Kasus: penganiayaan

  • Ponpes Sebut Pelempar Kayu Berpaku ke Siswa di Blitar Orang Baik

    Ponpes Sebut Pelempar Kayu Berpaku ke Siswa di Blitar Orang Baik

    Blitar (beritajatim.com) – Pihak yayasan yang mengelola Pondok Pesantren Al-Mahmud Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar menebut MUA yang merupakan pelaku pelemparan kayu berpaku ke siswanya hingga tewas sebagai orang baik.

    Pihak pondok menilai MUA tidak mungkin berniat untuk membunuh atau melukai muridnya. Alasan itu didasarkan pada karakter pelaku yang tidak tega membunuh hewan.

    “Menurut saya tidak karena anak itu setahu saya anaknya kiai jangankan kepada orang kepada hewan mbeleh atau menyembelih saja tidak tega,” kata Imam Mahali, Plt Ketua Yayasan Al Mahmud, Rabu (2/10/2024).

    Menurut pihak pondok pesantren Al-Mahmud menjelaskan bahwa pelaku memiliki kepribadian yang baik. Jangankan melukai manusia, pelaku juga tidak tega melukai hewan.

    “Bahwa ustad itu orangnya baik, mungkin versinya polisi kan penyidik gimana caranya agar hukum harus ditegakkan saya juga sepakat,” tegasnya.

    Ditanya detail kronologi kejadian, pihak yayasan pondok pesantren masih belum menjabarkannya. Sang Plt Ketua Yayasan menyebut dirinya baru saja dilantik sehingga belum mengetahui pasti kronologi kejadian.

    “Saya diangkat tanggal 27 saya segera kumpulkan informasi kita konsennya menjaring ketua yayasan, akhirnya kacau tugas utama karena ada peristiwa itu. Saya belum bertemu terduga pelaku, bagaimana cara kita menyantuni itu yg fokus kita,” tegasnya.

    Sebenarnya kronologi kejadian ini menjadi penting untuk mengetahui kasus ini. Apakah benar pelaku tidak sengaja melempar papan kayu tersebut atau justru sebaliknya.

    Namun demikian pihak pondok pesantren menyerahkan sepenuhnya kasus ini ke kepolisian. Pihak yayasan meminta agar kasus ini tetap diproses sebagaimana mestinya.

    “Karena memang dia ada kesalahan, kesalahannya kurang hati-hati jadi melempar barang itu nggak tahu kalau ada anak yang lewat. Lokasinya saya kurang tahu ada pilar atau enggak,” imbuhnya.

    Kini kasus penganiayaan yang berujung pada kematian ini sudah ditangani oleh Satreskrim Polres Blitar Kota. Meski hingga kini tidak ada laporan dari korban, polisi kini telah menerbitkan laporan sendiri agar kasus ini bisa diproses.

    “Akhirnya menyerahkan ke kepolisian agar diproses secara hukum walopun itu bukan delik aduan tapi delik umum , sehingga harus diproses hukum. Kita tetap mengedepankan terhadap penegakan hukum tapi kita sebagai ponpes karena ini kemanusiaan kita tetap harus karena sudah kejadian takdir, tetep menyantuni bahkan sampai 40-100 harinya kami siap untuk daru yayasan menyantuni dan kebetulan anak itu hasil saya tanya, digratiskan dalam sekolah, nggak bayar SPP,” pungkasnya.

    Sebelumnya seorang siswa MTs yang berusia 14 tahun tewas usai dilempar kayu berpaku oleh pengasuh pondok. Meski sempat mendapatkan perawatan medis, korban akhirnya menghembuskan nafas terakhir di RSUD Kabupaten Blitar. [owi/beq]

  • Pemuda Surabaya Tikam Tetangga Hanya karena Cakram Motor

    Pemuda Surabaya Tikam Tetangga Hanya karena Cakram Motor

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemuda Surabaya berinisial PP (25) warga Asemrowo Mulya tega membacok tetangganya sendiri berinisial AS (39), Minggu (29/09/2024) kemarin. Dari informasi yang dihimpun Beritajatim.com, pembacokan itu dipicu lantaran tersangka PP (25) kehilangan cakram sepeda motornya.

