3 Kendaraan Kecelakaan Beruntun di Tol Jagorawi, Polisi: Kurang Jaga Jarak
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kepala Induk Patroli Jalan Raya (PJR) Jagorawi Kompol Akhmad Jajuli mengatakan,
kecelakaan
beruntun yang melibatkan tiga kendaraan di Tol Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) KM 10, arah Jakarta, terjadi akibat kurangnya antisipasi jarak aman antarkendaraan.
“Kurang antisipasi jaga jarak, jadi tiga kendaraan dari arah bogor, dan satu kendaraan di bahu jalan menghindar ke kanan, dan ditabrak oleh kendaraan lainnya,” ucapnya saat dihubungi
Kompas.com
, Rabu (2/7/2025).
Jajuli memastikan bahwa kecelakaan tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
“Untuk korban dan kerugian, nihil,” ujarnya.
Setelah kejadian, petugas melakukan identifikasi terhadap para pengendara dan kendaraan yang terlibat kecelakaan.
Sebelumnya diberitakan, sebuah kecelakaan beruntun yang melibatkan satu mobil, satu truk kontainer, dan satu truk boks terjadi di ruas
Tol Jagorawi
KM 10 pada Rabu (2/7/2025) sekitar pukul 07.16 WIB.
Kepala Induk Patroli Jalan Raya (PJR) Jagorawi Kompol Akhmad Jajuli menjelaskan, ketiga kendaraan datang dari Bogor, Jawa Barat, menuju arah Jakarta.
“Setiba di TKP, kendaraan pertama yakni mobil Agya melaju di bahu jalan, lanjut menghindar ke kanan karena ada gangguan, dan menabrak truk box,” ujarnya saat dikonfirmasi oleh
Kompas.com
, Rabu (7/6/2025).
Akibat tertabrak, truk boks tersebut terdorong ke jalur kanan. Tak berselang lama, truk kontainer melintas di jalur yang terdapat truk boks.
“Kemudian truk
box
terdorong ke kanan, dan di tabrak truk kontainer,” ucap Akhmad.
Akhmad menjelaskan, posisi akhir mobil Agya berada di bahu jalan arah utara dalam kondisi normal.
Sementara itu, truk boks berada di antara bahu jalan dan lajur satu arah timur.
“Kendaraan ketiga (truk kontainer) di antara bahu jalan dan lajur 1 arah utara,” imbuhnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: physical distancing
-

Lagi-lagi Truk ODOL Tak Kuat Nanjak Jadi Penyebab Kecelakaan, Timpa HiAce
Jakarta –
Truk diduga over dimension over load (ODOL) lagi-lagi menjadi penyebab kecelakaan. Truk trailer tidak kuat menanjak, mundur dan menimpa mobil Toyota HiAce.
Dikutip detikJateng, kecelakaan itu terjadi di jalan raya Semarang-Solo, tepatnya di tanjakan Keboan, Kecamatan Ampel, Boyolali, Kamis (26/6/2025). Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto, menjelaskan truk trailer itu diduga tidak kuat nanjak.
“Diduga truk pada saat kejadian ini tidak kuat menanjak sebagaimana penjelasan dari driver yang sudah kita lakukan pemeriksaan awal. Awal dari jalur Salatiga itu remnya sudah blong, anginnya katanya sudah habis. Pada saat nanjak tidak kuat,” kata Kapolres Boyolali, AKBP Rosyid Hartanto.
“Nah, posisi Hiace ini berada persis di belakang truk trailer tersebut, dan akhirnya terjadilah kecelakaan ini di mana truk akhirnya mundur dan kemudian menghalangi seluruh jalur yang ada di Ampel Boyolali ini,” jelas Rosyid.
Rosyid menduga truk trailer itu Over Dimensi Over Load atau ODOL. Beban muatan kertas itu mencapai kurang lebih 50 ton.
