Kasus: Praktik prostitusi

  • Ulah Licik Wanita Dewasa di Pemalang, Tipu 30 Korban Kerugian Rp1 Miliar

    Ulah Licik Wanita Dewasa di Pemalang, Tipu 30 Korban Kerugian Rp1 Miliar

    Liputan6.com, Pemalang – Seorang wanita berinisial W (45), warga Kecamatan Ulujami, Pemalang yang menggunakan sertifikat tanah milik puluhan korbannya sebagai agunan pinjaman di sebuah Bank telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Pemalang, atas dugaan tindak pidana penipuan dan atau penggelapan.

    Dalam gelaran konferensi pers di Aula Tribrata Polres Pemalang, Rabu (23/4/2025), Kapolres Pemalang AKBP Eko Sunaryo mengatakan, perbuatan tersangka terhadap setiap korbannya dilakukan dengan modus yang berbeda-beda.

    “Diantaranya, terhadap seorang korban perempuan berinisial SN yang sebelumnya meminta bantuan kepada tersangka untuk memproses balik nama sertifikat tanah,” katanya.

    “Terungkap, tersangka telah menggunakan sertifikat tanah milik korbannya tersebut sebagai agunan di bank dengan nilai pinjaman sebesar Rp100 juta rupiah,” kata Kapolres Pemalang.

    kemudian terhadap korban berinisial K, Kapolres Pemalang mengatakan, tersangka menggunakan sertifikat tanah milik orang tua korban, sebagai agunan bank dengan sistem tempo 1 tahun sebesar Rp50 juta.

    “Sesuai kesepakatan tersangka dan korban K, uang pinjaman tersebut digunakan oleh tersangka sebesar 20 juta rupiah dan korban K sebesar 30 juta rupiah,” kata dia.

    Selang beberapa bulan kemudian, Kapolres Pemalang mengatakan, korban K berniat melunasi pinjaman beserta bunganya dan menyetorkan uang sebesar Rp33 juta kepada tersangka, agar dilakukan pelunasan di Bank dan mengambil kembali sertifikat milik orang tuanya.

    “Namun tersangka tidak melakukan pelunasan di Bank, melainkan mengambil uang dari korban K sebesar 33 juta rupiah, lalu menukar sertifikat tanah milik korban K dengan sertifikat korban lainnya berinisial D,” ujarnya.

     

    Ops Pekat Candi 2024 Pemalang, Kasus Narkoba hingga Kamar Mesum Prostitusi

  • 129 PKL di Jembatan Suramadu Ditertibkan, Terindikasi Jadi Sarang Prostitusi dan Narkoba

    129 PKL di Jembatan Suramadu Ditertibkan, Terindikasi Jadi Sarang Prostitusi dan Narkoba

    Surabaya (bertajatim.com) – Sebanyak 129 Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menempati kawasan sekitar Jembatan Suramadu, Surabaya, ditertibkan oleh petugas gabungan. Penertiban ini dilakukan karena lapak-lapak PKL tersebut terindikasi menjadi tempat maraknya aktivitas prostitusi, peredaran narkoba, serta pesta minuman keras.

    Sebanyak 80 personel Satpol PP Kota Surabaya diterjunkan dalam operasi tersebut. Penertiban juga melibatkan personel dari Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), TNI-Polri, serta perangkat Kecamatan Kenjeran.

    Kepala Satpol PP Kota Surabaya, Muhammad Fikser, menegaskan bahwa operasi ini merupakan bentuk tindak lanjut dari keluhan masyarakat atas gangguan ketertiban dan ketenteraman umum yang sering terjadi di kawasan Jembatan Suramadu.

    “Selain karena adanya pesta minuman keras, serta indikasi kegiatan prostitusi dan narkoba, penertiban ini kami lakukan untuk menata kembali wilayah Kenjeran menjadi tertib dan nyaman,” kata Fikser, Kamis 24 April 2025.

    Petugas menyisir lapak-lapak dari sisi barat hingga sisi timur kaki Jembatan Suramadu. Dari hasil kegiatan tersebut, sebanyak 129 lapak PKL berhasil ditertibkan. Sejumlah barang seperti meja kayu, kursi, hingga tenda yang ditinggalkan pemiliknya juga diamankan.

    “Sebanyak 129 PKL yang kami tertibkan hari ini, penertiban ini kami sisir mulai dari sisi barat hingga sisi timur kaki Jembatan Suramadu,” ungkap Fikser.

