Kasus: teror

  • Lima Orang Tewas Akibat Serangan Israel di Lebanon

    Lima Orang Tewas Akibat Serangan Israel di Lebanon

    Jakarta

    Sumber keamanan Lebanon mengatakan sebanyak lima orang tewas dalam serangan Israel di Lebanon selatan. Kelompok bersenjata Palestina menyebut tiga korban tewas merupakan anggotanya.

    Dilansir AFP, Kamis (9/5/2024) Israel dan Hizbullah, sekutu Hamas, telah meningkatkan pertukaran lintas batas yang sedang berlangsung.

    Menurut sumber keamanan Lebanon, “dua pejuang Hizbullah” tewas dalam serangan udara Israel di kota perbatasan Adaisseh.

    “Dua pejuang telah mati syahid dalam perjalanan menuju Yerusalem”, ungkapan yang mereka gunakan untuk merujuk pada anggotanya yang terbunuh oleh tembakan Israel.

    Sementara itu, serangan terpisah di desa Khiam pada hari Rabu menewaskan tiga orang yang kemungkinan besar adalah “pejuang Palestina,” kata sumber Lebanon.

    Gambar AFP menunjukkan awan asap besar membubung di atas Khiam setelah serangan. Militer Israel mengatakan “jet tempurnya menyerang bangunan militer… di wilayah Khiam, Adaisseh” dan kota-kota lain di Lebanon selatan.

    Israel sebelumnya melaporkan “jet tempur dan artileri mereka menyerang lebih dari 20 sasaran teror Hizbullah” di Lebanon selatan. Sementara itu Hizbullah mengatakan pasukannya melakukan setidaknya 11 serangan terhadap posisi tentara Israel utara di seberang perbatasan, menggunakan drone dan “peluru kendali”.

    (dwia/dwia)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Gempur Rafah Usai Hamas Setujui Gencatan Senjata, 5 Orang Tewas

    Israel Gempur Rafah Usai Hamas Setujui Gencatan Senjata, 5 Orang Tewas

    Rafah

    Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya lima orang di Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, pada Senin (6/5) malam waktu setempat. Pasukan militer Tel Aviv terus menggempur Jalur Gaza setelah Hamas mengumumkan persetujuan atas tawaran gencatan senjata terbaru.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (7/5/2024), militer Israel sebelumnya bersumpah akan melancarkan operasi darat secara besar-besaran di wilayah paling selatan di Jalur Gaza, yang kini menjadi tempat berlindung bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina yang menghindari perang.

    Otoritas rumah sakit Kuwait yang ada di Rafah melaporkan pihaknya menerima “lima martir dan beberapa korban luka” setelah serangan udara Israel pada malam hari. Menurut para saksi dan sumber keamanan Palestina, area tersebut saat ini menjadi lokasi aktivitas serangan militer Israel yang intens.

    Laporan koresponden AFP di lapangan menyebut militer Israel melancarkan serangan udara secara intensif terhadap Rafah sesaat sebelum pukul 22.00 waktu setempat, setelah mengulangi seruan agar warga mengungsi ke bagian timur wilayah tersebut.

    Gempuran terbaru Israel ini dilancarkan setelah Hamas, pada Senin (6/5) waktu setempat, menyetujui proposal gencatan senjata untuk perang yang berkecamuk selama tujuh bulan terakhir di Jalur Gaza.

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut proposal gencatan senjata yang disetujui Hamas itu “jauh dari tuntutan penting Israel”. Namun demikian, Tel Aviv tetap mengirimkan perunding untuk melakukan pembicaraan terbaru “untuk menguras potensi demi mencapai kesepakatan”.

    Meskipun ada harapan bahwa persetujuan atas proposal gencatan senjata terbaru akan menghentikan invasi darat ke Rafah, pesawat-pesawat tempur Israel justru terus melancarkan serangan ke wilayah tersebut.

    Juru bicara militer Israel mengatakan bahwa pesawat-pesawat Israel “menargetkan lebih dari 50 sasaran teror di wilayah Rafah” sepanjang Senin (6/5).

    Netanyahu telah berjanji untuk mengirimkan pasukan darat ke Rafah terlepas dari gencatan senjata apa pun yang sedang dibahas. Hal itu jelas menantang kekhawatiran internasional, dengan banyak negara termasuk Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel untuk tidak menginvasi Rafah.

    Dalam pernyataan menanggapi pengumuman Hamas, kantor Netanyahu menegaskan serangan darat terhadap Rafah akan tetap dilaksanakan “untuk memberikan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan para sandera kami”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Hentikan Siaran Al Jazeera di Negaranya

    Israel Hentikan Siaran Al Jazeera di Negaranya

    Jakarta

    Jaringan TV Al Jazeera tidak lagi mengudara di Israel pada Minggu (05/05), setelah Kabinet Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu memutuskan untuk menangguhkan lembaga penyiaran tersebut.

    Keputusan itu menyusul adanya undang-undang (UU), yang disebut sebagai “UU Al Jazeera”, yang disahkan oleh Knesset Israel (parlemen Israel) untuk mengizinkan penutupan lembaga penyiaran asing yang dianggap menimbulkan ancaman keamanan negara di tengah konflik perang Israel-Hamas di Gaza.

    “Pemerintahan saya memutuskan dengan suara bulat: saluran penghasut Al Jazeera akan ditutup di Israel,” unggah Netanyahu di akun X/Twitter.

    Media Al Jazeera pada Minggu (05/05), telah kembali menolak tuduhan Israel yang menyebut laporannya tentang Gaza itu bias. “Pemerintah Netanyahu telah memutuskan langkah yang begitu menyesatkan dan memfitnah untuk mendorong perintah penutupan kantor Al Jazeera di Israel,” ungkap media tersebut.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Pihak Al Jazeera menyebut langkah tersebut sebagai “tindakan kriminal” yang melanggar hak asasi manusia dalam mengakses informasi.

    “Kami mengonfirmasi bahwa kami akan menempuh semua jalur di organisasi internasional dan hukum untuk melindungi hak-hak kami dan para staf kami,” ucap Al Jazeera tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Apa isi larangan tersebut?

