Kasus: serangan siber

  • Cloudflare Perluas Project Galileo, Lindungi Media Independen dari Bot AI

    Cloudflare Perluas Project Galileo, Lindungi Media Independen dari Bot AI

    JAKARTA – Cloudflare mengumumkan perluasan Project Galileo untuk membantu organisasi nirlaba dan media independen, dalam memantau dan mengontrol bagaimana layanan AI mengakses konten di situs web mereka. 

    Peserta program—yang terdiri dari 750 jurnalis, organisasi berita independen, dan organisasi nirlaba yang mendukung pengumpulan berita di seluruh dunia—akan memiliki akses ke manajemen bot dan AI Crawl Control Cloudflare untuk melindungi situs web mereka dari perayap AI yang tidak dikehendaki secara gratis.

    Perluasan ini sejalan dengan semakin tingginya tantangan bagi organisasi nirlaba dan berita dalam melakukan transisi ke web yang didukung AI. Semakin banyaknya orang yang menggunakan model AI untuk memperoleh informasi, mereka cenderung tidak mengunjungi situs web asli tempat informasi berasal. 

    “Saya percaya pada jurnalisme, dan saya percaya bahwa akurasi berita lokal dan independen sangat penting bagi internet dan masyarakat yang sehat,” ungkap Matthew Prince, salah satu pendiri dan CEO Cloudflare. 

    Saat pertama kali diluncurkan, Project Galileo, dirancang membantu menghentikan serangan siber yang bisa membungkam suara jurnalis dan pekerja hak asasi manusia secara online. 

    “ Sekarang, visi ini meluas dan kami ingin memastikan evolusi AI berjalan sesuai keinginan mereka, bukan sebaliknya,” tambah Matthew. 

    Sejak tahun 2014, Project Galileo Cloudflare telah membantu melindungi organisasi nirlaba, jurnalis, pembela hak asasi manusia, dan kelompok rentan dari ancaman siber. 

    Pada awal tahun ini, Cloudflare mengumumkan bagaimana mereka membantu penerbit besar dan kreator konten dari semua jenis untuk lebih mengontrol dan memantau bagaimana perayap AI mengakses konten di situs web mereka. 

    Sekarang, Cloudflare ingin menyediakan alat-alat yang dibutuhkan secara gratis, kepada lebih banyak organisasi nirlaba dan jurnalis serta membantu mereka beradaptasi lebih baik dengan web yang didukung AI. 

    Cloudflare juga berkomitmen untuk memperluas akses ke alat-alat AI bagi organisasi nirlaba dan organisasi kepentingan publik demi memodernisasi cara mereka menggunakan dan membangun dengan AI guna mendukung misi mereka dengan lebih baik.

  • Modus Baru Penipuan Incar Karyawan Pakai OTP, Google Ungkap Cara Cegah

    Modus Baru Penipuan Incar Karyawan Pakai OTP, Google Ungkap Cara Cegah

    Jakarta, CNBC Google – Google kembali mengeluarkan peringatan keamanan menyusul serangan siber terbaru yang menyasar pengguna Gmail. Modus penipuan kali ini memadukan email dan panggilan telepon untuk mengambil alih akun korban.

    Raksasa teknologi itu sebelumnya telah mengonfirmasi adanya kebocoran data setelah basis data Salesforce miliknya diretas oleh kelompok peretas ShinyHunters. Tak hanya pengguna Google Cloud yang menjadi target, pengguna Gmail pun kini dilaporkan banyak menerima serangan dengan skema hybrid.

    Laporan dari forum daring Gmail mengungkap pola penipuan yang dijalankan. Korban pertama-tama menerima telepon dari seseorang yang mengaku staf dukungan Google. Pelaku memperingatkan adanya percobaan peretasan akun, lalu menyarankan korban segera melakukan reset kata sandi.

    Selanjutnya, korban menerima email reset akun Gmail yang berisi kode verifikasi keamanan. Penipu lantas meminta korban membacakan kode tersebut melalui telepon dengan dalih membantu melindungi akun. Padahal, saat kode dibocorkan, akun Gmail korban justru diretas secara real-time.

    Google mencatat, ancaman pencurian kata sandi lewat email naik 84% pada tahun lalu dan tren ini makin meningkat di 2025. Dengan basis pengguna sekitar 2,5 miliar orang atau 30% populasi dunia, Gmail menjadi target penjahat siber karena menyimpan data berharga yang bisa dimanfaatkan untuk serangan lanjutan.

