Kasus: serangan siber

  • X Twitter Down Secara Global Akibatkan Pengguna Sempat Kesulitan Akses! Elon Musk Beri Penjelasan – Page 3

    X Twitter Down Secara Global Akibatkan Pengguna Sempat Kesulitan Akses! Elon Musk Beri Penjelasan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Platform media sosial (medsos) X–sebelumnya dikenal sebagai Twitter–mengalami ganggunan besar-besaran dan berdampak secara global pada 10 Maret 2025 malam.

    Ribuan pengguna dari berbagai negara melaporkan mereka mengalami kesulitan dalam mengakses layanan Twitter, termasuk gagal masuk ke akun, beranda yang tidak dapat dimuat, hingga tidak bisa melihat atau mengunggah postingan.

    Situs pemantau seperti Downdetector mencatat lonjakan gangguan, mengundikasikan Twitter down ini bukan bersifat lokal, melainkan juga terjadi di banyak negara sekaligus, termasuk di Indonesia pada tadi malam.

    Twitter sempat down selama beberapa jam, sebelumnya layanan X Twitter mulai berangsur-angsur kembali normal menjelang dini hari tadi atau sekitar jam 00.10 WIB lewat.

    Elon Musk, pemilik X, memberikan pernyataan terkait gangguan tersebut. Lewat akun pribadinya di X, ia mengatakan ada kemungkinan medsos miliknya sedang mengalami gangguna oleh serangan siber terkoordinasi.

    “Ada (masih) serangan siber besar-besaran terhadap 𝕏. Kami diserang setiap hari, tetapi ini dilakukan dengan banyak sumber daya. Baik kelompok besar yang terkoordinasi dan/atau suatu negara terlibat, ” kutip cuitan bos Tesla, Selasa (11/3/2025).

    Dia menambahkan, dirinya dan tim di X sedang melakukan penelusuran untuk mencari dari mana pelaku serangan siber yang sempat membuat Twitter error beberapa kali dalam sehari.

    Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada penjelasan resmi yang lebih rinci mengenai penyebab dan solusi dari masalah X Twitter down.

  • 8 Jam X Down, Elon Musk Sebut Serangan Siber jadi Biang Kerok

    8 Jam X Down, Elon Musk Sebut Serangan Siber jadi Biang Kerok

    Bisnis.com, JAKARTA — Platform media sosial X milik Elon Musk tidak dapat diakses selama 8 jam pada Senin pagi oleh puluhan pengguna di dunia, termasuk di Amerika Serikat (AS). Musk mengaku platform tersebut menghadapi “serangan siber besar-besaran.”

    “Ada (masih) serangan siber besar-besaran terhadap 𝕏. Kami diserang setiap hari, tetapi ini dilakukan dengan banyak sumber daya. Baik kelompok besar yang terkoordinasi dan/atau suatu negara terlibat,” tulis Elon Musk melalui akunnya, Selasa (11/3/2025). 

    Sebelumnya, pada Senin, 10 Maret 2025, puluhan ribu pengguna X di dunia, termasuk di Amerika Serikat dan Inggris, serta di Indonesia mengaku kesulitan mengakses platform tersebut. 

    Laporan dari pengguna menunjukkan bahwa gangguan dimulai sekitar pukul 21:10 WIB pada 10 Maret 2025, dengan keluhan seperti ketidakmampuan untuk scroll feed, login, atau mengakses aplikasi dan situs web. 

    Pengguna mengaku merasakan gangguan sekitar 20 menit hingga satu jam di beberapa wilayah sebelum kembali normal. Sementara itu, Downdetector, platform daring yang memberikan informasi real-time tentang status layanan dan situs web, mencatat lebih dari 21.000 laporan di AS dan 10.800 di Inggris pada puncak matinya layanan x.com. 

    Hingga pukul 05:30 WIB hari ini, 11 Maret 2025, belum ada pernyataan resmi dari X mengenai penyebab spesifik gangguan tersebut. Hingga akhirnya Elon Musk menyebut padamnya layanan berkaitan dengan serangan siber. 

    Berdasarkan pola historis, masalah teknis internal kemungkinan besar menjadi penyebabnya, tetapi tanpa konfirmasi resmi, ini tetap spekulasi. Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut, saya bisa mencari pembaruan terkini dari web atau postingan di X jika diminta.

