Kasus: serangan siber

  • Bursa Kripto Bybit Disikat Hacker, Kerugian Tembus Rp 24,4 Triliun

    Bursa Kripto Bybit Disikat Hacker, Kerugian Tembus Rp 24,4 Triliun

    Jakarta

    Bursa kripto Bybit menjadi korban serangan siber, dan menelan kerugian mencapai USD 1,5 miliar atau sekitar Rp 24,4 triliun, alias yang terbesar sepanjang sejarah.

    Bybit menyebut ada hacker yang mengambil alih sebuah dompet Ethereum (ETH) pada Jumat (21/2) lalu dan mentransfer ETH senilai USD 1,5 miliar ke sebuah akun yang tak dikenali, demikian dikutip detikINET dari Channel News Asia, Senin (24/2/2025).

    Menurut CEO Bybit Ben Zhou, dompet ETH yang sudah lama tak aktif itu satu-satunya yang menjadi target si hacker, dan semua dompet kripto lain diklaim aman dan proses penarikan bisa berlangsung normal.

    “Semua dana klien aman, dan operasional kami berlanjut seperti biasa tanpa ada gangguan,” tulis Bybit dalam keterangannya.

    Mereka juga menyebut tim keamanan Bybit bersama ahli forensik tengah menginvestigasi insiden tersebut.

    “Bybit tetap bisa mencairkan sekalipun kerugian akibat peretasan ini tidak bisa dikembalikan. Semua aset klien terjaga 1 banding 1, kami bisa mengembalikan semua kerugian,” kata Zhou.

    Perusahaan analitik blockchain bernama Arkham Intelligence dan Elliptic, serta analis blockchain ZachXBT melacak keberadaan ETH yang dicuri itu, dan hasil pelacakannya mengarah ke Lazarus Group, geng hacker asal Korea Utara.

    Lazarus Group adalah geng hacker kawakan yang sudah disanksi oleh Amerika Serikat, dan kabarnya dikelola oleh Reconnaissance General Bureau, badan intelijen milik Korea Utara.

    Geng hacker ini disebut ada di balik ransomware WannaCry yang sempat membuat heboh beberapa tahun lalu, meretas banyak bank internasional, serta ada di balik serangan siber ke Sony Pictures Entertainment pada tahun 2014.

    Seperti diketahui, peretasan kripto yang terkait Korea Utara nilainya sudah berlipat ganda antara tahun 2023 hingga 2024, menjadi USD 1,3 miliar.

    (asj/asj)

  • AS Waswas Diserang China, Rumah Sakit Diminta Siaga

    AS Waswas Diserang China, Rumah Sakit Diminta Siaga

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) terus-menerus mengungkap bahaya barang-barang buatan China. Terbaru, monitor medis populer yang diproduksi di China untuk rumah sakit di AS disebut berpotensi membawa risiko serangan siber.

    Pakar menyebut menjamurkan perangkat kesehatan China di sistem medis AS memicu kekhawatiran dampak keamanan pada ekosistem tersebut.

    Contec CMS8000 merupakan monitor medis populer yang mendeteksi tanda-tanda vital pasien di rumah sakit. Mulai dari eketrokardiogram, detak jantung, saturasi oksigen, tekanan darah, suhu tubuh, hingga frekuensi pernapasan.

    Dalam beberapa bulan terakhir, Lembaga Makanan dan Obat AS (FDA) dan Lembaga Keamanan Siber dan Infrastruktur AS (CISA) memberikan peringatan soal ‘backdoor’ atau akses ilegal pada perangkat-perangkat medis buatan China.

    Backdoor tersebut memudahkan eksploitasi atas kerentanan sistem yang memungkinkan oknum penjahat siber mengubah konfigurasi perangkat.

    Tim peneliti CISA mengatakan backdoor dan trafik jaringan asing memungkinkan perangkat medis mengunduh dan mengeksekusi file yang tidak terverifikasi ke alamat IP yang tidak terasosiasi dengan fasilitas medis.

    Salurannya dikatakan tersambung ke universitas pihak ketiga. Hal ini merupakan karakter yang tidak biasa dan menyalahi praktik-praktik sah, terutama untuk perangkat medis.