    Ia menambahkan, pihaknya telah melakukan pendekatan persuasif dan sosialisasi terlebih dahulu kepada para PKL sebelum pelaksanaan penertiban, dengan melibatkan camat serta lurah setempat.

    “Sebelumnya kami sudah lakukan sosialisasi, kami lakukan pendekatan secara humanis kepada mereka. Sosialisasi ini kami lakukan, agar pedagang memahami maksud baik kami dalam menata para PKL di sana,” jelasnya.

    Camat Kenjeran, Yuri Widarko, menyatakan bahwa pasca penertiban, para PKL rencananya akan direlokasi ke lokasi baru yang telah disiapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya, tepatnya di samping SD Negeri Tambak Wedi.

    “Rencananya para PKL akan direlokasi tepatnya di samping SD Negeri Tambak Wedi Surabaya. Saat ini sedang dipersiapkan, sembari dilakukan penyelesaian bangunan oleh rekan DPRKPP,” kata Yuri.

    Namun demikian, relokasi ini hanya diperuntukkan bagi PKL yang memiliki KTP Surabaya. Warga Tambak Wedi akan mendapat prioritas.

    “Kami khususkan untuk yang KTP Surabaya. Kami prioritaskan juga untuk warga Tambakwedi. Karena PKL yang berjualan disini, ada yang berasal dari luar Surabaya,” tegasnya.

    Yuri berharap kawasan Kenjeran, khususnya sekitar Jembatan Suramadu, dapat kembali menjadi tempat yang tertata, bersih, dan layak dikunjungi masyarakat.

    “Kami tidak melarang masyarakat mengais rejeki, tetapi kami berharap kawasan ini dapat tertata rapi. Sehingga penilaian masyarakat untuk kawasan ini tertata,” ucap Yuri. [ram/suf]

  • Sosok Putri Wulandari, Tahanan Wanita Diduga Diperkosa Oknum Polisi, Ternyata Seorang Muncikari

    Sosok Putri Wulandari, Tahanan Wanita Diduga Diperkosa Oknum Polisi, Ternyata Seorang Muncikari

    GELORA.CO – Belum lama ini seorang tahanan wanita bernama Putri Wulandari (21) tengah ramai jadi perbincangan publik.

    Tidak lain, hal ini terjadi usai Putri Wulandari disebut menjadi korban kekerasan seksual oleh oknum polisi Polres Pacitan, Jawa Timur.

    Yang mana, oknum polisi bernama Aiptu Lilik Cahyadi ini diduga telah rudapaksa tahanan wanita tersebut.

    Usut punya usut, Putri Wulandari yang disebut jadi korban tindak asusila ini ternyata merupakan seorang muncikari.

    Sebagaimana dikutip Pojoksatu.id dari portal media radarlawu.jawapos.com pada Minggu (20/4/2025).

    Dalam artikelnya, Putri ditetapkan sebagai tahanan lantaran tersandung kasus prostitusi di sebuah hotel kawasan Sidoharjo, Pacitan.

    Yang mana, ditangkapnya tahanan wanita itu usai digerebek pihak kepolisian pada Rabu (26/2/2025) sekitar pukul 15.00 WIB.

    Diketahui, dalam penggerebekan tersebut Putri tertangkap basah bersama dengan seorang wanita lainnya berinisial IA (18).

    Berdasarkan informasi dihimpun, wanita lainnya ini merupakan seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ditugaskan oleh Putri.

    Yang mana, IA disinyalir dipertemukan oleh seorang pria tidak dikenal oleh tahanan wanita tersebut.

    “PW diduga berperan sebagai muncikari, yang mempertemukan seorang pria dengan IA di kamar hotel,” jelasnya.

    Namun, aksi prostitusi ini gagal usai pihak kepolisian mendapatkan laporan adanya praktik ilegal itu.

    Kendati demikian, tuduhan bahwa Putri disebut sebagai muncikari ini justru dibantah oleh kuasa hukumnya, Mustofa Ali Fahmi.

    Fahmi menuturkan bahwa antara Putri dengan wanita berinisial IA sama sekali tidak terikat secara bisnis dalam agenda prostitusi tersebut.

    Sebab, kedua wanita itu disinyalir merupakan seorang keluarga yang sepakat melakukan hal tersebut dengan sukarela.

    “PW usianya 21 tahun, dikenakan Pasal 506. Tapi sebenarnya IA adalah anak tantenya. Mereka datang untuk open BO secara pribadi,” jelasnya.

