Kasus: serangan siber

  • Video: Lawan Hacker Migas, Pengusaha Tambah Investasi Keamanan Siber

    Video: Lawan Hacker Migas, Pengusaha Tambah Investasi Keamanan Siber

    Jakarta, CNBC Indonesia- Adopsi teknologi digitalisasi termasuk teknologi Artificial Intelligence (AI) terus berkembang hingga ke sektor energi termasuk pertambangan minyak dan gas. Di Industri migas, digitalisasi teknologi dimanfaatkan untuk meningkatkan efisiensi, produksi hingga meningkatkan aspek keselamatan dan keberlanjutan operasional.

    Di tengah masifnya adopsi teknologi AI, tersimpan ancaman siber yang bisa menyebabkan gangguan operasional dan sistem distribusi, kerugian keuangan hingga mengancam keselamatan data dan jiwa.

    Head of Digitalization PT Petrosea Tbk (PTRO), Sudarto Unsurlany menyebutkan adopsi teknologi AI pada sektor energi mampu mempercepat proses produksi migas meski di sisi lain serangan siber berbasis AI juga terus menghantui.

    Menghadapi ancaman siber di sektor energi dan tambang, Petrosea melaksanakan sejumlah strategi termasuk penguatan tim Cyber Security, memperkuat kerjasama keamanan siber dan peningkatan pembiayaan bagi keamanan siber.

    Seperti apa strategi perusahaan migas menghadapi ancaman siber? Selengkapnya simak dialog Crysania Suhartanto dengan Head of Digitalization PT Petrosea Tbk (PTRO), Sudarto Unsurlany dalam Profit, CNBC Indonesia (Senin, 16/06/2025)

  • Video: Serangan Siber Hantui Adopsi AI, Keamanan Siber RI Kuat Hadapi?

    Video: Serangan Siber Hantui Adopsi AI, Keamanan Siber RI Kuat Hadapi?

    Jakarta, CNBC Indonesia- Perusahaan Jaringan dan teknologi komunikasi Asal Amerika Serikat, Cisco yang juga merupakan anggota US-ASEAN Business Council berfokus pada “Powering an Inclusive Future for All” untuk memanfaatkan kemajuan teknologi agar dapat dinikmati oleh semua orang.

    Telah hadir di Indonesia selama 20 tahun, Cisco juga mengembangkan fokus bisnis sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan solusi keamanan siber dengan 4 bisnis utama yakni enterprise networking, collaboration technology, data center dan Cyber security.

    Country Managing Director Cisco Indonesia, Marina Kacaribu menyebutkan ekspansi bisnis Cisco tidak hanya ke bisnis jaringan komunikasi namun juga diperluas ke sistem keamanan.

    Ekspansi ini tidak lepas dari perkembangan adopsi teknologi digitalisasi termasuk teknologi Artificial Intelligence (AI) yang terus meluas di Indonesia di berbagai sektor mulai dari sektor keuangan hingga ke kesehatan. Meski demikian terdapat tantangan terkait kesiapan infrastruktur dan kemampuan SDM/digital talent.

    Seperti apa prospek dan tantangan adopsi AI di Indonesia? Selengkapnya simak dialog Dina Gurning dengan Country Managing Director Cisco Indonesia, Marina Kacaribu, Henry dalam Profit, CNBC Indonesia (Senin, 16/06/2025)

  • Perang Meluas, Iran Lancarkan Serangan Siber ke Infrastruktur Israel

    Perang Meluas, Iran Lancarkan Serangan Siber ke Infrastruktur Israel

    Jakarta

    Konflik Israel dan Iran tidak hanya terjadi secara fisik, namun juga serangan di dunia maya. Sejak ketegangan terjadi pekan lalu, tercatat ada peningkatan 700% serangan siber terhadap Israel selama dua hari terakhir.

    Menurut firma keamanan siber Radware, peningkatan serangan siber tersebut berupa aktivitas jaringan berbahaya yang menargetkan infrastruktur Israel.

