Kasus: PHK

  • Dijegal Trump, Para Ilmuwan Curhat Ingin Kabur dari Amerika

    Dijegal Trump, Para Ilmuwan Curhat Ingin Kabur dari Amerika

    Washington

    Pemerintahan Donald Trump terus memangkas pendanaan ilmiah dan mengurangi peran penelitian di Amerika Serikat. Akibatnya, para ilmuwan mulai mencari peluang yang lebih baik di luar Negeri Paman Sam itu.

    Menurut jajak pendapat yang digelar majalah sains Nature yang melibatkan lebih dari 1.200 ilmuwan, 75% di antaranya mengatakan bahwa mereka kini mempertimbangkan untuk meninggalkan Amerika Serikat. Eropa dan Kanada muncul sebagai pilihan utama untuk relokasi.

    Dan jika itu belum cukup menjadi tanda erosi intelektual di AS, 79% peneliti pascasarjana dan 255 dari 340 mahasiswa PhD mengatakan bahwa mereka akan mempertimbangkan untuk meninggalkan negara itu.

    “Di mana pun yang mendukung sains,” tulis salah satu responden tentang ke mana mereka akan pergi jika meninggalkan AS, seperti dikutip detikINET dari Futurism.

    “Ini rumah saya, saya sangat mencintai negara saya,” tulis mahasiswa pascasarjana lain di universitas ternama AS. “Tapi banyak mentor saya yang menyuruh saya untuk keluar, sekarang juga.”

    Ini adalah kenyataan menyedihkan bagi peneliti, di mana mereka makin tak melihat masa depan dengan Trump sebagai pemimpin. Ahli memperingatkan reputasi AS sebagai tempat terdepan melakukan penelitian ilmiah terpukul di bawah pemerintahan Trump, yang dapat menimbulkan konsekuensi ekonomi jangka panjang.

    Sementara ribuan ilmuwan telah dipekerjakan kembali setelah pemecatan massal di lembaga pemerintah federal, kekhawatiran atas PHK di masa mendatang masih meluas. Departemen Efisiensi Pemerintah yang dipimpin Elon Musk masih menghancurkan satu demi satu lembaga, termasuk di bidang sains.

    Pemotongan besar-besaran pada hibah dan tunjangan khususnya, membuat ilmuwan di AS terpuruk. Studi dan uji klinis terhenti dan banyak proyek ilmiah dibatalkan. “Melihat semua pekerjaan dihentikan sungguh menyedihkan. Saya mencari peluang di Eropa, Australia, dan Meksiko dengan sangat tekun,” sebut seorang sumber.

    “Jika saya ingin bekerja di bidang itu, saya harus mencari tempat lain yang memprioritaskannya,” katanya.

    Sementara itu, lembaga di luar AS tampak antusias menyambut. “Dari apa yang saya dengar dari tempat-tempat yang kami ajak bicara, dan orang-orang lain yang ingin mengambil pekerjaan internasional, banyak universitas di negara-negara itu melihat ini sebagai peluang sekali dalam satu generasi,” sebut peneliti lain, yang telah menghubungi universitas di Kanada.

    Pukulan terhadap universitas-universitas AS dapat mengancam daya saing negara itu, terutama dalam bidang-bidang yang diminati banyak orang seperti AI. “Universitas adalah mesin inovasi yang sangat penting,” kata profesor Universitas New York Sabrina Howell ke New York Times.

    (fyk/ask)

  • Asosiasi PKL: Angka Pemudik Turun, Ekonomi UMKM Lesu – Halaman all

    Asosiasi PKL: Angka Pemudik Turun, Ekonomi UMKM Lesu – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Umum Asosiasi PKL Indonesia Ali Mahsun, melihat ekonomi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) ikut lesu, karena jumlah pemudik lebaran 2025 yang menurun jika dibandingkan tahun sebelumnya.

    Ali melihat turunnya angka pemudik bisa jadi peringatan untuk pemerintah. Apalagi, ini terjadi meski diskon tarif tol, pesawat, hingga mudik gratis diberikan oleh pemerintah.

    “Kenyataan ini harus jadi warning bagi pemerintah,” ujar Ali saat dihubungi Rabu (2/4/2025).

    Seharusnya, kata Ali, mudik lebaran jadi peak season atau periode waktu di mana permintaan untuk produk atau layanan meningkat secara signifikan sehingga terjadi lonjakan perekonomian nasional.

    “Namun kenapa lebaran 2025 terjadi penurunan drastis pemudik sebesar 24 perseb? Banyak faktor yang jadi penyebabnya,” kata Ali.

