Kasus: serangan siber

  • Akamai: Serangan Siber Berbasis AI bakal Makin Canggih pada 2025 – Page 3

    Akamai: Serangan Siber Berbasis AI bakal Makin Canggih pada 2025 – Page 3

    Dari sisi pertahanan, AI akan digunakan saat organisasi atau perusahaan mengadopsi teknologi ini ke dalam solusi keamanan mereka, di mana akan ada lebih banyak otomatisasi yang bisa dilakukan oleh AI.

    Antara lain membantu manusia memilah-milah banyak data, seperti peristiwa log, berkas log dan peristiwa keamanan, dan sebagainya. AI benar-benar mampu memahami apa yang sebenarnya terjadi.

    Menurut Reuben, ini cukup mirip dengan cara kita menggunakan ChatGPT saat ini.

    “Misalnya, saya mengunggah manual produk 40 halaman tentang cara menggunakan Microsoft Excel, dan meminta AI untuk meringkas dokumen 5 halaman tentang cara menggunakan Excel. Sama saja. Jadi AI akan melakukannya,” ia menjelaskan.

    AI akan menjalankan peran tersebut untuk membantu manusia dalam memahami, melihat semua peristiwa yang sedang terjadi, serra merangkum hal utama yang perlu dipahami dan tindak lanjuti.

    “AI juga bisa dimanfaatkan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan produk keamanan mereka. Jadi misalnya, di sini di Akamai, dalam produk Guardicore kami, kami benar-benar dapat berbicara dengan teknologi,” klaim Reuben.

    “Jadi, alih-alih mengklik dasbor, melihat laporan, mencoba memahami apa yang sedang terjadi, kami berbicara dengan teknologi seperti yang kami lakukan di ChatGPT. Kami mengobrol dengannya. Tunjukkan kepada saya sistem apa saja yang saat ini mentransfer nomor kartu kredit sensitif ke internet,” ia melanjutkan.

  • Ini 2 Penyebab Krusial yang Bikin Indonesia Gampang Dibobol Hacker – Page 3

    Ini 2 Penyebab Krusial yang Bikin Indonesia Gampang Dibobol Hacker – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan meroket hingga USD 360 miliar atau sekitar Rp 5.841 triliun pada tahun 2030. Namun, di balik peluang besar ini, tersimpan ancaman serius terhadap keamanan siber yang perlu segera diantisipasi.

    Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, menyoroti dua tantangan utama yang dihadapi Indonesia. Pertama, masih banyaknya penggunaan sistem keamanan siber lawas (legacy system).

    Sistem jadul tersebut, menurutnya, tidak hanya mahal dalam perawatan, tetapi juga sulit ditingkatkan sehingga Indonesia rentan terhadap serangan siber.

    “Sistem lawas ini seringkali mahal perawatannya dan sulit di-upgrade, sehingga membuatnya rentan terhadap serangan,” ungkap Edwin melalui keterangan resminya, Senin (27/1/2025).

    Data menunjukkan lebih dari 60% insiden siber di Indonesia pada tahun 2023 diakibatkan oleh kerentanan pada sistem-sistem tersebut.

    Selain masalah sistem lawas, penyebab krusial kedua adalah Indonesia menghadapi persoalan kekurangan tenaga ahli di bidang keamanan siber.

    “Berdasarkan Laporan Kesenjangan Keterampilan Keamanan Siber Fortinet 2024, 80% responden di Indonesia menganggap kesenjangan keterampilan ini sebagai penyebab utama meningkatnya risiko siber,” imbuh Edwin.

    Menyadari urgensi permasalahan (serangan hacker) ini, Fortinet aktif menjalin kolaborasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) dan Kementerian Perindustrian untuk memperkuat arsitektur keamanan siber di Indonesia.

     

  • 88 Persen Perusahaan Pernah Hadapi Peretasan Jaringan

    88 Persen Perusahaan Pernah Hadapi Peretasan Jaringan

    JAKARTA – Laporan Kaspersky IT Security Economics terbaru, sepanjang tahun 2024, jenis insiden keamanan yang paling umum dihadapi oleh perusahaan adalah terkait dengan perlindungan jaringan.

