Kasus: serangan siber

  • Alasan Penting Pengguna Gmail Harus Ganti Alamat Email Tahun Ini

    Alasan Penting Pengguna Gmail Harus Ganti Alamat Email Tahun Ini

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pengguna layanan Gmail diminta untuk mengganti alamat email mulai tahun ini, karena potensi serangan siber berbasis kecerdasan buatan (AI).

    Salah satu perusahaan keamanan siber terkemuka, McAfee, mewanti-wanti serangan phising dengan memanfaatkan AI.

    “Penipu menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat video atau rekaman video palsu yang sangat realistis yang berpura-pura menjadi konten asli orang sungguhan,” demikian menurut McAfee akhir Desember 2024, dikutip Forbes.

    Serangan berbasis AI memungkinkan penjahat siber menciptakan konten palsu seperti video atau rekaman audio yang terlihat otentik.

    Penjahat bisa saja menggunakan teknologi deepfake untuk menipu pengguna hingga menyerahkan informasi pribadi.

    “Seiring dengan semakin mudah dan terjangkau akses ke teknologi deepfake bahkan orang-orang tanpa pengalaman sebelumnya pun bisa menghasilkan konten yang meyakinkan,” imbuh McAfee

    Gmail selama ini menjadi sasaran empuk pelaku kejahatan siber karena banyak data sensitif yang tersimpan dalam kotak masuk pengguna. Platform tersebut juga memiliki 2,5 miliar pengguna.

    Baru-baru ini, Biro Investigasi Federal (FBI) Amerika Serikat mengungkap terdapat serangan berbasis notifikasi Calendar yang memanfaatkan Gmail.

    Serangan pishing via Gmail sempat menimpa konsultan keamanan Microsoft, Sam Mitrovic. Penyerang berpura-pura menjadi tim dukungan Google dengan detail yang tampak sah.

    Ketika itu, Mitrovic menerima notifikasi terkait upaya pemulihan akun Gmail yang terlihat seperti dari Google. Ia mengabaikan begitu saja.

    Mitrovic juga kerap menerima telepon. Suatu kali, dia menjawab telepon itu. Penelepon mengaku dari tim dukungan Google yang mengonfirmasi aktivitas mencurigakan di akun Gmail.

    Nomor telepon yang dipakai tampak valid sebagai milik Google, berdasarkan pencarian cepat. Penelepon bahkan menawarkan untuk mengirimkan email konfirmasi.

    Sebagai seorang konsultan keamanan, Mitrovic dengan cepat menyadari tindakan itu mencurigakan.

    Email tersebut, meskipun tampak meyakinkan, memiliki kolom “To” yang ditujukan ke alamat sebenarnya, yang bukan milik Google. Ini menunjukkan percobaan phishing dirancang dengan cermat untuk menipu pengguna yang kurang berpengalaman.

    “Hampir dapat dipastikan bahwa penyerang akan terus melakukan penyerangan hingga ke titik di mana apa yang disebut proses pemulihan akan dimulai,” ujar Mitrovic.

    (isa/dna)

  • Lindungi Data Nasabah, Ini Sederet Upaya BRI Tingkatkan Keamanan Siber

    Lindungi Data Nasabah, Ini Sederet Upaya BRI Tingkatkan Keamanan Siber

    Jakarta: PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menegaskan bahwa isu serangan ransomware yang sempat beredar tidak berdasar dan telah dibantah oleh pihak berwenang.
     
    Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah melakukan investigasi mendalam terhadap aplikasi, jaringan, dan sistem keamanan BRI, dan tidak menemukan adanya indikasi ransomware atau pelanggaran keamanan data lainnya yang dituduhkan. BSSN juga telah mengonfirmasi bahwa sistem BRI tetap aman dan tidak ada gangguan yang memengaruhi layanan perbankan maupun data nasabah. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Menkomdigi Meutya Hafid, yang menyampaikan bahwa hasil asesmen tidak menemukan adanya tanda-tanda serangan ransomware.
     

    Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha mengungkapkan bahwa perseroan telah memiliki strategi dalam menjaga data nasabah.
     