    Menurut media Israel, perintah itu akan menghentikan penyiaran media tersebut selama 45 hari. Perintah ini juga yang akan memungkinkan pihak berwenang untuk menyita peralatan penyiaran.

    Koresponden senior Al Jazeera berbahasa Inggris di Israel, Imran Khan, mengatakan bahwa selain saluran TV, situs web media itu juga diblokir.

    Dia juga mengungkapkan bahwa perangkatnya yang digunakan untuk menyediakan konten bagi Al Jazeera juga dilarang. Itu berarti, ponsel miliknya dapat disita, jika dia menggunakan itu untuk meliput berita.

    “Ini adalah larangan yang berdampak luas dan kami tidak tahu berapa lama larangan ini akan berlaku,” tambah Khan, dalam pernyataannya di situs web Al Jazeera.

    “Latar belakang keputusan ini bukan dari sisi profesional atau jurnalistik … ini politis,” kata Waleed Omari, kepala biro Al Jazeera di Israel dan wilayah Palestina, seraya menambahkan bahwa media ini sedang mempersiapkan tanggapan secara hukum.

    Bagaimana hubungan Israel dengan lembaga penyiaran Qatar itu?

    Israel memiliki hubungan yang cukup memanas dengan media berita yang berbasis di Qatar itu. Al Jazeera secara intens telah meliput konflik perang yang sedang berlangsung di Gaza dengan fokus khusus pada pihak Palestina.

    Sebagai salah satu dari sedikitnya kantor media yang masih beroperasi di Gaza sejak ekskalasi konflik pada 7 Oktober tahun lalu, Al Jazeera telah menyiarkan foto dan video dari dampak serangan-serangan udara yang mematikan dan kondisi rumah sakit yang penuh sesak setelah serangan tembakan Israel.

    Israel bahkan menuduh Al Jazeera bekerja sama dengan Hamas, kelompok militan Palestina yang dianggap sebagai organisasi teror oleh Israel, Amerika Serikat (AS), Jerman, dan negara Barat lainnya.

    Qatar, pemilik lembaga penyiaran tersebut, telah terlibat dalam berbagai mediasi upaya gencatan senjata antara Israel-Hamas. Sejumlah wartawan telah terbunuh di Gaza dalam serangan militer Israel, termasuk beberapa jurnalis yang bekerja untuk Al Jazeera.

    Kematian reporter Palestina-AS, Shireen Abu Akleh, pada Mei 2022 lalu juga telah memicu kemarahan global. Akleh tewas tertembak saat meliput serangan Israel di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki. Al Jazeera menyalahkan militer Israel atas kematian repoternya itu dan membawa kasus ini ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Namun, Israel telah menolak tuduhan tersebut.

    kp/pkp/ (Reuters, AP, AFP)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sejumlah Negara Eropa Akan Akui Palestina Akhir Mei

    Sejumlah Negara Eropa Akan Akui Palestina Akhir Mei

    Riyadh

    Sejumlah negara Eropa diperkirakan akan memberikan pengakuan resmi terhadap negara Palestina pada akhir bulan Mei mendatang. Rencana negara-negara Eropa untuk mengakui negara Palestina itu telah memicu reaksi keras dari Israel.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (30/4/2024), hal tersebut diungkapkan oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, saat berbicara kepada wartawan di sela-sela menghadiri pertemuan khusus Forum Ekonomi Dunia (WEC) yang digelar di Riyadh, Arab Saudi.

    Borrell tidak menyebut lebih lanjut soal negara mana saja yang akan mengakui negara Palestina secara resmi.

    Namun pada Maret lalu, sejumlah negara Eropa seperti Spanyol, Irlandia, Malta dan Slovenia mengumumkan bahwa mereka akan melakukan upaya bersama untuk mewujudkan pengakuan resmi terhadap negara Palestina.

    Dalam pernyataan pada 22 Maret lalu, Spanyol mengungkapkan bahwa atas nama perdamaian Timur Tengah, pihaknya sepakat dengan Irlandia, Malta dan Slovenia untuk mengambil langkah pertama menuju pengakuan terhadap negara yang dideklarasikan Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

    Jalur Gaza yang sejak lama dikuasai kelompok Hamas, yang menolak perdamaian dengan Israel dan menyerang negara Yahudi itu pada 7 Oktober tahun lalu, sedang dilanda perang yang juga memicu peningkatan kekerasan di Tepi Barat yang diduduki Israel.

    Wilayah Tepi Barat juga diketahui menjadi lokasi permukiman Yahudi yang luas.

    Rencana negara-negara Eropa mengakui negara Palestina itu memicu kecaman Israel. Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Israel memberikan reaksi keras dengan mengecam rencana empat negara Eropa itu dalam mengupayakan pengakuan bagi negara Palestina. Tel Aviv menyebut rencana itu sama saja memberikan “hadiah bagi terorisme” yang akan mengurangi peluang dalam perundingan penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina.

    “Pengakuan atas negara Palestina setelah pembantaian 7 Oktober mengirimkan pesan kepada Hamas dan organisasi teroris Palestina lainnya bahwa serangan teror mematikan terhadap warga Israel akan dibalas dengan gesture politik terhadap Palestina,” sebut Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, dalam pernyataannya pada Maret lalu.

    “Penyelesaian konflik hanya bisa dilakukan melalui perundingan langsung antara para pihak. Keterlibatan apa pun dalam pengakuan negara Palestina hanya akan menjauhkan pencapaian resolusi dan meningkatkan ketidakstabilan regional,” ucapnya pada saat itu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Cerita Dokter Amerika Tak Bisa Melupakan Kengerian di Gaza

    Cerita Dokter Amerika Tak Bisa Melupakan Kengerian di Gaza

    Jakarta

    Sam Attar mengaku bahwa dia meninggalkan sebagian jiwanya di Gaza. Bagian dari dirinya yang melihat begitu banyak penderitaan dan tidak bisa dia lupakan.

    Sudah tiga minggu Attar pulang ke Chicago, AS, usai memberikan bantuan kesehatan sebagai dokter di Gaza. Tapi, dia merasa seperti baru terjadi kemarin.

    Waktu terus berputar tapi wajah-wajah dari Gaza terus membayanginya.