    Menurutnya, saat ini perputaran ekonomi rakyat UMKM makin lesu akibatkan daya beli masyarakat melemah. Kemudian, lebih dari 9,8 juta kelas menengah jatuh miskin dan mereka perketat ikat pinggang atau efisiensi ditengah makin beratnya beban hidup.

    “Faktor lain, melonjaknya pengangguran akibat PHK marak dimana-mana sebelum dan jelang ramadhan 2025,” tutur Ali.

    Sebagian pelaku UMKM memilih tidak mudik lebaran 2025 daripada kehabisan modal usaha pasca lebaran. Dan, penggelontoran berbagai subsidi, bantuan sosial dan diskon tiket belum mampu mendongkrak jumlah pemudik kebaran 2025.

    “Turunnya pemudik lebaran 2025 hingga 24 persen akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan demikian harus jadi lampu kuning bagi pemerintah untuk memberikan solusi tercepat dongkrak perputaran ekonomi rakyat, juga perekonomian nasional,” sambungnya.

    Menurut hasil survei Badan Kebijakan Transportasi Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik Lebaran 2025 diproyeksikan hanya sekitar 146,48 juta orang, turun 24,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai 193,6 juta orang. Penurunan ini menjadi anomali karena dalam satu dekade terakhir tren jumlah pemudik cenderung meningkat setiap tahun, kecuali saat pandemi.

    Turunnya jumlah pemudik berdampak pada berbagai moda transportasi. Data dari Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (Siasati) menunjukkan akumulasi pergerakan penumpang dari lima moda transportasi umum hingga H-3 Lebaran sebesar 6,75 juta orang, atau turun 4,8 persen dari tahun lalu.

    Penurunan paling tajam terjadi pada moda bus antarkota antarprovinsi (AKAP), yakni 10,2 persen. Diikuti moda pesawat yang turun 6,8 persen dan kapal laut 4,8 persen.

    Pertumbuhan Ekonomi triwulan I 2025 Hanya 5,03 Persen

    Center of Economic and Law Studies (Celios) memaparkan sejumlah indikator pelemahan daya beli saat Lebaran 2025 melemah. Apa saja indikatornya?.

    Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda menerangkan, terdapat beberapa indikator penyebab melemahnya daya beli. Misalnya, karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang marak terjadi. 

    Pada Januari 2025, terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hingga 0,4 persen (month-to-month) dibandingkan IKK Desember 2024.

    “Situasinya cukup anomali. Jika kita mengacu pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK di bulan Januari karena ada optimisme konsumen di awal tahun. Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi di bulan Februari 2025,” ujar Huda saat dihubungi, Rabu (2/4/2025).

    Data lainnya juga menunjukkan hal yang serupa dimana ada penurunan angka Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025. Pada Desember 2024, angka IPR sebesar 222 poin dan angka IPR turun menjadi 211,5 di Januari 2025.

    “Jika kita tengok pergerakan di Desember 2023 ke Januari 2024 masih bergerak positif. Artinya, konsumen yang tidak yakin akan perekonomian tahun 2025, mendorong penjualan eceran kita juga turun. Akibatnya, daya beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025,” imbuh Huda.

    Dengan kondisi tersebut Huda menyampaikan bahwa perputaran uang di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri akan melemah dibandingkan dengan tahun lalu.

    Tambahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2025, akan melemah sebesar -16,5 persen dibandingkan momen yang sama di tahun 2024.

    “Tambahan uang beredar hanya di angka Rp114,37 triliun. Sedangkan tahun 2024, tambahan uang beredar ketika momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mencapai Rp136,97 triliun,” terang Huda.

    Uang Beredar

    Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, menambahkan dengan penurunan tambahan uang beredar di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun ini, maka berdampak pada pembentukan PDB secara nasional yang tidak optimal.

    “Berdasarkan modelling yang dilakukan Celios pada tahun 2024, tambahan PDB akibat adanya momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mencapai Rp168,55 triliun. Sedangkan tahun 2025 hanya Rp140,74 triliun atau turun 16,5 persen,” katanya.

    Sedangkan keuntungan pengusaha hanya Rp84,19 triliun, jauh di bawah tambahan pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp100,83 triliun.

    Indikator lain yang memotret pelemahan daya beli masyarakat adalah menurunnya porsi simpanan perorangan yang hanya mencapai 46,4 persen terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK).

    Hal ini tidak pernah terjadi di awal pemerintahan sebelumnya. Pada awal periode Jokowi-JK, simpanan perorangan porsinya 58,5 persen dan Jokowi-Amin sebesar 57,4 persen.