    “Ketika fungsinya dieksekusi, file pada perangkat dipaksa untuk dimodifikasi. Hal ini mencegah klien, seperti rumah sakit, untuk mengetahui software apa yang berjalan pada perangkat,” kata CISA, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (24/2/2025).

    CISA memperingatkan bahwa modifikasi konfigurasi data bisa berdampak bahaya bagi sistem kesehatan AS. Bisa saja monitor memberi tahu bahwa pasien mengalami gagal ginjal, sehingga staf medis akan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kondisi nyata.

    “Ini adalah ketimbangan besar yang bisa sewaktu-waktu meledak,” kata Christopher Kaufman, profesor bisnis di Westcliff University, California, AS.

    Asosiasi Rumah Sakit AS (AHA) yang mewakili lebih dari 5.000 rumah sakit dan klinik di AS setuju dengan temuan para peneliti. Mereka mengatakan menjamurnya perangkat medis China membawa ancaman serius bagi sistem kesehatan AS.

    Secara spesifik untuk monitor Contec yang diduga memiliki backdoor, AHA mengatakan perlu dilakukan tindakan cepat.

    “Kita harus memasukkan ini [monitor Contec] dalam daftar potensi yang membahayakan pasien. Kita harus menambal kerentanan yang ada sebelum diretas,” kata John Riggi, penasihat nasional keamanan siber dan risiko untuk AHA.

    CISA mengatakan belum ada software tambalan yang tersedia untuk memitigasi risiko. Namun, CISA mengatakan pemerintah saat ini tengah berkoordinasi dengan Contec.

    Contec yang bermarkas di Qinhuangdao, China, tidak merespons permintaan komentar.

    “Kami tak tahu seberapa banyak alat-alat ini beredar di rumah sakit AS. Namun, kira-kira ada ribuan monitor [Contec] yang membawa kerentanan kritis,” kata Riggi.

    Untuk jangka pendek, FDA meminta sistem medis dan pasien untuk menggunakan perangkat-perangkat buatan China dengan jaringan lokal dan menonaktifkan kemampuan pengawasan remot.

    Jika alat tertentu hanya bisa memiliki opsi monitor remot, maka disarankan untuk tidak menggunakannya dan memilih alternatif lain.

    FDA mengatakan saat ini belum ada insiden, kecelakaan, atau kematian, yang berkaitan dengan kerentanan pada perangkat-perangkat buatan China di rumah sakit AS.

    AHA meminta rumah sakit yang berada di bawah keanggotaannya untuk memastikan monitor medis buatan China tak lagi terhubung ke internet.

    (fab/fab)

  • Top 3 Tekno: Hands-on Huawei Mate X6 Bikin Penasaran – Page 3

    Top 3 Tekno: Hands-on Huawei Mate X6 Bikin Penasaran – Page 3

    Perusahaan keamanan siber dan komputasi cloud, Akamai, meluncurkan laporan “Defenders’ Guide 2025: Fortify the Future of Your Defense” yang bertujuan membantu organisasi di wilayah Asia Pasifik dan Jepang (APJ) dalam meningkatkan keamanan siber.

    Laporan ini dirilis di tengah lanskap keamanan siber APJ yang kompleks dan terfragmentasi, mengingat keragaman ekonomi dan pasar di kawasan tersebut.

    APJ juga dinilai menjadi sasaran utama serangan siber, dengan peningkatan serangan DDoS (Distributed Denial-of-Service) aplikasi web sebanyak lima kali lipat pada tahun lalu.

    Kurangnya badan pengatur terpusat di APJ menyebabkan kesulitan dalam menetapkan protokol standar, sehingga organisasi-organisasi di kawasan ini menghadapi ancaman dengan tingkat kesiapan yang berbeda-beda.

    Menanggapi tantangan ini, para Chief Information Security Officers (CISOs) dan IT Decision Makers (ITDMs) di APJ berupaya mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk memperkuat pertahanan organisasi mereka.

    “APJ terus menjadi pendorong pertumbuhan bisnis berkat transformasi digital yang pesat dan lanskap ekonomi yang dinamis,” ujar SVP dan Managing Director Akamai Technologies APJ, Parimal Pandya, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (23/2/2025).