    “Langkah yang dilakukan oleh perseroan mencakup penerapan keamanan digital terkini, pengembangan aplikasi yang terintegrasi dengan praktik keamanan (DevSecOps practices), pemantauan keamanan TI secara kontinyu dan real-time, penanganan proaktif terhadap celah keamanan (vulnerability management), dan pembentukan Tim Tanggap Insiden Keamanan Komputer (Computer Security Incident Response Team) yang tersertifikasi oleh BSSN,” ujar Arga.

    Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha (Foto:Dok.BRI)
     
    BRI menerapkan cybersecurity framework berbasis NIST (National Institute of Standards and Technology) sebagai dasar pengembangan keamanan digital dan menerapkan end-to-end security di semua layanan perbankan digitalnya.
     
    Arga mengatakan BRI ke depan akan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai bentuk serangan siber dan memperkuat kemanan digital.
     
    “Termasuk dalam hal ini adalah mengalokasikan sumber-sumber daya utama kami untuk penguatan dan pengembangan keamanan digital, yang meliputi aspek teknologi, proses, dan people,” kata Arga.
     
    Arga menegaskan bahwa dengan berbagai langkah tersebut, BRI berupaya memberikan perlindungan terbaik bagi data dan dana nasabah, serta menjaga kepercayaan yang telah diberikan oleh masyarakat.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • Jaga Data Nasabah, Ini Cara BRI Tingkatkan Keamanan Siber

    Jaga Data Nasabah, Ini Cara BRI Tingkatkan Keamanan Siber

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menegaskan bahwa isu serangan ransomware yang sempat beredar tidak berdasar dan telah dibantah oleh pihak berwenang. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah melakukan investigasi mendalam terhadap aplikasi, jaringan, dan sistem keamanan BRI, dan tidak menemukan adanya indikasi ransomware atau pelanggaran keamanan data lainnya yang dituduhkan.

    BSSN juga telah mengkonfirmasi bahwa sistem BRI tetap aman dan tidak ada gangguan yang mempengaruhi layanan perbankan maupun data nasabah.

    Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha mengungkapkan bahwa Perseroan memiliki strategi dalam menjaga data nasabah.

    “Langkah yang dilakukan oleh perseroan mencakup penerapan keamanan digital terkini, pengembangan aplikasi yang terintegrasi dengan praktik keamanan (DevSecOps practices), pemantauan keamanan TI secara continyu dan real-time, penanganan proaktif terhadap celah keamanan (vulnerability management), dan pembentukan Tim Tanggap Insiden Keamanan Komputer (Computer Security Incident Response Team) yang bersertifikat tersertifikasi oleh BSSN,” ujar Arga dikutip Kamis (2/1/2025).

    Dia menjelaskan BRI menerapkan cybersecurity framework berbasis NIST (National Institute of Standards and Technology) sebagai dasar pengembangan keamanan digital dan menerapkan end-to-end security di semua layanan perbankan digitalnya.

    Arga mengatakan BRI ke depan akan terus meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai bentuk serangan siber dan memperkuat keamanan digital.

    “Termasuk mengalokasikan sumber-sumber daya utama kami untuk penguatan dan pengembangan keamanan digital, yang meliputi aspek teknologi, proses, dan people,” ungkap dia.

    Arga menegaskan bahwa dengan berbagai langkah tersebut, BRI berupaya memberikan perlindungan bagi data dan dana nasabah, serta menjaga kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat.

    (dpu/dpu)

  • Peretas China Diduga Bobol Kantor Departemen Keuangan AS yang Kelola Sanksi Ekonomi

    Peretas China Diduga Bobol Kantor Departemen Keuangan AS yang Kelola Sanksi Ekonomi

    JAKARTA – Pemerintah AS mengungkapkan insiden peretasan besar-besaran terhadap Departemen Keuangan yang diduga dilakukan oleh peretas yang diduga didukung pemerintah China. Menurut laporan The Washington Post pada Rabu 1 Januari, serangan siber ini menargetkan Kantor Pengawasan Aset Asing (Office of Foreign Assets Control/OFAC) dan Kantor Riset Keuangan (Office of Financial Research), serta kantor Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.

    Dalam surat yang dikirimkan kepada anggota parlemen awal pekan ini, Departemen Keuangan AS mengakui bahwa dokumen tidak terklasifikasi telah dicuri. Namun, departemen tersebut tidak menjelaskan lebih rinci siapa saja yang menjadi target atau unit yang terdampak serangan ini.

