Kasus: phising

  • Pengguna Gmail Diminta Segera Ganti Alamat Email, Ini Alasannya

    Pengguna Gmail Diminta Segera Ganti Alamat Email, Ini Alasannya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pengguna layanan Gmail diminta untuk mengganti alamat email mereka mulai tahun ini. Simak alasannya.

    Gmail adalah platform email gratis terbesar dengan 2,5 miliar pengguna. Platform dari raksasa teknologi Google ini menjadi salah satu target utama serangan siber berbasis AI.

    Gmail telah lama menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan siber karena banyaknya data sensitif yang tersimpan dalam kotak masuk email pengguna. Baru-baru ini Forbes melaporkan terdapat serangan berbasis notifikasi Google Calendar yang memanfaatkan Gmail.

    McAfee, salah satu perusahaan keamanan siber terkemuka, memperingatkan tentang serangan phising yang sangat meyakinkan dengan memanfaatkan teknologi AI.

    “Penipu menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat video atau rekaman audio palsu yang sangat realistis yang berpura-pura menjadi konten asli dari orang sungguhan,” McAfee memperingatkan, mengutip Forbes.

    Serangan berbasis AI memungkinkan penjahat siber menciptakan konten palsu seperti video atau rekaman audio yang tampak otentik. Teknologi deepfake, yang kini semakin terjangkau, telah digunakan untuk menipu pengguna hingga menyerahkan informasi pribadi.

    “Seiring dengan semakin mudahnya diakses dan terjangkaunya teknologi deepfake, bahkan orang-orang tanpa pengalaman sebelumnya pun dapat menghasilkan konten yang meyakinkan,” tambah McAfee

    Contohnya seorang konsultan keamanan Microsoft, Sam Mitrovic, hampir menjadi korban serangan phising AI yang sangat canggih, di mana penyerang berpura-pura menjadi tim dukungan Google dengan detail yang tampak sah.

    Mitrovic menerima notifikasi terkait upaya pemulihan akun Gmail, yang tampaknya berasal dari Google. Ia mengabaikannya, begitu pula dengan panggilan telepon yang muncul seminggu kemudian dan mengklaim berasal dari perusahaan yang sama.

    Namun, ketika kejadian itu terulang, Mitrovic akhirnya menjawab panggilan tersebut. Suara dengan aksen Amerika yang mengaku dari tim dukungan Google mengkonfirmasi adanya aktivitas mencurigakan di akun Gmail-nya. Nomor telepon yang digunakan tampak valid sebagai milik Google, berdasarkan pencarian cepat. Bahkan, penelepon menawarkan untuk mengirimkan email konfirmasi.

    Sebagai seorang konsultan keamanan, Mitrovic dengan cepat menyadari sesuatu yang tidak biasa. Email tersebut, meskipun tampak meyakinkan, memiliki kolom “To” yang ditujukan ke alamat yang sebenarnya bukan milik Google. Hal ini menunjukkan bahwa percobaan phishing tersebut dirancang dengan cermat untuk menipu pengguna yang kurang berpengalaman.

    “Hampir dapat dipastikan bahwa penyerang akan terus melakukan penyerangan hingga ke titik di mana apa yang disebut proses pemulihan akan dimulai,” ungkap Mitrovic.

    Google di sisi lain, terus berupaya melindungi para pengguna layanan mereka dari kejahatan siber. Mereka mengaku telah memblokir 99,9 persen email phising dan muatan malware, tapi ternyata hal tersebut tidak cukup untuk melindungi 2,5 miliar pengguna Gmail.

    “Dengan lebih dari 2,5 miliar pengguna, kami saat ini menyebarkan model AI untuk memperkuat pertahanan keamanan di Gmail, termasuk menggunakan bahasa besar (LLM) baru yang dilatih untuk membasmi phising, malware, dan spam,” kata Google.

    Menurut McAfee, LLM Google yang mampu mendeteksi spam 20 persen lebih baik dan mengkaji 1.000 kali lipat laporan spam setiap harinya belum cukup. Perusahaan perlu menggunakan cara baru yang lebih drastis, misalnya melabeli email dengan peringatan spam atau berbahaya pada email penipuan.

    Solusi lainnya adalah dengan menyembunyikan email. Apple telah memiliki solusi ini dengan fitur Hyde My Email, yang memungkinkan alamat email disembunyikan atau diatur menjadi privat.

    Opsi lainnya, untuk perlindungan dari kejahatan berbasis email adalah dengan membuat alamat email baru. Alamat ini dapat dibuat sebagai email utama yang tidak dibagikan secara umum.

    (tim/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Video: Literasi Digital Jadi Kunci Cegah Serangan Siber

    Video: Literasi Digital Jadi Kunci Cegah Serangan Siber

    Jakarta, CNBC Indonesia – Serangan siber disebut akan lebih masif dan terstruktur di 2025. Bahkan dengan inovasi teknologi mutakhir seperti AI, akan memudahkan pelaku memainkan modus phising ke target sasaran.

    Founder Indonesia Cyber Security Hub Alex Budiyanto menuturkan perlunya peningkatan literasi digital di masyarakat. Pemerintah juga disebut perlu kolaborasi dengan komunitas hingga vendor teknologi agar masyarakat lebih aware terhadap keamanan siber.

    Selengkapnya saksikan dialog Bramudya Prabowo bersama Founder Indonesia Cyber Security Hub Alex Budiyanto di Program Profit CNBC Indonesia, Senin (28/12/2024).