    “Kami mendorong semua pengguna untuk tetap waspada,” kata juru bicara Google, dikutip dari Forbes, Jumat (19/9/2025).

    Tips keamanan Google

    Untuk mengantisipasi serangan ini, Google merilis panduan resmi agar pengguna bisa membedakan peringatan keamanan asli dan palsu. Selain itu, perusahaan menyarankan tiga langkah mitigasi utama:

    Gunakan Google Security Checkup

    Fitur ini memeriksa pengaturan akun dan memberikan rekomendasi untuk menutup celah keamanan.

    Aktifkan Advanced Protection Program

    Program perlindungan tingkat lanjut ini memblokir unduhan berbahaya, membatasi akses aplikasi non-Google, dan menambahkan lapisan keamanan ekstra dalam proses pemulihan akun.

    Google Passkey

    Passkey dinilai lebih aman dibanding SMS atau OTP aplikasi. Menurut Google, kunci keamanan ini terbukti lebih efektif melawan bot otomatis, serangan phishing massal, maupun serangan terarah.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 8.000 Data Anak Dicuri, Orang Tua Panik Dijual Bebas di Dark Web

    8.000 Data Anak Dicuri, Orang Tua Panik Dijual Bebas di Dark Web

    Bisnis.com, JAKARTA — Serangan siber brutal mengguncang jaringan sekolah prasekolah internasional Kido, yang beroperasi di 18 lokasi di atau sekitar London, serta puluhan cabang di Amerika Serikat, India, dan China.

    Para peretas, yang menamai diri mereka Radiant, berhasil mencuri data pribadi sekitar 8.000 anak—termasuk nama, alamat, foto, serta informasi keluarga—dari sistem Kido.

    Radiant juga mengklaim telah mendapat akses ke catatan sensitif perlindungan anak, serta informasi pribadi para orang tua dan pengasuh. Untuk membuktikan ancaman mereka, Radiant memposting sampel data—foto dan profil sepuluh anak—di situs gelap (dark web), sekaligus menuntut uang tebusan dari Kido dan bahkan telah menghubungi beberapa orang tua secara langsung melalui telepon.

    Dilansir dari BBC, Minggu (28/9/2025) Radiant mengambil langkah ekstrem dengan menelpon sejumlah orang tua, mendesak mereka agar menekan pihak sekolah membayar tebusan, sambil mengancam akan mempublikasikan lebih banyak data anak jika tuntutan mereka tidak dipenuhi.

    Bryony Wilde, salah satu orang tua murid di London, mengutuk aksi ini. Bryony berharap masalah ini lekas selesai.

    “Mereka adalah korban tak berdosa. Data pribadi anak-anak seharusnya tidak boleh memiliki nilai apa pun,” tegas Bryony.

    Salah satu keluarga lain membenarkan mereka turut menjadi target namun memuji pihak nursery yang dianggap sudah menangani insiden dengan baik. Kido belum memberi tanggapan, tetapi sudah menghubungi para orang tua, mengonfirmasi insiden dan menenangkan mereka.

    Sementara itu, para pengamat siber memberi tanggapan atas kasus ini. Pakar dari Check Point Software, Graeme Stewart, menyebut tindakan ini sebagai “absolute new low”—level terendah dalam sejarah kejahatan siber.

    “Menargetkan anak-anak dan lembaga pendidikan benar-benar tak bisa dibenarkan,” kata Graeme menurut laporan NYtimes.

    Peneliti National Cyber Security Centre (NCSC) Inggris, Jonathon Ellison, menyebut insiden ini “sangat memprihatinkan”, sebab tren serangan siber ke dunia pendidikan makin meningkat.

    “Peretas kini menyerang siapa saja yang dianggap bisa menghasilkan uang. Menyasar penjaga dan pelaku pendidikan anak adalah kejahatan ekstrem yang keterlaluan,” kata Ellison.

    Radiant mengklaim aksi mereka sebagai “pentest”—penetration test atau uji keamanan yang biasanya dilakukan secara legal oleh perusahaan untuk mencari celah. Namun, para pakar menegaskan: uji siber tanpa izin adalah kejahatan berat. “Sekalipun menyebut diri ‘ethical hacker’, tindakan mencuri dan memeras tanpa izin jelas kriminal,” kata pakar keamanan Sophos.