    Namun, ia menjelaskan, seiring dengan percepatan inisiatif digital, kawasan ini menjadi target utama serangan siber yang semakin canggih, terutama yang berbasis AI.

    Baca selengkapnya di sini 

  • Peris.ai Cybersecurity Raih Penghargaan WAICF 2025 untuk Inovasi Keamanan Berbasis AI

    Peris.ai Cybersecurity Raih Penghargaan WAICF 2025 untuk Inovasi Keamanan Berbasis AI

    JAKARTA – Peris.ai Cybersecurity menerima penghargaan Banking & Finance Award di ajang World AI Cannes Festival (WAICF) 2025, atas solusi keamanan siber berbasis AI dalam melindungi institusi keuangan.

    Digelar di Cannes pada 13-15 Februari 2025, World AI Cannes Festival (WAICF) merupakan acara AI bergengsi yang menghadirkan lebih dari 12.000 peserta, 320 pembicara, dan 250 exhibitor.

    Melalui penghargaan ini, Peris.ai mendapat pengakuan atas kemampuannya dalam deteksi ancaman proaktif dan respons real-time, membantu bank dan lembaga keuangan mengamankan aset digital mereka dari berbagai serangan siber.

    Perwakilan Peris.ai mengungkapkan bahwa penghargaan ini merupakan bentuk komitmen dari perusahaan untuk menyediakan solusi keamanan siber yang mutakhir di tengah perkembangan teknologi saat ini.

    “Penghargaan ini menjadi bukti komitmen kami dalam merevolusi keamanan siber dengan otomatisasi berbasis AI. Kami bangga dapat menyediakan solusi keamanan yang canggih dan skalabel untuk mendeteksi serta menetralkan ancaman siber secara proaktif,” ujarnya dalam keterangan tertulis dikutip Minggu, 23 Februari.

    Fitur Utama Solusi Keamanan AI-Driver dari Peris.ai

    Brahma Fusion – Platform orkestrasi keamanan berbasis AI yang memungkinkan deteksi dan respons ancaman secara otomatis.

    Modul Keamanan Enterprise-Grade – Solusi untuk pemantauan ancaman, deteksi, serta remediasi secara menyeluruh.

    AI-Enhanced Security Playbooks – Mengotomatiskan operasi keamanan, mengurangi beban kerja hingga 35 persen, serta terintegrasi dengan lebih dari 100 vendor keamanan siber.

    Deteksi Anomali 24/7 – Memberikan intelijen ancaman secara real-time untuk pertahanan yang lebih proaktif.

    Seiring dengan meningkatnya ancaman siber yang semakin kompleks, Peris.ai tetap berkomitmen untuk membangun masa depan keamanan siber berbasis AI, memastikan bisnis, pemerintahan, dan institusi keuangan selalu selangkah lebih maju dalam menghadapi serangan siber.

    “Ini baru permulaan. Masa depan keamanan siber akan didukung oleh AI, dan Peris.ai siap memimpin perubahan ini,” pungkas perusahaan.

  • Akamai Rilis Panduan Keamanan Siber 2025 untuk Perkuat Pertahanan di Asia Pasifik dan Jepang – Page 3

    Akamai Rilis Panduan Keamanan Siber 2025 untuk Perkuat Pertahanan di Asia Pasifik dan Jepang – Page 3

    Di sisi lain, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber terhadap sektor perbankan telah menjadi ancaman serius yang bisa berdampak besar pada perekonomian nasional.

    Paul Sutaryono mengungkapkan gangguan layanan bank akibat serangan siber bisa menyebabkan kelumpuhan dalam transaksi nasabah. Hal ini pada gilirannya akan mengganggu kelancaran bisnis, yang ujung-ujungnya berpotensi merusak stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

    “Layanan bank terhadap nasabah bisa lumpuh. Akibatnya, bisnis nasabah kurang lancar. Ujungnya, perekonomian juga jadi terganggu,” kata Paul kepada Liputan6.com, Senin (3/2/2025).

    Disisi lain, Paul menilai, serangan siber yang terus-menerus dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan suatu negara, namun dampaknya sangat tergantung pada seberapa besar bank yang terkena.

    Menurutnya, semakin besar ukuran bank, semakin besar pula potensi gangguan pada sistem keuangan. Ketika bank besar terganggu operasionalnya, efek domino bisa meluas ke sektor lainnya.