    Kendati demikian, nama Putri kini kembali disorot publik bukan karena kasus prostitusi yang pernah ia lakukan.

    Melainkan, tahanan wanita itu kembali jadi perbincangan usai diduga jadi korban rudapaksa oknum polisi Polres Pacitan. ***

  • Siapa Pendiri Oriental Circus Indonesia? Viral Aduan Eks Pemain Sirkus Diduga Disiksa

    Siapa Pendiri Oriental Circus Indonesia? Viral Aduan Eks Pemain Sirkus Diduga Disiksa

    PIKIRAN RAKYAT – Nama Oriental Circus Indonesia (OCI), atau yang akrab dikenal sebagai OCI Taman Safari, kembali mencuat ke permukaan.

    Namun, kali ini bukan karena sorak sorai penonton yang terkesima oleh atraksi spektakuler, melainkan oleh pengakuan getir para mantan pemainnya.

    Di balik kilauan kostum dan gemuruh tepuk tangan masa lalu, tersembunyi cerita tentang dugaan kekerasan fisik, tekanan mental, upah yang tak layak, hingga paksaan untuk terus tampil meski tubuh merintih kesakitan.

    Sebelum tabir kelam ini tersibak, Oriental Circus Indonesia adalah ikon hiburan keliling yang berjaya di Tanah Air, sebuah mimpi yang dirajut oleh satu sosok visioner Hadi Manansang.

    Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari berbagai sumber, Hadi Manansang, sang pendiri, memulai perjalanan OCI dari kerasnya jalanan kota. Jauh sebelum dekade 1960-an, ia dikenal sebagai seniman jalanan yang gigih, seorang pegiat obat tradisional yang tak gentar mempertontonkan atraksi ekstrem yang memukau sekaligus mendebarkan.

    Salto berbahaya, lemparan trisula yang mengancam, hingga aksi menancapkan besi ke dada menjadi santapan sehari-hari bagi para pejalan kaki yang berkerumun di sekelilingnya. Jiwa seni dan keberanian yang membara dalam diri Hadi menjadi cikal bakal lahirnya sebuah legenda hiburan.

    Oriental Circus Indonesia, di bawah kepemimpinan Hadi Manansang, menjelma menjadi sebuah tontonan yang memadukan keajaiban akrobatik yang memukau, ilusi sulap yang membingungkan, kelihaian juggling yang menakjubkan, hingga interaksi yang mendebarkan dengan hewan-hewan liar.

    Era 1990-an menjadi puncak kejayaan OCI. Mereka tak hanya merajai panggung-panggung hiburan di berbagai pelosok Indonesia, tetapi juga melebarkan sayap ke kancah internasional. China, Inggris, dan Amerika Serikat menjadi saksi bisu kehebatan para seniman OCI.

    Saat itu, Oriental Circus Indonesia bukan hanya sekadar grup hiburan, melainkan juga representasi kebanggaan Indonesia di mata dunia.

    Nama Hadi Manansang pun tak terpisahkan dari kesuksesan ini, menjadi motor penggerak yang mengubah pertunjukan jalanan sederhana menjadi hiburan berskala global yang mampu memukau penonton dari berbagai latar belakang budaya.

    Namun, roda kehidupan terus berputar. Memasuki dekade 2010-an, gaung pertunjukan OCI Taman Safari mulai meredup. Tingginya biaya produksi, tekanan yang semakin kuat dari kelompok pemerhati satwa terkait penggunaan hewan dalam pertunjukan, serta perubahan selera dan tren hiburan menjadi tantangan berat yang dihadapi.

    Salah satu penampilan terakhir mereka yang tercatat adalah “Hanoman The Dreamer” pada tahun 2016 di Jakarta Utara, sebuah kolaborasi artistik dengan para pemain sirkus dari Eropa.

    Namun, pada April 2025, sejumlah mantan pemain perempuan memberanikan diri untuk menyampaikan pengalaman traumatis mereka kepada Wakil Menteri HAM (Wamenham), mengungkap dugaan kekerasan fisik, tekanan mental yang menghimpit, upah yang seringkali tak dibayarkan sesuai perjanjian, hingga paksaan untuk terus tampil di bawah sorot lampu panggung meskipun tubuh mereka dilanda sakit dan kelelahan.