  • Pengguna Gmail Diminta Ganti Alamat Email Mulai 2025

    Pengguna Gmail Diminta Ganti Alamat Email Mulai 2025

    Daftar Isi

    Langkah mitigasi untuk pengguna Gmail

    Jakarta, CNN Indonesia

    FBI mengeluarkan peringatan untuk para pengguna Gmail mengganti alamat email mereka mulai 2025. Apa alasannya?

    Gmail merupakan platform email gratis terbesar dengan 2,5 miliar pengguna. Platform ini diduga menjadi salah satu target utama serangan siber berbasis kecerdasan buatan (AI) tahun depan.

    Gmail telah lama menjadi sasaran empuk bagi pelaku kejahatan siber karena banyaknya data sensitif yang tersimpan dalam kotak masuk email pengguna. Baru-baru ini, FBI mengungkap terdapat serangan berbasis notifikasi Google Calendar yang memanfaatkan Gmail.

    McAfee, perusahaan keamanan siber terkemuka, memperingatkan tentang serangan phising yang sangat meyakinkan dengan memanfaatkan teknologi AI.

    “Penipu menggunakan kecerdasan buatan untuk membuat video atau rekaman audio palsu yang sangat realistis yang berpura-pura menjadi konten asli dari orang sungguhan,” McAfee memperingatkan, mengutip Forbes, Rabu (25/12).

    Serangan berbasis AI memungkinkan penjahat siber menciptakan konten palsu seperti video atau rekaman audio yang tampak otentik. Teknologi deepfake, yang kini semakin terjangkau, telah digunakan untuk menipu pengguna hingga menyerahkan informasi pribadi.

    “Seiring dengan semakin mudahnya diakses dan terjangkaunya teknologi deepfake, bahkan orang-orang tanpa pengalaman sebelumnya pun dapat menghasilkan konten yang meyakinkan,” tambah McAfee

    Contohnya seorang konsultan keamanan Microsoft, Sam Mitrovic, hampir menjadi korban serangan phising AI yang sangat canggih, di mana penyerang berpura-pura menjadi tim dukungan Google dengan detail yang tampak sah.

    Mitrovic menerima notifikasi terkait upaya pemulihan akun Gmail, yang tampaknya berasal dari Google. Ia mengabaikannya, begitu pula dengan panggilan telepon yang muncul seminggu kemudian dan mengklaim berasal dari perusahaan yang sama.

    Namun, ketika kejadian itu terulang, Mitrovic akhirnya menjawab panggilan tersebut. Suara dengan aksen Amerika yang mengaku dari tim dukungan Google mengkonfirmasi adanya aktivitas mencurigakan di akun Gmail-nya.

    Nomor telepon yang digunakan tampak valid sebagai milik Google, berdasarkan pencarian cepat. Bahkan, penelepon menawarkan untuk mengirimkan email konfirmasi.

    Sebagai seorang konsultan keamanan, Mitrovic dengan cepat menyadari sesuatu yang tidak biasa. Email tersebut, meskipun tampak meyakinkan, memiliki kolom “To” yang ditujukan ke alamat yang sebenarnya bukan milik Google.

    Hal ini menunjukkan bahwa percobaan phishing tersebut dirancang dengan cermat untuk menipu pengguna yang kurang berpengalaman.

    “Hampir dapat dipastikan bahwa penyerang akan terus melakukan penyerangan hingga ke titik di mana apa yang disebut proses pemulihan akan dimulai,” ungkap Mitrovic.

    Langkah mitigasi untuk pengguna Gmail

    Google dan pakar keamanan merekomendasikan beberapa langkah berikut untuk melindungi akun Anda:

    1. Waspadai pesan berbahaya

    Hindari mengklik tautan, mengunduh lampiran, atau memasukkan informasi pribadi dari email, pesan, atau pop-up yang mencurigakan. Google menggunakan sistem keamanan canggih untuk memperingatkan pengguna tentang pesan berbahaya.

    2. Verifikasi permintaan informasi pribadi

    Jangan menanggapi permintaan informasi pribadi melalui email, pesan teks, atau panggilan telepon. Selalu verifikasi melalui metode yang terpercaya.

    3. Cek aktivitas keamanan akun

    Jika Anda menerima email yang tampak seperti dari Google tetapi mencurigakan, periksa aktivitas keamanan akun Anda langsung di myaccount.google.com/notifications.

    4. Hindari pesan mendesak

    Waspadai pesan yang tampak mendesak dari orang yang Anda kenal, seperti teman atau kolega. Pastikan untuk memverifikasi kebenarannya secara langsung.

    5. Hindari login dari tautan mencurigakan

    Jika Anda diminta untuk memasukkan kata sandi di situs web yang diakses melalui tautan, jangan lakukan. Sebagai gantinya, kunjungi situs web resmi secara langsung.

    Untuk mengatasi ancaman ini, penelitian dari Unit 42 di Palo Alto Networks mengembangkan algoritma pembelajaran mesin yang mampu mendeteksi malware JavaScript berbasis AI. Dengan memanfaatkan model pembelajaran mendalam, algoritma ini dapat mengidentifikasi ribuan serangan berbasis JavaScript setiap minggu.

    Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi yang sama yang digunakan oleh penyerang dapat dimanfaatkan oleh para pembela untuk meningkatkan deteksi ancaman. Langkah ini penting untuk menghadapi gelombang serangan berbasis AI yang semakin canggih.