    Kanit Reskrim Polsek Asemrowo, Ipda Agung Suciono mengatakan, saat kejadian tersangka PP langsung emosi ketika mengetahui cakram sepeda motornya hilang. Tanpa pikir panjang, tersangka PP yang jengkel langsung menuduh AS mencuri. Ia pun langsung menuju kamar kos AS sambil membawa celurit dan pisau es batu.

    “Korban dan tersangka saling kenal karena bertetangga. Tersangka tidak punya bukti dan langsung main hakim sendiri,” kata Agung saat dikonfirmasi Beritajatim.com, Rabu (02/10/2024).

    Korban AS yang didatangi oleh tersangka PP sambil membawa senjata tajam sempat ingin meluruskan duduk persoalan. Ia membantah bahwa telah mencuri cakram milik tersangka. Cekcok antar keduanya pun terjadi. Karena tidak kunjung selesai, tersangka PP langsung membacok tangan, perut dan kepala korban.

    “Korban menderita luka di tangan, punggung, kepala juga perutnya. Lukanya seperti ujung celurit yang ditancapkan itu,” imbuh Agung.

    Warga yang mengetahui ada keributan langsung menuju lokasi dan menghentikan aksi brutal tersangka. Merasa banyak warga, tersangka PP langsung kabur meninggalkan lokasi. Sementara korban AS langsung dibawa ke RS Soewandhi untuk menjalani perawatan intensif.

    “Sempat dirawat, lalu korban sekarang sudah pulang dan kondisinya terus membaik,” tutur Agung.

    Anggota kepolisian yang mendapatkan laporan peristiwa itu langsung bergerak cepat. Hanya dalam hitungan jam, Unit Reskrim Polsek Asemrowo langsung mengamankan PP yang bersembunyi. Polisi juga mengamankan pisau es batu dan celurit yang digunakan untuk menganiaya korban AS. Kini, PP harus menjalani pemeriksaan dan ditahan di sel Polres Pelabuhan Tanjung Perak.

    Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, Pelaku diancam dengan pasal 351 ayat 2 KUHP tentang penganiayaan berat serta pasal 2 ayat 1 UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 Tentang Kepemilikan Senjata Tajam. (ang/ted)

  • Oknum Pengasuh Ponpes Aniaya Siswa MTs Hingga Meninggal di Blitar Dipecat

    Oknum Pengasuh Ponpes Aniaya Siswa MTs Hingga Meninggal di Blitar Dipecat

    Blitar (beritajatim.com) – MUA, oknum guru yang menganiaya siswa MTs hingga meninggal di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar dipecat.

    Hal itu diungkapkan oleh Plt Kasi Penma (Pendidikan Madrasah) Kemenag Kabupaten Blitar, M Syaikhul Munib.

    Munib menjelaskan pelaku penganiayaan sebetulnya bukanlah guru namun pengasuh salah satu pondok pesantren (ponpes). Meski ponpes tersebut memiliki MTs namun pelaku tidak mengajar di madrasah tersebut.

    “Kami telah berkomunikasi dengan pimpinan yayasan bahwa pelaku kini telah diberhentikan dari posisi pengasuh,” ucap Munib, Selasa (1/10/2024).

    Dijelaskan oleh Munib, sejatinya ponpes dan MTs tempat korban belajar berada dalam naungan yayasan yang sama. Meski demikian kejadian penganiayaan yang berujung pada kematian siswa MTs tersebut berada di dalam area pondok pesantren.

    Pelaku penganiayaan itu sendiri merupakan pengasuh pondok dan bukan guru. Pihak yayasan sendiri telah menyatakan sikap ke Kementerian Agama Kabupaten Blitar, agar kasus ini diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

    “Kami tegaskan bahwa pelaku ini adalah pengasuh pondok pesantren bukan guru MTs,” tegasnya.

    Pihak yayasan saat ini tengah mengurus izin pondok pesantren ke Kementerian Agama Kabupaten Blitar. Sayangnya saat izin belum terbit, justru terjadi penganiayaan berujung kematian salah satu santrinya.

    Kini Kementerian Agama Kabupaten Blitar telah menyerahkan rekomendasi kepada Kementerian Agama Republik Indonesia terkait izin dan peristiwa penganiayaan tersebut. Bisa jadi dengan adanya peristiwa ini izin ponpes ditangguhkan sementara.