  • Penipu Makin Gampang Bobol Rekening, Warga RI Banyak Jadi Korban

    Penipu Makin Gampang Bobol Rekening, Warga RI Banyak Jadi Korban

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penipuan di internet kian canggih dengan beragam modus. Salah satu tandanya adalah maraknya pasar gelap yang menawarkan layanan CaaS atau Cybercrime as a Service (kejahatan siber sebagai layanan).

    CNBC Internasional menuliskan CaaS memiliki berbagai alat untuk melancarkan serangan siber yang bisa dibeli komunitas hacker. Misalnya alat ransomware dan peretasan, botnet, hingga data curian.

    “Ketersediaan layanan membantu untuk lebih banyak penjahat di dunia maya, meningkatkan dan menyempurnakan kejahatan sambil mengurangi keahlian teknis yang dibutuhkan,” jelas Wakil Presiden dan Kepala Asia Pasifik Netskope, Tony Burnside, dikutip Jumat (7/3/2025).

    CaaS ditawarkan di pasar darknet seperti Abacus Market, Torzon Market, dan Styx. Pasar tersebut menggunakan teknologi enkripsi untuk melindungi anonimitas pengguna.

    Mereka juga tetap mementingkan anonimitas dan menghindari deteksi melalui cara pembayaran. Para vendor hanya menerima transaksi dengan mata uang kripto.

    Meski begitu, firma penelitian blockchain Chainalysis mengatakan penggunaan mata uang kripto tetap bisa dilacak dengan blockhain. Hanya saja, metode ini relatif lebih aman ketimbang transaksi dengan mata uang tradisional.

    Lebih lanjut, Chainalysis mengatakan darknet sebenarnya bukan satu-satunya tempat untuk bertransaksi. Para penjahat siber juga ada yang memilih menggunakan internet publik dan aplikasi pertukaran pesan Telegram.

    Salah satu pasar terbesar yang teridentifikasi adalah Huione Guarantee. Platform itu memiliki afiliasi dengan konglomerat asal Kamboja, Huione Group.

    Huione Guarantee menjadi pusat layanan terpadu untuk kejahatan siber. Di mana platform menjadi pasar peer-to-peer untuk vendor menawarkan layanannya.

    Di sana juga ada beberapa iklan dari vendor untuk pembeli bisa langsung berkomunikasi melalui Telegram pribadi. Huione juga bertugas seperti tempat penampungan sementara dna perantara sengketa untuk menjamin transaksi.

    Platform itu menjual alat untuk kejahatan apapun. Misalnya penipuan berkedok investasi atapun asmara, para pelaku akan membeli data pribadi calon korban, software manipulasi wajah dan suara berbasis AI.

    Adapula layanan pembuatan platform investasi dan judi palsu. Para korban akan diminta mengirimkan uang pada platform ilegal tersebut.

    Indonesia Paling Banyak Diserang Ransomware

    Salah satu modus penipuan yang paling marak terjadi adalah ransomware. Firma keamanan siber Kapersky mengatakan serangan ransomware banyak menargetkan bisnis di kawasan Asia Tenggara.

    Indonesia menjadi wilayah dengan angka serangan tertinggi dibandingkan negara-negara tetangga lainnya. Tercatat ada 32.803 serangan ransomware terhadap Indonesia yang terdeteksi dan berhasil diblokir pada paruh pertama tahun 2024.

    Diikuti oleh Filipina dengan 15.208 serangan ransomware dan Thailand dengan 4.841 kasus. Malaysia berada di posisi keempat dengan 3.920 serangan berbahaya, kemudian Vietnam dengan 692 serangan, dan Singapura dengan 107 serangan.

    Ancaman yang ditimbulkan oleh ransomware bergantung pada varian virusnya. Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah ada dua kategori utama ransomware yakni ransomware locker yang memengaruhi fungsi dasar komputer, dan ransomware crypto yang membuat file individual tetap terenkripsi.

