Muncikari yang Jual Remaja ke 70 Pria di Jaksel Sempat Jadi Joki Prostitusi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
R alias T (19), muncikari yang menjual dua remaja perempuan berinisial AMD (17) dan MAL (19) kepada 70 pria hidung belang di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, sempat menjadi joki prostitusi sebelum menjadi muncikari.
Pekerjaan itu hanya R lakoni selama satu bulan sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi muncikari.
“September untuk jadi muncikari. Tapi sebelumnya dia belajar dulu jadi joki. Jadi joki, setelah itu dia belajar. Dari joki cukup sebulan itu, dia langsung jadi muncikari,” kata Kanit Reskrim Polsek Kebayoran Baru Kompol Nunu saat dihubungi, Jumat (17/1/2025).
Nunu mengatakan, ide untuk mempekerjakan beberapa perempuan dan membayarnya per 70 pria adalah ide dari R.
“Katanya cukup belajar jadi joki satu bulan dia yakin bisa jadi bos. Itu ide dia sendiri,” tambah Nunu.
Sebelumnya diberitakan, Polsek Kebayoran Baru menangkap seorang muncikari berinisial R alias T (19) terkait kasus tindak pidana perdagangan orang (TPPO).
R ditangkap bersama empat orang lainnya di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Pemuda itu diduga menjual dua remaja berinisial AMD (17) dan MAL (19) untuk melayani 70 pria hidung belang dengan bayaran Rp 3,5 juta.
Setelah penangkapan ini, polisi langsung menetapkan R alias T sebagai tersangka. Sementara itu, empat orang lainnya masih dalam proses pemeriksaan lebih lanjut.
“Yang pasti tersangka itu satu, si muncikari, yang empat (orang lainnya) belum tahu. Karena, kemarin tidak disebutkan dalam berita acara pemeriksaan (BAP) sebelumnya,” ungkap Nunu.
Adapun AMD (17) dan MAL (19) dipaksa melayani 70 pria hidung belang sejak Oktober 2024 di sebuah hotel di Jalan Pakubuwono, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
“Korban wajib melakukan pelayanan terhadap, katakanlah laki-laki hidung belang terhadap 70 orang, baru korban dibayar Rp 3,5 juta,” kata Kanit Reskrim Polsek Kebayoran Baru Kompol Nunu saat ditemui di Polsek Kebayoran Baru, Selasa (14/1/2025).
Mulanya, korban ditawari pekerjaan oleh temannya. Ternyata, pekerjaan yang dimaksud berupa melayani pria hidung belang.
Jika keluar dari pekerjaan tersebut, AMD dan MAL akan dianggap berutang.
“Tarifnya kalau dari para tamu yang membayar kepada mucikari ini berkisar Rp 250.000 sampai Rp 1,5 juta. Sedangkan korban hanya dibayar Rp 3,5 juta per 70 tamu,” tambah Nunu.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: Praktik prostitusi
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2895289/original/003937600_1566989036-IMG_20181015_152259_HDR.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tambah 81 Guru Besar Baru, UGM Kini Total Punya 523 Guru Besar
Liputan6.com, Yogyakarta – Surat Keputusan (SK) Kenaikan Jabatan Akademik Guru Besar kepada 81 orang dosen Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi diteken. Kini ada total 523 guru besar UGM.
Direktur Sumber Daya Manusia UGM, Suadi, mengatakan tambahan guru besar ini untuk mendorong lebih banyak dosen UGM mencapai jabatan tertinggi di dunia akademik dan riset dan mencapai target 17% guru besar pada tahun 2027.
“Tentu saja pertumbuhan guru besar sangat menggembirakan, pada tahun lalu (2023) ada tambahan 101 guru besar. Pada tahun 2022 terdapat tambahan sebanyak 41 guru besar. Tahun-tahun sebelumnya dosen yang mengajukan usulan tidak banyak (sekitar 20-30an usulan per tahun),” ungkapnya Jumat 3 Januari 2025.