    Pertumbuhan Ekonomi Stagnan

    Merosotnya porsi tabungan perorangan, mengindikasikan masyarakat cenderung bertahan hidup dengan menguras simpanan, karena upah riil terlalu kecil, tunjangan berkurang, dan ancaman PHK masih berlanjut.

    “Dengan berbagai indikator perekonomian tersebut, Celios memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2025 hanya 5,03 persen (year-on-year). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2024 yang mencapai 5,11 persen,” lanjut Bhima.

    Perkiraan pertumbuhan memperhitungkan dampak dari momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2025 yang secara siklus mendorong konsumsi rumah tangga lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2024. 

    Namun, faktor seasonal yang di ikuti pembagian THR tetap tidak mampu membuat ekonomi tumbuh lebih tinggi. Bahkan dikhawatirkan ekonomi bakal melambat paska lebaran, karena tidak ada lagi motor penggerak konsumsi yang signifikan.

    “Belanja pemerintah yang sedang efisiensi besar-besaran juga berpengaruh ke consumer confidences. Pelemahan kurs rupiah juga menambah kehati-hatian dari masyarakat untuk membelanjakan uangnya,” ujar Bhima.

    Hotel Sepi

    Okupansi atau jumlah hunian hotel yang terisi pada periode libur lebaran 2025 ini mengalami penurunan bila dibandingkan tahun lalu.

    Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan penurunan okupansi kali ini kisarannya mencapai 20 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu. Kondisi ini terjadi di beberapa daerah tujuan wisata, seperti Yogyakarta, Bali dan Solo.

    “(Penurunan okupansi hotel) seperti diduga lebih rendah dari tahun lalu. Saya tadi sempat telpon beberapa daerah Solo, Jogja, Bali memang turun,” tutur Hariyadi ditemui usai menghadiri halal bihalal di kediaman rumah dinas Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani di kawasan Widya Chandra Jakarta, Selasa (1/4).

    Ia menduga, penurunan okupansi hotel disebabkan daya beli masyarakat masih melemah tahun ini. Pasalnya, masa hunian hotel pada lebaran tahun ini lebih singkat bila dibandingkan tahun lalu.

    Hariyadi mencatat, rata-rata  waktu tinggal masyarakat di hotel hanya hingga h-2 lebaran saja, atau lebih pendek dan tidak menghabiskan waktu hingga libur selesai pada 7 Maret 2025.

    “Misalnya di Solo hanya sampai tanggal 4, tanggal 5 langsung check out, di Jogja tanggal 6. Bali turun juga nggak full sampai tanggal 7,” jelasnya.

    Lebih lanjut, untuk mengembalikan kondisi okupansi hotel setidaknya ke kondisi yang normal, ia berharap ada peranan pemerintah dalam eksekusi anggaran. Pasalnya, pasca adanya efisiensi anggaran, konsumsi perhotelan dari pemerintah menurun.

    Padahal pasar pemerintah untuk industri hotel masih cukup besar yakni mencapai 40 persen. Menurutnya, peranan pemerintah juga sangat penting agar hotel-hotel tidak banyak yang tutup, dan akhirnya berdampak pada PHK karyawan.

    “Jadi, kalau pemerintah tidak melakukan eksekusi untuk spending, pasti akan banyak yang tutup lagi (hotel),” ungkapnya.

  • Video: Trump Mulai Lakukan PHK Massal Pekerja Institusi Kesehatan AS

    Video: Trump Mulai Lakukan PHK Massal Pekerja Institusi Kesehatan AS

    Jakarta,CNBC Indonesia – Pemerintahan Trump memecat staf di berbagai lembaga kesehatan AS. Termasuk Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Badan Pengawas Obat dan Makanan hingga Institut Kesehatan Nasional.

    Selengkapnya saksikan di CNBC Indonesia.

  • Celios: Perputaran Uang Selama Lebaran 2025 Melemah karena Daya Beli Merosot – Halaman all

    Celios: Perputaran Uang Selama Lebaran 2025 Melemah karena Daya Beli Merosot – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Center of Economic and Law Studies (Celios) memaparkan sejumlah indikator pelemahan daya beli masyarakat menjelang dan selama Lebaran 2025.

    Direktur Ekonomi Celios Nailul Huda menerangkan, terdapat beberapa indikator penyebab melemahnya daya beli. Misalnya, karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang marak terjadi. 

    Pada Januari 2025, terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hingga 0,4 persen (month-to-month) dibandingkan IKK Desember 2024.

    “Situasinya cukup anomali. Jika kita mengacu pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK di bulan Januari karena ada optimisme konsumen di awal tahun.”

    “Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi di bulan Februari 2025,” ujar Huda saat dihubungi, Rabu (2/4/2025).