    Cara Terhindar dari Serangan Ransomware

    1. Amankan Layanan dari Jarak Jauh

    Hindari mengekspos layanan desktop jarak jauh (RDP, MSSQL) ke jaringan publik. Gunakan kata sandi kuat, autentikasi dua faktor, dan aturan firewall.

    2. Perbarui Perangkat Lunak Secara Berkala

    Bisnis perlu memastikan semua perangkat memiliki pembaruan terbaru untuk menutup celah kerentanan.

    3. Backup Data Secara Rutin

    Gunakan strategi pencadangan offline secara berkala. Pastikan Anda dapat mengaksesnya dengan cepat dalam keadaan darurat saat dibutuhkan.

    4. Tingkatkan Edukasi Karyawan

    Pelatihan keamanan siber dapat membantu mencegah kesalahan manusia.

    Nah, itu dia beragam tips supaya terhindar dari serangan ransomware yang bisa menguras rekening. Semoga membantu!

    (fab/fab)

  • Studi: 80 Persen Aplikasi di Seluruh Dunia akan Mendukung AI dalam 3 Tahun Mendatang – Page 3

    Studi: 80 Persen Aplikasi di Seluruh Dunia akan Mendukung AI dalam 3 Tahun Mendatang – Page 3

    AI tak bisa dipungkiri telah merevolusi berbagai sektor, namun di balik kemajuannya terdapat ancaman serius terhadap keamanan data.

    Kemampuan AI memproses data dalam skala besar dan kompleks menciptakan celah keamanan baru yang perlu diwaspadai. Dari kebocoran data sensitif hingga serangan siber yang canggih, ancaman ini memerlukan strategi keamanan yang komprehensif.

    Ancaman keamanan data AI tidak hanya terbatas pada serangan eksternal. Bias algoritma, yang muncul dari data pelatihan yang tidak representatif, dapat menghasilkan output yang diskriminatif dan tidak adil.

    Hal ini menimbulkan masalah etika dan hukum yang perlu ditangani secara serius. Perlindungan data pribadi juga menjadi isu krusial, mengingat AI seringkali mengolah data sensitif individu.

    Oleh karena itu, memahami risiko dan menerapkan langkah-langkah keamanan yang tepat menjadi sangat penting.

    Perusahaan dan individu perlu menyadari kerentanan sistem AI dan proaktif dalam melindungi data mereka. 

    Risiko Kebocoran Data dan Serangan Siber

    Sistem AI yang tidak terlindungi dengan baik sangat rentan terhadap kebocoran data sensitif, seperti informasi pribadi, data keuangan, dan data kesehatan. Volume data besar yang diproses AI memperparah risiko ini. Bayangkan konsekuensi kebocoran data pelanggan sebuah bank yang menggunakan AI untuk analisis risiko kredit—kerugian finansial dan reputasi akan sangat besar.

    Selain itu, sistem AI yang terhubung internet menjadi target empuk serangan siber. Peretas dapat mengeksploitasi kerentanan untuk mencuri data, merusak operasional, atau menyebarkan informasi palsu. Serangan ini bisa berupa data poisoning, adversarial attacks, atau pencurian data langsung.

    Perusahaan perlu berinvestasi dalam sistem keamanan siber yang kuat untuk melindungi infrastruktur AI mereka.

    Kompleksitas model AI juga menciptakan tantangan tersendiri. Mengidentifikasi dan memperbaiki celah keamanan dalam model AI seringkali sulit dan membutuhkan keahlian khusus.

    Oleh karena itu, kolaborasi antara pakar keamanan siber dan pengembang AI sangat penting untuk memastikan keamanan sistem.

  • Video: Penipuan Deepfake& Account Takeover Kian Ngeri, Bisa Dilawan?

    Video: Penipuan Deepfake& Account Takeover Kian Ngeri, Bisa Dilawan?

    Jakarta, CNBC Indonesia- Kemajuan teknologi digitalisasi yang semakin luas diadopsi oleh berbagai sektor bisnis turut menimbulkan ancaman terhadap berbagai serangan siber berbasis Artificial intelligence (AI) seperti Deepfake hingga Account Takeover.

    Ancaman penipuan berbasis AI disebut Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur semakin meresahkan termasuk di Indonesia karena dapat menimbulkan kerugian finansial hingga pengambilalihan akun atau account takeover.