Dengan tingkat penolakan hanya 12 persen, Universitas Gadjah Mada (UGM) mencatatkan tingkat keberhasilan tertinggi dalam pengajuan kenaikan jabatan Lektor Kepala (LK) dan Guru Besar (GB) sesuai evaluasi Kementerian Pendidikan pada 23 Desember 2024. Pencapaian ini berkat keselarasan antara dosen, departemen, dan universitas dalam memenuhi ketentuan penilaian angka kredit.
“Peningkatan minat dosen untuk mengajukan kenaikan jabatan didukung oleh sistem administrasi yang lebih baik dan sistem Penilaian Angka Kredit (PAK) terintegrasi, yang memudahkan dosen menilai kesiapan mereka dan memenuhi syarat kenaikan jabatan sesuai aturan pemerintah.”
Suadi mengatakan jika kenaikan jenjang jabatan dosen di UGM sudah sesuai dengan ketentuan dari pemerintah, dengan pemenuhan syarat sebagai aspek yang wajib dipenuhi. Salah satu syarat utama adalah publikasi pada jurnal internasional bereputasi.
“Pemenuhan persyaratan ini menjadi kewajiban yang harus dipenuhi oleh setiap dosen yang ingin mengajukan kenaikan jabatan. Tidak hanya syarat khusus, namun juga syarat tambahan serta aspek administrasi yang harus disiapkan dengan baik,” tutur Suadi.
Ia menjelaskan UGM berupaya maksimal dalam memfasilitasi proses ini agar dosen tidak menghadapi kendala yang terlalu besar dalam proses administrasi dan penyediaan berbagai skim riset yang dapat dimanfaatkan dosen. Selain itu ada pemetaan dosen berdasarkan jabatan fungsional (jabfung) dan angka kredit yang telah dicapai.
“Pemetaan ini menjadi acuan kami dalam memberikan dukungan yang tepat bagi para dosen. Dengan demikian, universitas dan fakultas dapat mengambil kebijakan yang efektif untuk mempercepat proses kenaikan jabatan,” jelasnya.
Suadi menekankan penambahan guru besar UGM ini harapannya akan berkontribusi signifikan terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama dalam hal SDG 4: Pendidikan Berkualitas. Melalui kegiatan Tri Dharma—pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat—para guru besar UGM juga diharapkan dapat memperluas dampaknya dalam berbagai aspek pembangunan berkelanjutan, termasuk dalam peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
“Guru besar merupakan indikator penting dalam akreditasi perguruan tinggi, sehingga penambahan ini akan membantu UGM dalam meningkatkan kualitas pendidikan,” katanya.
Suadi mengatakan penambahan 81 guru besar baru ini, UGM optimis jika kualitas pendidikan, riset, dan pengabdian masyarakat akan semakin meningkat. Para guru besar UGM ini diharapkan dapat menjadi ujung tombak dalam pengembangan inovasi, serta solusi bagi berbagai permasalahan masyarakat.
“Kami berharap para guru besar baru semakin memberikan dampak terhadap perbaikan kualitas pendidikan dan berkontribusi terhadap persoalan di masyarakat melalui berbagai kegiatan tri dharma yang dilakukan,” tutup Suadi.
Ops Pekat Candi 2024 Pemalang, Kasus Narkoba hingga Kamar Mesum Prostitusi
-

Pasutri Penyelenggara Pesta Bertukar Pasangan yang Ditangkap di Badung Diam-diam Jual Video Mesum – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pasangan suami istri (pasutri) berinisial IG (39) dan KS (39) diamankan polisi terkait prostitusi online.
Keduanya diduga menyelenggarakan dan mengajak orang lain untuk melakukan pesta seks bertukar pasangan.
Direktorat Siber (Ditsiber) Polda Metro Jaya menangkap pasutri itu di wilayah Badung, Bali.
“Kasus yang diungkap adalah adanya pendistribusian dokumen elektronik melalui sebuah situs yang berisi ajakan pesta seks, dan bertukar pasangan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi, Kamis (9/1/2025).
Ade Ary mengungkapkan, ajakan pesta seks dengan bertukar pasangan itu disebarkan melalui situs porno SWXXX.com yang dikelola IG dan KS.