    Salah satu wajah yang tidak dia lupakan adalah Jenna, seorang gadis kecil yang terbaring lemah, terlihat pucat pasi di ranjang rumah sakit. Ibu Jenna menunjukkan kepada Sam sebuah video pada ponselnya yang merekam ulang tahun terakhir sang bocah.

    Itu adalah hari-hari bahagia Jenna sebelum malapetaka terjadi.

    Peringatan: Artikel ini berisi detail dan gambar yang mungkin mengganggu sebagian pembaca.

    Sam juga masih mengingat jelas seorang ibu lain yang kehilangan putranya yang masih berusia 10 tahun.

    Lalu ada pria berusia 50-an tahun di sebuah sudut ruangan. Kedua kakinya telah diamputasi.

    “Dia kehilangan anak-anaknya, cucu-cucunya, rumahnya,” kenang Sam.

    “Dan dia sendirian di sudut rumah sakit yang gelap ini, belatung keluar dari luka-lukanya dan dia berteriak: ‘Cacing-cacing itu memakanku hidup-hidup, tolong bantu aku.’ Itu hanya satu saja dari Saya tidak tahu, saya berhenti menghitung.”

    “Tapi itulah orang-orang yang masih saya pikirkan karena mereka masih di sana.”

    Sam adalah pria sensitif yang berusia 40-an. Kedua orang tuanya berprofesi sebagai dokter. Sam lahir dan besar di Chicago dan bekerja sebagai ahli bedah di rumah sakit Northwestern.

    Selama memberikan pertolongan di Gaza, dia membuat video harian dan merekam pengalamannya.

    Selama dua minggu pada Maret dan April atas nama LSM Palestinian American Bridge ia bekerja di rumah sakit Gaza yang sangat kekurangan segalanya kecuali pasien yang terluka parah.

    Pada hari dia memasuki Gaza kali ini, dia langsung dihadapkan pada krisis kelaparan.

    “Kami hanya dikerumuni orang yang menggedor-gedor mobil, ada yang mencoba melompat ke atas mobil. Mereka tidak berhenti karena jika berhenti maka orang-orang akan melompat ke dalam mobil. Mereka tidak mencoba untuk menyakiti kami. Mereka hanya meminta makanan.”

    ReutersSebagian besar wilayah Gaza hancur dan sangat sedikit bantuan yang mencapai wilayah utara.

    Sam menceritakan pengalamannya dengan tenang, seperti yang mungkin Anda harapkan dari seorang pria yang terlatih untuk membuat pasien merasa nyaman.

    Sam berkata, setiap hari ada tekanan tanpa henti untuk melakukan triase, memutuskan siapa yang bisa diselamatkan, siapa yang tidak.

    Sam mengenang saat pasien terbaring di lantai rumah sakit dikelilingi oleh darah dan perban yang terlepas, udara dipenuhi tangisan kesakitan dan kerabat yang berduka.

    Tidak ada yang bisa menghapus kengerian seperti itu – sekalipun seorang dokter yang sangat terlatih dengan pengalaman di zona perang seperti Ukraina, Suriah dan Irak.

    “Saya masih memikirkan semua pasien yang saya rawat,” katanya,

    “Semua dokter yang masih ada di sana. Ada sedikit rasa bersalah dan malu saat keluar karena masih banyak yang harus dilakukan. Kebutuhannya sangat besar. Dan Anda menjauh dari orang-orang yang masih ada dan masih menderita.”

    Perjalanan terakhirnya yang ketiga ke Gaza sejak perang dimulai membawanya bergabung dengan tim medis internasional pertama yang ditempatkan di sebuah rumah sakit di Gaza utara di mana malnutrisi berada pada tingkat paling akut.

    Misi tersebut diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan.

    Sekitar 30% anak-anak di bawah usia dua tahun dilaporkan mengalami kekurangan gizi akut, dan 70% penduduk di Gaza utara menghadapi apa yang disebut PBB sebagai “bencana kelaparan”.

    Baca juga:

    Bulan lalu ketua Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, menuduh Israel berpotensi melakukan kejahatan perang karena krisis pangan di Gaza.

    “Besarnya pembatasan yang dilakukan Israel terhadap masuknya bantuan ke Gaza, serta cara mereka terus melakukan peperangan, mungkin sama saja dengan menggunakan kelaparan sebagai metode perang,” katanya.

    Israel menyangkal hal ini dan menyalahkan PBB serta badan-badan bantuan atas lambatnya atau tidak memadainya pengiriman bantuan.

    Pemerintah Israel mengatakan perhitungan PBB mengenai kelaparan didasarkan pada “berbagai kelemahan faktual dan metodologi, beberapa di antaranya serius.”

    Pemerintah Israel juga mengeklami telah menelusuri laporan media bahwa pasar makanan di Gaza, termasuk wilayah utara, memiliki persediaan yang melimpah.

    “Kami langsung menolak tuduhan apa pun yang menyatakan bahwa Israel sengaja membuat penduduk sipil di Gaza kelaparan,” kata sebuah pernyataan dari COGAT Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah tersebut.

    Sam Attar mengenang seorang perempuan berusia 32 tahun yang menderita gizi buruk. Dia mengalami itu bersama dengan putranya, ibu dan ayahnya.

    Dia menjalani CPR upaya untuk memacu jantungnya yang berhenti tetapi tidak dapat diselamatkan.

    “Saya harus menyebut itu,” kata Sam. Ibu muda itu terbaring di bangku, lengan kirinya menjuntai ke lantai, mata menatap ke atas pada saat kematiannya.

    Di seberang ruangan, seorang perawat menghibur ibu dari perempuan itu yang menangis.

    Lalu ada seorang anak perempuan kecil, Jenna Ayyad, berusia tujuh tahun.

    Kondisi kesehatannya seperti “hanya tinggal kerangka dan tulang”. Ibunya berharap untuk pergi ke selatan di mana tersedia fasilitas medis yang lebih baik.

    Jenna mengalami trauma akibat perang dan terlihat sangat kekurangan gizi. Dia menderita fibrosis kistik, yang membuat pencernaannya lebih sulit.