    “Peningkatan aktivitas jahat sebesar 700% hanya dalam kurun waktu dua hari bermula dari operasi pembalasan siber oleh aktor negara Iran dan kelompok peretas pro-Iran, termasuk serangan DDoS, upaya infiltrasi yang menargetkan infrastruktur penting, pencurian data, dan kampanye penyebaran malware,” kata Ron Meyran, VP Cyber Threat Intelligence di Radware dilansir dari The Jerusalem Post, Senin (16/6/2025).

    Peningkatan serangan yang diamati oleh Radware terjadi tak lama setelah berita serangan Israel terhadap Iran. Kelompok peretas Iran langsung merespon dengan melancarkan serangan siber terhadap infrastruktur penting Israel.

    Lebih lanjut, Radware menambahkan, situs web pemerintah, lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi, dan infrastruktur penting termasuk di antara berbagai target serangan.

    “Kelompok cyber yang disponsori negara Iran diperkirakan akan mengintensifkan operasi mereka yang bertujuan mengganggu infrastruktur dan pengaruh psikologis,” kata perusahaan.

    Dikutip dari detiknews, Israel meluncurkan ‘Operation Rising Lion’ dengan serangan mendadak pada Jumat (13/6) pagi yang menewaskan pejabat eselon atas dalam komando militer Iran dan memicu kerusakan pada situs-situs nuklirnya. Ditegaskan oleh Tel Aviv bahwa serangannya akan terus meningkat dalam beberapa hari ke depan.

    Iran sendiri bersumpah untuk ‘membuka gerbang neraka’ sebagai balasan atas rentetan serangan Israel.

    Israel mengatakan rentetan serangannya terhadap Iran bisa berlangsung selama berminggu-minggu. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahkan telah menyerukan secara terbuka kepada rakyat Iran untuk bangkit dan bersatu melawan para pemimpin ulama Islam mereka, yang disebutnya sebagai rezim jahat dan penindas.

    Israel dan Iran terus terlibat aksi saling serang, salah satunya pada Minggu (15/6) malam, yang menewaskan banyak orang dan memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.

    (agt/fay)

  • Google Ingatkan Pengguna Gmail untuk Update Akun, Ada Bahaya Mengintai

    Google Ingatkan Pengguna Gmail untuk Update Akun, Ada Bahaya Mengintai

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google baru-baru ini mengeluarkan peringatan kepada para pengguna Gmail untuk segera meningkatkan keamanan akun mereka.

    Raksasa teknologi ini mengungkapkan bahwa 61% pengguna email telah menjadi target serangan siber, sementara pengguna layanan pesan teks di Amerika Serikat menghadapi risiko yang bahkan lebih tinggi.

    Google memperingatkan bahwa lebih dari 60% pengguna di AS mengalami peningkatan jumlah penipuan digital selama setahun terakhir. Parahnya lagi, lebih dari separuh dari mereka menyatakan pernah mengalami kebocoran data pribadi.

    Mengutip laporan Forbes, Minggu (15/6/2025), mayoritas pengguna masih menggunakan metode masuk yang lama seperti kata sandi dan otentikasi dua faktor (2FA), padahal sistem tersebut sudah tidak lagi cukup aman.

    Google mendorong pengguna untuk segera beralih ke sistem keamanan terbaru, yaitu passkey dan social sign-in seperti “Sign in with Google”.

    Pembaruan ini tak hanya mencakup akun Gmail, tetapi juga seluruh layanan Google yang digunakan sehari-hari, termasuk aplikasi dan situs web yang terhubung dengan akun Google.

    Kabar baiknya, pengguna dari generasi muda seperti Gen Z mulai meninggalkan kata sandi dan memilih teknologi yang lebih canggih. Meski mereka cenderung mengulang penggunaan kata sandi, generasi ini lebih terbuka terhadap passkey dan metode login berbasis perangkat.

    Google menegaskan bahwa kata sandi bukan hanya merepotkan, tetapi juga mudah disusupi dan seringkali menjadi korban kebocoran data.