    “Itu tergantung pada seberapa besar bank yang terkena serangan siber. Makin besar bank, makin besar potensi sistem yang diakibatkannya,” ujarnya.

    Oleh karena itu, sektor perbankan yang lebih besar dan lebih terintegrasi dalam sistem ekonomi lebih rentan terhadap dampak negatif dari serangan siber.

    Mitigasi Risiko dan Biaya Keamanan Siber

    Adapun untuk menghadapi ancaman siber ini, Paul menilai hampir seluruh bank telah mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi risiko.

    Namun, pengamanan ini tidak murah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya yang tinggi untuk menjaga keamanan siber seringkali berdampak pada harga layanan perbankan.

    Biaya tambahan ini bisa mempengaruhi nasabah, terutama yang bergantung pada layanan perbankan dengan tarif tertentu. Dengan demikian, ada keseimbangan yang harus dicapai antara pengamanan yang efektif dan biaya yang harus ditanggung oleh nasabah.

    “Semua bank pasti sudah mitigasi risiko serangan siber. Ketika biayanya terlalu besar bisa jadi berdampak pada biaya layanan perbankan,” ujar dia.

  • Pentingnya Manajemen Risiko untuk Serangan Siber

    Pentingnya Manajemen Risiko untuk Serangan Siber

    Jakarta

    Dalam Defenders’ Guide 2025: Fortify the Future of Your Defense, Akamai menekankan pentingnya manjemen risiko untuk menghadapi serangan siber.

    Laporan State of the Internet (SOTI) tipe baru ini menyajikan riset praktis seputar manajemen risiko untuk mengidentifikasi, menilai, dan memitigasi beragam ancaman; cara memperkuat arsitektur jaringan guna menciptakan lapisan-lapisan pertahanan dan mengendalikan potensi pembobolan; serta panduan dalam menerapkan keamanan host untuk mencegah akses tidak sah dan malware pada perangkat pengguna.

    Laporan ini memberikan wawasan baru untuk membantu organisasi-organisasi di wilayah Asia Pasifik dan Jepang (APJ) memperkuat postur keamanan siber mereka.

    Walaupun penilaian risiko dianggap penting untuk mengatasi landskap ancaman yang semakin beragam dan kompleks, pelaksanaannya yang rumit terus memicu perdebatan di kalangan komunitas keamanan.

    Perkembangan kecerdasan buatan dan ketersediaan alat peretasan memudahkan pelaku serangan siber-baik pemula maupun ahli-untuk melakukan aksi mereka. Hal ini membuat berbagai organisasi harus berhadapan dengan lingkungan ancaman digital yang semakin tidak terduga dan lebih berbahaya.

    Lanskap keamanan siber APJ tetap sangat kompleks dan terfragmentasi karena keragaman kawasan yang terdiri dari ekonomi berkembang dan pasar maju. Kawasan ini juga makin menjadi sasaran serangan siber.

    Tahun lalu, APJ menempati posisi kedua sebagai kawasan yang paling sering diserang di dunia untuk serangan DDoS aplikasi web, dengan peningkatan serangan lima kali lipat dari tahun sebelumnya.

    Tanpa badan pengatur terpusat seperti yang dimiliki oleh kawasan-kawasan lain, APJ kesulitan menetapkan protokol standar sehingga membuat berbagai organisasi harus menghadapi ancaman dengan tingkat kesiapan yang beragam.

    Menanggapi hal tersebut, Chief Information Security Officers (CISOs) dan IT Decision Makers (ITDMs) di seluruh APJ secara aktif mengumpulkan informasi dan sumber daya untuk memperkuat organisasi mereka dalam menghadapi ancaman yang terus berkembang.

    “APJ terus menjadi pendorong pertumbuhan bisnis berkat transformasi digital yang cepat dan lanskap ekonomi yang dinamis. Namun, ketika berbagai organisasi mempercepat inisiatif digital mereka, kawasan selalu menjadi target utama serangan siber yang semakin canggih, terutama serangan-serangan yang berbasis AI,” kata Parimal Pandya, SVP dan Managing Director Akamai Technologies APJ, dalam keterangan yang diterima detikINET.