    Kondisinya diperburuk oleh perang dan dia juga menderita trauma.

    Dalam rekaman yang diambil oleh juru kamera BBC, pandangan Jenna tampak kosong dan kini hanya berbicara kepada ibunya.

    “Apa yang bisa saya lakukan? Dia tidak bisa diobati,” kata Nisma Ayyad.

    “Kondisi mentalnya sangat sulit. Dia tidak berbicara sama sekali setiap ada orang yang berbicara dengannya. Situasinya buruk, dan sebagai seorang ibu, saya tidak dapat melakukan apa pun.”

    Dr Attar mengatakan bahwa saat timnya bersiap untuk kembali ke Gaza selatan, ibu Jenna mendekatinya.

    “Ibu Jenna mendatangi saya dan berkata, ‘Saya pikir kami akan ikut bersamamu apa yang terjadi? Mengapa kamu pergi dan kami tetap di sini?”

    Sam harus menjelaskan bahwa konvoi ke selatan hanya disetujui untuk pengiriman bahan bakar dan makanan, bukan untuk membawa pasien.

    Namun sebelum berangkat Sam dan rekan-rekannya mengisi surat-surat yang diperlukan untuk memindahkan Jenna. Prosesnya akan memakan waktu berhari-hari tetapi mereka akan memastikan dokumennya sampai ke kantor yang tepat.

    Ketika Sam pergi untuk berbicara dengan ibu Jenna, ibu-ibu lain memperhatikan.

    “Ruangannya terbuka dan digunakan bersama, mungkin ada 10 pasien dalam satu ruangan. Jadi ketika semua ibu lain melihat saya berbicara dengannya, mereka semua mengerumuni saya.”

    Jenna dipindahkan dan sekarang dirawat di rumah sakit Korps Medis Internasional dekat Rafah.

    Menurut perkiraan PBB bulan lalu, mayoritas korban tewas dalam perang tersebut adalah perempuan dan anak-anak: 13.000 anak-anak, 9.000 perempuan.

    Perang kini memasuki bulan ketujuh.

    Negosiasi untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera terhenti.

    Setiap siang dan malam, korban luka dan kekurangan gizi tiba di beberapa rumah sakit yang masih berfungsi.

    WHO mengatakan hanya 10 dari 36 rumah sakit di Gaza yang masih berfungsi.

    Bepergian di Gaza bisa sangat berbahaya bagi pekerja kemanusiaan. Seperti kematian tujuh pekerja kemanusiaan, termasuk tiga warga Inggris, ketika militer Israel menyerang konvoi mereka dengan serangan rudal pada tanggal 1 April.

    Sam juga menggambarkan antrean berjam-jam di pos pemeriksaan Israel.

    “Kami sering menunggu satu hingga empat jam tergantung berapa lama waktu yang dibutuhkan Israel untuk menyetujui jalur tersebut karena mereka sedang melakukan operasi militer.”

    Dokter berwarga negara AS ini berharap adanya upaya terpadu untuk memberikan lebih banyak bantuan ke wilayah utara Gaza.

    “Wilayah utara memerlukan lebih banyak akses, lebih banyak makanan, lebih banyak bahan bakar, lebih banyak air, jalan-jalan perlu dibuka Dan ada begitu banyak pasien yang perlu dievakuasi dari utara ke selatan dan masalahnya wilayah selatan juga sibuk. Maksud saya, rumah sakit di sini meledak.”

    Sam mengaku akan kembali. Segera, demikian harapannya.

    Ada ikatan persahabatan yang memanggilnya untuk kembali ke Gaza.

    Paramedis Nabil, yang Sam lihat setiap hari, membawa korban luka untuk berobat, hingga akhirnya dia sendiri menjadi korban dan harus ditarik dari reruntuhan oleh rekan-rekannya. Dia masih hidup tetapi tidak akan bisa meninggalkan Gaza.

    Lalu ada seorang dokter yang putrinya terbunuh namun dia bermurah hati untuk menghibur seorang ibu yang putranya masih balita menderita cedera otak akibat pecahan bom.

    Dan, ada pasien dan keluarga mereka yang melihat dokter, perawat dan paramedis bukan hanya mencari kemungkinan bantuan kesehatan praktis, namun juga sorotan kesopanan manusia di tempat yang penuh teror dan kerusakan.

    Mereka adalah orang-orang yang ada dalam benak Sam Attar. Mereka semua.

    Laporan tambahan oleh Alice Doyard, Annie Duncanson, Haneen Abdeen, dan Nik Millard

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Panel Independen Temukan Masalah ‘Netralitas’ di Tubuh UNRWA

    Panel Independen Temukan Masalah ‘Netralitas’ di Tubuh UNRWA

    Jakarta

    Sebuah panel independen pada hari Senin (22/04) menyerukan agar Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melakukan “perbaikan segera” guna menjaga netralitasnya.

    Panel independen ini sebelumnya ditugaskan oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk melakukan pemeriksaan terhadap UNRWA setelah Israel menuduh 12 pekerjanya mungkin telah ikut serta dalam serangan teror Hamas di Israel Selatan pada 7 Oktober tahun lalu.

    Meski begitu, diplomat Prancis, Catherine Colonna, yang memimpin panel independen tersebut, menegaskan, mereka ditugaskan untuk secara khusus memeriksa netralitas UNRWA, bukan memeriksa tuduhan Israel terkait 12 pekerja tersebut.

    Untuk menindaklanjuti tuduhan Israel itu, Guterres telah memerintahkan pengawas internal PBB untuk melakukan penyelidikan terpisah.

    Temuan panel independen terkait netralitas UNRWA

    Dalam laporan setebal 54 halaman, panel independen mengaku telah mengidentifikasi “masalah terkait netralitas” dalam prosedur-prosedur yang dijalankan oleh UNRWA. Hal ini dilakukan guna “memastikan terwujudnya kepatuhan terhadap prinsip-prinsip netralitas kemanusiaan.”

    Laporan tersebut mengutip sejumlah pernyataan politik para staf di ranah publik, “konten bermasalah” dalam buku pelajaran sekolah, dan politisasi serikat pekerja.