    Oleh karena itu, Google mendorong pengguna untuk menggunakan alat yang secara otomatis melindungi akun, seperti passkey, sebuah metode autentikasi yang menggunakan sidik jari atau Face ID untuk login, tanpa perlu memasukkan kata sandi.

    Laporan keamanan dari Check Point semakin menegaskan urgensi pembaruan ini. Mereka menyatakan bahwa pelanggaran data kini bukan soal jika tetapi kapan.

    Menurut mereka, para peretas saat ini tidak lagi ‘meretas’ secara teknis, melainkan hanya masuk menggunakan kredensial yang sudah dicuri lewat phishing, rekayasa sosial, atau serangan brute force. Setelah berhasil masuk, mereka bisa mencuri data tanpa terdeteksi selama berbulan-bulan.

    Dengan meningkatnya ancaman terhadap akun Google, Google mengimbau agar pengguna segera mengganti metode keamanan akun mereka. Disarankan untuk berhenti menggunakan kata sandi dan SMS 2FA, serta mulai menggunakan aplikasi autentikator atau Google Prompt yang lebih aman.

    Google mengatakan bahwa kata sandi pada akhirnya akan hilang dan semakin jarang digunakan, tapi para pengguna bisa mempercepat peningkatan ke akun sekarang.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peperangan Israel vs Iran Meluas ke Dunia Maya, AS-China Berpotensi Terlibat

    Peperangan Israel vs Iran Meluas ke Dunia Maya, AS-China Berpotensi Terlibat

    Bisnis.com, JAKARTA — Konflik militer antara Israel dan Iran kini memasuki babak baru di era perang hibrida (hybrid war). Kedua negara, yang sama-sama memiliki kemampuan siber destruktif tingkat tinggi, diprediksi meningkatkan intensitas serangan digital sebagai bagian dari strategi perang.

    Para pakar keamanan siber memperingatkan Iran kemungkinan besar akan membalas serangan rudal Israel terhadap fasilitas nuklir dan komandan militernya dengan operasi siber, yang bahkan bisa menyasar target-target di Amerika Serikat.

    “Saya memperkirakan akan ada komponen siber dalam aktivitas Israel dan Iran,” ujar mantan penasihat Gedung Putih dan kini CEO Cyber Threat Alliance Michael Daniel.

    Daniel menambahkan kedua negara mampu melakukan berbagai aksi, mulai dari serangan DDoS yang hanya mengganggu layanan daring sementara, hingga serangan wiper yang merusak sistem secara permanen.

    Minimal, kedua pihak pasti menggunakan siber untuk spionase dan pengintaian,” kata Daniel.

    Dilansir dari Register, Sabtu (14/6/2025) analis utama Google Threat Intelligence Group John Hultquist mengatakan bahwa aktivitas siber Iran selama ini memang sudah menargetkan pemerintah dan militer AS, namun eskalasi konflik bisa memperluas serangan ke infrastruktur vital milik swasta dan bahkan individu.

    Meski Iran memiliki kapasitas untuk melakukan serangan destruktif, tingkat keberhasilan dan kecanggihan teknisnya masih terbatas. Pada 2023, kelompok CyberAv3ngers yang berafiliasi dengan Garda Revolusi Iran berhasil membobol sistem air di AS dengan memanfaatkan kata sandi default pada perangkat kontrol industri.

    Mereka juga sempat mengendalikan sistem air dan bahan bakar di AS dan Israel menggunakan malware khusus. Namun, menurut Annie Fixler dari Foundation for Defense of Democracies, para peretas Iran belum sepenuhnya memahami akses yang mereka miliki.

    “Mereka bisa saja menyebabkan gangguan besar jika lebih cerdas. Saya tidak akan terkejut jika Iran mengaktifkan lebih banyak operator siber untuk menyerang target di Israel dan AS,” kata Fixler.

    Ilustrasi serangan siber

    Dia menuturkan bahkan jika tidak ada perintah langsung dari Teheran, kelompok pro-rezim bisa saja bergerak sendiri.