    (wnu/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Gampang Dikenali, Ini 5 Ciri Khas Modus dari Penipuan Phising

    Gampang Dikenali, Ini 5 Ciri Khas Modus dari Penipuan Phising

    Jakarta

    Penipuan phishing melalui chat atau media sosial semakin marak terjadi. Dalam kasus ini, penipu biasanya menggunakan berbagai trik untuk mencoba memanipulasi korban agar memberikan informasi pribadi, seperti nomor kartu kredit, PIN, atau data penting lainnya.

    Untuk mencegah hal ini, penting untuk mengenali ciri-ciri telepon atau chat dari penipuan phishing. Melansir berbagai sumber, berikut lima ciri khas penipuan phising yang sering ditemui di media sosial:

    1. Mengaku dari Instansi atau Perusahaan

    Para oknum penipuan phising sering kali menghubungi calon korbannya dengan berpura-pura sebagai petugas suatu instansi maupun perusahaan seperti bank, lembaga pemerintah, atau perusahaan e-commerce. Mereka biasanya mengirim pesan atau email yang tampak resmi dan meyakinkan sehingga korban akan mudah dikelabui dan memasukkan data pribadi yang seharusnya tidak boleh dibagikan sembarangan.

    2. Modus Undangan Pernikahan

    Selain mengaku dari lembaga resmi, oknum penipu juga biasanya menghubungi korban dengan mengirimkan undangan pernikahan palsu atau surat undangan yang mencurigakan. Penipu akan meminta korban untuk mengklik link yang mengarah pada halaman palsu. Hal ini bertujuan tujuan untuk mencuri data pribadi, seperti nomor kartu kredit atau informasi login akun.

    3. Menawarkan Hadiah

    Setelah melakukan perkenalan, biasanya penipu akan menawarkan korban sebuah hadiah yang harus segera diklaim oleh korban. Selanjutnya, mereka akan meminta korban untuk memberikan informasi pribadi, seperti nomor rekening bank. Bahkan meminta untuk mentransfer sejumlah uang sebagai biaya administrasi.

    4. Modus Kurir

    Penipuan phising dengan modus mengatasnamakan perusahaan kurir juga marak terjadi. Penipu biasanya menghubungi korban dengan klaim ada paket yang sedang dikirimkan kepada mereka, namun terhambat atau membutuhkan konfirmasi. Biasanya, korban diminta untuk memberikan informasi pribadi atau memberikan link tautan palsu.

    5. Meminta Informasi Pribadi

    Penipuan phising juga seringkali meminta informasi pribadi seperti data, KTP atau nomor kartu kredit, Mereka akan meyakinkan korban bahwa informasi tersebut diperlukan untuk tujuan tertentu, misalnya verifikasi akun atau pembaruan data.

    Nah, itulah beberapa hal yang harus diwaspadai saat menemukan pesan chat atau telepon dengan tanda-tanda di atas. Penipuan phising memang bukan jadi hal baru di tengah perkembangan teknologi saat ini. Bahkan, tak jarang oknum penipu membuat berita hoaks seperti berita yang beredar di media sosial soal modus penipuan informasi kartu fisik DANA.

    Dalam unggahan tersebut, tertulis informasi terkait syarat dan ketentuan dalam proses pembuatan kartu fisik aplikasi DANA. Padahal faktanya, pihak DANA menegaskan tidak pernah mengeluarkan atau menerbitkan kartu fisik. Oleh sebab itu, DANA mengimbau masyarakat, khususnya pengguna DANA untuk menghindari modus ini dengan 3 langkah berikut:

    Foto: dok. DANA

    1. Monitor

    Jika menerima pesan chat yang mencurigakan, pastikan untuk monitor apakah nomor tersebut merupakan nomor resmi atau tidak. Jika nomor tidak dikenal jangan langsung menanggapinya. Hindari juga memberikan informasi pribadi apapun, seperti PIN atau kata sandi.

    2. Konfirmasi

    Selanjutnya, konfirmasi terlebih dahulu dengan mengecek nomor melalui aplikasi pelacak nomor. Kamu juga bisa memanfaatkan fitur DANA Protection untuk memastikan apakah benar permintaan tersebut berasal dari DANA atau bukan.

    3. Lapor

    Setelah melakukan pengecekan dan menemukan kontak atau pesan tersebut bukan berasal dari pihak resmi DANA, segera laporkan oknum tersebut. Kamu bisa menghubungi customer service DANA untuk melaporkan kejadian tersebut dan mendapatkan bantuan lebih lanjut.

    Selain langkah di atas, pastikan kamu hanya mengakses informasi melalui platform resmi DANA Indonesia guna menjamin keamanan dalam bertransaksi. Ingat, DANA tidak akan pernah meminta informasi pribadi melalui telepon atau pesan langsung.

    Jadi tunggu apa lagi? Yuk download dan gunakan dompet digital DANA sekarang juga.

    (akn/ega)

  • Punya Akun Gmail? Ayo Segera Ganti Alamat Email di 2025, Ini Alasannya

    Punya Akun Gmail? Ayo Segera Ganti Alamat Email di 2025, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengguna akun Gmail diimbau untuk segera membuat alamat email baru. Bukan tanpa alasan, adanya temuan email bermuatan malware dan rentan dengan phising atau penipuan membuat aksi penggantian alamat email perlu dilakukan segera.

    Ancaman penipuan melalui email dan website yang bermuatan malware tercatat terus meningkat. Hal ini bahkan semakin diperparah seiring dengan berkembangnya teknologi kecerdasan buatan atau AI.