    Butet, salah satu mantan pemain sirkus OCI Taman Safari, dengan suara bergetar menceritakan perlakuan kasar yang kerap ia terima selama menjalani latihan keras dan tampil di bawah tekanan.

    “Kalau main saat show tidak bagus, saya dipukuli. Pernah dirantai pakai rantai gajah di kaki, bahkan untuk buang air saja saya kesulitan,” ungkap Butet di Kantor Kementerian HAM, Jakarta, pada Selasa, 15 April 2025.

    Bantahan dari Pihak Taman Safari

    Rombongan Wakil Menteri Pariwisata Ni Luh Puspa berfoto bersama pengelola Taman Safari Indonesia di lingkungan Taman Safari Indonesia di Puncak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (25/12/2024). (ANTARA/HO-Kemenpar)

    Di tengah badai pengakuan yang viral di berbagai platform media sosial dan pemberitaan, salah satu pendiri Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau, tampil untuk memberikan jawaban atas tudingan yang dilayangkan.

    Dalam konferensi pers yang digelar di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu, 17 April 2025, Tony Sumampau dengan nada tegas membantah seluruh tuduhan kekerasan fisik, eksploitasi, dan perlakuan tidak manusiawi yang dialami oleh para mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI).

    “Sama sekali tidak benar. Kalau memang itu benar kejadiannya karena tahun 1997 itu kan ada yang melapor,” ujar Tony Sumampau.

    Ia juga menyangkal adanya penyiksaan yang dilakukan oleh pihak TSI terhadap para mantan pemain sirkus OCI yang telah bertahun-tahun beratraksi di berbagai tempat, termasuk di dalam kawasan Taman Safari Indonesia.

    “Itu sama sekali apa yang disampaikan kayaknya tidak masuk di akal juga gitu ya. Seperti dipukul pakai besi, mati mungkin kalau dipukul. Jadi nggak benar itu hanya, apa, suatu difitnahkan seperti itu. Nah itu kan akan kita klarifikasi juga,” lanjutnya.

    Lebih lanjut, Tony Sumampau menantang para mantan pemain sirkus tersebut untuk menunjukkan bukti-bukti konkret yang mendukung klaim mereka mengenai adanya perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pihak Taman Safari Indonesia.

    Ia menekankan bahwa tuduhan tanpa bukti yang jelas tidak dapat diterima dan pihak TSI siap untuk melakukan klarifikasi lebih lanjut guna meluruskan permasalahan yang berkembang di masyarakat.

    Tak hanya itu, Tony Sumampau juga mengungkapkan narasi yang berbeda mengenai latar belakang para mantan pemain sirkus tersebut.

    Ia mengklaim bahwa mereka telah dirawat oleh pihaknya sejak usia bayi, setelah diselamatkan dari lingkungan prostitusi di kawasan Kalijodo, Jakarta.

    “Dari bayi, masih bayi. Membesarkan mereka bukannya gampang, ada suster yang jagain,” ungkapnya.

    Tony Sumampau juga menyinggung pernyataan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) beberapa tahun lalu, yang menurutnya memberikan apresiasi terhadap langkah Taman Safari Indonesia dalam menampung anak-anak dari Kalijodo.

    “Ingat saya dari Komnas HAM itu menyatakan, sudah ditampung saja sudah bagus itu sehingga sehat-sehat gitu. Waktu itu kan, kalau kamu tidak ditampung mungkin kamu orang sudah nggak ada kali.

    “Siapa yang mau kasih makan kamu orang dari bayi. Sampai kamu besar gini, kenapa tidak ucapkan terima kasih,” pungkasnya.

    Polemik ini semakin menarik perhatian publik dan memunculkan pertanyaan mendasar mengenai etika bisnis di industri hiburan, perlindungan hak-hak pekerja seni, serta tanggung jawab sosial sebuah institusi besar seperti Taman Safari Indonesia terhadap individu-individu yang pernah bekerja di bawah naungannya.

    Investigasi yang komprehensif dan transparan diharapkan dapat mengungkap kebenaran di balik kisah yang kontradiktif ini dan memberikan keadilan bagi pihak-pihak yang dirugikan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Sudah Ditampung, Tidak Ucap Terima Kasih

    Sudah Ditampung, Tidak Ucap Terima Kasih

    PIKIRAN RAKYAT – Viral pengakuan pilu dari sejumlah perempuan mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) terkait dugaan kekerasan fisik, eksploitasi, dan perlakuan tidak manusiawi selama bertahun-tahun menjadi sorotan publik.