    Dengan memanfaatkan teknologi AI, para penipu mampu menyusupkan malware untuk mengambil alih akun bahkan data rekening korban yang bisa berujung terkurasnya.

    Dalam upaya mencegah dan mengatasi semakin canggih modus serangan siber berbasis AI seperti Deepfake dan account takeover, VIDA sebagai Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) yang berlisensi dan tersertifikasi resmi mengembangkan Sertifikat Elektronik dan tanda tangan digital bersertifikat di Indonesia sebagai otensifikasi dengan menggunakan teknologi biometrik untuk menengenali wajah atau Face recognition serta teknologi kriptografi.

    Seperti apa modus kejahatan berbasis AI? bagaiman strategi mengantisipasinya? Selengkapnya simak dialog Anneke Wijaya dengan Founder & Group CEO VIDA, Niki Luhur dalam Profit,CNBCIndonesia (Jum’at, 07/03/2025)

  • Kementerian PANRB dukung penguatan kelembagaan BSSN

    Kementerian PANRB dukung penguatan kelembagaan BSSN

    Mereka dapat menjadi penguatan manajemen talenta digital untuk mendukung transformasi digital pemerintah.

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Rini Widyantini mendukung penguatan kelembagaan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

    Rini mengemukakan hal itu saat menerima audiensi Kepala BSSN Nugroho Sulistyo Budi di Kantor Kementerian PANRB, Jakarta, Kamis.

    “Kami mendukung penguatan kelembagaan BSSN dalam menjaga ruang siber di Indonesia,” kata Rini dalam keterangan tertulisnya.

    Penguatan kelembagaan ini, menurut Menteri PANRB, juga perlu menganalisis pada kebutuhan penguatan fungsi dari BSSN sesuai dengan perkembangan dan arahan Presiden RI Prabowo Subianto.

    Penguatan kelembagaan BSSN, lanjut dia, dalam rangka mentransformasi BSSN dalam penyelenggaraan fungsi siber dan sandi.

    Sebagaimana arahan Presiden Prabowo Subianto terkait dengan tata kelola pemerintah, harus dapat menciptakan pemerintahan berbasis digitalisasi dan mengembangkan sistem smart government.

    Menteri PANRB menjelaskan bahwa penguatan ini berkaitan dengan penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Keamanan dan Ketahanan Siber sebagai upaya penguatan ruang siber untuk mendukung transformasi digital pemerintah pada layanan pemerintah dan ranah publik.

    “Dengan demikian, terdapat sinkronisasi kebijakan pemerintah digital dan regulasi keamanan siber untuk memastikan implementasi yang efektif dan sesuai dengan standar,” jelasnya.

    Ia mengatakan bahwa BSSN juga terus mendukung pembangunan sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) sebagai landasan dari program transformasi digital pemerintah.

    BSSN memiliki peran dalam menyinkronkan kebijakan digital pemerintah serta mengawal revisi Perpres SPBE untuk memastikan keamanan dalam transformasi digital.

    Selain itu, dia juga mendukung langkah BSSN untuk memperkuat SDM aparatur di instansi pemerintah dalam bidang siber dan sandi.

    Lulusan dari Politeknik Siber dan Sandi Negara (SSN) dapat ditempatkan di berbagai instansi pemerintah karena merupakan jabatan umum, yakni jabatan fungsional Sandiman dan Manggala Informatika.

    Dikatakan pula bahwa lulusan Poltek SSN merupakan SDM unggul di bidang siber dan sandi yang siap untuk ditempatkan di berbagai instansi pemerintah.

    “Mereka dapat menjadi penguatan manajemen talenta digital untuk mendukung transformasi digital pemerintah,” ujar Rini.

    Kementerian PANRB, kata dia, dapat mendorong kepada instansi pemerintah untuk dapat mengusulkan penggunaan lulusan Poltek SSN untuk memperkuat dalam bidang siber dan sandi.

    Sementara itu, Kepala BSSN Nugroho Sulistyo Budi mengemukakan bahwa penguatan kelembagaan BSSN sejalan dengan arahan Presiden. Hal ini terkait dengan pengamanan ruang siber.