“Diduga truk ini mengalami kelebihan muatan atau ODOL, over dimensi overload, karena dari hasil identifikasi sementara angkutan barang ini kurang lebih mencapai 46 sampai 50 ton,” ungkapnya.
“Ini sangat berbahaya apabila ODOL ini berjalan di jalan raya tanpa pengawasan, dan regulasi dari seluruh pemangku kepentingan stakeholder terkait,” imbuh dia.
Truk ODOL Tak Kuat Nanjak Kerap Jadi Penyebab Kecelakaan
Truk ODOL masih saja melintas di jalan raya. Padahal, sudah banyak kecelakaan yang diakibatkan oleh truk ODOL baik itu karena rem blong maupun tidak kuat menanjak. Bahkan, kecelakaan akibat truk ODOL sering memakan korban jiwa.
Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menduga ada dua penyebab yang bikin truk melorot. Pertama truk overload yaitu mengangkut muatan melebihi kapasitasnya. Dengan begitu, bobot truk ikut tertarik ke belakang.
“Dengan muatan yang sesuai aja jika truk tersebut berhenti di tanjakan maka daya dorong ke belakang tetap ada,” kata Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.
Kedua, sopir dirasa meremehkan risiko bahaya. Menurutnya, ini mungkin dilakukan sopir karena beban kerja yang terlalu berat.
“Ini juga banyak terabaikan oleh driver karena faktor beban kerjaan, letih dan beban pikiran, sehingga driver sudah tidak mampu lagi berpikir jernih untuk bertindak benar,” lanjut Sony.
Sony mengungkap berkendara di sekitar truk memang berisiko. Sony mengingatkan pentingnya menjaga jarak, apalagi medan jalan yang dilewati berisiko seperti turunan atau tanjakan.
“Coba hitung berapa banyak sudah kecelakaan yang melibatkan truk di turunan maupun tanjakan? Banyak daripada kecelakaan truk di jalan lurus,” ungkap Sony.
Sebaiknya jaga jarak atau hindari berada di belakang truk saat di tanjakan. Disarankan tunggu truk yang tengah menanjak itu di posisi bawah hingga truk mencapai permukaan yang datar atau jika memungkinkan pindah jalur.
“Nggak ada rumus lain selain jaga jarak aman, berapa meter? Tergantung panjang dan sudut tanjakan, usahakan truk tersebut sudah ada di ujung tanjakan yang rata baru kendaraan di belakangnya mengikuti,” jelasnya lagi.
(rgr/din)
-

Video Menkes soal Covid-19: Variannya Omicron yang Lemah, Jangan Khawatir
Jakarta – Saat ditemui di pelantikan anggota PDGI di kawasan Senayan, Budi Gunadi Sadikin selaku Menteri Kesehatan beri kabar terbaru soal Covid-19 di Indonesia. Menurutnya, kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia tidak terlampau banyak, pun belum ada laporan data kematian.
Ia pun minta masyarakat tidak khawatir. Ia juga ingatkan masyarakat untuk rajin cuci tangan hingga jaga jarak.
Cek berita lain soal Covid-19 di sini ya detikers!
(/)
covid-19 menkes budi gunadi sadikin budi gunadi sadikin
-

Susul Tren di India? Menkes Bicara Kemungkinan RI Catat Lagi Kematian COVID-19
Jakarta –
Kasus COVID-19 di India kembali mengalami peningkatan, setelah sebelumnya sempat menurun. Pada hari Jumat, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India mencatat ada sembilan kematian dan jumlah kasus aktif naik menjadi 7.400 dengan 269 infeksi baru dalam 24 jam terakhir.
Dari sembilan korban meninggal, empat berasal dari Maharashtra, tiga dari Kerala, serta masing-masing satu dari Tamil Nadu dan Rajasthan. Salah satu korban adalah seorang pria berusia 34 tahun dari Maharashtra, sementara delapan lainnya merupakan lansia dengan riwayat penyakit pernapasan dan kondisi medis kronis.
Muncul Subvarian Baru
Peningkatan kasus COVID-19 di India ini disebut karena kemunculan sejumlah subvarian baru, seperti LF.7, XFG, JN.1, hingga NB.1.8.1 yang belakangan terdeteksi. Varian-varian tersebut dinilai lebih cepat menular, meskipun gejalanya masih tergolong ringan pada sebagian besar pasien.
Secara geografis, Kerala mencatat jumlah kasus aktif terbanyak dengan 2.109 kasus. Sementara itu, Karnataka melaporkan lonjakan harian tertinggi dengan 132 kasus baru dalam 24 jam terakhir, sehingga total kasus aktifnya menjadi 527.
Gujarat menambahkan 79 kasus baru dan kini memiliki 1.437 kasus aktif, sedangkan Delhi mengalami penurunan menjadi 672 kasus aktif.
Vaksinasi Booster ke Kelompok Rentan
Para ahli kesehatan India merekomendasikan pendekatan yang lebih tertarget. Terutama untuk kelompok berisiko tinggi seperti lansia, riwayat gangguan imun, serta pasien dengan penyakit kronis.
“Mayoritas masyarakat telah memiliki kekebalan hibrida dari infeksi sebelumnya dan cakupan vaksinasi yang tinggi,” ujar seorang ahli kesehatan kepada media lokal.
Pemerintah juga mendorong masyarakat untuk tetap menjaga diri, seperti kembali menerapkan protokol kesehatan yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menghindari kerumunan.
Masyarakat yang masuk kategori rentan diminta untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala yang memburuk. Ikatan Medis India pun kembali menegaskan pentingnya langkah pencegahan demi menekan penyebaran virus.
NEXT: Bagaimana Kasus Kematian COVID-19 di RI?
Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman menyebut varian NB.1.8.1 yang menghebohkan India belum masuk ke Indonesia.
“Sampai Minggu ke-23, Subvarian yang masih bersirkulasi di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18, secara umum memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah),” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
Menkes Klaim Tidak Ada Kasus Kematian
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan sampai hari Sabtu (14/6) belum ada laporan pasien COVID-19 meninggal di Indonesia.
“Belum. Belum (kematian akibat COVID-19),” kata Menkes saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2025).
Meskipun begitu, Menkes Budi mendorong masyarakat untuk tetap waspada terkait COVID-19. Menurutnya, kembali menerapkan protokol kesehatan mesti dilakukan.
“Sarannya saya, karena variannya Omicron yang lemah, nggak usah khawatir, tapi kalau merasa nggak enak badan, batuk-batuk ya lakukan yang sudah dianjurkan,” katanya.
“Rajin cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak,” lanjutnya.
Simak Video “Video Menkes soal Covid-19: Variannya Omicron yang Lemah, Jangan Khawatir”
[Gambas:Video 20detik] -

Kematian COVID-19 di India Naik, RI Aman? Menkes Bilang Gini
Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menegaskan belum ada laporan kematian akibat COVID-19. Namun, Menkes Budi meminta masyarakat tetap waspada.
“Belum. Belum (ada kematian akibat COVID-19),” kata Menkes saat ditemui di Jakarta Pusat, Sabtu (14/6/2025).
Menkes melanjutkan, jika ada keluarga atau seseorang yang mengeluhkan gejala yang diduga infeksi SARS-CoV-2 agar segera melakukan perawatan mandiri dan menghindari kontak dengan orang lain.
“Sarannya saya, karena variannya Omicron yang lemah, nggak usah khawatir, tapi kalau merasa nggak enak badan, batuk-batuk ya lakukan yang sudah dianjurkan,” katanya.
“Rajin cuci tangan, pakai masker, dan jaga jarak,” lanjutnya.
Beberapa negara di Asia seperti Thailand, India, dan Singapura belakangan melaporkan naiknya kasus akibat infeksi COVID-19. Varian NB.1.8.1 atau Nimbus tengah menjadi sorotan.