    Dalam laporan ini, 88 persen bisnis mengaku pernah menghadapi musuh yang mencoba menyusup ke jaringan mereka, sementara lebih dari 60 persen perusahaan mengalami serangan siber di mana peretas mencoba mengendalikan sistem mereka.

    Kaspersky juga menemukan bahwa perusahaan besar mengalami tingkat insiden keamanan jaringan tertinggi meskipun telah menerapkan langkah-langkah perlindungan yang paling komprehensif.

    Sedangkan perusahaan kecil dan menengah juga menghadapi tantangan serupa, dengan insiden yang disebabkan oleh tindakan yang disengaja atau tidak disengaja dari karyawan mereka sendiri.

    Menurut perusahaan keamanan siber global itu, tujuan dari serangan yang menargetkan keamanan jaringan adalah untuk mengeksploitasi kerentanan sistem dan menimbulkan kerusakan pada data atau aplikasi.

    Ketika pelaku kejahatan siber mendeteksi titik kerentanan dalam sistem, mereka akan menerobos untuk mendapatkan akses yang tidak sah dan memasang malware, spyware, atau perangkat lunak berbahaya lainnya.

    Titik lemah ini juga merupakan pintu gerbang bagi serangan rekayasa sosial, yang menjadikan individu sebagai target yang lebih mudah. ​

    Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap maraknya masalah keamanan jaringan adalah meningkatnya kompleksitas ancaman dunia maya.

    Para pelaku kejahatan siber terus mengembangkan taktik dan teknik baru untuk melewati langkah-langkah keamanan tradisional, sehingga menyulitkan bisnis untuk menjadi terdepan.

    Selain itu, kesalahan manusia juga menjadi faktor kunci lain yang berkontribusi terhadap insiden keamanan, di mana 42 persen perusahaan melaporkan insiden di mana karyawan mereka sendiri secara sadar atau tidak sadar membantu musuh melalui tindakan atau kelambanan mereka.

  • Akamai: Serangan Siber Berbasis AI bakal Makin Canggih pada 2025 – Page 3

    Serangan DDoS di Asia Pasifik dan Jepang Naik 6 Kali Lipat pada 2024, Siapa Targetnya? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pada tahun 2024, perusahaan keamanan siber Akamai, melihat banyak serangan rantai pasokan di mana penyedia layanan, produsen perangkat keras dan perangkat lunak benar-benar disusupi dan malware dimasukkan ke dalam perangkat lunak atau dalam sistem yang menjadi andalan pelanggan mereka.

    Sebagai contoh, ransomware Clock yang menyerang vendor perangkat lunak Muvit untuk menyisipkan atau lebih tepatnya menginfeksi pelanggan mereka dengan ransomware.

    Reuben Koh selaku Director, Security Technology & Strategy APJ dari Akamai, menyebut banyak dari serangan siber sebenarnya merupakan hasil dari serangan yang disponsori oleh suatu negara.

    “Artinya, banyak dari serangan ini sebenarnya dilakukan oleh tim peretas, atau peretas elit, yang disponsori oleh suatu negara atau pemerintahan di dunia untuk melakukan spionase siber atau gangguan siber dan sebagainya,” ujar Reuben dalam sesi Media Roundtable bertajuk Akamai’s Year inReview 2024 & Notable Issues in 2025 yang digelar secara virtual, Jumat (24/1/2025).

    Alih-alih mengincar target secara individu, mereka mengincar penyedia layanan yang berada di puncak, seperti misalnya perusahaan telekomunikasi, atau penyedia layanan telekomunikasi, yang memiliki ratusan atau ribuan pelanggan.

    “Jadi dengan menginfeksi rantai pasokan yang berada di puncak, mereka dapat memiliki akses yang mudah ke pelanggan penyedia layanan tersebut. Itu adalah area yang kami lihat mengalami peningkatan pesat pada tahun 2024,” Reuben memaparkan.

    Ia menyebut, hal itu sebagian karena meningkatnya peristiwa geopolitik seperti perang dan konflik serta ketegangan yang terjadi di seluruh dunia pada tahun lalu.