    Google, sebagai pemilik Gmail, telah memblokir lebih dari 99,9% email phishing dan bermuatan malware pada produk pengiriman pesan tersebut. Namun, itu saja tak cukup untuk melindungi keamanan 2,5 juta pengguna Gmail.

    “Dengan lebih dari 2,5 juta pengguna Gmail, kami saat ini menyebarkan model AI untuk memperkuat pertahanan keamanan di Gmail, termasuk menggunakan bahasa besar (LLM) baru yang dilatih untuk membasmi phishing, malware, dan spam,” kata Google, dikutip dari Forbes, Rabu (25/12/2024),

    Firma keamanan siber McAfee menilai revolusi AI bekerja dua arah, untuk hal baik dan buruk. Google bisa saja menggunakan AI untuk memberantas penipuan, tetapi penipu akan kembali menggunakan AI untuk menciptakan serangan yang susah terdeteksi.

    “Seiring perkembangan AI yang lebih mudah diakses saat ini, penjahat siber menggunakannya untuk menciptakan scam yang lebih meyakinkan dan terpersonalisasi, sehingga lebih sulit terdeteksi,” kata McAfee.

    Pada November lalu, Google juga mengembangkan fitur serupa untuk Gmail. Hal ini terdeteksi oleh Android Authority melalui pembedahan APK baru.

    Fitur bernama ‘Shielded Email’ itu berisi sistem yang menciptakan alamat email alias untuk penggunaan satu kali (single use) atau penggunaan terbatas (limited-use). Pesan yang masuk ke alamat alias itu kemudian akan di-forward ke email utama pengguna.

    Jika fitur ini sudah tersedia, pengguna sebaiknya menggunakannya. Dengan begitu, pengguna perlu membuat email alias yang dibagikan untuk kebutuhan verifikasi, lantas email alias itu akan diteruskan ke email utama dengan alamat yang tak perlu dibagikan secara umum.

    Mailmodo mengatakan bulan ini pesan spam berkontribusi terhadap lebih dari 46,8% trafik email secara keseluruhan. Hal ini menyebabkan banyak perusahaan mencari alternatif lain dalam berinteraksi di lingkungan kerja. Misalnya menggunakan Teams, Slack, bahkan aplikasi pesan singkat standar seperti WhatsApp dan Telegram.

    Solusi terbaik untuk menghindari penipuan adalah menyembunyikan email agar tak diketahui oknum-oknum jahat. Namun, hal ini agak sulit, sebab banyak hal yang memerlukan alamat email untuk verifikasi.

    Apple berupaya mengamankan pengguna dengan meluncurkan fitur ‘Hide My Email’. Fitur itu memungkinkan alamat email pengguna disembunyikan atau diatur menjadi privat.

    “Untuk menjaga kerahasiaan alamat email pribadi Anda, Anda dapat membuat alamat email unik dan acak yang diteruskan ke akun email pribadi Anda, sehingga Anda tidak perlu membagikan alamat email asli Anda saat mengisi formulir atau mendaftar buletin di web, atau saat mengirim email,” begitu keterangan Apple terkait Hide My Email.

    Untuk pengguna Apple yang sudah memiliki Hide My Email, sebaiknya segera memanfaatkannya untuk menjaga keamanan dari penipuan di email.

    “Sekarang pengguna dapat membuat alamat palsu dalam jumlah tak terbatas yang bahkan tidak mereka periksa, sehingga mengurangi interaksi secara signifikan. Mereka dapat dengan mudah menonaktifkannya tanpa mempengaruhi email utama mereka, yang berarti database pemasaran bisa saja penuh dengan alamat yang ‘mati’,” kata Apple.

    Meski sistem LLM Google mampu mendeteksi pola penipuan secara cepat dan luas dan telah, mendeteksi spam 20% lebih baik, serta mengkaji 1.000 kali lipat laporan spam pengguna setiap harinya, tetapi itu saja tak cukup, seperti yang dikatakan McAfee.

    Perlu dilakukan pembaruan secara drastis untuk mengamankan pengguna dari penipuan yang tersebar di email. Misalnya, dengan membubuhkan label ‘spam’ atau ‘berbahaya’ pada email penipuan yang masuk ke akun pengguna.

    Selain itu, pengguna jua harus lebih proaktif dengan mengaktifkan ‘Hide My Email’ di Apple atau ‘Shielded Email’ di Android ketika fitur itu sudah ada.

    Untuk keamanan lebih tinggi lagi, sebaiknya buatlah alamat email baru sebagai ‘alias’ untuk dibagikan secara publik. Selain itu, bisa membuat alamat email baru untuk email utama yang sebisa mungkin tidak dibagikan secara umum.

    (wia)

  • Waspada Modus Baru Maling M-Banking Kuras Rekening

    Waspada Modus Baru Maling M-Banking Kuras Rekening

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kemudahan bertransaksi melalui layanan Mobile Banking atau m-Banking semakin menjadi-jadi, setelah industri perbankan mengembangkan aplikasi m-Banking menjadi aplikasi super yang bisa digunakan untuk melakukan investasi hingga berbagai jenis pembayaran.

    Tapi, perlu diwaspadai bahwa di balik kecanggihan dan kemudahan bertransaksi melalui aplikasi m-banking juga masih memiliki risiko terjadinya pencurian. Bila tidak hati-hati, teknologi digital itu bisa membawa risiko pembobolan rekening hingga tabungan terkuras habis.