    Israel dinilai cukup tangguh menghadapi serangan siber Iran, namun Amerika Serikat justru memiliki banyak celah, terutama di sektor utilitas kecil dan operator infrastruktur penting. Fixler memperingatkan perusahaan-perusahaan AS harus waspada agar tidak menjadi target empuk bagi Iran.

    Hultquist menambahkan, serangan siber Iran seringkali dilebih-lebihkan untuk tujuan psikologis. “Banyak serangan mereka bertujuan menimbulkan kepanikan, bukan kerusakan nyata, biasanya, mereka menggunakan wiper untuk menyerang infrastruktur penting. Kita mungkin akan melihat lebih banyak serangan seperti itu di Israel, bahkan di AS,” kata Hultquist.

    Penasihat keamanan siber dan mantan anggota Komisi Keamanan Siber AS Tom Kellermann memperkirakan kelompok CyberAv3ngers dan Cyber Army Iran akan melancarkan serangan destruktif ke sektor air, listrik, dan transportasi, termasuk menggunakan ransomware NotPetya-style dan wiper.

    Dia juga mengingatkan tentang potensi kolaborasi Iran dengan Rusia dan China, yang sama-sama memiliki kekuatan siber besar.

    “Jika AS ikut terlibat, China bisa saja melancarkan serangan siber untuk membantu Iran. Jika Israel menyerang minyak Iran—yang banyak diimpor China—China juga bisa bertindak,” kata Kellermann

  • Indonesia Sasaran Kejahatan Siber

    Indonesia Sasaran Kejahatan Siber

    Jakarta: Lonjakan penggunaan perangkat Android di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir disebut turut membawa risiko baru di ranah keamanan digital. Indonesia menjadi sasaran kejahatan siber.

    Data Google pada 2023 menyebut 89% penduduk Indonesia menggunakan sistem operasi Android. Indonesia menjadi negara dengan angka pemasangan aplikasi berbahaya atau potentially harmful apps (PHA) tertinggi dari Google Play Store.

    Fenomena ini tidak hanya mencerminkan tingginya penetrasi digital di masyarakat, tetapi juga membuka celah besar bagi kejahatan siber yang terus berevolusi.

    Serangan siber tidak lagi hanya menyasar institusi besar, tetapi kini menjangkaupengguna individu dengan cara yang semakin halus dan sulit dikenali.

    Direktur PT Mastersystem Infotama Lintar Wardana mengatakan penjahat siber kini makin canggih dalam menyamarkan aplikasi berbahaya menjadi file umum seperti undangan pernikahan, pemberitahuan paket, bahkan pesan dari bank.

    Setelah file dibuka, aplikasi jahat tersebut akan berjalan secara otomatis dan berpotensi mengambil alih kendali perangkat, termasuk mengakses data sensitif pengguna.

    “Banyak masyarakat tidak sadar file yang terlihat biasa saja bisa menjadi ancaman besar bagi keamanan digital mereka. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya AmanTerus,” kata Lintar Wardana saat meluncurkan aplikasi AmanTerus, di Kuningan, Jakarta Selatan.

    Wardana menyebut masyarakat membutuhkan sistem perlindungan yang tidak hanya mendeteksi, tetapi juga memberikan informasi jelas dan tindakan lanjut yang mudah dilakukan pengguna.

    “Ini (AmanTerus) hasil karya anak bangsa yang dikembangkan dengan semangat menjaga keamanan digital nasional, dirancang agar ringan dan tidak mengganggu koneksi internet atau performa ponsel,” katanya.

    AmanTerus memiliki dua fitur, App Protection berfungsi mendeteksi aplikasi berbahaya yang telah terpasang di perangkat, baik secara otomatis maupun manual.

    Web Protection bekerja untuk mengidentifikasi URL dan IP address yang dicurigai berbahaya. Dengan sistem pemantauan real-time terhadap aktivitas online, pengguna akan mendapatkan peringatan jika mengakses tautan yang terindikasi sebagai ancaman.