    “Di Asia Pasifik dan Jepang, kami secara langsung melihat peningkatan besar dalam serangan DDoS layer 7. Kira-kira peningkatannya lima hingga enam kali lipat dibandingkan dengan tahun 2023. Dan ini pada dasarnya terjadi secara menyeluruh,” Reuben mengungkapkan.

    Ia menambahkan, serangan DDoS ini menargetkan platform web atau aplikasi web yang terekspos di Internet. Dan di Asia Pasifik, peningkatannya terbesar di seluruh dunia, yaitu sekitar enam kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

     

  • Pentingnya Jaga Keamanan Media Sosial dari Pencurian Data

    Pentingnya Jaga Keamanan Media Sosial dari Pencurian Data

    Liputan6.com, Yogyakarta – Kelalaian pengguna atau social engineering menjadi salah satu ancaman utama keamanan media sosial termasuk di UGM. Pakar Teknologi Informasi UGM, Ridi Ferdiana menyebutkan kelalaian ini sering terjadi seperti kata sandi yang jarang diganti, menggunakan kata sandi yang lemah, atau tidak memperbarui browser secara berkala yang sering kali menjadi pintu masuk serangan siber. “Untuk saat ini, di lingkungan UGM, titik terlemah kita ada di SSO UGM karena pasti 99% pengguna menggunakan fitur remember password sehingga perlu diganti secara berkala atau meng-update browser secara berkala juga,” jelasnya.

    Ridi menyarankan untuk lebih berhati-hati dalam mengelola akun agar terhindar dari serangan siber. Ia memberikan saran langkah pencegahan adalah tidak merespon saat terdapat permintaan pengaturan ulang kata sandi yang mencurigakan, tidak memberikan informasi pribadi sembarangan, dan menghindari klik lampiran mencurigakan dan menggunakan autentikasi dua langkah. “Gunakan kata sandi yang kuat, yaitu dengan menggunakan kombinasi huruf besar, huruf kecil, angka, dan simbol,” imbuhnya soal menjaga keamanan media sosial.

    Adanya perkembangan kecerdasan buatan atau AI maka pengguna dapat memanfaatkan AI untuk mendeteksi kelemahan dari sistem keamanan dan memperbaikinya. Namun, AI juga dapat digunakan oleh hacker untuk melancarkan serangan siber tingkat tinggi. Makanya Ridi menyarankan agar para pengguna dapat belajar dari serangan siber terdahulu dan segera mengidentifikasi kelemahan yang perlu diperbaiki.

    “Untuk memastikan keamanan ganda, pengguna dapat menggunakan bantuan aplikasi pihak ketiga, seperti Darktrace, Cylance, dan SentinelOne.” Mengelola dan menjaga keamanan akun media sosial Ridi memberikan tipsnya, pertama, melakukan streamlining media sosial untuk kebutuhan yang berbeda-beda. Lalu, menjadwalkan posting konten secara reguler agar mudah mengidentifikasi adanya hijacking, serta mengelola media sosial organisasi secara terpusat.

    “Hal ini dilakukan dengan menggunakan alat tambahan dari pihak ketiga untuk membantu mengelola pengguna dan security token service (STS), sehingga kerahasiaan kata sandi dapat terjaga dan mencegah dari kebocoran informasi akun.”

    Pengelola akun media sosial perlu menetapkan respon cepat tanggap saat terjadi serangan siber. Langkah awal adalah segera mengirimkan notifikasi ke akun lain yang terhubung dan memutus akses. Terakhir, cara menjaga keamanan media sosial adalah menyiapkan akun cadangan sebagai antisipasi jika akun utama di-hijack.

  • 260 Miliar Serangan DDoS Banjiri RI Selama 2023-2024

    260 Miliar Serangan DDoS Banjiri RI Selama 2023-2024

    Bisnis.com, JAKARTA — Akamai, perusahaan penyedia layanan keamanan siber, mencatat terdapat 260 miliar serangan Distributed Denial-of-Service (DDoS) ke Indonesia selama periode 2023 hingga pertengahan 2024 yang menyasar sektor finansial hingga e-commerce.