    The Washington Post mengutip sumber anonim yang menyebutkan bahwa salah satu fokus utama peretas adalah entitas China yang mungkin akan dikenakan sanksi oleh pemerintah AS.

    Respons China

    Menanggapi tuduhan ini, Liu Pengyu, juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, menolak klaim tersebut. Ia menyebut tuduhan itu sebagai tindakan “tidak rasional” dan “serangan fitnah” terhadap Beijing.

    “China memerangi segala bentuk serangan siber,” ujar Liu, tanpa secara langsung menanggapi laporan terkait target spesifik dari serangan ini.

    Perusahaan, individu, dan entitas asal China telah menjadi target sanksi ekonomi AS dalam beberapa tahun terakhir. Sanksi ini digunakan sebagai alat utama kebijakan luar negeri Washington terhadap Beijing.

    Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, sebelumnya menyatakan bahwa AS tidak menutup kemungkinan menerapkan sanksi terhadap bank-bank China sebagai bagian dari upaya membatasi pendapatan minyak Rusia, yang digunakan untuk mendanai perang di Ukraina.

    Laporan Departemen Keuangan juga mengungkapkan bahwa peretas memanfaatkan celah keamanan pada layanan pihak ketiga, yaitu perusahaan BeyondTrust. Namun, rincian lebih lanjut tentang bagaimana peretas memperoleh akses atau sejauh mana kerusakan yang diakibatkan belum diungkapkan.

    Insiden ini semakin memperburuk hubungan antara AS dan China yang sudah tegang. Washington memandang Beijing sebagai tantangan terbesar dalam kebijakan luar negeri AS.

    Pengamat menilai, insiden peretasan ini menambah kompleksitas dinamika geopolitik antara kedua negara. Meski demikian, tuduhan terhadap China masih memerlukan bukti lebih lanjut untuk memperkuat klaim tersebut.

  • Hadapi Serangan Siber, BSSN Siapkan Ribuan SDM yang Kompeten Lewat Hal Ini – Halaman all

    Hadapi Serangan Siber, BSSN Siapkan Ribuan SDM yang Kompeten Lewat Hal Ini – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) berkomitmen untuk menghadapi berbagai ancaman dan serangan siber yang saat ini terus berkembang.

    Untuk mendukung itu, BSSN sendiri telah mempersiapkan ribuan sumber daya manusia (SDM) yang berkompeten di bidang keamanan siber.

    Kepala BSSN Hinsa Siburian mengatakan pengembangan kompetensi SDM di bidang keamanan siber dan sandi menjadi salah satu prioritas strategis yang dirancang dalam rangka memperkuat ketahanan digital secara menyeluruh. 

    “Pengembangan SDM yang kompeten dalam rangka menciptakan ekosistem keamanan siber yang tangguh dan kolaboratif,” kata Hinsa kepada wartawan di Jakarta, Kamis (2/1/2024).

    Tak hanya peningkatan kapasitas SDM di internal, BSSN sendiri disebut Hinca juga membangun kompetensi di eksternal yang mencakup kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan institusi lainnya. 

    Hal ini terbukti dari pengembangan kapasitas personil internal dan eksternal yang menghasilkan sebanyak 814 lulusan dalam kurun waktu 2021-2024.

    “Sedangkan dalam peningkatan kompetensi SDM pengelola keamanan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) telah menghasilkan 637 lulusan selama kurun waktu 2021-2024. Kegiatan pelatihan born to defence bagi SDM pengelola keamanan siber sektor Infrastruktur Informasi Vital (IIV), BSSN telah menghasilkan sebanyak 1.002 lulusan di tahun 2022 dan 2024,” jelasnya. 

    Selanjutnya, kata Hinca, untuk pelatihan teknis dan fungsional sudah menghasilkan 1.694 lulusan sejak tahun 2021-2024. 

    “Untuk pegawai BSSN sendiri, pelatihan teknis dan fungsional untuk bidang keamanan siber dan sandi telah menghasilkan sebanyak 2.738 lulusan selama kurun waktu 2019 sampai dengan 2024,” ungkapnya.

    Hinca menuturkan SDM yang berkompeten tersebut tidak terlepas dari inovasi pengembangan media pembelajaran seperti cyber security online simulation platform, learning management system dan smart city simulator. 