    Pengakuan yang disampaikan kepada Wakil Menteri HAM (Wamenham) Mugiyanto pada Selasa, 15 April 2025 tersebut menyeret nama Taman Safari Indonesia (TSI), salah satu lokasi tempat mereka pernah beratraksi.

    Menanggapi tudingan serius tersebut, salah satu pendiri Taman Safari Indonesia, Tony Sumampau, angkat bicara.

    Dalam keterangannya di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu, 17 April 2025, Tony Sumampau membantah dengan tegas segala tuduhan yang dilayangkan oleh para mantan pemain sirkus tersebut.

    Ia menyatakan bahwa apa yang disampaikan oleh para mantan pemain sirkus itu sama sekali tidak benar dan terkesan tidak masuk akal.

    “Sama sekali tidak benar. Kalau memang itu benar kejadiannya karena tahun 1997 itu kan ada yang melapor,” ujar Tony Sumampau, merujuk pada periode waktu yang jauh ke belakang.

    Ia juga menepis isu mengenai adanya penyiksaan yang dilakukan oleh pihak TSI terhadap para mantan pemain sirkus OCI yang telah bertahun-tahun menghibur penonton di berbagai lokasi, termasuk di dalam kawasan Taman Safari Indonesia.

    “Itu sama sekali apa yang disampaikan kayaknya tidak masuk di akal juga gitu ya. Seperti dipukul pakai besi, mati mungkin kalau dipukul.

    “Jadi nggak benar itu hanya, apa, suatu difitnahkan seperti itu. Nah itu kan akan kita klarifikasi juga,” lanjutnya.

    Bahkan, Tony Sumampau menantang para mantan pemain sirkus tersebut untuk menunjukkan bukti konkret yang mendukung klaim mereka mengenai adanya perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pihak Taman Safari Indonesia.

    Ia menekankan bahwa tuduhan tanpa bukti yang jelas hanyalah sebuah fitnah belaka dan pihak TSI siap untuk melakukan klarifikasi lebih lanjut terkait masalah ini.

    Ditampung dari Kalijodo

    Dalam keterangannya, Tony Sumampau juga mengungkapkan sebuah narasi yang sangat berbeda mengenai latar belakang para mantan pemain sirkus tersebut. Ia menjelaskan bahwa para perempuan tersebut telah dirawat oleh pihaknya sejak usia bayi.

    Mereka, menurut Tony, diambil dari kawasan prostitusi di Kalijodo, Jakarta, sebuah wilayah yang dulunya dikenal sebagai lokalisasi.

    “Dari bayi, masih bayi. Membesarkan mereka bukannya gampang, ada suster yang jagain,” ungkap Tony, menggambarkan upaya TSI dalam merawat dan membesarkan para mantan pemain sirkus tersebut sejak usia belia.

    Ia menekankan bahwa proses membesarkan anak-anak tersebut bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan perhatian serta pengawasan khusus, termasuk adanya suster yang bertugas menjaga mereka.

    Ilustrasi Taman Safari Bogor. Sejumlah pengunjung antre menunggang gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) saat wisata satwa di Taman Safari Indonesia (TSI), Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu, 17 Agustus 2024.

    Lebih lanjut, Tony Sumampau mengenang kembali momen ketika permasalahan ini mencuat beberapa tahun lalu.

    Ia menyebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sempat mengeluarkan pernyataan terkait langkah Taman Safari Indonesia dalam menampung anak-anak dari tempat prostitusi tersebut.

    Menurut Tony, Komnas HAM pada saat itu menilai bahwa tindakan TSI sudah tepat, mengingat kondisi rentan anak-anak tersebut.

    “Ingat saya dari Komnas HAM itu menyatakan, sudah ditampung saja sudah bagus itu sehingga sehat-sehat gitu. Waktu itu kan, kalau kamu tidak ditampung mungkin kamu orang sudah nggak ada kali.

    “Siapa yang mau kasih makan kamu orang dari bayi. Sampai kamu besar gini, kenapa tidak ucapkan terima kasih,” kata Tony.

    Pernyataan ini menyiratkan rasa kecewa atas tuduhan yang dilayangkan, mengingat apa yang menurutnya merupakan upaya penyelamatan dan perawatan yang telah diberikan oleh pihak Taman Safari Indonesia sejak para perempuan tersebut masih bayi.