    “Sebagian besar dugaan pelanggaran netralitas berkaitan dengan postingan di media sosial,” tulis laporan tersebut, seraya mencatat bahwa postingan itu seringkali diunggah setelah terjadinya insiden kekerasan yang berdampak pada kolega atau keluarga dari individu tersebut.

    Terkait buku pelajaran sekolah, laporan tersebut mengungkap ada kemajuan yang dilakukan oleh UNRWA dalam membersihkan sekolah-sekolah dari buku-buku pelajaran yang bias.

    Meski begitu, hampir 4% buku teks sekolah masih berisi pernyataan yang menyebut Israel sebagai “pendudukan Zionis,” atau Yerusalem sebagai ibu kota Palestina.

    Panel independen mengeluarkan rekomendasi kepada UNRWA, agar meningkatkan netralitasnya, tidak hanya melalui keterlibatan dengan donor, tapi juga melalui netralitas staf, pendidikan, juga tata kelola yang dijalankan.

    Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini sebelumnya telah mengatakan, ia akan menerima apa pun rekomendasi panel independen. Namun, ia juga memperingatkan terkait apa yang disebutnya sebagai “kampanye terpadu yang disengaja” oleh Israel untuk membubarkan organisasi tersebut.

    Panel independen: Israel belum memberikan bukti

    Colonna mengatakan Israel belum memberikan bukti untuk mendukung tuduhannya.

    “Israel membuat tuduhan secara publik bahwa sejumlah besar pegawai UNRWA adalah anggota organisasi teroris. Namun, Israel belum memberikan bukti pendukung mengenai hal ini,” kata Colonnna kepada wartawan di New York.

    Tuduhan itu sebelumnya disampaikan oleh Israel pada bulan Maret lalu, mengklaim sekitar 450 pekerja UNRWA di Gaza adalah “teroris.”

    Panel independen juga mempertanyakan, dari puluhan ribu nama dalam daftar staf UNRWA yang diterima sejak tahun 2011, Israel sebelumnya tidak pernah menyatakan kekhawatirannya terkait satu pun nama tersebut.

    UNRWA saat ini telah mempekerjakan sekitar 32.000 orang, dan 13.000 di antaranya berada di Gaza.

    Israel kritik laporan panel independen

    Merespons laporan yang dikeluarkan oleh panel independen, Kementerian Luar Negeri Israel menyerukan agar negara-negara donor segera meninggalkan UNRWA.

    “Laporan Colonna mengabaikan parahnya masalah, dan hanya menawarkan solusi kosmetik yang tidak ada hubungannya dengan besarnya cakupan inflitrasi Hamas ke UNRWA,” kata juru bicara Kemenlu Israel, Oren Marmorstein.

    “Layaknya pohon apel, masalah UNRWA-Gaza itu bukan cuma perkara beberapa buah saja yang buruk tapi pohonnya busuk dan beracun yang akarnya adalah Hamas,” ujar Marmorstein seraya menambahkan bahwa laporan “ini adalah upaya untuk menghindari masalah, namun tidak mengatasinya secara langsung.’

    Hamas, kelompok militan Islam yang menguasai Gaza, diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh Israel, Uni Eropa (UE), Amerika Serikat (AS), dan beberapa negara Arab.

    Tuduhan Israel picu disrupsi bantuan ke UNRWA

    Tuduhan Israel terhadap UNRWA sebelumnya telah membuat para donor internasional dengan cepat membekukan pendanaan senilai $450 juta (setara dengan Rp7,3 triliun) kepada lembaga PBB tersebut.

    Panel independen menyebut pendanaan ini sebagai hal yang “tak tergantikan dan sangat diperlukan bagi pembangunan manusia dan ekonomi di Palestina.”

    Sebagian besar negara saat ini telah melanjutkan donasinya, namun masih ada beberapa negara seperti AS, Inggris yang terus menjaga jarak.

    AS merupakan donor terbesar UNRWA. Setiap tahunnya, negara donor memberikan bantuan antara $300-$400 juta. Namun, saat ini mereka telah mengeluarkan undang-undang yang mengunci jeda pendanaan UNRWA hingga setidaknya Maret 2025.

    UNRWA didirikan pada tahun 1949 untuk membantu warga Palestina yang melarikan diri atau diusir selama perang tahun 1948. Saat ini mereka memberikan layanan kepada hampir 6 juta pengungsi Palestina.

    gtp/rs/as (AFP, AP, Reuters)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kawanan Monyet Teror Permukiman Warga di Jombang

    Kawanan Monyet Teror Permukiman Warga di Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Kawanan monyet meresahkan warga Desa/Kecamatan Peterongan Kabupaten Jombang Jawa Timur. Monyet tersebut jumlahnya tujuh ekor. Mulai ukuran kecil hingga besar. Tentu saja, warga sekitar tak nyaman dengan kehadiran tamu tak diundang itu.

    Keresahan itu disampaikan oleh Eni Sa’adah (53), warga RT 14 RW 02 Desa Peterongan. Menurut Eni, kawanan hewan tersebut mulai muncul sebelum lebaran. Monyet-monyet tersebut menganggu aktivitas warga.

    Semisal, ada warga yang memetik sayur nangka muda, kawanan tersebut berusaha untuk merebut. Namun demikian, hewat primata ini belum menyerang anak-anak. “Kami khawatir, kawanan monyet tersebut masuk ke rumah-rumah,” ujar Eni, Kamis (18/4/2024).

    Dari mana asal monyet itu? Eni mengaku tidak tahu secara pasti. Dia hanya menegaskan bahwa monyet yang memasuki desa tersebut adalah liar. Karena selama ini tidak ada warga yang memelihara monyet.

    Pernah suatu hari, warga mengintai asal muasal monyet itu. Ternyata, hewan yang pandai memanjat ini turun dari pagar rumah kosong. Pagar tersebut tingginya 4 meter, sedangkan rumah tersebut sudah puluhan tahun tak berpenghuni alias kosong.

    “Kemungkinan monyet-monyet itu muncul dari rumah kosong tersebut. Dulu rumahnya milik seorang Tionghoa. Namun sudah lama tidak dihuni. Rumah berpagar tembok tinggi tersebut dibiarkan kosong,” lanjutnya.