    Data lainnya juga menunjukkan hal yang serupa dimana ada penurunan angka Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025.

    Pada Desember 2024, angka IPR sebesar 222 poin dan angka IPR turun menjadi 211,5 di Januari 2025.

    “Jika kita tengok pergerakan di Desember 2023 ke Januari 2024 masih bergerak positif. Artinya, konsumen yang tidak yakin akan perekonomian tahun 2025, mendorong penjualan eceran kita juga turun.”

    “Akibatnya, daya beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025,” imbuh Huda.

    Dengan kondisi tersebut Huda menyampaikan bahwa perputaran uang di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri akan melemah dibandingkan dengan tahun lalu.

    Tambahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2025, akan melemah sebesar -16,5 persen dibandingkan momen yang sama di tahun 2024.

    “Tambahan uang beredar hanya di angka Rp114,37 triliun. Sedangkan tahun 2024, tambahan uang beredar ketika momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mencapai Rp136,97 triliun,” terang Huda.

     

  • Gubernur Pramono Anung: Pendatang Baru di Jakarta Harus Punya Identitas – Halaman all

    Gubernur Pramono Anung: Pendatang Baru di Jakarta Harus Punya Identitas – Halaman all

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menanggapi kemungkinan adanya pendatang baru di Jakarta setelah Hari Raya Idul Fitri 2025.

    Tayang: Selasa, 1 April 2025 20:16 WIB

    Tribunnews.com/ Fransiskus Adhiyuda

    PENDATANG BARU JAKARTA – Gubernur Jakarta yang juga kader PDIP, Pramono Anung usia berlebaran di rumah Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri, Jalan Teuku Umar, Menteng, Jakarta, Senin (31/3/2025). (Fransiskus Adhiyuda/ Tribunnews.com). Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menanggapi kemungkinan adanya pendatang baru di Jakarta setelah Hari Raya Idul Fitri 2025. 

    TRIBUNNEWS.COM – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menanggapi kemungkinan adanya pendatang baru di Jakarta setelah Hari Raya Idul Fitri 2025.

    Menurutnya, baik dirinya maupun Wakil Gubernur Rano Karno tidak mempermasalahkan kedatangan pendatang yang mayoritas mencari lapangan pekerjaan.

    Pramono mengakui bahwa banyak daerah di luar Jakarta yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.

    Dalam konteks ini, Pramono memastikan Jakarta akan mempersiapkan diri untuk menerima pendatang baru.

    “Ini memang problem yang pasti akan dihadapi Jakarta dalam kondisi yang seperti ini. Tanpa menutup mata, beberapa daerah melakukan PHK. Untuk itu, Jakarta pasti mempersiapkan diri,” ungkap Pramono, dilansir dari Kompas TV.

    Kebijakan Identitas Pendatang

    Lebih lanjut, Pramono menegaskan bahwa ia dan Rano Karno telah sepakat untuk tidak melakukan Operasi Yustisi kependudukan.

    Namun, semua pendatang yang ingin tinggal dan bekerja di Jakarta harus memiliki identitas resmi.

    “Siapapun yang datang ke Jakarta harus ada identitasnya. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) akan melakukan pengecekan administrasi. Kalau dia mau cari kerja di Jakarta, silakan. Asalkan dia mau ikut pelatihan dan paling penting punya identitas,” jelas Pramono.

    Pramono juga menggarisbawahi pentingnya pelatihan kerja bagi pendatang baru.

    Ia mendorong mereka untuk mengasah keterampilan melalui program yang ada.

    “Saya dan Bang Doel sudah berdiskusi. Kami tidak akan melakukan Operasi Yustisi. Yang kita lakukan lebih kepada kemanusiaan,” tambah Pramono.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’2′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Soal Adanya Pendatang Baru di Jakarta usai Lebaran, Pramono Anung Sebut yang Penting Punya Identitas – Halaman all

    Soal Adanya Pendatang Baru di Jakarta usai Lebaran, Pramono Anung Sebut yang Penting Punya Identitas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gubernur Jakarta, Pramono Anung buka suara soal kemungkinan adanya pendatang baru di Jakarta setelah Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 2025 ini.

    Pramono mengaku, baik dirinya maupun wakilnya Rano Karno atau Bang Doel tak masalah soal adanya pendatang baru di Jakarta yang mayoritasnya datang untuk mencari lapangan pekerjaan ini.

    Terlebih Pramono juga menyadari bahwa di beberapa daerah diluar Jakarta, banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran.

    Sehingga Pramono memastikan bahwa Jakarta akan mempersiapkan diri untuk menerima para pendatang baru ini.