    (asj/rns)

  • Pentingnya Sistem Backup Andal di Tengah Serangan Siber yang Makin ‘Brutal’ – Page 3

    Pentingnya Sistem Backup Andal di Tengah Serangan Siber yang Makin ‘Brutal’ – Page 3

    Di sisi lain, Pengamat Perbankan Paul Sutaryono, mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, serangan siber terhadap sektor perbankan telah menjadi ancaman serius yang bisa berdampak besar pada perekonomian nasional.

    Paul Sutaryono mengungkapkan gangguan layanan bank akibat serangan siber bisa menyebabkan kelumpuhan dalam transaksi nasabah. Hal ini pada gilirannya akan mengganggu kelancaran bisnis, yang ujung-ujungnya berpotensi merusak stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

    “Layanan bank terhadap nasabah bisa lumpuh. Akibatnya, bisnis nasabah kurang lancar. Ujungnya, perekonomian juga jadi terganggu,” kata Paul kepada Liputan6.com, Senin (3/2/2025).

    Disisi lain, Paul menilai, serangan siber yang terus-menerus dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan suatu negara, namun dampaknya sangat tergantung pada seberapa besar bank yang terkena.

    Menurutnya, semakin besar ukuran bank, semakin besar pula potensi gangguan pada sistem keuangan. Ketika bank besar terganggu operasionalnya, efek domino bisa meluas ke sektor lainnya.

    “Itu tergantung pada seberapa besar bank yang terkena serangan siber. Makin besar bank, makin besar potensi sistem yang diakibatkannya,” ujarnya.

    Oleh karena itu, sektor perbankan yang lebih besar dan lebih terintegrasi dalam sistem ekonomi lebih rentan terhadap dampak negatif dari serangan siber.

    Mitigasi Risiko dan Biaya Keamanan Siber

    Adapun untuk menghadapi ancaman siber ini, Paul menilai hampir seluruh bank telah mengimplementasikan langkah-langkah mitigasi risiko.

    Namun, pengamanan ini tidak murah dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya yang tinggi untuk menjaga keamanan siber seringkali berdampak pada harga layanan perbankan.

    Biaya tambahan ini bisa mempengaruhi nasabah, terutama yang bergantung pada layanan perbankan dengan tarif tertentu. Dengan demikian, ada keseimbangan yang harus dicapai antara pengamanan yang efektif dan biaya yang harus ditanggung oleh nasabah.

    “Semua bank pasti sudah mitigasi risiko serangan siber. Ketika biayanya terlalu besar bisa jadi berdampak pada biaya layanan perbankan,” ujar dia.

  • Praktisi Bicara Pemicu Utama Error pada Mobile Banking, Serangan Siber?   – Halaman all

    Praktisi Bicara Pemicu Utama Error pada Mobile Banking, Serangan Siber?   – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG –  Dalam era digital yang semakin maju, mobile banking telah menjadi salah satu layanan perbankan yang paling banyak digunakan.

    Namun, tidak jarang pengguna mengalami kendala atau error saat mengakses aplikasi tersebut.

    Lantas, apa sebenarnya penyebab utama masalah ini? Apakah disebabkan oleh serangan siber atau kesalahan teknis internal?

    Praktisi IT Perbankan,  David Formula memberikan penjelasan tentang berbagai faktor yang menyebabkan masalah atau error pada mobile banking, baik dari sisi pengguna maupun sistem internal perbankan. 

    Menurut EVP Group Strategic IT BCA ini, ada beberapa pemicu utama yang dapat menyebabkan gangguan saat menggunakan aplikasi mobile banking yang dapat dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut:

    1. Kualitas Sinyal

    Sinyal yang buruk menjadi salah satu penyebab paling umum masalah pada mobile banking. Ketika kualitas sinyal tidak stabil, terutama pada saat transaksi, koneksi dapat terputus, yang mengakibatkan proses transaksi gagal.

    “Hal ini sering terjadi pada pengguna yang berada di area dengan sinyal jaringan yang tidak kuat.” katanya saat talkshow Cara BCA Mengantisipasi Berbagai Kejahatan Siber di sela-sela BCA Expoversary 2025 di ICE BSD, Tangerang, Banten, Sabtu (22/2/2025).