Kemenkes mengklaim bahwa varian ini masih belum masuk ke Indonesia.
“Sampai Minggu ke-23, Subvarian yang masih bersirkulasi di Indonesia adalah MB.1.1 dan KP.2.18, secara umum memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah),” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.
(dpy/naf)
-

Covid-19 Merebak Lagi, Warga Minta Pemerintah Aturan Prokes Diperketat
Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan temuan tujuh kasus baru Covid-19 di Indonesia pada periode 25 hingga 31 Mei 2025. Menanggapi hal tersebut, sejumlah warga meminta pemerintah agar kembali memperketat aturan protokol kesehatan (prokes) sebagai langkah antisipasi.
Aulia, warga yang ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (4/6/2025), mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker, khususnya saat menggunakan transportasi umum seperti Transjakarta, mass rapid transit (MRT), dan kereta rel listrik (KRL). Ia juga menekankan pentingnya menjaga jarak untuk mengurangi risiko penularan.
“Iya itu semua langkah antisipasinya, karena lagi melonjak juga kan kasusnya,” kata Aulia, saat ditemui Beritasatu.com di Sudirman, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Aulia juga berharap pemerintah segera mengambil langkah tegas jika kasus positif terus bertambah. “Mungkin bisa lebih diperketat lagi kayak dahulu. Tapi kalau langsung lockdown juga aneh, pasti akan kaget juga. Lebih diperketat saja atau bisa juga mulai work from home (WFH) lagi,” tambahnya.
Senada dengan Aulia, Saha menyarankan agar masyarakat tetap menjaga jarak saat berada di kerumunan. Ia pribadi menyarankan untuk mulai menyiapkan rencana keuangan sebagai bentuk antisipasi.
“Ya jaga jarak saja, lalu untuk antisipasi lebih ke keuangan karena ekonomi kan lagi sulit sekarang jadi simpan uang,” katanya.
Di sisi lain, ada Anisa meminta agar penggunaan masker kembali diwajibkan dan fasilitas cuci tangan kembali disediakan di tempat umum. Ia juga berharap pemerintah kembali melakukan sosialisasi serta membuka kembali akses vaksinasi bagi masyarakat yang belum mendapatkan vaksin.
Saran lain datang dari Anisa, yang meminta agar penggunaan masker kembali diwajibkan dan fasilitas cuci tangan kembali disediakan di tempat umum. Ia juga berharap pemerintah kembali melakukan sosialisasi serta membuka kembali akses vaksinasi bagi masyarakat yang belum mendapatkan vaksin.
-

Covid-19 Merebak di Sejumlah Negara, Nafa Urbach: Kita Jangan Lalai
Jakarta, Beritasatu.com – Selebritas sekaligus anggota DPR Nafa Urbach meminta agar pemerintah Indonesia harus waspada dengan peningkatan kasus Covid-19 di sejumlah negara.
Ia menegaskan, pentingnya sinergi antar lembaga serta langkah cepat pemerintah dalam mengantisipasi potensi lonjakan kasus.
Nafa Urbach menyampaikan, Komisi IX telah mendorong koordinasi lintas sektor untuk memperkuat sistem kesehatan nasional.
“Kami terus mendorong penguatan sistem kesehatan nasional dan edukasi publik agar masyarakat lebih siap menghadapi penyebaran Covid-19 yang kembali meningkat tahun ini,” ujar Nafa Urbach dalam forum diskusi Denpasar 12 yang disiarkan melalui Zoom, Jumat (30/5/2025).
Nafa Urbach meminta Kementerian Kesehatan ntuk memperketat pemantauan terhadap varian baru Covid-19 yang muncul di beberapa negara. Ia mencontohkan lonjakan 50% yang terjadi di Hongkong akibat varian baru yang terlambat terdeteksi.
“Kita minta pemerintah lakukan pemantauan ketat terhadap varian baru, termasuk percepatan genomic sequencing agar mutasi virus tidak menyebar cepat,” tegasnya.