    Selain itu, BSSN juga menginisiasi pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sebagai langkah strategis yang krusial dalam upaya meningkatkan kualitas SDM.

     “Lembaga ini merupakan wujud implementasi tanggung jawab BSSN selaku instansi pembina bidang keamanan siber dan persandian guna mewujudkan SDM yang kompeten, profesional dan berdaya saing,” tukasnya. (*)

  • BSSN siapkan ribuan SDM hadapi serangan siber

    BSSN siapkan ribuan SDM hadapi serangan siber

    Foto: Eddy Suroso/Reporter Elshinta

    BSSN siapkan ribuan SDM hadapi serangan siber
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 02 Januari 2025 – 19:26 WIB

    Elshinta.com – BSSN bersiap diri dengan mencetak ribuan Sumber Daya Manusia (SDM) kompeten di bidang keamnan siber dan sandi untuk menghadapi berbagai ancaman dan serang siber yang terus berkembang di dunia. Kesiapan SDM ini disampaikan Kepala BSSN Hinsa Siburian kepada wartawan di Jakarta, Kamis (2/1). 

    Menurut Hinsa, pengembangan kompetensi SDM di bidang keamanan siber dan sandi menjadi salah satu prioritas trategis yang dirancang dalam rangka memperkuat ketahnan digital secara menyeluruh. 

    “Pengembangan SDM yang kompeten dalam rangkat menciptakan ekosistem keamanan siber yang Tangguh dan kolaboratif,” kata Hinsa, seperti dilaporkan Rerporter Elshinta, Eddy Suroso.

    Ditegaskannya, BSSN tidak hanya memperkuat kapasitas SDM internal, tetapi juga membangun kompetensi yang sama di lingkup eksternal mencakup kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan institusi lainnya. 

    Dia menambahkan kegiatan pelatihan pengembangan SDM internal dan eksternal yang melibatkan Kementerian, lembaga dan pemerintah daerah telah menghasilkan 814 lulusan dalam kurun waktu 2021-2024. 

    “Sedangkan dalam peningkatan kompetensi SDM pengelola keamanan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) telah menghasilkan 637 lulusan selama kurun waktu 2021-2024. Kegiatan pelatihan born to defence bagi SDM pengelola keamanan siber sektor Infrastruktur Informasi Vital (IIV), BSSN telah menghasilkan sebanyak 1.002 lulusan ditahun 2022 dan 2024,” paparnya.
     
    Sementara itu untuk pelatihan teknis dan fungsional, sudah menghasillkan 1.694 lulusan sejak tahun 2021-2024. 

    “Untuk pegawai BSSN sendiri, pelatihan teknis dan fungsional untuk bidang keamanan siber dan sandi telah menghasilkan sebanyak 2.738 lulusan selama kurun waktu 2019 sampai dengan 2024,” tambah Hinsa. 

    Banyaknya SDM yang dihasilkan tidak terlepas dari inovasi pengembangan media pembelajaran, seperti cyber security online simulation platform, learning management system dan smart city simulator. 

    Selain inovasi media pembelajaran, BSSN juga menginiasi pembentukan Lembaga Sertikasi Profesi (LSP) sebagai langkah strategis yang krusial dalam upaya meningkatkan kualitas SDM. 

    “Lembaga ini merupakan wujud implementasi tanggung jawab BSSN selaku instansi pembina bidang keamanan siber dan persandian guna mewujudkan SDM yang kompeten, profesional dan berdaya saing,” pungkas Hinsa.

    Sumber : Radio Elshinta

  • BSSN siapkan SDM yang kompeten untuk hadapi serangan siber

    BSSN siapkan SDM yang kompeten untuk hadapi serangan siber

    Jakarta (ANTARA) – Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten di bidang keamanan siber dan sandi untuk menghadapi berbagai ancaman serta serang siber yang terus berkembang di dunia.

    “Pengembangan kompetensi SDM di bidang keamanan siber dan sandi menjadi salah satu prioritas strategis yang dirancang dalam rangka memperkuat ketahanan digital secara menyeluruh,” kata Kepala BSSN Hinsa Siburian dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis.

    Hinsa juga menjelaskan selain pengembangan SDM yang kompeten dalam rangka menciptakan ekosistem keamanan siber yang tangguh dan kolaboratif di internal, dia menyebutkan, pihaknya juga membangun kompetensi yang sama di lingkup eksternal.