    Otoritas Inggris, termasuk NCSC dan Information Commissioner’s Office (ICO), telah membuka investigasi atas insiden Kido dan meminta semua pihak tidak membayar tebusan. “Pembayaran hanya membuat kejahatan siber makin marak,” tegas pejabat polisi siber Metropolitan London. Pemerintah dan NCSC menyebarkan panduan dan perlindungan bagi sekolah maupun keluarga korban, serta menuntut seluruh institusi pendidikan melakukan audit keamanan data.

    Serangan ke Kido hanyalah puncak gunung es. Sepanjang 2025, lebih dari sepertiga sekolah di Inggris pernah mengalami serangan siber yang melumpuhkan sistem belajar mengajar.

    Data dari Sophos dan NCSC menunjukkan rata-rata permintaan tebusan ke sekolah kini mencapai £5,1 juta, dengan biaya pemulihan hampir £3 juta per insiden.

    Kasus terbesar tahun lalu dialami sepuluh sekolah di Lancashire yang dipaksa offline selama berminggu-minggu oleh ransomware Rhysida—mengcaukan sistem belajar dan administrasi.

    Para ahli menegaskan, banyak sekolah dan lembaga pendidikan di Inggris memiliki pertahanan digital lemah, sistem yang ketinggalan zaman dan anggaran keamanan siber yang ketat—menjadikan mereka sasaran empuk bagi kejahatan digital.

  • Veeam Ungkap Pentingnya Backup Data, Lebih Berharga dari Emas! – Page 3

    Veeam Ungkap Pentingnya Backup Data, Lebih Berharga dari Emas! – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Perusahaan ketahanan data (data resilience) Veeam Software, resmi meluncurkan layanan Veeam Data Cloud di Indonesia, Kamis (25/9/2025) di Jakarta.

    Kehadiran platform terbaru buatan Veeam ditujukan untuk menjawab kebutuhan atas meningkatnya kasus kebocoran data yang secara langsung menyerang indeks kedaulatan dan keamanan data di tengah perkembangan era digital.

    Berkolaborasi dengan Microsoft, platform Software as a Service (SaaS) ini ditempatkan di pusat data lokal Microsoft Azure, yang siap menyediakan layanan backup data serta saran profesional ketika terjadi kasus serangan siber.

    Country Leader Veeam Indonesia, Laksana Budiwiyono, menjelaskan pentingnya backup data untuk bisa menjadi solusi ketahanan data karena tidak terpacu pada satu perantara tertentu.

    “Di Veeam, layanan jasa konsultasi dan pencadangan data tidak terbatas pada software apapun, semua perangkat lunak dapat dicadangkan. Jadi, ketika terjadi kasus pembobolan, pelanggan tidak perlu khawatir terkait data hilang atau pun terkunci,” ia menjelaskan.

    Menelaah penjelasan tersebut, kasus kebocoran data memang jadi momok mengerikan di hampir seluruh industri. Data yang bocor dapat menjadi sarana penipuan, peminjaman uang tak bertanggung jawab, dan masih banyak lagi.

    Maka dari itu, menurut Laksana, kehadiran layanan ini jelas menjawab kebutuhan masyarakat dan industri—menerapkan secara langsung praktik peraturan Undang-undang No. 27 tahun 2022 yang menuntut data ditempatkan secara fisik di dalam negeri.

    “Kami menjamin kedaulatan data, cadangan data pelanggan tidak pernah keluar dari teritorial Indonesia. Data disimpan dan ditaruh di dalam negeri,” Laksana menekankan.

  • Serangan Siber Makin Beringas, Peretas Incar Sistem Utama dan Cadangan

    Serangan Siber Makin Beringas, Peretas Incar Sistem Utama dan Cadangan

    Bisnis.com, JAKARTA—  Ancaman serangan siber, khususnya ransomware, masih menjadi momok nyata bagi perusahaan di Indonesia. Peretas kini tidak hanya menyerang sistem utama, juga sistem cadangan. 

    Country Leader Veeam Indonesia, Laksana Budiwiyono mengatakan kasus ransomware sering kali menimbulkan dampak berlipat karena sistem cadangan data atau backup perusahaan ternyata tidak dikelola dengan baik.