    “Jadi madrasah ini masih mengajukan izin operasional, belum memiliki izin operasional, bisa jadi ditangguhkan karena memang harus ada evaluasi,” tegasnya.

    Kini Kementerian Agama Kabupaten Blitar tengah menunggu hasil putusan terkait sanksi yang akan dijatuhkan oleh Kemenag RI. Bisa jadi Kemenag RI bakal menangguhkan izin operasional dari pondok tersebut. [owi/beq]

  • Mantan Kernet Sabetkan Sajam ke Sopir Truk, Pelaku Masih Buron

    Mantan Kernet Sabetkan Sajam ke Sopir Truk, Pelaku Masih Buron

    Pasuruan (beritajatim.com) – Kejadian tragis menggemparkan warga Pasuruan pada Senin (30/9/2024). Seorang sopir truk, Mohammad Samsul (47), menjadi korban penganiayaan dengan senjata tajam oleh mantan kernetnya sendiri di jalur Pantura, tepatnya di Desa Bendungan, Kecamatan Kraton.

    Peristiwa berdarah ini bermula saat korban berhenti di pinggir jalan untuk buang air kecil. Tanpa diduga, pelaku berinisial LH (30) yang merasa dendam karena pernah dipecat oleh korban, datang bersama rekannya dan langsung menyerang menggunakan celurit. Akibatnya, korban mengalami luka robek sepanjang 35 cm di bagian perut dan harus dilarikan ke rumah sakit.

    Berdasarkan keterangan korban yang terekam dalam video yang viral di media sosial, motif di balik aksi brutal ini adalah dendam akibat pencurian. Korban mengaku telah memecat LH beberapa waktu sebelumnya karena kedapatan mencuri uang miliknya.

    “Yang membacok saya LH. Saya perjalanan sendirian. Kernet saya, tadi malam saya turunkan karena mencuri uang saya,” ungkap korban dalam video tersebut.

    Kejadian ini terjadi secara tiba-tiba saat korban sedang lengah. Pelaku yang diduga telah mengintai korban, langsung melancarkan aksinya tanpa memberikan kesempatan bagi korban untuk melawan. “Saya dibacok saat mau kencing,” tambah korban.

    Setelah kejadian, warga sekitar yang mendengar teriakan korban langsung memberikan pertolongan dan menghubungi pihak kepolisian. Korban kemudian dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif.

    Polisi saat ini masih terus melakukan pengejaran terhadap pelaku dan rekannya. Identitas pelaku sudah diketahui, yakni LH (30), warga Ranuyoso, Lumajang. Polisi juga telah mengamankan sejumlah barang bukti di lokasi kejadian, seperti sepeda motor, handphone, dan pakaian milik pelaku.

    “Saat ini, kami masih terus melakukan penyelidikan dan berkoordinasi dengan tim buser untuk mengamankan pelaku,” kata Kasi Humas Polres Pasuruan Kota, Aipda Junaedi.

    Kasus ini menjadi peringatan bagi seluruh masyarakat, khususnya para sopir truk yang sering bepergian jauh. Selalu waspada terhadap orang-orang di sekitar dan jangan ragu untuk meminta bantuan jika merasa terancam. (ada/kun)

  • Oknum Guru Aniaya Siswa MTs di Blitar Segera Jadi Tersangka

    Oknum Guru Aniaya Siswa MTs di Blitar Segera Jadi Tersangka

    Blitar (beritajatim.com) – MUA, oknum guru pelaku penganiayaan siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Ponggok Kabupaten Blitar segera ditetapkan menjadi tersangka. Satreskrim Polres Blitar Kota pun telah menaikkan kasus penganiayaan tersebut dari penyelidikan ke penyidikan.

    Pelaku yang merupakan guru dari korban tersebut juga telah diperiksa oleh aparat kepolisian. Sejumlah saksi termasuk keluarga korban dan pihak sekolah juga dimintai keterangan dalam proses penyidikan ini.

    “Setelah cukup keterangan akan dilakukan gelar untuk menentukan siapa pelaku penganiayaan,” ungkap Kasi Humas Polres Blitar Kota, Iptu Samsul Anwar, Senin (30/9/2024).

    Total ada 9 orang saksi yang telah diperiksa oleh Satreskrim Polres Blitar Kota terkait kasus tersebut. Kesembilan saksi tersebut termasuk nenek dan paman korban.

    “Untuk saksi yang diperiksa 9 orang. Santri rumah sakit nenek paman. Barang bukti diamankan balok kayu,” tegasnya.

    Sebelumnya, seorang siswa berusia 14 tahun asal Desa Dadaplangu Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar meninggal dunia usai diduga dilempar kayu berpaku oleh gurunya.

    Peristiwa dugaan penganiayaan ini berlangsung di salah satu MTs swasta yang terletak di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Saat itu, korban bersama rekan-rekannya kedapatan sedang asyik nongkrong saat memasuki jam Sholat Dhuha.

    Melihat hal itu, sang guru yang berinisial U kemudian dengan spontan melemparkan sebilah kayu yang tertancap sejumlah paku. Entah disengaja atau tidak, kayu berpaku yang dilemparkan itu langsung menancap di bagian belakang kepala korban.

    “Masuk waktu dhuha tapi anak-anak masih main badminton. Mungkin emosi atau apa. Katanya bermaksud melempar ke tanah, agar bubar. Ternyata malah kena kepala siswa,” jelas tenaga pengajar yang tak bersedia disebutkan namanya ini, Jumat (27/9/2024)

    Seketika korban tidak sadarkan diri. Korban yang masih berusia 14 tahun itu kemudian langsung dilarikan ke RSUD Srengat Kabupaten Blitar untuk mendapatkan perawatan medis.

    “Dilempar lalu menancap ke bagian sini (kepala belakang). Seketika langsung gak sadar anaknya,” imbuhnya mencontohkan. [owi/beq]

  • Warga Surabaya Dikeroyok 5 Pemabuk, Gara-gara Saling Tatap

    Warga Surabaya Dikeroyok 5 Pemabuk, Gara-gara Saling Tatap

    Surabaya (beritajatim.com) – Gara-gara saling tatap, warga Jalan Hayam Wuruk, Surabaya dikeroyok 5 pemabuk di Jalan Banyu Urip Kidul, Minggu (29/09/2024) dini hari.

    Kapolsek Sawahan, Kompol Domingos De Fatima Ximenes mengatakan, saat itu korban Suhono (56) sedang duduk di atas motornya di pinggir jalan. Tidak jauh dari lokasi, ada sekitar 5 orang yang sedang mabuk-mabukan.

    Antara korban dan para remaja mabuk-mabukan itu pun sempat saling tatapan mata yang membuat kesalahpahaman. Antara korban dan remaja yang mabuk-mabukan itu pun sempat cekcok dan hendak berkelahi. Namun berhasil dilerai oleh warga.

    “Korban dengan para remaja tersebut saling melihat dan timbul kesalahpahaman, sehingga antara korban dan para remaja tersebut saling cekcok. Hendak berkelahi, namun tidak terjadi karena dilerai oleh saksi,” kata Domingos, Minggu (29/09/2024).

    Korban yang tidak terima lantas pulang ke rumahnya dan mengambil senjata tajam. Ia pun kembali ke lokasi awal. Para remaja mabuk yang melihat korban kembali langsung mengeroyok korban. Bahkan para remaja sempat memukulkan bata putih ke korban.

    “Para remaja tersebut mengeroyok korban dengan cara memukul, menendang dan memukul dengan bata putih hingga korban terjatuh. Kemudian para remaja tersebut lari,” imbuh Domingos.

    Akibat kejadian itu, korban mengalami luka di sekujur tubuh. Bagian kepala korban robek dan tangan kanannya mengalami luka robek akibat dibacok sajam yang ia bawa sendiri. Sementara, para pemabuk itu lari dan tidak diketahui keberadaannya.

    Sementara itu, Kabid Darlog BPBD Surabaya Buyung Hidayat mengatakan saat proses evakuasi, korban masih dalam kondisi sadar dan mengalami luka di tangan bagian kanan. Mereka datang ke lokasi setelah menerima informasi dari call center 112.

    “Saat petugas gabungan tiba di lokasi, pasien sudah kondisi sadar dan mengeluh sakit pada tangan sebelah kanan,” jelas Buyung.