    “Presiden memberikan arahan kepada BSSN bahwa siber bukan hanya defense, melainkan juga offense dan harus ada regulasi terkait hal tersebut. Pemerintah perlu bertindak lebih aktif agar tidak ada celah serangan siber,” tambah Nugroho.

    Terkait dengan lulusan Poltek SSN yang dapat disebar ke berbagai instansi pemerintah, Nugroho mengatakan bahwa BSSN siap menyediakan SDM-nya.

    “Kami siap mendukung sebanyak-banyaknya instansi pemerintah untuk memiliki SDM dengan kapabilitas persandian dan siber,” pungkasnya.

    Pewarta: Narda Margaretha Sinambela
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

  • Daftar 12 Buronan China Paling Dicari, Ketemu Dapat Rp 163 Miliar

    Daftar 12 Buronan China Paling Dicari, Ketemu Dapat Rp 163 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) menetapkan 12 orang berkebangsaan China sebagai pelaku mata-mata berbahaya pada Rabu (5/3) kemarin. Sebanyak 2 di antaranya merupakan PNS China.

    Mereka dituduh berperan dalam aksi peretasan yang dibekingi pemerintahan Xi Jinping. Serangan siber besar-besaran itu telah mencuri data dari perusahaan-perusahaan AS, bahkan Departemen Keuangan AS.

    Kementerian Keamanan Publik Cina dan Kementerian Keamanan Luar Negeri China diduga telah membayar pegawai penuh dan paruh waktu di perusahaan keamanan siber bernama ‘i-Soon’ untuk melancarkan serangan siber secara masif tersebut.

    Penangkapan ini terjadi hampir setahun setelah seseorang secara misterius membocorkan dokumen yang diambil dari i-Soon. Dari dokumen itu diketahui bahwa i-Soon diduga memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok peretas yang dibekingi China.

    Temuan DOJ pada pekan ini menunjukkan bukti bahwa i-Soon dan beberapa kontraktor swasta China telah didanai untuk membantu mencuri data melalui peretasan komputer, dikutip dari PCMag, Kamis (6/3/2025).

    Secara spesifik, 12 oknum yang ditangkap terbagi atas 8 karyawan i-Soon dan 2 PNS China dari Kementeria Keamanan Publik. Aksi mereka dimulai sejak 2016.

    “Selama bertahun-tahun, 10 pelaku menggunakan teknik peretasan yang canggih untuk menargetkan organisasi, jurnalis, dan lembaga pemerintah, untuk mengumpulkan informasi sensitif ke pemerintah China,” kata Matthey Podolsky, Plt Pengacara di Pengadilan Distrik Selatan New York.

    Peretasan ini tak hanya mencoba mencuri data, tetapi juga profiling para pengkritik pemerintah China, termasuk masyarakat AS. Sebagai imbalan, China membayar biaya kontrak dengan jumlah besar.

    DOJ mengatakan i-Soon dan para pegawainya bisa mengumpulkan pendapatan sebesar puluhan juta dolar. Simpelnya, i-Soon mencuri data komputer dan menjualnya ke setidaknya 43 biro di 31 provinsi terpisah di China.

    i-Soon lantas menetapkan biaya di kisaran US$10.000-75.000 (Rp163 jutaan hingga Rp1,2 miliar) untuk setiap inbox email yang sukses dieksploitasi.

    AS Bagi-bagi Hadiah Rp 163 Miliar

    Untuk menjerat korban, i-Soon kerap menggunakan email phishing yang dirancang agar korban mau menginstal malware. Menurut dokumen persidangan, perusahaan juga menciptakan tool untuk mengirim penyerangan phishing ke platfrom secara spesifik.

    Para oknum berkebangsaan China hingga kini sepertinya masih berdomisili di China. FBI telah memasang identitas mereka ke daftar buronan.

    FBI juga menggunakan perintah pengadilan untuk menyita domain internet terkait aktivitas peretasan yang dilakukan pelaku. Departemen Luar Negeri AS juga menawarkan imbalan hingga US$10 juta (Rp163,3 miliar) untuk informasi terkait 10 pelaku.

    Dalam kasus yang berkaitan, AS juga telah menetapkan 2 orang berkebangsaan China bernama Yin Kecheng dan Zhou Shuai, yang merupakan anggota kelompok peretasan APT 27. Mereka mulai aktif sejak 2011.