    “Penguatan eksternal juga diperlukan seperti kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan institusi lainnya,” katanya.

    Dia menambahkan, pelatihan pengembangan SDM internal dan eksternal yang melibatkan kementerian, lembaga dan pemerintah daerah telah menghasilkan 814 lulusan dalam kurun waktu 2021-2024.

    “Sedangkan dalam peningkatan kompetensi SDM pengelola keamanan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) telah menghasilkan 637 lulusan selama kurun waktu 2021-2024,” katanya.

    Untuk pelatihan “born to defence” bagi SDM pengelola keamanan siber sektor Infrastruktur Informasi Vital (IIV), BSSN telah menghasilkan sebanyak 1.002 lulusan di tahun 2022 dan 2024. Sedangkan untuk pelatihan teknis dan fungsional, sudah menghasilkan 1.694 lulusan sejak tahun 2021-2024.

    “Untuk pegawai BSSN sendiri, pelatihan teknis dan fungsional untuk bidang keamanan siber dan sandi telah menghasilkan sebanyak 2.738 lulusan selama kurun waktu 2019 sampai dengan 2024,” katanya.

    Menurut Hinsa, banyaknya SDM yang dihasilkan tidak terlepas dari inovasi pengembangan media pembelajaran, seperti “cyber security online simulation platform”, “learning management system” dan “smart city simulator”.

    Selain inovasi media pembelajaran, BSSN juga menginisiasi pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) sebagai langkah strategis yang krusial dalam upaya meningkatkan kualitas SDM.

    “Lembaga ini merupakan wujud implementasi tanggung jawab BSSN selaku instansi pembina bidang keamanan siber dan persandian guna mewujudkan SDM yang kompeten, profesional dan berdaya saing,” katanya.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pengguna Gmail Diminta Segera Ganti Alamat Email, Ini Alasannya

    Pengguna Gmail Diminta Segera Ganti Alamat Email, Ini Alasannya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pengguna layanan Gmail diminta untuk mengganti alamat email mereka mulai tahun ini. Simak alasannya.

    Gmail adalah platform email gratis terbesar dengan 2,5 miliar pengguna. Platform dari raksasa teknologi Google ini menjadi salah satu target utama serangan siber berbasis AI.

    Gmail telah lama menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan siber karena banyaknya data sensitif yang tersimpan dalam kotak masuk email pengguna. Baru-baru ini Forbes melaporkan terdapat serangan berbasis notifikasi Google Calendar yang memanfaatkan Gmail.

    McAfee, salah satu perusahaan keamanan siber terkemuka, memperingatkan tentang serangan phising yang sangat meyakinkan dengan memanfaatkan teknologi AI.

    “Penipu menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat video atau rekaman audio palsu yang sangat realistis yang berpura-pura menjadi konten asli dari orang sungguhan,” McAfee memperingatkan, mengutip Forbes.

    Serangan berbasis AI memungkinkan penjahat siber menciptakan konten palsu seperti video atau rekaman audio yang tampak otentik. Teknologi deepfake, yang kini semakin terjangkau, telah digunakan untuk menipu pengguna hingga menyerahkan informasi pribadi.

    “Seiring dengan semakin mudahnya diakses dan terjangkaunya teknologi deepfake, bahkan orang-orang tanpa pengalaman sebelumnya pun dapat menghasilkan konten yang meyakinkan,” tambah McAfee

    Contohnya seorang konsultan keamanan Microsoft, Sam Mitrovic, hampir menjadi korban serangan phising AI yang sangat canggih, di mana penyerang berpura-pura menjadi tim dukungan Google dengan detail yang tampak sah.

    Mitrovic menerima notifikasi terkait upaya pemulihan akun Gmail, yang tampaknya berasal dari Google. Ia mengabaikannya, begitu pula dengan panggilan telepon yang muncul seminggu kemudian dan mengklaim berasal dari perusahaan yang sama.

    Namun, ketika kejadian itu terulang, Mitrovic akhirnya menjawab panggilan tersebut. Suara dengan aksen Amerika yang mengaku dari tim dukungan Google mengkonfirmasi adanya aktivitas mencurigakan di akun Gmail-nya. Nomor telepon yang digunakan tampak valid sebagai milik Google, berdasarkan pencarian cepat. Bahkan, penelepon menawarkan untuk mengirimkan email konfirmasi.