    Warga yang resah akhirnya melaporkan fenomena ganjil tersebut ke Babinsa dan Bhabinkantimmas. Kemudian dilanjutkan ke Polsek Peterongan. Dari situ, petugas melakukan koordinasi dengan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang.

    Sa;ah satu monyet yang nangkring di ats tembok di Desa/Kecamatan Peterongan

    Walhasil, pada Kamis (18/4/2024), tim dari BPBD Jombang mendatangi lokasi. Mereka melakukan pemantauan. Petugas sempat melihat seekor monyet berukuran kecil. Petugas berusaha mengejar. Namun hewan tersebut mampu meloloskan diri dengan lincah.

    “Tadi sempat muncul seekor. Namun kabur ketika hendak kita tangkap. Kalau informasi warga ada tujuh ekor, namun hari ini yang menampakkan diri hanya seekor. Ukurannya kecil. Langsung kabur ketika kita kejar,” kata Agung Setiawan, anggota BPBD Jombang.

    Supervisor Pusdalops BPBD Jombang, Stevie Maria membenarkan adanya laporan kawanan monyet yang masuk ke permukian warga itu. Namun sejauh ini timnya masih berupaya melakukan pengecekan di lapangan.

    Pepi, panggilan akrab Stevie Maria mengatakan, pihaknya akan melakukan komunikasi dengan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam). “Karena BKSDA yang memiliki wewenang terkait perlindungan hewan,” pungkasnya. [suf]

  • Ketegangan Sektarian Melonjak di Australia Usai Teror Gereja

    Ketegangan Sektarian Melonjak di Australia Usai Teror Gereja

    Jakarta

    Kota Sydney, Australia, diguncang aksi penusukan kedua dalam beberapa hari menyusul serangan terhadap seorang uskup dan pendeta Kristen-Asiria oleh seorang pemuda muslim, Senin (15/4) silam.

    Aksinya diwartakan berhasil dihentikan jemaat gereja. Menurut laporan stasiun televisi Ten Network, tersangka sempat berteriak “kalau mereka tidak menghina nabi kami, saya tidak akan datang ke sini!,” sebelum tersenyum ke arah kamera, saat dibekuk pengunjung.

    Amarah jemaat sempat membuncah. Pemuda itu mengalami “cedera berat” karena kehilangan sejumlah jari ketika berada dalam kekangan jemaat, menurut kepolisian Australia.

    Video serangan menyebar cepat di media sosial dan memancing amukan massa yang lantas mengepung tempat kejadian perkara dan menuntut balas. Mereka melemparkan batu, botol dan pagar ke arah barikade kepolisian yang berusaha melindungi pelaku di dalam gereja. Dari arah masa, terdengar yel-yel “mata dibalas mata” dan “keluarkan dia sekarang,” berulang-ulang.

    Kerusuhan selama beberapa jam itu menyisakan sejumlah korban luka, termasuk sejumlah petugas kepolisian yang harus mendapat perawatan medis.

    Berbeda dengan serangan pisau di sebuah mall akhir pekan lalu, penusukan di Gereja Christ the Good Shepherd diduga oleh kepolisian bermotifkan agama dan niatan teror.

    Banjir hasutan dan islamofobia

    Ancaman konflik sektarian mendorong gereja menerbitkan pernyataan yang “menolak setiap tindakan balas dendam.” Selasa (16/4), aparat keamanan disiagakan di masjid-masjid di Sydney, menyusul beredarnya ajakan kepada komunitas Kristen Asiria untuk menyerang warga muslim.

    Setelah teror gereja di Sydney, Perdana Menteri Anthony Albanese mengimbau warga untuk tidak main hakim sendiri. “Kami memahami kekecewaan dan kekhawatiran anggota komunitas Kristen-Asiria, terutama setelah insiden tragis di Bondi Junction,” kata dia kepada reporter.

    “Tapi, tidak bisa dibenarkan menghalangi kepolisian dan melukai petugas yang sedang menjalankan kewajibannya, atau merusak mobil polisi seperti yang kita saksikan semalam,” imbuhnya.

    Guncangan bagi komunitas Asiria

    Teror penusukan menyisakan trauma bagi minoritas Kristen-Asiria di Australia yang kebanyakan melarikan diri dari kekerasan di di kampung halaman. “Bagi anggota komunitas kami yang melarikan diri dari perang, menyaksikan serangan ini menghidupkan kembali ingatan dan trauma yang mereka ingin lupakan,” kata Ramsin Edward, anggopta Dewan Nasional Asiria di Australia, ANCA.

    Sejak serangan itu, Edward rajin menemui jemaat gereja untuk mendengarkan dan memahami amarah warga yang menyisakan kerusakan dan korban luka pada Senin malam lalu. Menurutnya, ketakutan terbesar massa yang mengamuk adalah keselamatan pengunjung lansia, yang sebagian punya tali saudara.

    “Komunitas Kristen-Asiria tidak selayaknya takut untuk pergi ke gereja,” kata Edward kepada AFP.

    Insiden pada Senin malam mendorong pemuka agama dan kepolisian di Sydney berkeliling menyerukan damai demi mencegah kekerasan sektarian.

    Kristen Ortodoks Asiria termasuk dalam Gereja dari Timur dan banyak dianut oleh bangsa Asyur yang tersebar di Irak, Suriah dan Turki. Sebagian hidup sebagai diaspora dalam suaka. Di Australia, penganut Kristen Asiria ditaksir berjumlah puluhan ribu orang.

    Kontroversi Mari Emmanuel

    Di media sosial, Gereja Christ the Good Shepherd mengumumkan bahwa korban penusukan sudah berada dalam kondisi stabil dan perlahan “membaik.” Korban adalah Uskup Mari Emmanuel yang lahir di Irak dan memiliki 200.000 pengikut di media sosial, melampaui jumlah penganut Kristen Asiria di Australia.

    Emmanuel dikenal aktif menyuarakan pandangannya dan gemar berpolemik. Di satu sisi, dia mendukung kristenisasi dan bersikap kritis terhadap liberalisme agama, namun di sisi lain dia juga mengecam kehancuran di Jalur Gaza dan penderitaan warga Palestina.