“Berdasarkan info dari penyidik, ini masih dilakukan pendalaman ya, nama webnya adalah SWXXX.com. Ini informasi awal, sekali lagi masih dikembangkan,” ungkap dia.
Ia menambahkan, orang-orang yang tertarik dengan ajakan pesta seks itu mendaftar melalui website tersebut secara gratis.
Namun, kedua tersangka menjual video pesta seks bertukar pasangan itu tanpa seizin para peserta.
“Penyelenggara ini yang diduga suami istri ini mengajak orang-orang yang ingin mendaftar, dan para pendaftar ini gratis,” ujar Ade Ary.
“Berdasarkan keterangan dari penyidik, pendaftar ini punya fantasi juga untuk melakukan tukar pasangan dan tidak menerima bayaran.
Tetapi tanpa seizin si pendaftar ini, penyelenggara atau tersangka menjual atau menyebarkan video saat dilakukan kegiatan pesta seks dan bertukar pasangan,” imbuh dia.
Ade Ary menuturkan, kedua tersangka sudah 10 kali menyelenggarakan pesta seks di beberapa hotel di Jakarta dan Bali.
“(Pesta seks) delapan kali di Bali dan dua kali di Jakarta,” tutur Ade Ary. (Wartakotalive.com/Annas Furqon Hakim)
-

Viral Polisi Debat dengan Karyawati Hotel saat Hendak Razia di Jambi, Berujung Propam Turun Tangan – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, Jambi – Bidpropam Polda Jambi sedang memeriksa sejumlah personel kepolisian yang terlibat dalam razia penyakit masyarakat (Pekat) di sebuah hotel di Kecamatan Pasar Kota Jambi.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah video perdebatan antara polisi dan pihak hotel saat razia tersebut viral di media sosial.
Kronologi Kejadian
Video berdurasi 2 menit 20 detik itu pertama kali diunggah oleh akun Instagram @infokabarlampung dan kemudian dibagikan ulang oleh akun Twitter @Cutsarina5.
Dalam waktu singkat, video tersebut ditonton lebih dari 714 ribu kali.
Perdebatan terjadi saat Operasi Pekat II Siginjai 2024, di mana polisi melakukan razia terhadap perjudian, minuman keras, narkoba, senjata tajam, hiburan malam, prostitusi, hingga pungutan liar (pungli).
Namun, pihak hotel menolak untuk memberikan akses kepada polisi meskipun mereka telah menunjukkan dokumen izin resmi.
Tindakan Bidpropam
Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Jambi, Kompol M Amin Nasution, membenarkan bahwa dua anggota kepolisian yang terlibat dalam operasi tersebut kini sedang diperiksa oleh Bidpropam Polda Jambi.
Viralnya potongan video perdebatan tersebut juga memicu langkah internal kepolisian.
Menurutnya, polisi sempat menunggu lebih dari satu jam sebelum akhirnya diperbolehkan masuk ke dalam hotel.
“Setelah diperbolehkan, kami menemukan satu pasangan bukan suami istri di salah satu kamar,” tambahnya.
Kompol Amin menegaskan bahwa jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya pelanggaran prosedur atau SOP, maka personel yang terlibat akan dikenakan sidang disiplin atau kode etik.
(TribunJambi.com/Rifani Halim)
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
-

Heboh Diduga Pesta LGBT, Polisi Periksa Pengelola Bar hingga Telusuri CCTV
loading…
Polisi telah meminta keterangan 5 orang saksi dan CCTV berkaitan kasus pembubaran pesta yang diduga LGBT di sebuah bar kawasan Permata Hijau, akarta Selatan. Foto/Ari Sandita
JAKARTA SELATAN – Polisi telah meminta keterangan 5 orang saksi berkaitan kasus pembubaran pesta yang diduga LGBT di sebuah bar kawasan Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Polisi juga tengah menelusuri CCTV di lokasi.
“Lima orang yang kita periksa atau kita mintai keterangan, iyah itu (pengelola tempat hiburan) sudah, karyawan, dan warga,” ujar Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Nurma Dewi saat dikonfirmasi, Selasa (7/1/2025).