    Sebagai seorang konsultan keamanan, Mitrovic dengan cepat menyadari sesuatu yang tidak biasa. Email tersebut, meskipun tampak meyakinkan, memiliki kolom “To” yang ditujukan ke alamat yang sebenarnya bukan milik Google. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan phishing tersebut dirancang dengan cermat untuk menipu pengguna yang kurang berpengalaman.

    “Hampir dapat dipastikan bahwa penyerang akan terus melakukan penyerangan hingga ke titik di mana apa yang disebut proses pemulihan akan dimulai,” ungkap Mitrovic.

    Google di sisi lain, terus berupaya melindungi para pengguna layanan mereka dari kejahatan siber. Mereka mengaku telah memblokir 99,9 persen email phising dan muatan malware, tapi ternyata hal tersebut tidak cukup untuk melindungi 2,5 miliar pengguna Gmail.

    “Dengan lebih dari 2,5 miliar pengguna, kami saat ini menyebarkan model AI untuk memperkuat pertahanan keamanan di Gmail, termasuk menggunakan bahasa besar (LLM) baru yang dilatih untuk membasmi phising, malware, dan spam,” kata Google.

    Menurut McAfee, LLM Google yang mampu mendeteksi spam 20 persen lebih baik dan mengkaji 1.000 kali lipat laporan spam setiap harinya belum cukup. Perusahaan perlu menggunakan cara baru yang lebih drastis, misalnya melabeli email dengan peringatan spam atau berbahaya pada email penipuan.

    Solusi lainnya adalah dengan menyembunyikan email. Apple telah memiliki solusi ini dengan fitur Hyde My Email, yang memungkinkan alamat email disembunyikan atau diatur menjadi privat.

    Opsi lainnya, untuk perlindungan dari kejahatan berbasis email adalah dengan membuat alamat email baru. Alamat ini dapat dibuat sebagai email utama yang tidak dibagikan secara umum.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ancaman Siber 2025: Indonesia Harus Waspada AI Agentik – Page 3

    Ancaman Siber 2025: Indonesia Harus Waspada AI Agentik – Page 3

    Konflik geopolitik juga akan semakin terasa di ranah siber. Hal ini disebabkan kampanye spionase aktor “Big Four” (Rusia, Tiongkok, Iran, Korea Utara) terkait kejahatan dunia maya, dan disinformasi akan terus selaras dengan kepentingan geopolitik. 

    “Serangan siber yang didorong oleh agenda ideologis atau politik akan meningkat, menargetkan pemerintah, bisnis, dan infrastruktur penting,” ungkapnya.

    Menghadapi ancaman siber yang semakin kompleks, menurut Pratama, Indonesia harus segera mengambil langkah-langkah strategis.

    “Pembentukan Lembaga Perlindungan Data Pribadi (PDP) menjadi langkah krusial,” ujarnya. 

    Lembaga ini diharapkan dapat mengawasi pelaksanaan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi data pribadi masyarakat.

    Selain itu, pemerintah juga perlu segera menyelesaikan Peraturan Pemerintah sebagai turunan dari UU PDP.  Dengan demikian, regulasi itu dapat memberikan panduan yang jelas bagi semua pihak dalam pengelolaan dan perlindungan data pribadi.

     

     

  • Video: Literasi Digital Jadi Kunci Cegah Serangan Siber

    Video: Literasi Digital Jadi Kunci Cegah Serangan Siber

    Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan siber disebut akan lebih masif dan terstruktur di 2025. Bahkan dengan inovasi teknologi mutakhir seperti AI, akan memudahkan pelaku memainkan modus phising ke target sasaran.

    Founder Indonesia Cyber Security Hub Alex Budiyanto menuturkan perlunya peningkatan literasi digital di masyarakat. Pemerintah juga disebut perlu kolaborasi dengan komunitas hingga vendor teknologi agar masyarakat lebih aware terhadap keamanan siber.

    Selengkapnya saksikan dialog Bramudya Prabowo bersama Founder Indonesia Cyber Security Hub Alex Budiyanto di Program Profit CNBC Indonesia, Senin (28/12/2024).