    Namanya kian tenar ketika dia menolak protokol kesehatan selama pandemi Covid-19 pada 2022 lalu dan menyebut pembatasan sosial sebagai “perbudakan modern.”

    Menurut laporan media-media nasional, pelaku penusukan di Sydney kemungkinan mempermasalahkan video Emmanuel dalam sebuah acara podcast yang dipandu tokoh konservatif Amerika Patrick Bet-David, pada Desember 2023 silam.

    Di dalamnya, dia mempertanyakan keyakinan umat muslim seputar Nabi Isa dan mengatakan, “hanya Yesus Kristus yang akan menyambut manusia di surga,” bukan Nabi Muhammad, Buddha atau Krishna, merujuk pada penganut Hindu.

    rzn/as (afp, rtr, ap)

    Lihat juga Video ‘Identitas Pelaku Penusukan Massal di Sydney’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Arus Mudik Lebaran, Petugas Antisipasi Teror Pelemparan Batu di Tol Jombang-Mojokerto

    Arus Mudik Lebaran, Petugas Antisipasi Teror Pelemparan Batu di Tol Jombang-Mojokerto

    Jombang (beritajatim.com) – Arus mudik lebaran 2024 di tol Jombang – Mojokerto (Jomo) diharapkan berlangsung aman dan lancar serta penuh makna. Untuk itu sejumlah persiapan dilakukan oleh petugas di jalan tol sepanjang 40.5 Kilometer itu.

    Salah satunya adalah antisipasi teror pelemparan batu terhadap kendaraan saat arus mudik. Petugas PJR (Patroli Jalan Raya) Polda Jatim sudah melakukan koordinasi dengan Satgas Lebaran Astra Tol Jombang-Mojokerto.

    Upaya mewaspadai pelemparan batu tersebut bukan tanpa alasan. Karena belum lama ini memang terjadi aksi pelemparan antara KM 687 – 688 tol Jombang sekitar pukul 23.40 WIB. Bahkan teror pelemparan batu ini viral di media sosial. Kaca mobil Alphard berlubang di bagian kiri akibat lemparan batu.

    Aksi pelemparan itu diuangkapkan oleh akun instagram @danielsunyoto. Daniel mengatakan bahwa dirinya sudah melaporkan peristiwa ini di Jasa Marga Warugunung. Dia juga mengingatkan agar pengguna jalan senantiasa waspada di ruas tol Jombang-Mojokerto.

    Kepala Unit Jatim 3 Satuan PJR (Patroli Jalan Raya) Ditlantas Polda Jatim AKP Yudhiono membenarkan adanya aksi pelemparan batu tersebut. “Tapi yang bersangkutan tidak mau lapor ke polisi. Juga tidak mau lapor ke pihak tol. Hanya curhat di media sosial,” ujarnya Yudhiono saat berada di kantor Astra Tol Jombang-Mojokerto, Rabu (3/4/2024).

    Namun demikian, PJR Polda Jatim waktu itu tetap melakukan tindak lanjut. Yakni melakukan koordinasi dengan Satlantas Polres Jombang dan pihak patroli tol, serta polsek wilayah setempat.

    “Kita sudah koordinasi dengan Polres Jombang dan polsek di lokasi kejadian. Kita beri tahu bahwa di TKP telah terjadi aksi pelemparan. Kita juga minta masyarakat diimbau agar tidak melakukan perbuatan tersebut, karena sanksinya berat,” kata mantan Kasat Lantas Polres Pamekasan ini.

    Kepala Departemen Operasi Astra Tol Jomo, Yuni Rihal juga membenarkan adanya kejadian tersebut pekan lalu. Dia berharap saat arus mudik, hal tersebut tidak terjadi lagi. Sehingga pengguna jalan bisa melintas dengan aman.

    Ruas tol Jombang – Mojokerto sepanjang 40,5 kilometer

    Langkah antisipasi itu di antaranya, Satgas tol melakukan koordinasi dengan kepolisian secara intens. Kemudian akan dibangun komunikasi ke wilayah ring satu yang ada di desa-desa terdekat. Tujuannya melakukan sosialisasi tentang bahayanya kalau melakukan pelemparan batu ke jalan tol.

    “Satgas kami sudah melakukan komunikasi intensif dengan kepolisian sektor. Lalu akan dilakukan sosialisasi ke warga tentang bahayanya melempar batu ke jalan tol,” kata Yuni menegaskan.

    ASTRA Infra Toll Road Jombang-Mojokerto (ASTRA Tol Jomo) merupakan anak usaha dari ASTRA Infra pemegang hak konsesi atas ruas tol Jombang-Mojokerto sepanjang 40,5 km yang menjadi bagian dari Tol Trans Jawa.

    Tol ini menghubungkan Desa Penompo, Kabupaten Mojokerto sampai Desa Bandarkedungmulyo, Kabupaten Jombang. ASTRA Tol Jomo memiliki 3 Gerbang Tol, yaitu Gerbang Tol Mojokerto Barat, Jombang dan Bandar.

    Tol Jombang-Mojokerto menjadi salah satu jalur distribusi barang serta jalur transportasi masyarakat bagi provinsi Jawa Timur dan akan berdampak positif terhadap pertumbuhan kawasan industri, perumahan, perkantoran dan pariwisata serta agrobisnis. [suf]

  • Warga Arab di Israel Hidup dalam Tekanan dan Harapan

    Warga Arab di Israel Hidup dalam Tekanan dan Harapan

    Jakarta

    Issa Fayed adalah pemilik sebuah bengkel mobil di Haifa, sebuah kota di pesisir Mediterania Israel. Dia merupakan warga Arab Israel, atau menurut penuturan Fayed sendiri, ia adalah warga Palestina yang tinggal di Israel.

    Setelah serangan balasan Israel ke Gaza imbas dari serangan Hamas pada 7 Oktober lalu, Fayed mengunggah sebuah video di akun Instagram-nya, dengan mengatakan bahwa warga Palestina di Israel tidak memiliki kebebasan berbicara.

    “Saya mengatakan bahwa pandangan warga Palestina dan Arab juga penting, dan ini akan tetap menjadi masalah jika mereka [pihak berwenang Israel] menangkap kami,” katanya kepada DW.