    Kronologi Kasus Dugaan Eksploitasi

    Sebelumnya, sejumlah perempuan yang merupakan mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) menyampaikan kisah pilu mereka selama puluhan tahun berkecimpung di dunia sirkus.

    Dalam pertemuan dengan Wamenham Mugiyanto, para mantan pemain sirkus ini mengaku mengalami berbagai bentuk kekerasan fisik, eksploitasi, serta perlakuan tidak manusiawi selama masa aktif mereka sebagai pemain sirkus.

    Mereka juga menceritakan bagaimana kondisi kerja dan kehidupan mereka jauh dari kata layak, dengan jam kerja yang panjang, upah yang tidak sesuai, serta tekanan psikologis yang berat.

    Pengakuan ini tentu saja menjadi perhatian serius dan memunculkan pertanyaan besar mengenai praktik eksploitasi dan perlindungan hak asasi manusia di industri hiburan, khususnya dalam konteks sirkus yang melibatkan anak-anak dan perempuan.

    Wamenkumham Mugiyanto sendiri menyatakan akan menindaklanjuti laporan ini dan berjanji untuk melakukan investigasi lebih lanjut guna mengungkap kebenaran di balik kisah kelam para mantan pemain sirkus tersebut.

    Profil Oriental Circus Indonesia (OCI)

    Oriental Circus Indonesia (OCI) sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang di dunia hiburan Tanah Air. Sirkus ini dikenal dengan berbagai atraksi yang melibatkan hewan dan manusia, serta telah menghibur masyarakat Indonesia selama bertahun-tahun.

    Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan meningkatnya kesadaran akan isu kesejahteraan hewan dan hak asasi manusia, praktik sirkus yang melibatkan eksploitasi menjadi semakin kontroversial.

    Beberapa tahun terakhir, OCI juga sempat menjadi sorotan terkait penggunaan hewan dalam pertunjukannya.

    Gelombang protes dari aktivisAnimal welfare mendorong perubahan dalam konsep pertunjukan sirkus modern yang lebih mengedepankan hiburan yang tidak melibatkan eksploitasi makhluk hidup.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kemlu Ungkap Kasus Perdagangan Orang, 19 TKI Dipaksa Jadi PSK di Dubai

    Kemlu Ungkap Kasus Perdagangan Orang, 19 TKI Dipaksa Jadi PSK di Dubai

    loading…

    Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengungkap kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menimpa belasan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Dubai, UEA. Foto/Ilustrasi/Dok.SindoNews

    JAKARTA – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) mengungkap kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menimpa belasan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) atau Pekerja Migran Indonesia.

    Terungkap sebanyak 19 TKI perempuan dijebak dan dipaksa menjadi Pekerja Seks Komersil (PSK) di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

    “Kemlu dan KJRI Dubai telah memonitor dan menaruh perhatian khusus terhadap modus TPPO di mana pekerja migran perempuan dieksploitasi secara seksual sebagai PSK di Dubai,” kata Direktur Pelindungan WNI (PWNI) Kemlu, Judha Nugraha dalam keterangannya, Selasa (15/4/2025).

    Selama periode Januari sampai Maret 2025, KJRI Dubai telah menerima dan menindaklanjuti 19 kasus TKI yang dieksploitasi sebagai PSK. Dari jumlah keseluruhan, 7 perempuan telah dipulangkan ke tanah air, sedangkan sisanya masih berada di Dubai.

    “Dari 19 korban tersebut, 7 telah berhasil dipulangkan ke Indonesia, sedang 12 lainnya masih berproses penegakan hukumnya dan saat ini ditampung di shelter KJRI Dubai,” ujarnya.

    Adapun, modusnya ketika TKI yang sudah bekerja sebagai penata laksana rumah tangga (PLRT) diiming-imingi gaji tinggi oleh pelaku agar mau kabur dan pindah pekerjaan. Setelah hal TKI tersebut tertarik, pelaku justru membawa korbannya ke mucikari.

    “Namun ternyata mereka kemudian dibawa ke mucikari dan dipekerjakan di tempat prostitusi sebagai PSK,” ujarnya.

    Atas berbagai kasus TPPO ini, KJRI telah bekerja sama dengan criminal investigation division kepolisian Dubai untuk proses penyelamatan dan penegakan hukum. KJRI juga telah siagakan nomor hotline di +971563322611 dan shelter untuk respons cepat atas setiap pengaduan.