    “Ya, ransomware masih nyata ada, walaupun itu bukan hal baru. Kalau mungkin terakhir ini kita jarang denger ya, harapan kita gak terjadi gitu ya, tapi ya itu masih 350% masih meningkat,” kata Laksana dalam acara Veeam Media Briefing di Jakarta pada Kamis (25/9/2025). 

    Menurut Laksana, situasi yang umum terjadi di lapangan adalah perusahaan baru menyadari lemahnya sistem cadangan ketika terkena serangan. 

    Dia menyebut banyak kasus di mana backup tidak dapat dipulihkan atau hanya menyimpan data lama, sehingga tidak relevan lagi dengan kebutuhan operasional.

    Bahkan, menurutnya, pelaku siber kini tidak hanya menyerang sistem utama, tetapi juga menjadikan backup sebagai target.

    “Cyber attacker, penjahat cyber, dia kalau nyerang itu sekarang udah sepasang. Engga produksinya doang. Backup-nya juga diincer mau diserang. Itu nyata,” katanya. 

    Dia menegaskan Veeam terus meningkatkan kemampuan layanan keamanan, mulai dari pemantauan harian, dukungan ketika terjadi insiden, hingga pendampingan pasca-serangan.  

    Laksana menambahkan, dalam beberapa kasus, perusahaan bahkan meminta bantuan Veeam untuk memberikan masukan saat menghadapi tuntutan tebusan dari penyerang. Namun, dia mengingatkan, membayar tebusan justru bisa memicu siklus serangan baru.

    “Kalau kita tanya ya sebaiknya jangan. Karena permintaan tebusan itu juga bisa jadi kayak kita kena target berikutnya lagi. Berulang. Artinya, wah ini kalau dari sisi penjahat ini kan customer yang potensial. Punya duit mau bayar, nanti kerjain lagi. Inilah lingkaran setan,” katanya.

    Hal senada juga diungkapkan Chua Chee Pin, Vice President untuk Asia Tenggara dan Korea (SEAK) Veeam. 

    Menurutnya, ancaman siber sangat dinamis dan terus berkembang, terutama dengan keterlibatan teknologi baru seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

    “Masalahnya tentang ancaman siber adalah berubah begitu cepat. Terutama dengan AI. Ada banyak cara baru bagi pelaku kejahatan untuk melakukan sesuatu kepada Anda. Baik itu ransomware, eksfiltrasi data, ada banyak sekali jenisnya,” kata Chee Pin.

    Dia mencontohkan sebuah kasus di Korea di mana penyerang menggunakan stasiun pemancar palsu untuk menipu pengguna layanan seluler sehingga data pribadi bisa dieksfiltrasi. 

    Menurutnya, pola serangan baru terus muncul dan sulit ditentukan mana yang paling umum terjadi di Indonesia.

    “Di Asia Tenggara, sayangnya, banyak negara termasuk di antara negara-negara yang paling banyak diserang di kawasan ini,” tambahnya.

    Chee Pin menekankan, Veeam telah memperkenalkan layanan manajer akun teknis (technical account manager/TAM) untuk membantu perusahaan memahami risiko yang spesifik pada lingkungan mereka. 

    Melalui TAM, pelanggan bisa mendapat pembaruan rutin terkait tren ancaman dan cara mitigasi. Menurutnya, langkah ini membantu perusahaan lebih siap menghadapi ancaman, karena analisis serangan terbaru bisa dibagikan secara berkala kepada pelanggan. 

    “Jadi, memiliki TAM tentu saja akan membantu pelanggan memahami lebih baik apa itu ancaman dan bagaimana kita dapat menanggapinya,” katanyq. 

  • Penerapan UU PDP Belum Optimal Tanpa Lembaga Pengawas

    Penerapan UU PDP Belum Optimal Tanpa Lembaga Pengawas

    Bisnis.com, JAKARTA— Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) yang disahkan pada 2022 disebut sebagai tonggak penting dalam memperkuat regulasi privasi dan keamanan data digital di Indonesia. 

    Namun, dari perspektif keamanan siber, implementasi aturan tersebut dinilai tidak sederhana. Pakar keamanan siber sekaligus Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber Communication and Information System Security Research Center (CISSReC) Pratama Persadha menekankan keberhasilan UU PDP sangat bergantung pada pembentukan lembaga pengawas yang diamanatkan dalam undang-undang.