    Akibat unggahan video tersebut, Fayed ditangkap oleh pihak berwenang Israel pada 13 Oktober atas tuduhan menghasut terorisme. Namun, tidak ada dakwaan yang dijatuhkan kepadanya, sehingga Fayed dibebaskan setelah beberapa hari. Kisah Fayed ini mencerminkan kehidupan warga Arab Israel lainnya dalam situasi serupa.

    Fayed mengatakan, sejak penangkapannya pada Oktober lalu, dia memilih untuk menyensor sendiri unggahannya di media sosial miliknya. “Sebelum perang, saya tahu bahwa kami adalah warga negara kelas dua. Kini, rasanya seperti kami hidup di bawah penjajahan,” ungkapnya.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    LSM Israel temukan ratusan kasus penangkapan serupa

    Bagi kebanyakan dari sekitar 2 juta warga Arab Israel, perang Israel-Hamas yang masih berlangsung, membuat hubungan kedua pihak yang secara historis sudah rumit dengan negara Israel, juga menjadi semakin sulit untuk dijalani.

    Setelah serangan Hamas, yang diklasifikasikan sebagai kelompok teror oleh Jerman, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, sejumlah warga negara Palestina di Israel mengatakan, mereka telah menghadapi berbagai upaya pembatasan, termasuk penangkapan dan dikeluarkan dari studi akademis mereka, sebagai tanggapan atas unggahan di media sosial tentang perang dan situasi di Gaza.

    “Adalah” sebuah LSM Israel yang mengadvokasi hak-hak hukum kaum minoritas Arab di Israel, melakukan berbagai penelusuran, terkait penyelidikan dan penangkapan yang muncul akibat “penentangan terhadap penargetan warga sipil di Gaza, ungkapan simpati terhadap rakyat Palestina di Gaza, penentangan terhadap hukuman kolektif dan kejahatan perang, serta penyebaran berita mengenai Gaza.”

    Menurut Direktur Hukum Adalah, Suhad Bishara, ratusan warga Palestina di Israel telah ditangkap akibat unggahan mereka di media sosial. Kasus ini masuk dalam kategori kebebasan berbicara dan nyaris sepenuhnya menyasar warga Arab Israel, katanya kepada DW.

    “Kami melihat adanya kemunduran yang cukup drastis dalam kebijakan pemerintah, yang didasarkan pada asumsi yang rasis dan penegakan hukum yang selektif,” ujarnya. ” Kebijakan ini tidak memiliki dasar hukum.”

    Menurut Bishara, pihak berwenang dan politisi Israel menyamaratakan setiap bentuk solidaritas terhadap Gaza yang dilakukan oleh minoritas Arab Israel itu sebagai dukungan terhadap aksi terorisme.

    “Ada proses dehumanisasi terhadap seluruh warga Gaza dalam politik Israel,” katanya.

    Warga Arab Israel mengkhawatirkan masa depan dan kehidupan mereka

    Fayed sepakat dengan sentimen tersebut, dan mengatakan ada standar ganda bagi warga Arab dan Yahudi yang menyuarakan solidaritas mereka untuk warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

    “Jika Anda seorang Yahudi, Anda adalah seorang aktivis sayap kiri,” kata Fayed. “Jika Anda orang Arab, Anda adalah pendukung teroris.”

    Baru-baru ini, sebuah jajak pendapat oleh Institut Demokrasi Israel menunjukkan bahwa apa yang dirasakan Fayed juga dirasakan oleh banyak warga Arab di Israel. Survei pada Desember 2023 menunjukkan, 71% warga Arab yang tinggal di Israel khawatir untuk menyuarakan pandangan mereka di media sosial.

    “Agaknya, hal ini disebabkan oleh fakta bahwa sejak pecahnya perang, telah terjadi peningkatan dalam jumlah pengaduan yang diajukan atau pun tuntutan yang diajukan oleh lembaga penegak hukum atas pelanggaran penghasutan,” tulis survei tersebut.

    Survei ini juga menemukan fakta bahwa 84% responden khawatir akan keselamatan fisik mereka, sementara 86% khawatir akan keamanan ekonomi mereka.

    Setelah unggahan di Facebook mengenai penangkapannya, Fayed mengatakan toko miliknya mengalami vandalisme dengan grafiti, misalnya “kematian bagi orang Arab.” Tak hanya itu, pendapatan dari bisnis bengkel mobilnya juga turun 90%, karena banyak kliennya yang warga Yahudi memboikot bisnisnya.

    Harapan untuk hidup berdampingan secara damai

    Saat ini, kesenjangan antara populasi Yahudi Israel dan populasi Arab sangat lebar. Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh ahli statistik Israel, Mano Geva, pada Januari menunjukkan hanya 34% populasi Yahudi Israel yang mengatakan mereka percaya kepada warga Arab di negara itu. Sementara, lebih dari 60% mengatakan, mereka tidak setuju jika partai Arab menjadi bagian dari koalisi pemerintah Israel.

    Terlepas dari situasi sulit imbas perang Israel-Hamas, beberapa kelompok masih berusaha untuk bertahan bahkan memperkuat ikatan yang rumit antara orang Yahudi dan Arab di Israel. Salah satu kelompok itu adalah “Standing Together”, sebuah inisiatif yang dilakukan oleh warga Arab dan Yahudi untuk memperjuangkan kesetaraan dalam masyarakat Israel.

    Kelompok “Standing Together” mengumpulkan banyak bahan makanan untuk warga Palestina di Gaza. Barang-barang yang disumbangkan itu diangkut masuk ke Gaza dengan konvoi mobil yang berangkat dari beberapa kota di Israel dan berkendara menuju pintu penyeberangan perbatasan Kerem Shalom di Israel selatan.

    Meskipun kelompok semacam ini sering dipandang negatif oleh sebagian besar masyarakat sayap kanan Israel, Fayed percaya bahwa tidak ada pilihan lain bagi orang Yahudi dan Arab selain bekerja sama.

    “Anda tidak dapat hidup, tanpa harapan untuk hidup bersama,” katanya.

    (kp/rs/as)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini