara Gantz adalah anggota aliansi Biru dan Putih yang berhaluan tengah.

    “Keberadaan kita di sini bersama-sama bahu-membahu adalah pesan bagi musuh-musuh kita,” kata Gantz dalam pidatonya.

    “Ada waktu untuk damai dan ada waktu untuk perang. Sekarang adalah waktunya perang,” tambahnya.

    Negosiasi pembebasan sandera

    Kantor berita AFP dan Reuters dengan mengutip seorang pejabat Turki melaporkan bahwa pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sedang melakukan negosiasi pembebasan sandera dengan Hamas.

    Erdogan sering menyatakan simpatinya kepada Palestina, dan Turki tidak menganggap Hamas sebagai kelompok teroris.

    Meski begitu, Turki juga tidak serta merta memiliki hubungan negatif dengan Israel. Turki dan Israel menormalisasi hubungan pada tahun 2022, dengan kedua negara memiliki hubungan dagang yang kuat.

    Sementara itu, dalam wawancara kepada DW, editor majalah Foreign Policy Ravi Agrawal mengatakan bahwa Qatar bisa menjadi pemain kunci dalam kemungkinan negosiasi pembebasan sandera dengan Hamas.

    Qatar yang telah menawarkan diri menjadi penengah adalah salah satu negara di kawasan yang dipercaya oleh kedua belah pihak. Qatar sebelumnya juga telah berhasil melakukannya di masa lalu.

    “Ini penting karena saat ini tidak ada kepercayaan antara Hamas dan Israel. Jadi, diperlukan pemain dari luar,” kata Agrawal.

    Presiden AS Joe Biden sebelumnya memperkirakan ada sekitar 150 sandera yang ditahan di Gaza setelah serangan teror terhadap Israel pada Sabtu (07/10) lalu.

    gtp/ha/pkp (Reuters, AFP, AP)

    (ita/ita)

  • Inggris Tarik Keluarga Staf Kedutaan dari Israel

    Inggris Tarik Keluarga Staf Kedutaan dari Israel

    Presiden AS Joe Biden yang sangat mendukung Israel, telah memperingatkan bahwa Israel harus “beroperasi berdasarkan aturan perang, terlepas dari semua kemarahan dan frustrasi.”

    Negara-negara NATO juga mengatakan kepada Israel bahwa mereka mendukung negara tersebut setelah serangan Hamas, namun mendesak pasukan Israel untuk merespons secara “proporsional”.

    Hal itu disampaikan NATO kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant usai memberikan penjelasan kepada rekan-rekannya dari aliansi militer pimpinan Amerika Serikat tersebut melalui tautan video. Ini disampaikan seiring Israel terus membombardir Gaza usai serangan mendadak Hamas ke Israel yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

    “Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg mengatakan bahwa NATO mengutuk keras serangan tersebut, dan menambahkan: ‘Israel tidak berdiri sendiri’,” kata NATO dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023).

    “Sekutu-sekutu menyatakan solidaritasnya dengan Israel, dengan jelas menyatakan bahwa mereka mempunyai hak untuk mempertahankan diri secara proporsional terhadap tindakan teror yang tidak dapat dibenarkan ini,” imbuh NATO.

    Negara-negara NATO pun “menyerukan Hamas untuk segera membebaskan semua sandera, dan memberikan perlindungan penuh terhadap warga sipil. Sekutu juga memperjelas bahwa tidak ada negara atau organisasi yang boleh mengambil keuntungan dari situasi ini atau memperburuknya.”

    (ita/ita)

  • NATO Dukung Israel Tapi Ingatkan Harus Proporsional di Gaza

    NATO Dukung Israel Tapi Ingatkan Harus Proporsional di Gaza

    Jakarta

    Negara-negara NATO mengatakan kepada Israel bahwa mereka mendukung negara tersebut setelah serangan Hamas, namun mendesak pasukan Israel untuk merespons secara “proporsional”.

    Hal itu disampaikan NATO kepada Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant usai memberikan penjelasan kepada rekan-rekannya dari aliansi militer pimpinan Amerika Serikat tersebut melalui tautan video. Ini disampaikan seiring Israel terus membombardir Gaza usai serangan mendadak Hamas ke Israel yang menewaskan lebih dari 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

    “Sekretaris Jenderal Jens Stoltenberg mengatakan bahwa NATO mengutuk keras serangan tersebut, dan menambahkan: ‘Israel tidak berdiri sendiri’,” kata NATO dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Kamis (12/10/2023).

    “Sekutu-sekutu menyatakan solidaritasnya dengan Israel, dengan jelas menyatakan bahwa mereka mempunyai hak untuk mempertahankan diri secara proporsional terhadap tindakan teror yang tidak dapat dibenarkan ini,” imbuh NATO.

    Negara-negara NATO pun “menyerukan Hamas untuk segera membebaskan semua sandera, dan memberikan perlindungan penuh terhadap warga sipil. Sekutu juga memperjelas bahwa tidak ada negara atau organisasi yang boleh mengambil keuntungan dari situasi ini atau memperburuknya.”

    Di Gaza, para pejabat melaporkan lebih dari 1.200 orang tewas dalam serangan udara dan artileri Israel secara terus menerus. Sementara PBB mengatakan lebih dari 338.000 orang telah mengungsi.

    Presiden AS Joe Biden yang sangat mendukung Israel, telah memperingatkan bahwa Israel harus “beroperasi berdasarkan aturan perang, terlepas dari semua kemarahan dan frustrasi.”

    (ita/ita)