    Sejumlah modus penipuan di aplikasi M-Banking yang sudah kerap di dengar antara lain pencurian data pribadi, hingga penipuan atau phising. Namun, selain itu juga ada modus lain seperti impersonation di bidang pasar modal, fintech, dan perusahaan lain.

    Impersonation adalah praktik saat seseorang menyamar untuk menjadi individu lain ataupun entitas tertentu. Dalam hal ini pelaku berpura-pura menjadi perusahaan investasi tertentu untuk mencuri uang korban.

    Otoritas Jasa Keuangan atau OJK mencatat ada lebih dari 340 link penipuan dengan modus impersonation di bidang pasar modal, fintech, dan perusahaan lain. Temuan terbanyak atau lebih dari 100 link terdapat di platform Telegram. Lalu ada 77 nomor WhatsApp yang membagikan link, 54 website, dan 67 Instagram serta platform lainnya.

    Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi atau Kiki meminta pelaku usaha jasa keuangan (PUJK) aktif melaporkan pihak-pihak yang melakukan impersonation. “Jadi jangan menunggu ada yang rugi,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner November 2024, Jumat (13/12/2024).

    Sepanjang tahun ini hingga November 2024, OJK telah menerima 31.099 aduan melalui Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK). Sebanyak 11.901 pengaduan mengenai perbankan dan 10.961 aduan mengenai perusahaan finansial berbasis teknologi (fintech). Laly, OJK menerima 6.496 aduan terkait perusahaan pembiayaan dan ada 1.322 aduan mengenai asuransi.

    Untuk menghindari risiko di sektor keuangan, para nasabah perlu mengetahui langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. OJK pun telah memberikan tips agar Anda tak menjadi korban aksi maling di sistek teknologi digital keuangan, termasuk seperti m-banking.

    Tips untuk Menghindari Kejahatan Digital Banking:

    1. Tidak memberitahukan kode akses/nomor pribadi Personal Identification Number (PIN) kepada orang lain

    2. Tidak mencatat dan menyimpan kode akses/ nomor pribadi SMS banking di tempat yang mudah diketahui orang lain

    3. Periksalah transaksi secara teliti sebelum melakukan konfirmasi atas transaksi tersebut untuk dijalankan

    4. Setiap kali melakukan transaksi, tunggulah beberapa saat hingga menerima respon balik atas transaksi tersebut

    5. Untuk setiap transaksi, nasabah akan menerima pesan notifikasi atas transaksi berupa SMS atau email yang akan tersimpan di dalam inbox. Periksa secara teliti isi notifikasi tersebut dan segera kontak ke bank apabila ada transaksi yang mencurigakan

    6. Jika merasa diketahui oleh orang lain, segera lakukan penggantian PIN

    7. Bilamana SIM Card GSM hilang, dicuri, atau dipindahtangankan kepada pihak lain, segera beritahukan ke cabang bank terdekat atau segera melaporkan ke call center bank tersebut

    8. Hati-hati dengan aplikasi di internet yang merupakan spam atau malware yang mungkin dapat mencuri data-data pribadi dan menyalahgunakannya di kemudian hari

    9. Tidak melakukan transaksi internet di tempat umum seperti warnet, WIFI gratis, karena data-data kita berpotensi dicuri oleh pihak lain dalam jaringan yang sama

    10. Tidak lupa melakukan proses log out setelah selesai melakukan transaksi di internet banking

    11. Jika berganti ponsel, pastikan bahwa semua data-data sudah terhapus untuk menghindari penyalahgunaan oleh pihak lain yang menggunakan ponsel tersebut.

    (fab/fab)

  • 2 Juta Warga RI Jadi Korban, Hapus 15 Aplikasi Ini di HP Sekarang!

    2 Juta Warga RI Jadi Korban, Hapus 15 Aplikasi Ini di HP Sekarang!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak semua aplikasi di Google Play Store aman. Sebanyak 15 aplikasi yang tersedia di toko aplikasi Google Play Store ternyata berbahaya dan bisa menguras rekening sampai ludes.

    Berdasarkan laporan terbaru dari firma keamanan siber McAfee, banyak aplikasi pinjaman online (pinjol) palsu yang beredar dan diminati pengguna HP Android.

    Secara total, 15 aplikasi berbahaya itu sudah diinstal sebanyak 8 juta kali. McAfee mengatakan aplikasi-aplikasi itu mencuri data personal dan keuangan dari para korban.

    Dengan begitu, oknum penjahat siber akan mudah mengakses aplikasi keuangan korban dan menguras saldo rekening di dalamnya.

    Kebanyakan aplikasi berbahaya itu mengincar korban di Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Afrika. Dari 15 daftar aplikasi berbahaya tersebut, 3 aplikasi di antaranya tersedia di Indonesia dan telah diinstal 2 juta pengguna.

    McAfee mengatakan aplikasi-aplikasi berbahaya ini menggunakan nama, logo, dan desain yang mirip dengan aplikasi keuangan resmi. Mereka juga mempromosikan iklan palsu di media sosial.

    Adapun aplikasi pinjol palsu ini diistilahkan ‘SpyLoan’. Jika Anda telanjur menginstal aplikasi-aplikasi tersebut, segera hapus sebelum rekening dikuras habis dan identitas dicuri.

    Hal ini menambah panjang penipuan daring. Pasalnya semakin banyak modus penipuan melalui ponsel. Modus tersebut terjadi usai pengguna menginstal Android atau file Android Package Kit (APK).

    Ada banyak jenis APK yang kerap kali dikirimkan oknum tidak bertanggung jawab untuk mengelabui para korban atau dikenal sebagai phising, seperti resi paket dan undangan pernikahan.