    “Tanpa adanya otoritas independen yang bertugas mengawasi, memberi sanksi, serta memastikan kepatuhan, eksekusi UU PDP menghadapi tantangan serius, baik secara teknis maupun kelembagaan,” kata Pratama kepada Bisnis pada Kamis (25/9/2025) 

    Menurutnya, salah satu tantangan terbesar adalah kesenjangan antara regulasi dan kesiapan infrastruktur siber di Indonesia. Banyak organisasi, terutama sektor swasta menengah ke bawah, belum memiliki standar keamanan data yang memadai. Kondisi tersebut diperburuk dengan rendahnya literasi digital, baik di kalangan masyarakat maupun pelaku usaha.

    Dia mengatakan, ketika UU PDP menuntut adanya standar teknis dan prosedural dalam pengelolaan data pribadi, implementasinya berisiko terhambat oleh keterbatasan sumber daya, kurangnya tenaga ahli keamanan siber, serta belum adanya model penegakan hukum yang jelas.

    Meski demikian, Pratama mengakui UU PDP tetap memberikan kerangka hukum yang lebih kuat untuk mengurangi risiko kebocoran data dan serangan siber. Adanya kewajiban notifikasi insiden, persetujuan eksplisit pemilik data hingga sanksi administratif maupun pidana, pada prinsipnya mendorong perusahaan meningkatkan standar keamanan.

    Namun, aturan hukum ini bukan berarti mampu menutup seluruh celah teknis maupun regulasi. 

    “Dari sisi teknis, serangan seperti ransomware, phishing, hingga supply chain attack tetap dapat mengeksploitasi kelemahan sistem yang tidak terlindungi dengan baik, meski perusahaan sudah berusaha mematuhi regulasi,” kata Pratama.

    Lebih jauh, dia menekankan absennya lembaga pengawas membuat sanksi dalam UU PDP belum bisa dijalankan secara tegas. Hal ini menimbulkan ruang abu-abu di mana perusahaan bisa saja hanya memenuhi syarat administratif tanpa benar-benar memperkuat pertahanan siber mereka.

    “Para peretas akan tetap memanfaatkan kelemahan tersebut, khususnya karena mereka sadar bahwa pengawasan dan penegakan hukum belum berjalan optimal,” ungkapnya.

    Dalam konteks global, Pratama mengingatkan meningkatnya serangan siber lintas negara dan tensi perang dagang berbasis teknologi membuat Indonesia berada pada posisi rawan. 

    Negara dengan standar perlindungan data ketat, seperti Uni Eropa dengan General Data Protection Regulation (GDPR), cenderung lebih tegas dalam melindungi kedaulatan digitalnya. Sementara Indonesia menurut Pratama masih dalam tahap transisi, yang berarti data pribadi warganya berpotensi menjadi sasaran empuk bagi aktor asing, baik peretas negara maupun kelompok kriminal transnasional.

    Pratama pun menegaskan, jika UU PDP tidak ditegakkan secara optimal, konsekuensinya bisa serius. Masyarakat akan rentan menjadi korban pencurian identitas, penipuan digital, atau eksploitasi data untuk manipulasi politik dan ekonomi. 

    “Di sisi lain, perusahaan menghadapi risiko besar berupa kerugian finansial, reputasi, hingga hilangnya kepercayaan publik dari konsumen maupun mitra internasional,” katanya. 

  • Telkom Gelar Cyberfest Vol. 2 Latih Talenta Muda Hadapi Ancaman Siber

    Telkom Gelar Cyberfest Vol. 2 Latih Talenta Muda Hadapi Ancaman Siber

    Jakarta

    PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui komunitas Digistar Club menggelar Telkom Cyberfest Vol. 2: Cyber Showdown – Hack the Web or Hold the Line untuk mencetak talenta digital unggul. Acara ini ditujukan untuk memperkuat kesiapan generasi muda dalam menghadapi ancaman dunia siber melalui pembelajaran berbasis simulasi langsung.

    Vice President HC Culture & Industrial Relations Telkom Iwan Setiawan, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan acara ini. Menurutnya, Cyberfest Vol. 2 dapat menjadi bekal peserta untuk berkembang di bidang cybersecurity.

    “Cyberfest Vol.2 membuktikan bahwa pembelajaran berbasis simulasi dapat meningkatkan ketangkasan berpikir dan kesiapan praktis para talenta digital. Semoga ajang ini menjadi bekal berharga bagi peserta untuk terus berkembang di bidang cybersecurity,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis, (25/9/2025).

    Acara yang diselenggarakan pada Jumat (19/9) di Telkom Landmark Tower Jakarta, Cyberfest Vol. 2 ini menghadirkan pengalaman nyata yang tidak hanya melatih keterampilan teknis, tetapi juga membentuk pola pikir strategis, kolaboratif, dan adaptif.

    Melalui Simulasi Red Team (offensive security) vs Blue Team (defensive security) sebagai puncak acara dalam skenario nyata serangan dan pertahanan aplikasi web, serta diikuti oleh 50 peserta yang telah diseleksi ketat dari 300 peserta pelatihan daring sebelumnya secara nasional. Simulasi ini sebagian besar diikuti oleh peserta yang berasal dari komunitas Digistar Club, seperti Digistar Connect, Digistar Class Intern, Digistar Community, dan Innovillage.

    Diketahui, ajang ini dibuka oleh Inu Wikantiyoso (Principal Expert – Solution Cybersecurity Telkom Indonesia) dan Raditya Iryandi (Managing Consultant Security Delivery and Operation Telkomsigma) dengan memberikan pemahaman strategis seputar tantangan dan kesiapan dunia industri dalam menghadapi serangan siber.

    Kemudian, materi teknis disampaikan oleh Thufail Agung Fathi (CEH Certified, Cybersecurity Researcher, sekaligus Ranger Digistar Club) yang membawakan topik Attacking the Web, serta Dendi Zuckergates (Founder Orang Siber, CEH, CSA, CTIA) dengan materi Defending Web Infrastructure. Keduanya memberikan gambaran komprehensif terkait taktik eksploitasi kerentanan sistem dan strategi mitigasi melalui firewall serta analisis log.

    Lebih lanjut, selain praktik langsung, kegiatan ini juga dilengkapi sesi diskusi, tanya jawab, dan awarding bagi tim terbaik. Pendekatan pembelajaran yang interaktif ini diharapkan mampu menumbuhkan kemampuan problem solving, critical thinking, dan teamwork sebagai bekal menghadapi industri digital yang semakin menantang.

    Cyberfest Vol. 2 juga menjadi bukti sinergi antara Telkom dan komunitas profesional seperti Orang Siber Indonesia, dalam menghadirkan pengalaman belajar yang relevan dan berdampak. Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan program pengembangan talenta digital Telkom dapat diakses melalui Instagram @LivinginTelkom dan situs resmi www.digistartelkom.id.

    (akn/ega)

  • Misterius! Drone-drone Terbang di Sejumlah Bandara Denmark

    Misterius! Drone-drone Terbang di Sejumlah Bandara Denmark

    Jakarta

    Drone-drone misterius kembali terbang di atas sejumlah bandara di Denmark, dan menyebabkan salah satu bandara ditutup selama berjam-jam. Ini terjadi setelah insiden serupa minggu ini yang menyebabkan penutupan bandara Kopenhagen, ibu kota Denmark.

    Insiden terbaru di langit Denmark pada Rabu (24/9) waktu setempat ini terjadi menyusul peristiwa serupa di Polandia dan Rumania serta pelanggaran wilayah udara Estonia oleh jet-jet tempur Rusia. Rentetan insiden itu telah meningkatkan ketegangan menyusul invasi Rusia ke Ukraina yang terus berlangsung.

    Kepolisian Denmark mengatakan bahwa drone-drone terlihat terbang di atas bandara-bandara Aalborg, Esbjerg, Sonderborg, dan di pangkalan udara Skrydstrup sebelum akhirnya terbang menjauh.

    Bandara Aalborg, yang terletak di Denmark utara dan salah satu bandara terbesar di negara itu setelah Kopenhagen, ditutup sebelum dibuka kembali beberapa jam kemudian.

    “Tidak mungkin untuk menembak jatuh drone, yang terbang di atas area yang sangat luas selama beberapa jam,” kata kepala inspektur polisi Jutlandia Utara, Jesper Bojgaard Madsen, tentang insiden di Aalborg.

    “Saat ini, kami juga belum menangkap operator drone,” tambahnya dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (25/9/2025).

    Kepolisian Jutlandia Selatan mengatakan mereka telah “menerima beberapa laporan aktivitas drone di bandara-bandara Esbjerg, Sonderborg, dan Skrydstrup” pada Rabu (24/9) malam waktu setempat.

    Bandara Esbjerg dan Sonderborg tidak ditutup karena tidak ada penerbangan yang dijadwalkan hingga Kamis pagi waktu setempat.

    Polisi di sana mengatakan drone-drone tersebut “terbang dengan lampu dan diamati dari darat, tetapi belum diketahui jenis drone tersebut… atau apa motifnya.”

    Penyelidikan sedang dilakukan bersama-sama dinas intelijen Denmark dan angkatan bersenjata untuk “mengklarifikasi keadaan”, kata polisi.

    Penyelidikan ini dilakukan beberapa hari setelah polisi mengatakan beberapa drone besar terbang di atas bandara Kopenhagen, hingga menyebabkan fasilitas tersebut ditutup selama berjam-jam.

    Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menyebut insiden drone di Kopenhagen itu sebagai “serangan paling serius terhadap infrastruktur penting Denmark” hingga saat ini.

    “Ini adalah bagian dari perkembangan yang baru-baru ini kami amati dengan serangan drone lainnya, pelanggaran wilayah udara, dan serangan siber yang menargetkan bandara-bandara Eropa,” kata Frederiksen.

    Moskow membantah terlibat dalam insiden tersebut, dan menolak tuduhan dari pemerintah Polandia, Estonia, dan Rumania terkait penggunaan drone atau pelanggaran wilayah udara oleh jet tempurnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Video: Serangan Siber Kian Brutal, Ini Cara Keamanan Siber Melindungi!

    Video: Serangan Siber Kian Brutal, Ini Cara Keamanan Siber Melindungi!

    Jakarta, CNBC Indonesia- Menjaga dan memastikan keamanan siber menjadi isu penting di tengah masifnya adopsi teknologi digitalisasi dan kian berkembangnya serangan siber di era artificial intelligence (AI) di tengah upaya Pemerintah RI memajukan ekonomi digital Tanah Air.

    Kerugian akibat serangan siber tidak hanya terkait materi namun juga merusak reputasi dan kepercayaan hingga mengganggu layanan industri teknologi dan digitalisasi di Indonesia.

    Founder & CEO Xynexis International, Eva Noor mengatakan keamanan siber sebagai pondasi dalam pengembangan dan adopsi teknologi digitalisasi. Dengan potensi nilai ekonomi digital RI yang mencapai USD 109 Miliar di tahun 2025 menjadikan Indonesia sebagai target dan sasaran serangan para pelaku kejahatan siber.

    Xynexis International sebagai mitra penyedia layanan keamanan siber (cyber security) lewat jasa konsultasi dan solusi perlindungan data serta infrastruktur teknologi perusahaan membantu industri untuk mengantisipasi dan mengelola risiko serangan siber dalam bisnis proses hingga komunikasi krisis manajemen.

    Seperti apa urgensi dan strategi keamanan siber RI dalam mengembangkan melindungi industri dan bisnis dan memajukan ekonomi digital RI? Selengkapnya simak dialog Shania Alatas dengan Founder & CEO Xynexis International, Eva Noor dalam Profit, CNBC Indonesia (Kamis, 25/09/2025)

  • Lonjakan Serangan Siber Setelah Pandemi, OJK Ingatkan Bank Terkait Ini – Page 3

    Lonjakan Serangan Siber Setelah Pandemi, OJK Ingatkan Bank Terkait Ini – Page 3

    Karena itu, BCA mengadopsi cybersecurity framework NIST yang berfokus pada lima pilar utama: identify, protect, detect, respond, dan recover. “Jadi kalau sampai terjadi sesuatu, kita siap bagaimana merespons dan bagaimana melakukan recovery,” pungkasnya.

    Sementara itu, Country Manager Synology Inc, Clara Hsu, menambahkan bahwa strategi perlindungan data tidak cukup hanya dengan backup.

    Dia menilai, cadangan data harus dapat dipulihkan sepenuhnya, tahan terhadap serangan, dan terlindung dari ransomware. Clara menjelaskan Synology mendorong penerapan strategi 3-2-1-1-0 backup agar institusi keuangan dapat pulih lebih cepat dari insiden siber tanpa mengganggu operasional.