    “Kami berharap masyarakat bisa lebih tenang dalam menggunakan perangkat Android mereka, baik saat membuka pesan, menjelajahi internet, maupun mengunduh aplikasi,” kata General Manager Automation and Networking PT Mastersystem Infotama, Ardi Haris.

    Jakarta: Lonjakan penggunaan perangkat Android di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir disebut turut membawa risiko baru di ranah keamanan digital. Indonesia menjadi sasaran kejahatan siber.
     
    Data Google pada 2023 menyebut 89% penduduk Indonesia menggunakan sistem operasi Android. Indonesia menjadi negara dengan angka pemasangan aplikasi berbahaya atau potentially harmful apps (PHA) tertinggi dari Google Play Store.
     
    Fenomena ini tidak hanya mencerminkan tingginya penetrasi digital di masyarakat, tetapi juga membuka celah besar bagi kejahatan siber yang terus berevolusi.

    Serangan siber tidak lagi hanya menyasar institusi besar, tetapi kini menjangkaupengguna individu dengan cara yang semakin halus dan sulit dikenali.
     
    Direktur PT Mastersystem Infotama Lintar Wardana mengatakan penjahat siber kini makin canggih dalam menyamarkan aplikasi berbahaya menjadi file umum seperti undangan pernikahan, pemberitahuan paket, bahkan pesan dari bank.
     
    Setelah file dibuka, aplikasi jahat tersebut akan berjalan secara otomatis dan berpotensi mengambil alih kendali perangkat, termasuk mengakses data sensitif pengguna.
     
    “Banyak masyarakat tidak sadar file yang terlihat biasa saja bisa menjadi ancaman besar bagi keamanan digital mereka. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya AmanTerus,” kata Lintar Wardana saat meluncurkan aplikasi AmanTerus, di Kuningan, Jakarta Selatan.
     
    Wardana menyebut masyarakat membutuhkan sistem perlindungan yang tidak hanya mendeteksi, tetapi juga memberikan informasi jelas dan tindakan lanjut yang mudah dilakukan pengguna.
     
    “Ini (AmanTerus) hasil karya anak bangsa yang dikembangkan dengan semangat menjaga keamanan digital nasional, dirancang agar ringan dan tidak mengganggu koneksi internet atau performa ponsel,” katanya.
     
    AmanTerus memiliki dua fitur, App Protection berfungsi mendeteksi aplikasi berbahaya yang telah terpasang di perangkat, baik secara otomatis maupun manual.
     
    Web Protection bekerja untuk mengidentifikasi URL dan IP address yang dicurigai berbahaya. Dengan sistem pemantauan real-time terhadap aktivitas online, pengguna akan mendapatkan peringatan jika mengakses tautan yang terindikasi sebagai ancaman.
     
    “Kami berharap masyarakat bisa lebih tenang dalam menggunakan perangkat Android mereka, baik saat membuka pesan, menjelajahi internet, maupun mengunduh aplikasi,” kata General Manager Automation and Networking PT Mastersystem Infotama, Ardi Haris.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (FZN)

  • Bamsoet dukung rencana TNI AD rekrut 24 ribu prajurituntuk BTP

    Bamsoet dukung rencana TNI AD rekrut 24 ribu prajurituntuk BTP

    “Mendukung rencana TNI Angkatan Darat membentuk Batalyon Teritorial Pembangunan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan pelayanan kesehatan masyarakat,”

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua Umum Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (FKKPI) Bambang Soesatyo mendukung rencana Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) merekrut 24 ribu prajurit baru untuk pembentukan Batalyon Teritorial Pembangunan (BTP).

    “Mendukung rencana TNI Angkatan Darat membentuk Batalyon Teritorial Pembangunan untuk memperkuat ketahanan pangan nasional dan pelayanan kesehatan masyarakat,” kata Bamsoet, sapaan karibnya, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

    Hal itu disampaikannya saat menghadiri acara “Penyelenggaraan Komunikasi Sosial Dengan Keluarga Besar TNI Tingkat Pusat Tahun 2025” di Graha Pusat Zeni TNI Angkatan Darat (Pusziad), Jakarta, Rabu.