    “Jadi ini memang problem yang pasti akan dihadapi Jakarta dalam kondisi yang seperti ini,”

    “Tanpa menutup mata kan beberapa daerah melakukan PHK dan sebagainya. Untuk itu Jakarta pasti mempersiapkan diri,” kata Pramono dilansir Kompas TV, Selasa (1/4/2025).

    Lebih lanjut Pramono juga menyebut ia sudah berdiskusi dengan Bang Doel untuk tidak melakukan Operasi Yustisi kependudukan.

    Pramono hanya menegaskan, siapapun yang datang ke Jakarta harus memiliki identitas.

    Karena nantinya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Jakarta akan melakukan pengecekan administrasi.

    Kemudian bagi yang ingin bekerja di Jakarta, Pramono pun mempersilahkan.

    Asalkan mereka memiliki skill dan mau belajar mengasah skill mereka melalui pelatihan kerja yang ada.

    “Saya dang Bang Doel, kami sudah berdiskusi, kami tidak akan melakukan Operasi Yustisi. Yang kita lakukan lebih kepada kemanusiaan.”

    “Siapapun yang datang ke Jakarta harus ada identitasnya, Dukcapil akan mengecek itu, administrasinya dicek. Kalau dia mau cari kerja di Jakarta, monggo, silahkan.”

    “Asal dia mau ikut pelatihan dan paling penting punya identitas, kalau tidak punya identitas, enggak (tidak boleh ke Jakarta),” jelas Pramono.

    Pendatang Baru Jangan Jadi Beban

    Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta, Khoirudin, menegaskan bahwa pendatang yang ingin beradu nasib di Jakarta pasca-Lebaran 2025 harus membawa keterampilan yang mumpuni.

    Ia mengingatkan agar para pendatang tidak hanya bergantung pada kerabat atau sanak saudara, tetapi juga memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja di Jakarta.

    “Pendatang yang masuk ke Jakarta harus punya keterampilan. Jangan sampai mereka hanya bergantung pada keluarga atau teman, tapi tidak memiliki kemampuan yang dibutuhkan di kota ini,” kata Khoirudin dalam keterangan yang diterima.

    Menurutnya, keterampilan adalah syarat utama bagi para pendatang agar dapat bertahan hidup dan bersaing di ibu kota yang kompetitif.

    Jakarta memiliki pasar kerja yang besar, namun persaingannya juga sangat ketat, sehingga keterampilan menjadi faktor penentu dalam meraih kesempatan kerja.

    “Jika tidak memiliki keterampilan, pendatang baru bisa menjadi beban bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Jakarta adalah kota yang penuh peluang, tetapi hanya mereka yang punya skill yang dapat meraihnya,” tegas Khoirudin.

    Khoirudin juga menyampaikan bahwa Jakarta sangat terbuka bagi siapa saja yang ingin mencoba peruntungan, asalkan mereka datang dengan bekal keterampilan yang cukup. 

    Untuk diketahui, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Jakarta memprediksi adanya sekitar 10.000 hingga 15.000 pendatang yang masuk ke Jakarta setelah Lebaran 2025.

    Kepala Disdukcapil Jakarta, Budi Awalludin, menyatakan bahwa jumlah ini mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

     “Jumlah pendatang ke Jakarta untuk tahun 2025 diprediksi sekitar 10.000 sampai dengan 15.000 jiwa,” ujar Budi saat dikonfirmasi, Minggu (23/3/2025).

    Berdasarkan data Disdukcapil, arus pendatang ke Jakarta dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan tren penurunan. Pada tahun 2023, tercatat sebanyak 25.931 pendatang, sedangkan pada tahun 2024 jumlahnya turun menjadi 16.207 orang.

    (Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/ Glery Lazuardi)

    Baca berita lainnya terkait Mudik Lebaran 2025.

  • Gelar Open House, Rano Karno: Sudah Lama Tak Rasakan Suasana Lebaran Seperti Saat Ini – Page 3

    Gelar Open House, Rano Karno: Sudah Lama Tak Rasakan Suasana Lebaran Seperti Saat Ini – Page 3

    Gubernur Jakarta Pramono Anung mengaku tidak bisa menolak kedatangan para pendatang dari daerah yang mau membawa keluarganya ke Jakarta. Menurutnya, yang bisa dilakukan pemerintah hanyalah mempersiapkan diri.

    “Jadi ini memang problem yang pasti akan dihadapi Jakarta dalam kondisi yang seperti ini. Tanpa menutup mata kan beberapa daerah melakukan PHK dan sebagainya dan untuk itu Jakarta pasti mempersiapkan diri,” kata Pramono usai bersilaturahmi ke rumah Megawati Soekarnoputri di Jalan Teuku Umar Jakarta, Senin (31/3/2025).