    Sampai saat ini, petugas kepolisian masih memburu para pelaku penganiayaan dan memeriksa saksi-saksi serta barang bukti di lokasi. (ang/but)

  • Dilaporkan Penganiayaan, Ketua Bawaslu Surabaya Pertimbangkan Upaya Hukum

    Dilaporkan Penganiayaan, Ketua Bawaslu Surabaya Pertimbangkan Upaya Hukum

    Surabaya (beritajatim.com) – Dilaporkan melakukan penganiayaan oleh mantan kekasihnya Elly Dianawati Saleh (46), Ketua Bawaslu Surabaya Novli Bernardo Thyssen merasa nama baiknya dicemarkan. Ia pun mempertimbangkan untuk melakukan upaya hukum untuk membersihkan namanya.

    “Elly telah  menyerang personal saya. Dia pernah menuduh saya pernah melakukan penganiayaan terhadap wanita lain, terus dia juga menuduh saya sebagai psikopat, maka dari itu jika dalam waktu 3 x 24 jam dia tidak melakukan klarifikasi dan membuktikan kebenaran omongan dia maka saya akan laporkan balik dia ke pihak kepolisian,” kata Novli, Sabtu (28/09/2024).

    Novli mengatakan, Elly beberapa kali meminta sejumlah uang untuk membayar utang kepada teman-teman kantornya dan membayar uang kos. Permintaan itu, tidak dihiraukan oleh Novli karena diluar kemampuannya. Novli menyebut bahwa ketika kemauan Elly tidak dipenuhi, ia tidak segan melukai diri sendiri. Elly pernah mengancam Novli bahwa dirinya akan minum racun.

    “Tak jarang pula dia juga menyakiti saya, menggigit tubuh saya. Namun karena saya dengan dia ada hubungan serius dan mau ke jenjang pernikahan, maka saya sabar sabarkan siapa tahu dia bisa berubah,” imbuh Novli.

    Sebelumnya, Ketua Bawaslu Surabaya membantah melakukan pemukulan dan penganiayaan kepada kekasihnya Elly Dianawati Saleh. Ia juga menjelaskan kronologi dan meralat waktu kejadian yang dilaporkan oleh Elly ke Polrestabes Surabaya.

    “Di laporan kan tercatat penganiayaannya terjadi pada 12 Juli 2024. Padahal, dia muntah di mobil saya itu pada Kamis (11/07/2024) dini hari. Saat itu usai kami nobar pertandingan Belanda vs Inggris,” kata Novli diwawancarai Beritajatim.com, Sabtu (28/09/2024).

    Novli menceritakan, awalnya dia dan Elly kencan dan nongkrong di sebuah angkringan di kota Surabaya. Saat nongkrong, Novli mendapatkan ajakan dari teman sekaligus seniornya untuk nonton bareng Semifinal Euro 2024 yang mempertemukan Belanda dan Inggris pada Kamis (11/07/2024) pukul 02.00.

    saat kejadian itu Elly sudah tinggal di kos-kosan dan bukan di Apartemen. Novli pun mengantar Elly hingga ke depan kos saat itu ia baru mengetahui bahwa Elly ternyata muntah di mobilnya.

    “Saya gatau dia muntahnya dimana. Ketika tiba di kos saya bangunkan dia agar jalan ke kosnya. Tapi elly gamau pulang. Maunya sama saya. Itu jam setengah 4 pagi. Saya ini kan jarang pulang dan capek lalu saya dihadapkan dengan kondisi begitu. Dia saya suruh pulang,” jelas Novli.

    Karena tidak mau pulang, menurut Novli, Elly marah dan langsung memukuli dirinya sendiri. Novli pun berusaha menenangkan sebelum akhirnya Elly memilih pulang dan kembali ke kamar kos. Sementara Novli, pulang ke rumahnya. (ang/kun)

  • Ketua Bawaslu Surabaya Bantah Lakukan Pemukulan, Sebut Korban Pukuli Diri Sendiri

    Ketua Bawaslu Surabaya Bantah Lakukan Pemukulan, Sebut Korban Pukuli Diri Sendiri

    Surabaya (beritajatim.com) – Ketua Bawaslu Surabaya membantah melakukan pemukulan dan penganiayaan kepada kekasihnya Elly Dianawati Saleh. Ia juga menjelaskan kronologi dan meralat waktu kejadian yang dilaporkan oleh Elly ke Polrestabes Surabaya.