    Berikut daftar aplikasinya, dikutip dari TomsGuide, Minggu (22/12/2024):

    – Préstamo Seguro-Rápido, Seguro (1 juta download)

    – Préstamo Rápido-Credit Easy (1 juta download)

    – Get Baht Easily – Quick Loan (1 juta download)

    – RupiahKilat-Dana cair (1 juta download)

    – Borrow Happil – Loan (1 juta download)

    – Happy Money (1 juta download)

    – KreditKu – Uang Online (500.000 download)

    – Dana Kilat – Pinjaman Kecil (500.000 download)

    – Cash Loan-Vay tiền (500.000 download)

    – RapidFinance (100.000 download)

    – PrêtPourVous (100.000 download)

    – Huayna Money – Préstamo Rápido (100.000 download)

    – IPréstamos: Rápido Crédito (100.000 download)

    – ConseguirSol-Dinero Rápido (100.000 download)

    – ÉcoPrêt Prêt En Ligne (100.000 download)

    Secara umum, aplikasi pinjol palsu menjanjikan pinjaman yang cepat dan fleksibel. Modus menjerat korban dilakukan dengan mempromosikan tingkat bunga rendah dan syarat mudah.

    Dengan begitu, calon korban akan terdorong untuk men-download aplikasi pinjol palsu, lalu mengisi data personal dan keuangan mereka.

    Setelah data sensitif dikantongi, penjahat siber di balik aplikasi berbahaya akan meneror korban dan meminta mereka membayar uang pinjaman dengan bunga super tinggi, sehingga korban terlilit utang yang tak mampu dibayar.

    Modus penipuan online yang beredar di internet makin beragam. Untuk itu, temuan ini mengingatkan sekali lagi bahwa masyarakat harus kritis dan jangan mudah terbuai rayuan promosi yang muncul di internet.

    (fab/fab)

  • Ancaman Deepfake Jadi Iklan Merebak, Kerugian Miliaran

    Ancaman Deepfake Jadi Iklan Merebak, Kerugian Miliaran

    Jakarta

    Dalam beberapa hari ini beredar video dari Malaysia tentang penipuan memanfaatkan deepfake disertai informasi korban kena penipuan atau scam deepfake dengan kerugian RM 500.000 atau sekitar Rp 1,8 miliar.

    Video ancaman AI deepfake memakan korban di Malaysia Foto: Dok. Vaksincom

    Video yang beredar di Tiktok dan Instagram tersebut dibuat dalam dua versi yang yang pada dasarnya adalah video deepfake penipu yang memalsukan dari anak yang meminta uang kepada orang tuanya karena mengalami musibah. Sang ayah setuju transfer RM 500 tetapi anaknya meminta transfer RM 5.000 ke rekening temannya dan disetujui oleh orang tuanya.

    Pada akhir video tersebut terungkap bahwa penelpon yang menghubungi kedua orang tua tersebut adalah palsu karena anak yang dipalsukan masuk ke ruangan orang tua tersebut. Dan setelah itu akan muncul iklan ponsel “H” asal China yang memiliki kemampuan mendeteksi deepfake.

    Iklan ponsel “H” dengan teknologi deteksi deepfake Foto: Dok. Vaksincom

    Referensi Berita

    Berdasarkan klaim kerugian RM 500.000 pada header video tersebut, tercatat memang ada beberapa penipuan di Malaysia dengan kerugian RM 500.000 seperti penipuan yang menimpa tiga warga emas pada yang ditakuti penipu dan dituduh memiliki tunggakan pajak seperti pada gambar 3 di bawah ini.

    Tiga warga emas ditipu RM 500.000 didakwa punya tunggakan cukai tanah Foto: Dok. Vaksincom

    Ada juga penipuan yang menimpa seorang guru yang dituduh terlibat dalam perdagangan manusia dan pencucian uang sehingga diperas oleh orang yang mengaku dari kepolisian sehingga ketakutan dan melakukan transfer lebih dari RM 500.000

    Namun, kedua penipuan di atas tidak memanfaatkan AI deepfake seperti yang diungkapkan pada video iklan dan memanfaatkan rekayasa sosial dan salah satunya malah dilakukan oleh orang dekat dari korban yang mengetahui dengan jelas tempat tinggal dan kondisi keuangan korban.

    Promosi merek ponsel

    Salah satu hal yang menarik adalah secara konsisten, dalam kedua iklan tersebut ponsel saingan dari merek “H” yaitu ponsel dengan merek “i” tersebut diposisikan sebagai ponsel penipu (lihat gambar 4)

    Ponsel merek “i” diposisikan sebagai ponsel penipu Foto: Dok. Vaksincom

    Dan ponsel saingan satunya lagi merek “S” yang digunakan oleh orang tua korban diposisikan sebagai korban yang agak gaptek

    Ponsel saingan merek “S” diposisikan sebagai ponsel yg tidak memiliki kemampuan mendeteksi deepfake Foto: Dok. Vaksincom

    Analisa

    Penipuan memanfaatkan deepfake seperti yang diungkapkan dalam video memang bisa terjadi. Gambar video dan suara bisa dipalsukan menggunakan AI Artificial Intelligence dan menghasilkan video yang sulit dibedakan oleh mata telanjang.

    Ponsel merek “H” mengklaim menggunakan teknologi untuk mendeteksi deepfake dengan menganalisa kontak mata, pencahayaan, kejelasan gambar dan video playback. Secara teknologi hal tersebut memang memungkinkan. Tetapi ada satu hal yang perlu disadari oleh pengguna teknologi.