Menurutnya, mereka dimintai keterangan oleh polisi untuk mencari tahu tentang persoalan yang terjadi di bar tersebut hingga berujung pada pembubaran dugaan pesta LGBT itu.
Polisi sendiri pasca kejadian telah mendatangi lokasi untuk mengeceknya.
“Sejauh ini kita tanyakan karyawannya (bar itu) sudah buka satu tahun, dari mulai Januari 2024 kemudian kemarin tutup permanen (Rabu, Januari 2025),” tuturnya.
Nurma menambahkan, polisi belum memastikan ada tidaknya soal dugaan prostitusi hingga pesta LGBT di bar tersebut. Pasalnya, polisi masih mencari tahu lebih jauh, termasuk menelusuri CCTV yang ada di sekitar lokasi.
“Kita akan mintai disitu kita akan cek CCTV yang ada. Sejauh ini dari anggota masih mencari keterangan yang jelas melihat, mendengar, dan mengetahui kejadian yang terjadi kemarin,” ujarnya.
(shf)
-

Buntut Pesta LGBT, Bar di Permata Hijau Tutup Operasional
loading…
Buntut protes dari warga mengenai dugaan pesta LGBT di bar yang berada di mal Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, kini bar tersebut tutup operasional secara permanen. Foto: SINDOnews/Ari Sandita Murti
JAKARTA – Buntut protes dari warga mengenai dugaan pesta LGBT di bar yang berada di mal kawasan Permata Hijau, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, kini bar tersebut tutup operasional secara permanen. Bar tersebut viral di media sosial.
“Tanggal 1 Januari sudah tutup operasional. Alasan penutupannya ada protes keras dari warga terkait kegiatan mereka yang viral di medsos,” ujar Lurah Grogol Utara M Rasyid Darwis, Senin (6/1/2025).
Peristiwa dugaan pesta LGBT yang viral hingga berujung pembubaran itu sejatinya terjadi pada 31 Desember 2024 hingga 1 Januari 2025 atau saat perayaan malam pergantian tahun. Sejak dua bulan terakhir, warga telah melakukan protes ke pihak manajemen mal agar bar tersebut tutup tepat waktu.
Pasalnya, terdapat isu bar itu kerap terjadi dugaan prostitusi hingga puncaknya pada malam pergantian tahun yang mana ada dugaan pesta LGBT. Akibatnya, warga mendatangi lokasi dan meminta bar ditutup serta tamu-tamunya membubarkan diri.
“Sudah dimediasi di tingkat kecamatan. Hasilnya pihak tenant siap menutup operasional, pihak mal juga siap memfasilitasi kegiatan sesudah ditutup hingga saat ini benar-benar sudah tutup barnya,” kata Rasyid.
“Waktu pembubaran, itu laki-laki semua rata-rata usia pengunjung 20 tahun lebih. Tak ada yang ditahan oleh polisi karena mereka membubarkan saja dengan kesadaran mereka saat diprotes warga, kondusif juga, tak ada kekerasan. Lalu, paginya di tanggal 1 Januari muncul pernyataan pemilik menutup tempat itu,” tambahnya.
Menurut dia, warga tak melaporkan dugaan prostitusi hingga pesta LGBT ke polisi lantaran telah dimediasi pihak kecamatan yang akhirnya pemilik bar menutup operasionalnya.
Kasie Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Nurma Dewi menuturkan belum ada laporan dugaan prostitusi hingga pesta LGBT di bar tersebut. Namun, polisi telah turun ke lapangan untuk mencari tahu persoalan yang terjadi.
“Laporan itu belum ada, tapi kami sudah meminta keterangan di lapangan, ke warga, dan karyawan bar, apa yang menjadi permasalahan di situ. Soal kebenaran itu (dugaan prostitusi hingga pesta LGBT) masih harus didalami,” ujarnya.
(jon)
/data/photo/2020/02/05/5e3a22497156b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

/data/photo/2019/11/19/5dd363e742ca3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