    “Mereka (calon tamtama yang direkrut) akan disebar di 514 kabupaten/kota untuk mengurus pertanian, perkebunan, peternakan, maupun pelayanan kesehatan. Setiap batalyon akan menggarap lahan 20 hektare,” ujar anggota Komisi III DPR RI itu.

    Dia lantas menuturkan bahwa di era globalisasi yang semakin kompleks dan dinamis, Indonesia akan menghadapi tantangan keamanan yang jauh melampaui paradigma konvensional.

    Ancaman yang akan dihadapi, menurut dia, tidak lagi hadir dalam bentuk serangan militer langsung, melainkan telah bergeser ke bentuk yang lebih halus, tersembunyi dan multidimensional.

    Dia menyinggung salah satu konsep yang menggambarkan kondisi tersebut adalah “accelerated warfare” dan perang Generasi V yang menekankan pentingnya dominasi informasi, perang opini, pengaruh siber, serta infiltrasi budaya dan sosial.

    “Dalam kondisi ini, garis pemisah antara masa damai dan masa perang menjadi kabur. Negara dapat diserang dan dilemahkan tanpa satu pun peluru ditembakkan karena alat-alat penghancur utama kini berupa algoritma, narasi, dan manipulasi persepsi publik,” ucapnya.

    Dia membeberkan data terbaru menunjukkan peningkatan ancaman siber di Indonesia, dengan laporan bahwa serangan siber terhadap berbagai institusi pemerintah dan swasta meningkat tajam.

    Hal tersebut, lanjut dia, menegaskan betapa pentingnya penguatan koordinasi antarlembaga dalam menghadapi ancaman siber yang bisa merusak stabilitas sosial dan politik.

    Untuk itu, dia mengingatkan Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman yang berpotensi memicu hilangnya kemerdekaan dengan bahaya ancaman yang masuk dalam kategori unknown threat dan membuat Indonesia seolah ‘tidur dengan musuh”.

    Menurut dia, salah satu langkah krusial dalam menanggulangi ancaman tersebut adalah dengan memperbarui paradigma dan sistem keamanan nasional yang ada.

    “Paradigma keamanan nasional Indonesia harus bergeser menuju pendekatan keamanan komprehensif yang mengedepankan perlindungan terhadap negara, masyarakat, dan individu secara simultan,” katanya.

    Menurut dia, keterlibatan seluruh warga negara, termasuk Keluarga Besar TNI, menjadi sangat penting dalam konteks Sistem Keamanan Semesta untuk membangun kesadaran kolektif dalam menghadapi berbagai ancaman multidimensi.

    “Keluarga Besar TNI harus hadir sebagai pelurus, sebagai penyebar pesan-pesan damai, dan penjaga akal sehat masyarakat. Narasi yang dibangun harus mampu mengangkat nilai-nilai keindonesiaan yang adil, setara, dan menjunjung martabat semua golongan,” kata dia.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Agus Setiawan
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kaspersky Peringati Serangan Siber dengan AI, Desak Pertahanan Proaktif SOC

    Kaspersky Peringati Serangan Siber dengan AI, Desak Pertahanan Proaktif SOC

    JAKARTA – Perusahaan keamanan siber dan digital global Kaspersky mengingatkan tentang meningkatnya penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) dalam serangan siber di seluruh Kawasan Asia Pasifik (APAC).

    Menurut Kaspersky, pada tahun 2024 terjadi lebih dari 3 miliar serangan malware secara global. Kejahatan siber finansial juga melonjak di seluruh dunia, dengan peningkatan 2x lipat jumlah korban ancaman finansial seluler dan meningkatnya serangan phishing yang menargetkan aset kripto.

    Namun lebih parahnya, sifat ancaman berubah dengan AI menjadi pedang bermata dua dalam keamanan siber. Di mana para pelaku kini menggunakan AI untuk membuat konten phising seperti deepfake, hingga mengembangkan malware.