    “Kemlu dan Perwakilan RI di PEA senantiasa mengimbau agar para PMI tidak mudah tergiur iming-iming gaji tinggi dan kemudian kabur dari majikan resminya,” pungkasnya.

    (shf)

  • Menguak Bisnis ‘Lendir’ di Maumere, saat Kamar Hotel jadi Bilik Esek-Esek

    Menguak Bisnis ‘Lendir’ di Maumere, saat Kamar Hotel jadi Bilik Esek-Esek

    Berdasarkan izin yang dikeluarkan Pemda Sikka, Hotel G mengantongi izin penginapan. Tapi diam-diam, pemilik hotel mengalih fungsikan jadi lahan bisnis esek-esek.

    Warga yang merasa terganggu dengan aktivitas penghuni kamar hotel karena sering ribut menggelar pesta miras, akhirnya melaporkan ke Satpol PP.

    Selain Hotel G, Satpol PP juga sudah mengintai beberapa hotel lainnya di Maumere yang sering dijadikan prostitusi terselubung.

    “Ada empat hotel yang sudah dalam target. Ada juga kos kosan dan rumah warga yang dijadikan tempat esek-esek,” tandasnya.

    Segel Hotel

    Langkah tegas yang diambil Kasat Pol PP, kabupaten Sikka, Buang Dacunha patut diapresiasi. Setelah mengamakan enam PSK, ia bersama anggotanya menyegel Hotel G.

    Penyegelan itu karena menurutnya pemilik Hotel G telah menyalahi aturan perijinan.

    “Setelah diketahui bahwa Hotel Gardena sudah beralih menjadi kos esek-esek, sejak hari ini, kami tutup,” tegasnya.

    Ia mengatakan penyegelan itu dilakukan hingga selesai proses penyelidikan yang dilakukan penyidik Satpol PP.

    “Kita masih buru pengelolanya bernama Paskal. Dia yang menerima biaya sewa kamar dari PSK. Selama belum selesai, hotel ini tidak dibuka, kecuali buat ijin baru,” katanya.

    Ia bahkan mengancam memproses hukum pemilik Hotel Gardena jika tidak kooperatif dalam proses penyelidikan.

    “Ini jelas sudah melanggar karena izinnya dialihkan, bisa saja kita proses hukum,” tutupnya.

  • Pramono Bakal Tata Ulang Lima Taman di Jakarta yang Buka 24 Jam Pakai Dana KLB

    Pramono Bakal Tata Ulang Lima Taman di Jakarta yang Buka 24 Jam Pakai Dana KLB

    Laporan Wartawan TribubJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

    TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bakal melakukan penataan terhadap sejumlah taman yang akan dibuka selama 24 jam.

    Pramono bakal meniru cara eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok dengan menggunakan dana Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

    “Dananya akan kami ambil dari dana KLB, dananya sudah ada, sehingga dengan demikian saya mengharapkan pembangunan ini bisa dimulai pada pertengahan tahun ini,” ucapnya di Taman Langsat, Kebayoran Baru, Jumat (11/4/2025) sore.

    Sebagai informasi tambahan, ada lima taman yang akan dibuka selama 24 jam, yaitu Taman Ayodhya, Taman Langsat, Taman Leuser, Taman Literasi Blok M, dan Taman Lapangan Banteng.

    Nantinya, taman-taman tersebut akan dibangun lebih modern lengkap dengan berbagai sarana dan prasarana penunjang lainnya, seperti jogging track, area parkir memadai, toilet, hingga sudut UMKM.

    “Saya menginginkan taman menjadi ramai memang karena masyarakat membutuhkan budaya untuk pergi ke taman. Mereka bisa berekspresi, bersilaturahmi, ketemu kerabat, menyanyi, membaca puisi, baca buka,” ujarnya.

    “Maka kenapa kemudian taman-taman seperti ini nantinya akan dibuka 24 jam,” tambahnya menjelaskan.

    Pramono pun berharap, penataan seluruh taman yang akan dibuka 24 jam ini bisa rampung di akhir tahun 2025 mendatang.

    Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta di era Gubernur Ahok memang kerap menggunakan dana KLB untuk menata sejumlah lokasi.

    Salah satunya ialah menata kawasan Kalijodo yang awalnya merupakan lokasi prostitusi menjadi sebuah taman yang luas dan indah.