    Pramono mengaku, dirinya bersama Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno (Doel) memastikan tidak akan melakukan operasi yustisia yang merazia identitas kependudukan para pendatang. Hanya saja, Pramono menegaskan mereka yang merantau ke Jakarta harus memiliki KTP.

    “Saya dan Bang Dul kami sudah berdiskusi kita tidak melakukan operasi justicia ya. Yang kita lakukan adalah lebih kepada kemanusiaan. Siapapun yang datang ke Jakarta harus ada identitasnya,” jelas Pramono.

    Dengan identitas yang jelas, Pramono memastikan mereka bisa mencari pekerjaan di Jakarta. Selain itu mereka juga bisa mengasah skill dengan pelatihan jika memiliki identitas.

    “Dukcapil akan mengecek itu, administrasinya dicek. Kalau dia mau mencari kerja di Jakarta monggo, silahkan. Asal dia mau ada pelatihan dan asal juga yang paling penting dia punya identitas. Kalau enggak punya identitas, enggak (bisa cari kerja),” tandas Pramono.

  • Mudik Lebaran 2025 Anjlok! Daya Beli Merosot, PHK Massal Biang Kerok?

    Mudik Lebaran 2025 Anjlok! Daya Beli Merosot, PHK Massal Biang Kerok?

    PIKIRAN RAKYAT – Tradisi mudik Lebaran tahun ini mengalami penurunan signifikan dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan (Kemenhub), jumlah pemudik Lebaran 2025 diperkirakan mencapai 146,48 juta orang, atau sekitar 52 persen dari total penduduk Indonesia. Angka ini mengalami penurunan sebesar 24,34 persen dibandingkan Lebaran 2024, yang tercatat mencapai 193,6 juta orang atau 71,7 persen dari jumlah penduduk.

    Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Budi Rahardjo, membenarkan bahwa terjadi penurunan potensi pergerakan masyarakat selama mudik tahun ini.

    “Benar, besaran potensi pergerakan masyarakat saat mudik lebaran tahun ini (2025) mengalami penurunan dibanding tahun lalu,” ujar Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Budi Rahardjo, Sabtu 22 Maret 2025.

    Namun, pihaknya tidak mengungkapkan penyebab utama penurunan tersebut, mengingat aspek tersebut tidak menjadi fokus dalam penelitian yang dilakukan pada Februari lalu. Selain itu, keputusan masyarakat untuk mudik juga bisa berubah bergantung pada situasi dan kondisi yang berkembang.

    Data dari Sistem Informasi Angkutan dan Sarana Transportasi Indonesia (Siasati) mencatat bahwa hingga H-3 Lebaran, jumlah pergerakan penumpang dari lima moda transportasi umum mencapai 6,75 juta orang. Jumlah ini turun 4,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Penurunan paling tajam terjadi pada moda bus antarkota antarprovinsi (AKAP) sebesar 10,2 persen, diikuti moda pesawat yang turun 6,8 persen, dan kapal laut 4,8 persen.

    Faktor Ekonomi Berperan dalam Penurunan Jumlah Pemudik

    Penumpang menunggu keberangkatan di Terminal Cicaheum, Bandung, Minggu (23/3/2025). Terminal Cicaheum menyediakan  sebanyak 165 armada bus yang terdiri dari 106 unit bus AKAP serta serta 59 bus AKDP pada arus mudik lebaran 2025.

    Direktur Kebijakan Publik dari Center of Economic and Law Studies (Celios), Media Wahyudi Askar, mengungkapkan bahwa lesunya daya beli masyarakat disinyalir menjadi faktor utama turunnya jumlah pemudik tahun ini. Kenaikan harga kebutuhan pokok dan layanan jasa transportasi, seperti tiket bus, kereta, dan pesawat, turut membebani masyarakat.

    Celios mencatat bahwa daya beli masyarakat sudah mengalami penurunan sejak pertengahan 2024, ditandai dengan deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei hingga September. Kondisi ini berlanjut pada Februari 2025, menjelang Ramadan, ketika biasanya tingkat konsumsi masyarakat meningkat.

    Selain itu, tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) juga berkontribusi terhadap lemahnya daya beli. Sepanjang 2024, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat sekitar 80.000 pekerja mengalami PHK, meningkat dari 60.000 orang pada tahun sebelumnya. Banyak sektor terdampak, termasuk manufaktur, teknologi, perbankan, pengolahan, jasa, dan ritel, dengan industri manufaktur menjadi sektor yang paling banyak menyumbang angka PHK.