    Foto: Wanted The FBI. (Dok FBI)
    Wanted The FBI. (Dok FBI)

    Foto: Wanted The FBI. (Dok FBI)
    Wanted The FBI. (Dok FBI)

    Seperti para pekerja i-Soon, Yin dan Zhou diduga mencuri banyak data dari perusahaan dan lembaga China dengan tujuan menjual informasinya ke pemerintah China.

    Target mereka termasuk perusahaan AS yang bergelut di industri pertahanan, firma hukum, penyelenggara layanan komunikasi, serta lembaga think tank. Dalam beberapa kasus, pelaku menggunakan kerentanan zero-day pada software, serta malware berbahaya untuk membobol korban.

    (fab/fab)

  • Video: Cara SAS Bantu Industri Kelola Big Data & Percepat Digitalisasi

    Video: Cara SAS Bantu Industri Kelola Big Data & Percepat Digitalisasi

    Jakarta, CNBC Indonesia- Keamanan data pribadi menjadi isu penting seiring dengan terus meningkatnya serangan siber di era transformasi digitalisasi industri.

    SAS sebagai perusahaan pengembangan perangkat lunak Statistical Analyst System (SAS) mengungkapkan sejumlah tantangan dalam menjaga keamanan data privasi saat ini. Hal ini terkait faktor eksternal mengenai peningkatan volume data yang tumbuh eksponensial sehingga semakin sulit melacak dan mengamankan data.

    Sementara faktur internal mengenai pemprosesan data secara real-time menciptakan risiko seiring dengan serang siber yang kian canggih yang berbasis AI Artificial intelligence (AI) hingga ransomeware.

    SAS Regional Director For Malaysia, Indonesia, Phillipines & Vietnam, Febrianto Siboro juga menyebutkan tuntutan terhadap kepatuhan regulasi seperti UU perlindungan data pribadi sebagai hal penting dalam pengembangan sistem keamanan data Tanah Air.

    SAS melihat penerapan sistem keamanan data di kawasan ASEAN memiliki tahap kesiapan penerapan standar keamanan data yang kuat yang terkait regulasi hingga manajemen data. Oleh karena itu Analitik SAS menghadirkan teknologi pengelolaan big data perusahaan yang lebih efisien untuk mendorong transformasi digital.

    Seperti apa solusi teknologi SAS membantu industri mengelola dan memanfaatkan big data? Selengkapnya simak dialog Shinta Zahara dengan SAS Regional Director For Malaysia, Indonesia, Phillipines & Vietnam, Febrianto Siboro dalam Profit,CNBCIndonesia (Kamis, 06/03/2025)

  • Gaet Kaspersky-Gojek, Telkomsel Luncurkan Paket Swadaya Aman buat Driver

    Gaet Kaspersky-Gojek, Telkomsel Luncurkan Paket Swadaya Aman buat Driver

    Jakarta

    Telkomsel bersama Kaspersky dan Gojek resmi meluncurkan Paket Swadaya Aman, solusi digital yang menggabungkan konektivitas unggul dengan perlindungan keamanan siber. Paket ini bertujuan guna meningkatkan perlindungan data pribadi dan pengalaman digital yang lebih aman bagi Mitra Driver Gojek.

    VP Enterprise Product Management and Development Telkomsel, Kwok Wai Kiat, mengatakan Telkomsel melalui Paket Swadaya Aman berupaya memberikan solusi digital komprehensif guna mendukung produktivitas serta memberikan ketenangan bagi mitra driver saat sedang beraktivitas.

    “Melalui Paket Swadaya Aman, kami berupaya memberikan solusi digital komprehensif yang dapat mendukung produktivitas dan memberikan ketenangan bagi mitra driver saat menjalankan aktivitas sehari-hari. Kolaborasi ini mencerminkan semangat Telkomsel untuk terus menghadirkan solusi yang relevan bagi ekosistem digital Indonesia,” ungkap Kwok dalam keterangan tertulis, Kamis (6/2/2025).