    Tak hanya itu, dana KLB juga digunakan untuk menata kembali Simpang Susun Semanggi guna mengurangi kemacetan di sekitar wilayah tersebut.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya
     

     

     

     
     
     
     
     

  • Tiru Cara Ahok, Pramono Anung Bakal Tata Ulang Taman 24 Jam Pakai Dana KLB 

    Tiru Cara Ahok, Pramono Anung Bakal Tata Ulang Taman 24 Jam Pakai Dana KLB 

    Laporan Wartawan TribubJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

    TRIBUNJAKARTA.COM, KEBAYORAN BARU – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bakal melakukan penataan terhadap sejumlah taman yang akan dibuka selama 24 jam.

    Pramono bakal meniru cara eks Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok dengan menggunakan dana Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

    “Dananya akan kami ambil dari dana KLB, dananya sudah ada, sehingga dengan demikian saya mengharapkan pembangunan ini bisa dimulai pada pertengahan tahun ini,” ucapnya di Taman Langsat, Kebayoran Baru, Jumat (11/4/2025) sore.

    Sebagai informasi tambahan, ada lima taman yang akan dibuka selama 24 jam, yaitu Taman Ayodhya, Taman Langsat, Taman Leuser, Taman Literasi Blok M, dan Taman Lapangan Banteng.

    Nantinya, taman-taman tersebut akan dibangun lebih modern lengkap dengan berbagai sarana dan prasarana penunjang lainnya, seperti jogging track, area parkir memadai, toilet, hingga sudut UMKM.

    “Saya menginginkan taman menjadi ramai memang karena masyarakat membutuhkan budaya untuk pergi ke taman. Mereka bisa berekspresi, bersilaturahmi, ketemu kerabat, menyanyi, membaca puisi, baca buka,” ujarnya.

    “Maka kenapa kemudian taman-taman seperti ini nantinya akan dibuka 24 jam,” tambahnya menjelaskan.

    Pramono pun berharap, penataan seluruh taman yang akan dibuka 24 jam ini bisa rampung di akhir tahun 2025 mendatang.

    Untuk diketahui, Pemprov DKI Jakarta di era Gubernur Ahok memang kerap menggunakan dana KLB untuk menata sejumlah lokasi.

    Salah satunya ialah menata kawasan Kalijodo yang awalnya merupakan lokasi prostitusi menjadi sebuah taman yang luas dan indah.

    Tak hanya itu, dana KLB juga digunakan untuk menata kembali Simpang Susun Semanggi guna mengurangi kemacetan di sekitar wilayah tersebut.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Kemhan Telusuri Pengguna Mobil Dinas TNI yang Diduga Terlibat Prostitusi

    Kemhan Telusuri Pengguna Mobil Dinas TNI yang Diduga Terlibat Prostitusi

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertahanan (Kemhan) tengah menyelidiki pemilik mobil Fortuner Hitam yang menggunakan plat nomor Kementerian Pertahanan dan menepi di samping wanita berpakaian minim di pinggir jalan.

    Kepala Biro Humas Setjen Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Frega Wenas Inkiriwang mengimbau agar masyarakat tidak mudah percaya dengan video mobil Fortuner Hitam yang menepi di samping wanita berpakaian minim di pinggir jalan, meskipun sempat viral di media sosial.

    Menurut Wenas, perkembangan digitalisasi saat ini mudah terjadi disinformasi dan misinformasi jika tanpa ada klarifikasi.

    “Terkait beredarnya video di medsos yang menunjukkan sebuah kendaraan berpelat dinas Kemhan yang diduga terlibat dalam aktivitas tidak pantas di pinggir jalan, kami mengajak seluruh masyarakat untuk tidak terburu-buru menarik kesimpulan,” tuturnya di Jakarta, Rabu (9/4).

    Dia menjelaskan bahwa pihaknya tengah melakukan penelusuran internal untuk mencari pihak yang menggunakan mobil dinas Kementerian Pertahanan tersebut.

    “Kemhan saat ini tengah melakukan penelusuran internal secara menyeluruh untuk memastikan siapa pengguna maupun kepentingan penggunaan kendaraan itu,” katanya.

    Dia menegaskan jika terbukti ada oknum di Kemhan yang menggunakan mobil itu untuk berbincang dengan wanita berpakaian seksi di pinggir jalan, maka akan langsung dijatuhi sanksi tegas.

    “Kemhan menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin, kehormatan, dan integritas. Jika nantinya ditemukan adanya pelanggaran, tindakan tegas akan diambil sesuai dengan aturan hukum dan kode etik yang berlaku,” ujarnya.