    Teknologi AI juga berkembang dengan sangat pesat dan kelemahan-kelemahan yang tadinya mudah terdeteksi satu persatu disempurnakan oleh AI dan makin lama akan makin sulit mengidentifikasi keaslian dari satu konten. Sehingga mengandalkan AI untuk mendeteksi AI palsu bisa saja dilakukan tetapi bukan merupakan jaminan akan mampu mendeteksi samua konten manipulasi AI. Karena itu tidak disarankan untuk hanya mengandalkan satu teknologi atau parameter untuk mendeteksi penipuan.

    Konten tersebut sah-sah saja dijadikan peringatan untuk meningkatkan awareness atau kesadaran atas ancaman AI, tetapi salah juga kalau melihat AI sebagai monster jahat yang harus ditakuti dan digunakan sebagai sarana penipuan.

    Pertanyaannya, apakah kalau sudah menggunakan ponsel “H” akan bebas dari penipuan? Jawabannya: TIDAK

    Mungkin ponsel anda bisa membantu mengidentifikasi konten AI, tetapi penipuan tidak hanya menggunakan AI. Malah penipuan pada kedua berita di atas dengan kerugian lebih dari RM 500.000 yang dijadikan referensi justru tidak terindikasi menggunakan AI dan menggunakan rekayasa sosial untuk menakuti dan mengelabui korbannya.

    Agar anda terhindar dari penipuan yang harus anda lakukan adalah:

    Amankan aset digital anda dengan baik. Jaga kredensial penting seperti email, media sosial dan finansial dan pastikan dilindungi dengan perlindungan Otentikasi Dua Faktor yang akan mengamankan akun anda sekalipun kredensialnya berhasil dicuri.Gunakan password yang unik, panjang dan berbeda untuk setiap akun. Simpan password anda menggunakan password manager supaya aman dan mudah dikelola.Gunakan program anti phising pada ponsel seperti True Caller yang akan mengidentifikasi nomor telpon penipu dengan metode crowdsourcing dimana nama penelpon akan tampil di ponsel anda sekalipun tidak ada dikontak anda.Gunakan sandi rahasia atau pertanyaan rahasia yang hanya anda ketahui dengan keluarga anda, jika mendapatkan telepon darurat atau permintaan transfer uang.Lakukan kroscek dengan ketat dan pastikan anda tidak ditipu ketika melakukan transfer ke rekening yang tidak anda ketahui sebelumnya.

    (asj/asj)

  • 2 Juta Warga RI Jadi Korban, Segera Hapus 15 Aplikasi Ini di HP!

    2 Juta Warga RI Jadi Korban, Segera Hapus 15 Aplikasi Ini di HP!

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tidak semua aplikasi di Google Play Store aman. Sebanyak 15 aplikasi yang tersedia di toko aplikasi Google Play Store ternyata berbahaya dan bisa menguras rekening sampai ludes.

    Berdasarkan laporan terbaru dari firma keamanan siber McAfee, banyak aplikasi pinjaman online (pinjol) palsu yang beredar dan diminati pengguna HP Android.

    Secara total, 15 aplikasi berbahaya itu sudah diinstal sebanyak 8 juta kali. McAfee mengatakan aplikasi-aplikasi itu mencuri data personal dan keuangan dari para korban.

    Dengan begitu, oknum penjahat siber akan mudah mengakses aplikasi keuangan korban dan menguras saldo rekening di dalamnya.

    Kebanyakan aplikasi berbahaya itu mengincar korban di Amerika Selatan, Asia Selatan, dan Afrika. Dari 15 daftar aplikasi berbahaya tersebut, 3 aplikasi di antaranya tersedia di Indonesia dan telah diinstal 2 juta pengguna.

    McAfee mengatakan aplikasi-aplikasi berbahaya ini menggunakan nama, logo, dan desain yang mirip dengan aplikasi keuangan resmi. Mereka juga mempromosikan iklan palsu di media sosial.

    Adapun aplikasi pinjol palsu ini diistilahkan ‘SpyLoan’. Jika Anda telanjur menginstal aplikasi-aplikasi tersebut, segera hapus sebelum rekening dikuras habis dan identitas dicuri.

    Hal ini menambah panjang penipuan daring. Pasalnya semakin banyak modus penipuan melalui ponsel. Modus tersebut terjadi usai pengguna menginstal Android atau file Android Package Kit (APK).

    Ada banyak jenis APK yang kerap kali dikirimkan oknum tidak bertanggung jawab untuk mengelabui para korban atau dikenal sebagai phising, seperti resi paket dan undangan pernikahan.

    Berikut daftar aplikasinya, dikutip dari TomsGuide, Sabtu (14/11/2024):

    – Préstamo Seguro-Rápido, Seguro (1 juta download)

    – Préstamo Rápido-Credit Easy (1 juta download)

    – Get Baht Easily – Quick Loan (1 juta download)

    – RupiahKilat-Dana cair (1 juta download)

    – Borrow Happil – Loan (1 juta download)

    – Happy Money (1 juta download)

    – KreditKu – Uang Online (500.000 download)

    – Dana Kilat – Pinjaman Kecil (500.000 download)

    – Cash Loan-Vay tiền (500.000 download)

    – RapidFinance (100.000 download)

    – PrêtPourVous (100.000 download)

    – Huayna Money – Préstamo Rápido (100.000 download)

    – IPréstamos: Rápido Crédito (100.000 download)

    – ConseguirSol-Dinero Rápido (100.000 download)

    – ÉcoPrêt Prêt En Ligne (100.000 download)

    Secara umum, aplikasi pinjol palsu menjanjikan pinjaman yang cepat dan fleksibel. Modus menjerat korban dilakukan dengan mempromosikan tingkat bunga rendah dan syarat mudah.