    Melihat hal tersebut, Kaspersky menekankan pentingnya SOC (Pusat Operasi Keamanan) generasi berikutnya yang harus berevolusi dengan integrasi AI untuk mampu melakukan deteksi, respons, dan otomatisasi.

    “AI membentuk kembali lanskap ancaman dan pertahanan. Untuk tetap unggul, organisasi membutuhkan lebih dari sekadar alat, mereka membutuhkan SOC cerdas yang menggabungkan otomatisasi, intelijen ancaman, dan keahlian manusia,” kata Adrian Hia, Managing Director untuk Asia Pasifik di Kaspersky.

    Kaspersky mendesak perusahaan untuk mengadopsi strategi keamanan siber yang mendukung AI, termasuk:

    Solusi keamanan untuk mendeteksi malware dan ancaman yang didukung AI dalam rantai pasokanAlat intelijen ancaman untuk memantau eksploitasi yang digerakkan oleh AIKontrol akses dan edukasi karyawan untuk mengurangi risiko dari AI bayangan dan kebocoran dataMenetapkan Pusat Operasi Keamanan (Security Operations Center/SOC) untuk pemantauan ancaman secara real-time dan respons cepat.

    SOC merupakan pusat komando terpusat yang memantau, mendeteksi, menganalisis, dan menanggapi insiden keamanan dalam jaringan dan sistem organisasi. 

    “Dengan berinvestasi pada sumber daya, teknologi dan manusia yang tepat, Anda dapat meningkatkan postur keamanan, mengurangi risiko, dan melindungi data sensitif, menjaga reputasi dan keberlangsungan bisnis,” tambah Hia.

  • Penjahat Incar RI Cari Tebusan, Begini Bahaya Serangan AI

    Penjahat Incar RI Cari Tebusan, Begini Bahaya Serangan AI

    CNBC Indonesia, Jakarta – Lonjakan serangan siber di Indonesia sepanjang tahun 2024 menunjukkan bahwa ancaman digital kini makin masif dan kompleks.

    Hal ini disampaikan oleh Country Director Fortinet Indonesia, Edwin Lim, dalam gelaran Fortinet Accelerate Asia 2025 Indonesia Edition, Rabu (11/6/2025).

    Mengacu pada laporan FortiGuard Labs, tercatat 171,5 miliar aktivitas berbahaya terdeteksi di Indonesia selama 2024. Angka ini mencakup aktivitas distribusi malware sebanyak 35,2 juta, serta aktivitas botnet yang mencapai 129 juta insiden.

    Dalam laporan tersebut, ransomware tercatat menjadi ancaman paling dominan. Sepanjang 2024, sebanyak 1.060 ransomware terdeteksi di Indonesia.

    Angka ini naik 108,25% dibandingkan tahun sebelumnya (509 deteksi). Jenis ransomware seperti Lockbit, REvil, Blackcat, dan lainnya mendominasi dengan teknik seperti Data Encrypted for Impact dan Account Access Removal.

    “Ransomware adalah tantangan besar. Banyak yang sudah merasakan betapa repotnya kalau harus begadang karena sistem down, atau backup tidak bisa diandalkan,” kata Edwin di depan para pelaku industri teknologi dan keamanan siber.

    Edwin menekankan bahwa backup harian tidak menjamin keamanan data. Ia menyebut pentingnya proses verifikasi terhadap data yang dibackup.

    “Jangan sampai setelah kita backup, tetap seperti itu. Jadi ransomware is probably one of the biggest challenges yang kita hadapi sekarang. Baik itu dari external attack maupun dari internal attack,” tegasnya.

    Edwin menjelaskan bahwa peningkatan jumlah perangkat, dari data center, endpoint, hingga IoT, membuat lingkungan digital menjadi makin kompleks. Kompleksitas ini menurutnya merupakan “ancaman baru” yang kerap tidak disadari banyak organisasi.