    “Aspek lainnya adalah ketidakpastian usaha dan upah yang stagnan. Banyak masyarakat yang memilih menahan pengeluaran mereka, termasuk untuk mudik, guna menjaga stabilitas keuangan di tengah ketidakpastian ekonomi,” ujar Askar.

    Selain faktor ekonomi, penurunan bantuan sosial juga turut mempengaruhi keputusan masyarakat untuk mudik. Bantuan sosial yang sebelumnya mencapai Rp168 triliun pada 2024, mengalami penurunan sekitar 16 persen menjadi Rp140 triliun pada 2025. Bantuan ini kerap digunakan oleh masyarakat kelas bawah untuk kebutuhan dasar maupun modal usaha di daerah asal.

    Dampak Ekonomi dari Turunnya Jumlah Pemudik

    Sejumlah pemudik bersiap menaiki bus di Terminal leuwipanjang, Kota Bandung, Selasa (25/3/2025).

    Anjloknya jumlah pemudik Lebaran tidak hanya menjadi indikasi lemahnya daya beli, tetapi juga berdampak pada perekonomian daerah. Tradisi mudik biasanya membawa perputaran uang dari kota ke desa, yang berperan dalam mengurangi ketimpangan ekonomi antarwilayah.

    Menurut Askar, penurunan jumlah pemudik dapat memperbesar ketimpangan pendapatan, karena semakin sedikit uang yang beredar di daerah. “Saat pemudik kembali ke kampung halaman, mereka biasanya membelanjakan uang untuk oleh-oleh, belanja di warung, hingga menyewa jasa transportasi lokal. Jika jumlah pemudik berkurang, perputaran uang pun semakin kecil,” jelasnya.

    Selain itu, momen Lebaran juga menjadi kesempatan bagi masyarakat di daerah untuk mendapatkan pendapatan tambahan melalui usaha musiman. “Banyak orang yang biasanya menjual makanan, minuman, atau jasa selama Lebaran. Jika pemudik berkurang, maka potensi pemasukan mereka juga menurun,” tambahnya.

    Lebih lanjut, Askar menilai bahwa kondisi ini menjadi tanda bahaya bagi ekonomi nasional. Jika tren ini terus berlanjut, pemerintah akan menghadapi tantangan besar dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen. “Perlambatan ekonomi yang terjadi bisa semakin panjang jika tidak ada langkah strategis untuk meningkatkan daya beli masyarakat,” pungkasnya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Jumlah Pemudik Lebaran Turun Drastis, Daya Beli Masyarakat Anjlok?

    Jumlah Pemudik Lebaran Turun Drastis, Daya Beli Masyarakat Anjlok?

    JABAR EKSPRES – Berdasarkan hasil survei Kementerian Perhubungan ( Kemenhub ) telah memprediksi bahwa jumlah pemudik lebaran Idul Fitri 1446 H/2025 mengalami penurunan sebesar 24 persen.

    Berdasarkan data Kemenhub, diperkirakan masyarakat yang akan melakukan mudik lebaran Idul Fitri pada tahun ini mencapai 146,48 juta orang atau sekitar 52 persen dari penduduk Indonesia.

    Jumlah ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnnya yang mencapai 193,6 juta orang.

    BACA JUGA: Harus Diusut! Proyek Tempat Wisata Eiger Camp Diduga Langgar Perda KBU!

    Pengamat Ekonomi dari INDEF Eko Listiyanto mengatakan, penyebab menurunnya jumlah pemudik pada tahun ini karena daya beli masyarakat mengalami penurunan.

    Saat ini banyak masyarakat yang mengalami penurunan pendapatan, dan terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sehingga mengalami anggaran terbatas untuk melakukan mudik.

    ‘’Masyarakat banyak yang mengalami kesulitan biaya untuk melakukan perjalanan mudik ke kampung halaman,’’ ujar Eko dalam keterangan rilisnya, Senin, (1/04/2025).

    BACA JUGA: Lenovo Legion 7i dan Legion 5i Miliki Performa Ciamik dengan Dukungan ColdFront: Hyper

    Eko menilai, anggaran untuk melakukan mudik tidak hanya sebatas biaya perjalanan saja, tapi kebiasaan masyarakat biasanya harus membawa uang lebih untuk berbelanja atau berbagai bersama keluarga.

    Biaya ini merupakan pengeluaran selama masyarakat melakukan ritual mudik lebaran Idul Fitri ketika berkumpul bersama kerabat dan keluarga.

    Penurunan Daya beli ini disebabkan karena banyak terjadi PHK yang terjadi di awal 2025 ini dengan jumlah mencapai 18.610 orang yang terjadi selama Januari-Februari 2025.