    Serangan tersebut bertujuan untuk mengganggu hiingga melumpuhkan jaringan atau situs web suatu organisasi. 

    Director, Security Technology & Strategy Akamai Reuben Koh mengatakan jumlah serangan yang terjadi di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan yang terjadi di negara-negara Asia Pasifik dan Jepang. 

    Dalam laporan DDoS Layer 7, Akamai menyebut bahwa serangan siber ke negara-negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia, meningkat pesat pada periode awal 2023 hingga pertengahan 2024. Rerata serangan DDoS yang diterima negara Asia Pasifik naik dari 50.000 serangan per bulan pada Januari 2023 menjadi 450.000 serangan per bulan Juni 2024. 

    Laporan juga tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara urutan keempat dengan serangan DDoS terbanyak yaitu mencapai 260 miliar kali. Urutan pertama dipegang oleh Singapura dengan 2,9 triliun serangan DDoS dan India dengan 959 miliar serangan DDoS. 

    Reuben mengatakan percepatan transformasi digital di Indonesia menjadi salah satu faktor pendorong maraknya serangan siber ke RI. Peretas melihat ada peluang untuk mengeruk untung dari percepatan transformasi digital di Indonesia dan nilai ekonomi digital Indonesia yang besar, yang mencapai US$150 miliar. 

    “Dua industri teratas yang berkontribusi terhadap pendapatan digital Indonesia adalah e-commerce dan layanan keuangan digital. Sayangnya, kedua industri ini (layanan keuangan dan e-commerce) juga merupakan vertikal yang paling banyak menjadi sasaran serangan siber di Asia Pasifik,” kata Reuben Koh dalam sebuah paparan dikutip Minggu (26/1/2025). 

    Koh juga memperkirakan pada tahun ini Indonesia kemungkinan akan terus menjadi target signifikan serangan siber, karena tercatat sebagai negara ke-4 yang paling banyak menjadi target serangan DDoS lapis 7 pada tahun 2024.

    Serangan DDoS ke IndonesiaPerbesar

    Indonesia memiliki ekonomi digital terbesar dan salah satu yang tumbuh paling cepat di Asia Tenggara. Indonesia kemungkinan menghadapi peningkatan ancaman siber, terutama yang menargetkan sektor e-commerce dan jasa keuangan.

    Koh juga mengatakan dengan tren global ancaman siber yang digerakkan oleh AI yang terus berkembang, Indonesia mungkin juga menghadapi serangan berbasis AI yang lebih canggih pada 2025.

    Indonesia mungkin mengalami peningkatan aktivitas hacktivist jika ada ketegangan geopolitik atau peristiwa yang melibatkan Indonesia. 

    Akamai menyebut serangan DDoS layer 7 menargetkan layer paling atas, yakni Application Layer, yang membuat peretas dapat menguasai aplikasi suatu lembaga atau organisasi. 

  • Menjaga Harta Tak Kasat Mata

    Menjaga Harta Tak Kasat Mata

    Bisnis.com, JAKARTA – Pernahkah Anda mendapatkan pesan WhatsApp, SMS atau email yang berisi tautan mencurigakan? Seringkali pesan ini dibungkus dengan kalimat dan isi yang menarik perhatian supaya kita mengkliknya, seperti undangan pernikahan, transfer bank, hadiah, kiriman paket, atau lowongan pekerjaan.

    Hati-hati dengan tautan seperti itu karena bisa jadi merupakan salah satu modus kejahatan untuk menguras rekening Anda. Seperti yang dialami oleh Silvia Yap (52), warga asal Malang Jawa Timur, yang kehilangan uang senilai Rp1,4 miliar dari rekeningnya usai mengklik tautan undangan pernikahan berisi file APK yang dikirim melalui WhatsApp.

    Kepolisian RI mencatat ada sebanyak 18 kasus penipuan dengan modus link APK selama 2023 dengan total kerugian mencapai Rp4,7 miliar. Berbagai kasus ini menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat untuk selalu berhati-hati dengan modus kejahatan yang menargetkan data pribadi kita. Data pribadi, khususnya yang bersifat data keuangan seperti username, password, PIN, dan kode OTP (one-time password) merupakan harta tak kasat mata yang bisa menentukan hidup kita.