Selain pemantauan, Nafa Urbach juga mendesak pemerintah menjamin ketersediaan obat, tempat isolasi, dan layanan rumah sakit bagi masyarakat yang terpapar Covid-19.
Ia menekankan pentingnya kemudahan akses terhadap tes PCR dan antigen dengan harga terjangkau dan hasil yang cepat.
“Akses tes Covid-19 harus diperluas dan diberikan harga murah. Selain itu, sistem pelaporan kasus juga harus terintegrasi dan real time dari tingkat fasilitas kesehatan hingga nasional,” jelasnya.
Menurutnya, masyarakat tidak boleh lengah terhadap Covid-19 meski pandemi telah mereda. Ia menegaskan, pentingnya kampanye edukasi tentang protokol kesehatan serta booster vaksinasi untuk kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak.
“Pemerintah harus terus mendorong masyarakat disiplin pakai masker, jaga jarak, dan pastikan kelompok rentan mendapat vaksinasi booster,” tutupnya.
-

Waspada Penyakit Batuk Haji Mengintai Jemaah, Ini Cara Mencegahnya
Jakarta, Beritasatu.com – Ibadah haji, sebagai rukun Islam kelima, merupakan momen suci yang mendatangkan pahala tak ternilai bagi umat muslim yang menunaikannya. Namun, di balik kemuliaan ibadah ini, rangkaian aktivitas yang padat dan lingkungan yang menantang membuat jemaah rentan terhadap berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit batuk haji.
Penyakit batuk haji atau dikenal sebagai “hajj cough” adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan batuk yang sering dialami jemaah haji, baik selama menjalankan ibadah di tanah suci maupun setelah kembali ke negara asal.
Batuk ini biasanya disertai gejala pernapasan, seperti pilek, sakit tenggorokan, atau sesak napas. Menurut penelitian Gautret et al (2016), sekitar 90% jemaah haji melaporkan gejala pernapasan, termasuk batuk, selama pelaksanaan ibadah haji.
Batuk haji dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari infeksi virus seperti influenza, infeksi bakteri seperti Streptococcus pneumoniae, hingga iritasi akibat paparan debu dan suhu ekstrem di Makkah dan Madinah. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius jika tidak ditangani dengan baik.
Penyebab Jemaah Rentan Terkena Penyakit Batuk Haji
Ada beberapa faktor yang membuat jemaah haji rentan terhadap penyakit batuk haji dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Berikut ini penyebab utamanya yang disitat dari berbagai sumber,
1. Keramaian dan penularan penyakit
Setiap tahun, lebih dari 2 juta jemaah dari berbagai belahan dunia berkumpul di lokasi ibadah, seperti Masjidil Haram, Mina, dan Arafah. Keramaian ini menciptakan lingkungan ideal untuk penularan penyakit melalui tetesan udara (droplet) saat batuk atau bersin. Penelitian oleh Al-Tawfiq et al (2016) menyebutkan kepadatan jemaah adalah faktor utama penyebaran infeksi pernapasan selama haji.
2. Kondisi lingkungan yang ekstrem
Suhu di Makkah dapat mencapai 47 derajat celsius, ditambah dengan debu yang beterbangan di udara. Kondisi ini sering menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, memicu batuk dan sakit tenggorokan. Paparan debu juga dapat memperparah gejala pada jamaah yang memiliki riwayat alergi atau asma.
3. Kelelahan fisik dan penurunan imunitas
Rangkaian ibadah haji, seperti wukuf di Arafah, lempar jamrah, dan tawaf, membutuhkan stamina fisik yang tinggi. Ditambah dengan perjalanan jauh dan kurang tidur, daya tahan tubuh jamaah sering kali melemah. Kondisi ini membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi virus atau bakteri penyebab penyakit batuk haji.
Cara Mencegah Penyakit Batuk Haji
Untuk menjaga kesehatan selama ibadah haji dan mencegah penyakit batuk haji, berikut ini lima tip praktis yang dapat diterapkan oleh jemaah, yang dikutip dari Arab News.