    2. Memori Penuh dan Cache Block

    Selain masalah sinyal, perangkat pengguna juga mempengaruhi performa aplikasi mobile banking.

    “Jika ponsel penuh dengan data atau memori hampir habis, sistem mobile banking akan mengalami kesulitan menyimpan data transaksi, karena cache memori penuh. Hal ini bisa menyebabkan aplikasi tidak berfungsi dengan optimal, atau bahkan mengalami hang,” katanya.

    3. Masalah pada Sistem Perbankan

    Pada sisi sistem perbankan, masalah juga bisa muncul karena kegagalan pada server atau perangkat keras.

    Misalnya, seperti yang dijelaskan oleh David, perangkat komputer atau server yang beroperasi tanpa henti selama waktu yang lama dapat mengalami overheating.

    “Proses ini bisa menyebabkan sistem macet, sama seperti saat kita bekerja terlalu lama dan tidak mendengar ketika orang lain berbicara,” katanya.

    Di BCA, mereka sudah memiliki prosedur untuk mengatasi hal ini, seperti melakukan peremajaan sistem dan pembaruan secara berkala untuk memastikan kelancaran operasional.

    4. Bug dalam Sistem

    Bugs atau kesalahan dalam pengkodean sistem juga menjadi pemicu error pada mobile banking.

    Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, pembaruan perangkat lunak (patching) sering kali menyebabkan ketidakcocokan antara aplikasi yang satu dengan yang lainnya.

    “Misalnya, aplikasi mobile banking yang mungkin tidak kompatibel dengan pembaruan terbaru pada sistem operasi perangkat pengguna, sehingga menyebabkan error,” katanya.

    5. Keamanan dan Serangan Siber

    Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, adanya potensi serangan siber atau upaya peretasan juga dapat menyebabkan gangguan pada aplikasi mobile banking.

    Serangan semacam ini bisa berupa serangan DDoS yang menargetkan server atau upaya peretasan yang menargetkan data nasabah.

    “Oleh karena itu, perbankan selalu memperbarui sistem mereka untuk menghadapi potensi ancaman dari dunia maya,” katanya.

    Sementara itu, EVP Contact Center & Digital Services BCA, Adrianus Wagimin  mengatakan, mengutamakan edukasi, inovasi, dan kolaborasi dalam mengatasi masalah mobile banking. 
    Salah satu langkah nyata yang diambil adalah mengurangi penggunaan link eksternal dalam komunikasi pemasaran dan lebih fokus pada interaksi langsung yang lebih aman.

    “Kami juga mengembangkan sistem Cyber Patrol yang memantau dan melindungi sistem dari potensi ancaman yang memungkinkan segera mengidentifikasi jika ada masalah pada transaksi atau aplikasi mobile banking, baik yang berasal dari sisi bank, nasabah, ataupun pihak ketiga seperti penyedia pulsa atau layanan lain yang terintegrasi,” katanya.

    Pihaknya juga menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dalam industri keuangan, termasuk lembaga lain, e-wallet, dan regulator dalam Indonesia Anti Scam Center untuk mengidentifikasi dan mengatasi penipuan yang melibatkan rekening nasabah.

    “Kolaborasi ini berperan penting dalam memitigasi risiko keamanan yang dapat memengaruhi nasabah,” katanya.

  • Top 3 Tekno: Grok Chatbot AI hingga Kulkas Pintar Samsung – Page 3

    Top 3 Tekno: Grok Chatbot AI hingga Kulkas Pintar Samsung – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Elon Musk melalui xAI telah meluncurkan Grok, chatbot AI canggih yang diklaim mampu bersaing dengan ChatGPT.

    Tidak sekadar menjawab pertanyaan, Grok juga dapat bercanda dengan pengguna, menghadirkan pengalaman interaksi yang lebih alami dan menarik.

    Artikel itu ternyata menjadi salah satu yang terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com, pada Jumat (21/2/2025), kemarin. 

    Di samping itu, ancaman siber berbasis AI semakin mengkhawatirkan juga menarik minat para pembaca. Karenya, artikel soal riset terbaru mengenai responden di Indonesia yang siap menghadapi serangan siber juga jadi yang terpopuler. 