    Dengan begitu, calon korban akan terdorong untuk men-download aplikasi pinjol palsu, lalu mengisi data personal dan keuangan mereka.

    Setelah data sensitif dikantongi, penjahat siber di balik aplikasi berbahaya akan meneror korban dan meminta mereka membayar uang pinjaman dengan bunga super tinggi, sehingga korban terlilit utang yang tak mampu dibayar.

    Modus penipuan online yang beredar di internet makin beragam. Untuk itu, temuan ini mengingatkan sekali lagi bahwa masyarakat harus kritis dan jangan mudah terbuai rayuan promosi yang muncul di internet.

    (hsy/hsy)

  • Awas Penipuan! BCA Minta Nasabah Pakai Strategi Ini

    Awas Penipuan! BCA Minta Nasabah Pakai Strategi Ini

    Jakarta: PT Bank Central Asia Tbk (BCA) kembali menegaskan komitmennya dalam memberikan edukasi kepada masyarakat agar tetap waspada terhadap berbagai modus penipuan.
     
    BCA menghadirkan kampanye edukasi “Kasih tau ke yang lain untuk Don’t Know? Kasih No! saat ketemu penipuan yang Agak Laen” bersama Indro Warkop dan deretan komika “Agak Laen” yang terdiri dari Bene Dion, Boris Bokir, Indra Jegel, dan Oki Rengga.
     
    Data dari Avast menunjukkan sekitar 90 persen ancaman bagi pengguna layanan digital adalah modus kejahatan rekayasa sosial atau social engineering. Seiring perkembangan teknologi, modus penipuan juga terus berevolusi dengan cara-cara yang semakin ‘agak laen’, misalnya modus penipuan suara berbasis AI, arisan online palsu, QRIS palsu, tiket konser palsu, hingga tagihan palsu.
    Oleh karena itu, BCA kembali mengimbau nasabah dan masyarakat untuk terus menerapkan prinsip ‘Kalau Don’t know? Asal Usulnya, Langsung Kasih No!’ apabila menemui modus-modus penipuan yang ‘agak laen’.
     
    “BCA menyadari kasus penipuan yang semakin masif tidak bisa diperangi secara sendiri-sendiri. Perlu upaya kolektif untuk melawan berbagai macam modus penipuan yang terus berkembang. Oleh karena itu, kami tidak pernah lelah untuk mengimbau dan mengedukasi nasabah supaya berhati-hati dan senantiasa menjaga data pribadi. Jika bertemu dengan modus-modus penipuan yang ‘agak laen’, sikap kita harus sama, yaitu ‘Don’t Know? Kasih No!’. Lalu, jangan lupa share ke yang lain, sehingga kita semua bisa terhindar dari modus-modus ini. Dengan menggandeng Indro Warkop dan kelompok komika ‘Agak Laen’, kami berharap video edukasi terbaru ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mudah dipahami oleh segenap nasabah dan masyarakat,” ujar Direktur BCA Santoso, dalam keterangan tertulis, Jumat, 13 Desember 2024.
     
    ?

     

    Awas modus penipuan

    Video “Penipuan Makin Agak Laen, Kalau Don’t Know? Kasih No!” juga mengajak masyarakat untuk membagikan pesan “Don’t Know? Kasih No!” kepada orang-orang terdekat, seperti keluarga, teman, hingga rekan kerja. BCA berharap semakin banyak orang yang terlindungi dan terhindar dari modus-modus penipuan yang semakin ‘agak laen’.
     
    Prinsip “Don’t Know? Kasih No!” menekankan pentingnya selalu berpikir ulang sebelum bertindak. Nasabah diimbau untuk tidak langsung percaya dan memberikan informasi pribadi kepada pihak yang tidak dikenal, baik melalui telepon, e-mail, maupun media sosial. Tidak kalah penting, BCA juga mendorong nasabah dan masyarakat untuk tetap mengikuti perkembangan informasi terkait modus penipuan terbaru dari sumber tepercaya, salah satunya dari tautan bca.id/awasmodus.
     
    Sebagai bagian dari komitmen BCA dalam edukasi keamanan nasabah, sebelumnya BCA telah menghadirkan seri video “Nurut Apa Kata Mama”, sebagai langkah inovatif untuk menyampaikan pesan edukatif. Selain itu, BCA juga sempat menggelar kampanye “Tolak dengan Anggun” yang mengajak masyarakat untuk menolak segala bentuk penipuan social engineering, serta “Don’t Know? Kasih No!” yang mengajak masyarakat untuk dapat kritis dan menolak berbagai penipuan phising.
     
    “Kami bersyukur setiap inisiatif edukasi yang telah kami lakukan terus mendapat dukungan positif dari banyak pihak. Kami berharap video edukasi terbaru ini juga dapat memberikan dampak positif bagi nasabah dan masyarakat, terutama dalam menghindari berbagai macam modus penipuan. Saya juga ingin memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam produksi video edukasi ini, termasuk untuk penampilan luar biasa dari Indro Warkop dan kelompok komika ‘Agak Laen’,” ujar Santoso.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)