1. Kenakan masker pada area ramai
Menggunakan masker di tempat-tempat padat, seperti Masjidil Haram atau Mina sangat penting untuk melindungi saluran pernapasan dari mikroorganisme berbahaya dan debu. Pilih masker medis atau N95 untuk perlindungan maksimal.
2. Cukupi kebutuhan cairan tubuh
Dehidrasi dapat melemahkan daya tahan tubuh, sehingga jemaah disarankan untuk minum air secara rutin, baik air putih maupun air zamzam. Usahakan konsumsi setidaknya dua liter per hari dengan porsi kecil tetapi konsisten untuk menjaga hidrasi.
3. Pastikan tubuh mendapat istirahat cukup
Kelelahan akibat aktivitas fisik yang intens dapat menurunkan imunitas. Oleh karena itu, usahakan untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang cukup di sela-sela rangkaian ibadah haji. Manfaatkan waktu di penginapan untuk memulihkan tenaga.
4. Lindungi diri dari paparan sinar matahari
Suhu panas di Makkah, yang bisa mencapai 40–45 derajat celsius, meningkatkan risiko dehidrasi dan iritasi pernapasan. Gunakan payung, kenakan pakaian berwarna cerah, dan oleskan tabir surya untuk melindungi diri. Hindari aktivitas di luar ruangan pada siang hari jika memungkinkan.
5. Jaga jarak dari orang yang sakit
Jika ada jemaah di sekitar Anda yang tampak sakit, menjaga jarak adalah langkah bijak untuk mengurangi risiko penularan. Hindari kontak langsung dan pastikan Anda tetap memakai masker di lingkungan ramai.
Penyakit batuk haji merupakan tantangan kesehatan yang umum dihadapi jemaah haji akibat keramaian, lingkungan ekstrem, dan kelelahan fisik. Jika tidak ditangani, batuk ini dapat berkembang menjadi komplikasi serius seperti pneumonia, yang berisiko tinggi bagi jemaah lanjut usia atau dengan penyakit kronis.
-

8 Mobil Kecelakaan di Tol JORR Arah Cakung, Ada Fortuner hingga Alphard
Jakarta –
Kecelakaan beruntun terjadi di ruas Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) Km (kilometer) 47 arah Cakung. Sebanyak delapan kendaraan terlibat dalam kecelakaan tersebut.
“Kecelakaan berawal dari kendaraan melaju dari Cikunir menuju Cakung,” kata Kainduk Jaya 3 Sat PJR Polda Metro Jaya, Iptu Ketip Kusuma, saat dihubungi, Kamis (24/4/2025).
Peristiwa itu terjadi pada pagi hari tadi sekitar pukul 08.00 WIB. Dia menjelaskan, kecelakaan terjadi karena kendaraan pertama mengerem di lokasi kejadian dan beberapa kendaraan di belakangnya tidak dapat mengantisipasi kecelakaan.
“Kendaraan pertama dan kedua bisa menjaga jarak, tapi kendaraan ketiga sampai delapan tidak bisa, akhirnya terjadi tabrakan beruntun,” tuturnya.
Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan tersebut. Kecelakaan beruntun itu melibatkan kendaraan minibus dari arah Cikunir menuju Cakung.
“Fortuner, Alphard, Ertiga, Honda Jazz, Avanza Veloz, Toyota Rush, Calya, dan Fortuner (yang terlibat),” ungkapnya.
“Kendaraan pertama rusak bagian belakang, kendaraan kedua sampai tujuh rusak bagian depan dan belakang, kendaraan delapan rusak bagian depan. Kecelakaan di lajur 3 paling kanan terjadi pengereman, kemudian tidak bisa jaga jarak sehingga terjadilah tabrakan beruntun,” pungkasnya.
(rdh/jbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
/data/photo/2025/07/02/6864a20ac57c3.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