    Microsoft Digital Defense Report 2024 yang diluncurkan pada Oktober lalu menggambarkan bahwa tantangan dan ancaman dunia siber yang makin berbahaya dan kompleks. Setiap hari ada sedikitnya 600 juta serangan siber yang mengincar individu, perusahaan, dan pemerintah, mulai dari ransomware, phishing, hingga serangan identitas. Bahkan, perusahaan sekelas Microsoft pun menjadi korban dari serangan siber.

    Mayoritas serangan ini berupa serangan kata sandi atau password, yang meningkat lebih dari 10 kali lipat, dari sekitar 3 miliar per bulan pada 2022 menjadi lebih dari 30 miliar pada 2023. Serangan ini mendominasi karena rendahnya keamanan menjaga kata sandi dari pengguna maupun perusahaan, termasuk belum mengaktifkan autentikasi multifaktor (MFA).

    Penipuan secara digital (tech scam) juga melonjak 400% sejak 2022. Microsoft menyebut bahwa penipu sering memanfaatkan ketidaktahuan pengguna melalui panggilan palsu, email penipuan, dan situs berbahaya.Mengapa kebocoran data ini bisa terjadi?

    PENYEBAB KEBOCORAN

    Secara umum, ada empat penyebab kebocoran data pribadi. Pertama, pencurian atau hilangnya perangkat yang digunakan untuk menyimpan data, seperti laptop, handphone, hardisk, dan sebagainya.

    Kedua, adanya akses ilegal melalui peretasan, virus, atau worms. Dengan cara ini, pelaku dapat memasuki sistem, mencuri data, mengubah atau menghapus data, atau merusak sistem sehingga data tidak bisa diakses. Akses ilegal juga bisa berasal dari penyalahgunaan data dari pihak ketiga.

    Laporan IBM Cost of a Data Breach Report 2024 mencatat bahwa 40% kebocoran data melibatkan data yang disimpan di berbagai tempat, termasuk cloud publik, cloud pribadi, dan on-premises.

    Ketiga, kebocoran disebabkan oleh pegawai atau mantan pegawai, baik yang dilakukan dengan sengaja (fraud) atau tidak sengaja karena dikelabui melalui social engineering.

    Terakhir, karena kelalaian. Kelalaian dapat berasal dari tidak memadainya sistem keamanan yang dimiliki perusahaan untuk mencegah kebocoran data, atau kelalaian nasabah dalam menjaga data pribadi seperti password, PIN, dan kode OTP sehingga dimanfaatkan oknum tidak bertanggung jawab.

    UPAYA MELINDUNGI

    Melindungi data pribadi harus melibatkan banyak pihak. Mulai dari pemerintah, regulator, industri jasa keuangan, hingga masyarakat. Pemerintah telah memberikan perhatian serius pada perlindungan data pribadi. Salah satunya, dengan menerbitkan UU No. 27/2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP).

    UU PDP mengatur berbagai hal mengenai persetujuan yang harus diberikan konsumen sebagai subjek data pribadi kepada pihak pengendali sebagai pihak yang akan memanfaatkan data tersebut. Terdapat sanksi tegas dan akibat hukum bagi yang melanggar.

    Yang menarik, jauh sebelum diundangkannya UU PDP, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan Peraturan OJK Nomor 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan.

    POJK ini mengatur kewajiban Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK) memperoleh persetujuan konsumen untuk memperoleh dan menggunakan data pribadi konsumen, termasuk larangan memberikan data atau informasi pribadi mengenai konsumen kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis konsumen.

    Berlakunya UU No. 4/2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan juga memperkuat kewenangan OJK dalam melakukan pengaturan dan pengawasan perlindungan konsumen dan masyarakat di sektor jasa keuangan. Hal ini direspons OJK dengan menerbitkan Peraturan OJK Nomor 22 Tahun 2023 tentang Perlindungan Konsumen dan Masyarakat di Sektor Jasa Keuangan.