    Dia menyebut bahwa kecerdasan buatan (AI) kini sudah menjadi medan tempur baru dalam dunia keamanan siber. AI tak hanya digunakan oleh pihak keamanan, tapi juga oleh para peretas untuk mempercepat dan memperhalus serangan.

    “Jadi basically kalau kita tidak menggunakan AI juga saat ini, itu juga salah karena aktor juga menggunakan AI untuk menirukan kita.

    Untuk itu, Edwin menekankan pentingnya kombinasi antara teknologi, strategi, dan sumber daya manusia yang kompeten dalam menghadapi ancaman digital yang kian dinamis.

    Risiko makin kompleks

    Dalam kesempatan yang sama, Direktur Strategi dan Kebijakan Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Muchtarul Huda, menekankan bahwa transformasi digital kini telah menjadi tulang punggung pembangunan nasional. Namun juga membawa risiko baru yang tak kalah kompleks, seiring dengan perkembangan teknologi digital dan meningkatnya ketergantungan pada sistem informasi.

    Ia menyebutkan bahwa landskap ancaman digital telah berevolusi menjadi lebih canggih, terorganisir, dan sulit dideteksi, terutama dengan kehadiran teknologi disruptif seperti AI, IoT, cloud computing, dan blockchain.

    “Ancaman seperti serangan ransomware, pencurian data, serangan cyber yang terkoordinasi, hingga penyalahgunaan teknologi AI akan menjadi semakin canggih dan sulit untuk dideteksi,” ujar Huda yang datang mewakili Menteri Komdigi Meutya Hafid.

    Di satu sisi, AI dapat dimanfaatkan untuk memperkuat sistem pertahanan siber, mendeteksi pola serangan secara real time, mengidentifikasi celah keamanan lebih awal, hingga merespons ancaman dalam hitungan detik.

    Namun di sisi lain, AI juga bisa dimanipulasi menjadi alat untuk melancarkan serangan yang lebih kompleks dan sulit dilacak.

    Untuk itu, Huda menekankan pentingnya investasi dalam riset dan pengembangan teknologi ini sangat penting agar dapat mengantisipasi dan menangkal serangan siber secara efektif.

    “Dari sisi pemerintah, kami Komdigi memandang bahwa keamanan siber bukan sekedar aspek teknis melainkan komponen strategis dari kedaulatan digital dan daya saing nasional,” ujarnya.

    Oleh karena itu, dalam rangka strategis nasional transformasi digital, keamanan siber ditempatkan sebagai core foundation bukan sebagai penghambat inovasi, tetapi justru sebagai enabler yang memungkinkan transformasi digital terjadi secara kredibel dan berkelanjutan.

    (dem/dem)

  • Video: Serangan Siber Makin Ngeri, Mastercard Perkuat Sistem Keamanan

    Video: Serangan Siber Makin Ngeri, Mastercard Perkuat Sistem Keamanan

    Jakarta, CNBC Indonesia- Sebagai perusahaan teknologi sistem pembayaran yang menyediakan layanan dan jaringan transaksi elektronik melalui kartu kredit, debit, dan prabayar, Mastercard terus berekspansi di tengah perkembangan ekonomi digital.

    Country Manager & President Director Mastercard Indonesia, Aileen Goh menyebutkan transformasi teknologi digitalisasi turut mendorong ekspansi ragam layanan sistem pembayaran Mastercard ke pembayaran e-wallet, rekening bank dan transaksi digital lainnya.

    Selain itu Mastercard juga terus memperkuat layanan keamanan siber untuk memastikan keamanan transaksi maupun keamanan data nasabah, dimana sejak 2018, Mastercard telah berinvestasi USD 11 Miliar dalam keamanan siber.

    Seperti apa penguatan layanan digital dan sistem keamanan siber Mastercard? Selengkapnya simak dialog Safrina Nasution dengan Country Manager & President Director Mastercard Indonesia, Aileen Goh dalam Profit, CNB CIndonesia (Selasa, 10/06/2025)