    Selain itu, Head of Region Gojek, Gede Manggala, mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik kolaborasi ini. Inisiatif tersebut juga selaras dengan misi Gojek untuk memberikan dukungan maksimal bagi mitra driver dalam menjalankan aktivitas mereka.

    “Kami menyambut baik kolaborasi dengan Telkomsel dan Kaspersky untuk menghadirkan Paket Swadaya Aman. Inisiatif ini selaras dengan misi kami untuk memberikan dukungan maksimal bagi mitra driver dalam menjalankan aktivitas mereka. Dengan adanya solusi ini, kami berharap mitra driver dapat merasa lebih aman dan fokus pada produktivitas sehari-hari,” ucapnya.

    Tidak hanya Manggala, Head of Consumer Channel for Asia Pacific di Kaspersky, Choon Hong Chee, turut memberikan komentarnya. Ia menyampaikan bahwa pihaknya bangga menjadi bagian dari kolaborasi strategis dengan Telkomsel dan Gojek.

    “Kami bangga menjadi bagian dari kolaborasi strategis ini dengan Telkomsel dan Gojek. Integrasi solusi Kaspersky Standard Mobile ke dalam ‘Paket Swadaya Aman’ ditujukan untuk memberikan perlindungan optimal terhadap ancaman siber, sehingga pengguna Indonesia dapat merasakan ekosistem digital yang lebih aman dan lancar,” tuturnya.

    Inovasi yang menjadi bagian dari inisiatif #PastiAdaSolusi dari Telkomsel ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan Mitra Driver Gojek di tengah tantangan era digital. Sebagai paket baru yang dapat dipilih selain Paket Swadaya reguler, Paket Swadaya Aman mengintegrasikan konektivitas Telkomsel dengan perlindungan digital Kaspersky Standard Mobile yang menawarkan fitur-fitur unggulan, di antaranya:

    Real-Time Antivirus: Melindungi perangkat dari ancaman malware dan virus.Online Payment Protection: Memastikan keamanan transaksi digital.Performance Optimization: Menjaga performa perangkat tetap optimal.

    Selain perlindungan digital selama 1 bulan, Paket Swadaya Aman memungkinkan Mitra Driver Gojek untuk menikmati kuota internet yang lebih banyak, panggilan suara, dan SMS dengan harga terjangkau.

    Keamanan siber tidak hanya menjadi kebutuhan individu, tetapi juga berperan penting dalam mendukung keberlanjutan ekonomi digital. Dengan semakin meningkatnya ancaman siber, Paket Swadaya Aman hadir sebagai solusi keberlanjutan yang tidak hanya melindungi data pribadi Mitra Driver, tetapi juga meningkatkan keamanan transaksi digital, mengurangi risiko serangan siber, dan mendukung pertumbuhan ekonomi berbasis digital yang lebih aman dan inklusif.

    Untuk mengakses Paket Swadaya Aman, Mitra Driver perlu mendaftarkan diri melalui Gojek. Kemudian, proses aktivasi Paket Swadaya Aman dapat dilakukan dengan mudah melalui aplikasi MyTelkomsel, maupun UMB *168*455#. Setelah aktivasi berhasil, pengguna akan menerima SMS berisi lisensi Kaspersky yang dapat diaktifkan langsung melalui tautan yang tersedia.

    Hingga Februari 2025, lebih dari 100 ribu Mitra Driver telah terdaftar dan merasakan manfaat dari Paket Swadaya Aman. Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan akan solusi yang mengintegrasikan konektivitas dan keamanan digital dalam satu paket.

    Sebagai bagian dari ekosistem GoTo Group, Gojek telah bersinergi dengan Telkomsel untuk menciptakan nilai tambah (synergy value) dalam memperkuat ekosistem digital Indonesia. Kolaborasi ini tidak hanya menghadirkan solusi bagi Mitra Driver, tetapi juga memperkuat fondasi keamanan digital yang mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.

    Langkah ini juga merupakan bagian dari upaya Telkomsel untuk terus berinovasi, terutama melalui semangat #PastiAdaSolusi yang diwujudkan oleh Telkomsel Enterprise, product & technology powerhouse Telkom Group yang fokus menyediakan ragam solusi terkini bagi pelanggan B2B di berbagai sektor.