    OJK mewajibkan setiap PUJK memastikan keamanan sistem informasi dan ketahanan siber, dengan melakukan proses paling sedikit, identifikasi aset, ancaman, dan kerentanan; perlindungan aset; deteksi insiden siber; dan penanggulangan dan pemulihan insiden siber.

    OJK memberikan sanksi yang tegas bagi PUJK yang melanggar, mulai dari sanksi peringatan, pembatasan produk, pencabutan izin usaha hingga denda mencapai Rp15 miliar. Namun, OJK dan PUJK perlu senantiasa update dengan perkembangan teknologi, termasuk celah-celah dan modus kejahatan baru, seperti memanfaatkan Artificial Intelligence. Berbagai modus ini juga harus diinformasikan ke masyarakat agar selalu berhati-hati dan tidak mudah teperdaya.

    Kolaborasi dengan pemerintah untuk mengkampanyekan edukasi menjaga data pribadi juga perlu dilakukan secara nasional, dan memasukkannya dalam materi pendidikan sekolah mengingat generasi muda semakin lekat dengan transaksi digital. Kesadaran untuk tidak sembarang mengklik tautan, tidak sembarang mengunduh file, tidak memberikan username, PIN, password dan kode OTP kepada siapapun, dan rutin mengecek histori rekening merupakan budaya yang harus dibangun dan dibiasakan sejak dini. Tentu kita tidak ingin tabungan hasil jerih payah bertahun-tahun hilang begitu saja karena satu klik jemari kita.

  • MDI Ventures Suntik Dana ke Startup Singapura untuk Perkuat Keamanan Siber Indonesia – Page 3

    MDI Ventures Suntik Dana ke Startup Singapura untuk Perkuat Keamanan Siber Indonesia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – MDI Ventures, perusahaan modal ventura di bawah naungan Telkom Group, mengumumkan investasi strategisnya ke Cyfirma.

    Startup keamanan siber asal Singapura ini fokus pada threat intelligence (intelijen ancaman) dan external threat management (manajemen ancaman eksternal).

    Cyfirma, yang dikenal dengan pendekatan inovatifnya dalam keamanan siber, telah memiliki rekam jejak yang solid di Jepang dan pasar global.

    Pendanaan yang tak disebutkan jumlahnya ini akan digunakan untuk memperluas jangkauan pasar, memperkuat riset dan pengembangan (R&D), serta meningkatkan kemampuan menghadapi serangan siber yang kian kompleks.

    “Investasi kami di Cyfirma mencerminkan komitmen perusahaan untuk mendukung startup dengan fundamental bisnis yang kuat dan solusi berdampak,” ujar CEO MDI Ventures, Donald Wihardja, melalui keterangan resminya, Selasa (21/1/2025)..

    Ia menambahkan pendekatan inovatif Cyfirma sejalan dengan tujuan perusahaan dalam memperkuat bisnis berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan perlindungan digital yang semakin relevan.

    Dana investasi ini akan mendukung ekspansi Cyfirma di Asia Tenggara, terutama Indonesia, memperluas operasi di wilayah barat, dan memperkuat posisinya di Jepang.

    Dukungan MDI Ventures juga akan mendorong pengembangan R&D untuk meningkatkan kemampuan Cyfirma dalam menyediakan solusi proaktif yang disesuaikan dengan kebutuhan bisnis di kawasan ini.

    “Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menghadapi serangan siber yang semakin kompleks, sehingga membutuhkan solusi keamanan siber andal. Investasi MDI Ventures memberikan dukungan signifikan bagi Cyfirma untuk memperluas kehadiran kami dan memperkuat kemampuan memberikan solusi keamanan siber proaktif dan inovatif,” kata Founder & CEO Cyfirma, Kumar Ritesh.

     

  • Perusahaan Pengelola Identitas dan Transaksi Digital Indonesia Diakui Dunia – Page 3

    Perusahaan Pengelola Identitas dan Transaksi Digital Indonesia Diakui Dunia – Page 3

    Sebelumnya, penggunaan identitas digital dinilai bisa jadi salah satu solusi untuk menjaga keamanan data pribadi, dari kejahatan siber.