    Terakhir, artikel lain yang juga menarik perhatian pembaca adalah soal kulkas pintar berbasis AI besutan Samsung. Perangkat ini mampu mendeteksi tanggal kedaluwarsa makanan dan memberikan notifikasi kepada pengguna. 

    Nah, untuk tahu lebih lengkapnya, tiga berita teratas yang ada di kanal Tekno Liputan6.com, berikut ini: 

    1. Grok: Chatbot AI Canggih Pesaing ChatGPT yang Bisa Bercanda!

    Elon Musk melalui perusahaannya, xAI, telah meluncurkan Grok, sebuah chatbot AI generatif yang dirancang untuk bersaing dengan ChatGPT. Grok mampu memahami konteks, belajar dari interaksi, dan bahkan dapat bercanda dengan pengguna.

    Chatbot ini tersedia bagi pengguna premium di platform X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter). Musk mengklaim bahwa Grok memiliki kemampuan penalaran yang kuat dan dapat memberikan solusi yang tidak terduga.

    Baca selengkapnya di sini. 

  • Tren Besar yang Wajib Diketahui Soal Mata Uang Kripto di 2025

    Tren Besar yang Wajib Diketahui Soal Mata Uang Kripto di 2025

    Jakarta: Industri mata uang kripto terus berkembang pesat, dan tahun 2025 diprediksi menjadi tahun transformatif.
     
    Regulasi yang semakin jelas, adopsi institusional yang meningkat, serta kemajuan teknologi akan semakin membentuk lanskap kripto.
     
    Melansir Analytics Insights, berikut tren utama yang perlu diperhatikan:

    1. Adopsi institusional yang meluas
    Perusahaan besar seperti BlackRock dan MicroStrategy semakin mengakui Bitcoin sebagai aset investasi utama. Bahkan, regulasi yang lebih ramah di beberapa negara membuat investor institusional lebih percaya diri untuk berinvestasi di kripto.

    2. Regulasi yang semakin jelas
    Amerika Serikat dan Eropa mulai merangkul ETF Bitcoin dan Ethereum, sementara negara lain mengembangkan regulasi lebih ketat. Ini dapat meningkatkan kepercayaan pasar dan memperluas penggunaan kripto secara global.
     

    3. Integrasi kecerdasan buatan (AI) 
    Teknologi AI semakin terlibat dalam perdagangan dan manajemen aset kripto, memberikan solusi yang lebih cerdas dan efisien bagi investor.

    4. Tokenisasi Aset Dunia Nyata (RWA)
    Aset dunia nyata seperti properti dan komoditas mulai ditokenisasi menggunakan teknologi blockchain, menciptakan peluang baru bagi investor.

    5. Dominasi DeFi dan Web3
    Keuangan terdesentralisasi (DeFi) semakin berkembang, memungkinkan transaksi lebih cepat dan aman. Web3 juga makin diminati dengan proyek seperti Chainlink dan Polkadot yang mendukung internet generasi baru.

    6. Mata uang digital bank sentral (CBDC)
    Negara seperti Tiongkok sudah mengembangkan yuan digital, sementara negara lain mulai mengeksplorasi CBDC untuk sistem keuangan yang lebih stabil dan teregulasi.
     

    7. Keamanan dan kepatuhan regulasi diperketat
    Penipuan dan serangan siber masih menjadi ancaman. Oleh karena itu, regulasi yang lebih ketat diharapkan dapat meningkatkan perlindungan bagi investor.

    8. Kripto ramah lingkungan
    Isu keberlanjutan semakin menjadi perhatian. Proyek kripto mulai mengadopsi teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon.

    9. NFT dan kepemilikan digital
    NFT berkembang di berbagai sektor, mulai dari seni hingga real estat, sebagai metode verifikasi kepemilikan yang aman dan transparan.

    10. Pembayaran kripto meningkat
    Stablecoin dan aset digital lainnya semakin banyak digunakan dalam transaksi sehari-hari karena kecepatan dan efisiensinya.
     
    Tahun 2025 diprediksi menjadi tonggak penting bagi industri kripto. Dengan regulasi yang lebih jelas dan adopsi yang meningkat, mata uang digital semakin siap menjadi bagian dari sistem keuangan global.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)