    Selain itu, Telkomsel Enterprise menghadirkan layanan konektivitas yang fleksibel dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tiap perusahaan, mendukung transformasi digital melalui solusi yang scalable, dan dioptimalkan untuk berbagai jenis bisnis.

    (akn/ega)

  • AS Dakwa 12 Warga Negara China Atas Tuduhan Meretas Lembaga-Lembaga Amerika untuk Beijing – Halaman all

    AS Dakwa 12 Warga Negara China Atas Tuduhan Meretas Lembaga-Lembaga Amerika untuk Beijing – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Departemen Kehakiman Amerika Serikat (AS) mendakwa 12 warga negara China, termasuk dua pejabat dari Kementerian Keamanan Publik (MPS), atas keterlibatan mereka dalam kampanye peretasan yang dijalankan untuk kepentingan Beijing.

    Para tersangka dituduh terlibat dalam serangan dunia maya yang menargetkan lembaga pemerintah Amerika, organisasi keagamaan, kelompok hak asasi manusia, dan media yang mengkritik pemerintah China, Financial Times melaporkan.

    Dakwaan ini melibatkan 10 warga negara China yang diduga memimpin kampanye peretasan selama satu dekade yang dilaksanakan atas permintaan badan intelijen dan kepolisian China.

    Mereka juga diduga menjual data yang diperoleh melalui peretasan kepada Kementerian Keamanan Negara (MSS) dan MPS.

    Para tersangka dikatakan bekerja untuk sebuah perusahaan bernama i-Soon, yang menghasilkan jutaan dolar melalui ekosistem peretas bayaran yang luas.

    Sue Bai, kepala divisi keamanan nasional Departemen Kehakiman AS, mengungkapkan bahwa peretas ini diarahkan oleh agen pemerintah China untuk melakukan serangan siber tanpa pandang bulu terhadap komputer dan jaringan di seluruh dunia.

    Sebagian besar targetnya adalah individu dan organisasi yang mengkritik pemerintah China, serta berbagai lembaga yang berbasis di AS.

    Metode Operasi dan Penghasilan Peretas

    Perusahaan i-Soon, yang diduga terlibat dalam peretasan ini, bekerja untuk badan keamanan China dan juga memperoleh data melalui peretasan independen.

    Data yang dicuri kemudian dijual ke badan-badan keamanan China dengan harga berkisar antara $10.000 hingga $75.000 per kotak masuk email yang dieksploitasi.

    i-Soon diperkirakan akan menghasilkan pendapatan sebesar $75 juta pada tahun 2025.

    Para pejabat AS juga mengungkapkan bahwa kampanye peretasan ini tidak hanya menargetkan lembaga-lembaga di AS, tetapi juga kementerian luar negeri di negara-negara lain seperti Taiwan, India, Korea Selatan, dan Indonesia.

    Tuduhan Terhadap APT27 dan Aksi Salt Typhoon

    Selain itu, Departemen Kehakiman AS juga mendakwa dua anggota kelompok peretas yang dikenal sebagai APT27, Zhou Shuai dan Yin Kecheng, atas dugaan keterlibatan dalam “kampanye intrusi komputer demi keuntungan” selama beberapa tahun terakhir.

    Yin Kecheng diduga terlibat dalam serangan terhadap Departemen Keuangan AS pada akhir 2024.

    Sementara itu, sebuah kampanye peretasan besar lainnya yang dikenal dengan nama Salt Typhoon juga disebutkan, ABC melaporkan.

    Salt Typhoon adalah serangan yang diklaim telah berlangsung selama berbulan-bulan terhadap jaringan telekomunikasi AS, memungkinkan peretas untuk mengakses panggilan telepon yang tidak terenkripsi di AS.

    Reaksi Tiongkok terhadap Dakwaan

    Kementerian Luar Negeri Tiongkok, melalui Kedutaan Besar Tiongkok di Washington, menanggapi dakwaan ini dengan mengecam upaya AS yang dianggap mencoba memaksakan “yurisdiksi lengan panjangnya” terhadap Tiongkok.

    Mereka mendesak AS untuk menghentikan upaya “mencoreng nama baik Tiongkok” dengan menyalahgunakan isu keamanan siber untuk tujuan politik.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)