    Perlindungan data pribadi pun sangat dibutuhkan, bukan hanya buat pengguna, namun juga para pelaku industri teknologi finansial atau fintech, untuk meningkatkan digital trust buat masyarakat.

    Berdasarkan laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), hingga Oktober 2023 ditemukan sebanyak 361 juta serangan siber atau anomali traffic yang terjadi di Indonesia.

    Padahal, nilai transaksi digital nasional menurut Bank Indonesia dalam 5 tahun terakhir, tumbuh lebih dari 158 persen. Tingginya risiko kejahatan siber pun perlu segera ditanggulangi, terutama untuk menjamin keamanan data dalam bertransaksi digital.

    “Terdapat 1.900 kelompok pelaku kejahatan siber yang termonitor secara global dengan ancaman seperti ransomware hingga phishing,” kata Ardi Sutedja, Chairman of Indonesia Cyber Security Forum.

    Menurut Ardi, peretasan tidak bisa dilakukan seketika, sehinggga artinya apabila baru terdeteksi sekarang, maka teknologi keamanan siber yang digunakan tidak berhasil mendeteksi ancaman secara dini.

    “Dampaknya, infrastruktur tidak bisa lagi dimanfaatkan dan menyebabkan ketidakpercayaan publik,” kata Ardi dalam Media Clinic AFTECH bersama Vida akhir November lalu, mengutip siaran pers, Kamis (7/12/2023).

    Digital identity atau identitas digital pun dinilai bisa jadi solusi dalam melindungi data pribadi dan hak privasi pengguna, di tengah pesatnya penggunaan teknologi dan perkembangan kejahatan siber.

    Implementasinya pun dapat mengurangi resiko penyalahgunaan identitas, sehingga meningkatkan kepercayaan digital di masyarakat.

  • WhatsApp Jadi Target Hacker Rusia

    WhatsApp Jadi Target Hacker Rusia

    Jakarta

    Sebuah kelompok phishing yang didukung oleh Badan Keamanan Federal Rusia (FSB), melakukan kampanye baru yang bertujuan untuk membobol akun WhatsApp dan mendapatkan akses ke pesan dan data mereka, demikian menurut Microsoft.

    Para peneliti Microsoft dalam sebuah postingan yang diunggah di blog resmi pada Kamis (16/1/2025) mengatakan bahwa para hacker yang terkait dengan Dinas Keamanan Federal Rusia, atau FSB, mengirim email ke target tertentu yang meminta mereka untuk bergabung dengan grup WhatsApp.

    Pesan-pesan phishing tersebut sering kali terlihat seperti berasal dari seorang pejabat pemerintah AS dan berisi kode QR yang konon akan memberikan rincian tentang inisiatif yang dimaksudkan untuk mendukung Ukraina dalam perang yang sedang berlangsung melawan Rusia.

    Microsoft tidak mengatakan apakah salah satu dari upaya penyusupan tersebut berhasil membobol sistem. Menurut Microsoft, serangan siber tersebut terkait dengan Star Blizzard, sebuah kelompok peretasan yang diduga didukung oleh negara sebagaimana dilansir detiKINET dari The Straits Times, Minggu (19/1/2025).

    Departemen Kehakiman AS telah menyita atau menghapus 180 situs web yang terkait dengan kelompok tersebut sejak Oktober dengan bantuan Microsoft, kata perusahaan yang berbasis di Redmond, Washington.

    Juru bicara WhatsApp mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perusahaan melindungi percakapan pribadi dengan enkripsi end-to-end, dan mendorong pengguna untuk hanya mengklik tautan dari orang yang mereka kenal dan percayai.

    Kedutaan Besar Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar. Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS, atau Cisa, pada bulan Desember mengatakan bahwa kelompok Star Blizzard hampir pasti terkait dengan FSB Rusia, dengan mengutip sejarah kelompok tersebut yang mencoba mengkompromikan politisi, akademisi, dan orang-orang Amerika dan Inggris di sektor pertahanan.

    Star Blizzard mengkhususkan diri dalam meneliti target potensial di media sosial, menemukan kontak profesional mereka, dan membuat akun email yang menyamar sebagai rekan terpercaya mereka, kata Cisa.

    (jsn/jsn)