    BACA JUGA: Tempat Hiburan Malam di Kota Bandung Banyak yang Buka di Bulan Puasa, Satpol PP kemana?

    ‘’Jumlah tersebut naik lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun 2024,’’ ujarnya.

    Berdasarkkan data dari Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) saat ini sudah 60.000 pekerja yang terkena imbas PHK yang terdapat di 50 perusahaan.

    Dampak dari PHK ini membuat konsumsi masyarakat mengalami pelemahan dan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 0,4 persen pada Januari 2025.

    BACA JUGA: Terkendala Dana, Tradisi Ifthar Ramadan di Masjid Lautze 2 Terhenti

    Biasanya pada awal tahun IKK cenderung mengalami kenaikan. Namun pada 2025 ini terjadi anomali penurunan, begitupun pada Februari 2025.

  • Cari Kerja Sekarang Susah, Banyak Orang Pilih Pindah ke Profesi Ini

    Cari Kerja Sekarang Susah, Banyak Orang Pilih Pindah ke Profesi Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri teknologi dunia masih dibayang-bayangi dengan badai PHK. Situs pelacak Layoffs.fyi mencatat, sepanjang Februari 2025, sebanyak 15.000 karyawan kena PHK dan jadi pengangguran.

    Beberapa raksasa teknologi telah mengumumkan PHK besar-besaran di awal tahun, di antaranya adalah Microsoft, Meta, Workday, dan HP.

    Banyaknya PHK diiringi pula dengan sulitnya mencari kerja. Hal ini turut didorong oleh adopsi teknologi kecerdasan buatan (AI) yang lebih efisien dan mulai menggantikan beberapa profesi.

    Kendati banyak profesi yang diramal akan punah di masa depan, tetapi tak sedikit profesi baru yang tercipta berkat AI.

    Mengenai pekerjaan yang melibatkan AI, cerita datang dari seorang lulusan sekolah jurnalis di Amerika Serikat. Ia ditawari pekerjaan sebagai pelatih model AI oleh perusahaan data pelatihan AI, Outlier.

    Orang tersebut adalah Carla McCanna, lulusan baru dari Medill School of Journalism Northwestern University. Saat itu ia belum pernah mendengar tentang perusahaan ini, tapi tawaran pekerjaan itu datang melalui Handshake, portal perekrutan milik universitas tersebut.

    “Perekrut mengatakan bahwa keahlian saya sesuai dengan peran sebagai ahli penulisan dan bahwa saya akan melatih model AI untuk mengoptimalkan akurasi dan efisiensi,” ujar McCanna.

    Saat itu, McCanna tidak memiliki pengalaman dalam pekerjaan yang berhubungan dengan data, pembelajaran mesin, atau industri teknologi.

    Keahlian yang disebut oleh perekrut adalah pengalaman jurnalistiknya, kemampuan menulis profesional, penelitian, dan pengecekan fakta.

    Sebelumnya, McCanna pernah magang di The Dallas Morning News dan majalah bulanan D Magazine, dan Agustus lalu, ia meraih gelar masternya di bidang jurnalisme.

    Namun, pekerjaan sebagai jurnalis cukup sulit saat ini dan persaingan untuk mendapatkannya sangat ketat.

    Pada 2024, industri media di AS sedang terpuruk, bahkan ada 5.000 jurnalis yang di PHK, naik 59% dari tahun sebelumnya, menurut laporan tahunan dari Challenger, Gray & Christmas).

    “Saya paling tertarik dengan majalah, penulisan feature, atau penulisan budaya dan musik, pekerjaan-pekerjaan tersebut di LinkedIn mendapatkan ribuan pelamar,” ujar McCanna, dikutip dari Niemanlab.

    “Sementara saya mencari posisi jurnalis saat itu, [pekerjaan Outlier] ini sepertinya bagus, karena ini benar-benar jarak jauh dan gajinya bagus jika konsisten,” imbuhnya.

    Selama beberapa bulan terakhir, McCanna telah bekerja penuh waktu untuk Outlier, mengambil proyek-proyek di platform dengan bayaran sekitar US$35 per jam.

    Pekerjaan data dengan cepat menjadi sumber pendapatan utamanya dan merupakan pekerjaan yang dia rekomendasikan kepada teman-teman sekelasnya di Medill.

    “Banyak dari kami yang masih mencari pekerjaan. Tiga kali saya memberi tahu seseorang tentang pekerjaan saya, dan mereka berkata, tolong kirimkan ke saya,” katanya. “Saat ini sangat sulit, dan banyak rekan-rekan saya yang mengatakan hal yang sama.”

    (dem/dem)