    “Di laporan kan tercatat penganiayaannya terjadi pada 12 Juli 2024. Padahal, dia muntah di mobil saya itu pada Kamis (11/7/2024) dini hari. Saat itu usai kami nobar pertandingan Belanda vs Inggris,” kata Ketua Bawaslu Surabaya Novli Bernardo Thyssen diwawancarai beritajatim.com, Sabtu (28/9/2024).

    Novli menceritakan, awalnya dia dan Elly kencan dan nongkrong di sebuah angkringan di Kota Surabaya. Saat nongkrong, Novli mendapatkan ajakan dari teman sekaligus seniornya untuk nonton bareng Semifinal Euro 2024 antara Belanda dan Inggris pada Kamis (11/7/2024) pukul 02.00 WIB.

    “Ajakan itu saya sampaikan ke Elly, kemudian Elly mendesak saya untuk ke kafe tersebut katanya kafenya bagus. Padahal saya ingin nobar di Warkop Margomulyo. Elly memaksa datang ke kafe tersebut, padahal saya nggak tahu. Elly memaksa saya ke sana karena dia suka,” imbuh Novli.

    Novli dan Elly lantas berangkat ke sebuah kafe di Tegalsari, tempat rekannya mengajak nonton bareng. Ia datang pukul 01.30 WIB dan dijemput langsung oleh rekannya di parkiran kafe.

    Setelah waktu yang ditunggu, ternyata di lokasi itu tidak ada acara nobar. Novli bersama temannya lantas streaming lewat aplikasi di handphone. Sedangkan Elly yang juga kebetulan bertemu dengan teman-temannya di lokasi yang sama malah minum minuman keras.

    “Dia mabuk dan mondar-mandir. Sudah saya ingatkan tapi dia malah marah dan kepala saya dijendul-jendul (ditoyor). Ada saksinya saat itu. Karena situasi semakin tidak terkendali saya ajak pulang,” tutur Novli.

    Novli dan Elly lantas pulang. Menurut keterangan Novli, saat kejadian itu Elly sudah tinggal di kos-kosan dan bukan di Apartemen. Novli pun mengantar Elly hingga ke depan kos. Saat itu ia baru mengetahui bahwa Elly ternyata muntah di mobilnya.

    “Saya nggak tahu dia muntahnya di mana. Ketika tiba di kos saya bangunkan dia agar jalan ke kosnya. Tapi Elly nggak mau pulang. Maunya sama saya. Itu jam setengah 4 pagi. Saya ini kan jarang pulang dan capek, lalu saya dihadapkan dengan kondisi begitu. Dia saya suruh pulang,” jelas Novli.

    Karena tidak mau pulang, menurut Novli, Elly marah dan langsung memukuli dirinya sendiri. Novli pun berusaha menenangkan sebelum akhirnya Elly memilih pulang dan kembali ke kamar kos. Sementara Novli, pulang ke rumahnya.

    Setelah kejadian itu, Novli mengatakan, dirinya sempat jalan-jalan bersama Elly dan makan bersama pada Jumat dan Sabtu. Menurut Novli, tidak ada masalah apapun saat mereka keluar bersama.

    Masalah baru muncul ketika pada Sabtu, Novli mendapati Elly dijemput pria lain setelah diantar pulang kencan. Ia pun merasa dibohongi dan memutuskan hubungan dengan Elly.

    “Saya baru tahu dilaporkan setelah mendapat panggilan dari Polrestabes Surabaya. Saya bingung, saya tidak pernah melakukan penganiayaan apapun kepada dia,” tegas Novli.

    Terkait kasus ini, Novli pun meragukan hasil visum yang dilampirkan Elly untuk membuat laporan ke Polrestabes Surabaya. Karena, pelaporan itu dibuat pada tanggal 15 Juli 2024 atau 5 hari setelah kejadian muntah di mobil.

    Sebelumnya, Ketua Bawaslu Surabaya Dilaporkan ke Polisi oleh seseorang yang mengaku sebagai kekasihnya bernama Elly Dianawati Saleh (46), Senin (15/7/2024) kemarin. Dalam laporannya, Ketua Bawaslu Surabaya, Novli Bernardo Thyssen diduga melakukan penganiayaan kepada Elly.

    Elly Dianawati Saleh menceritakan, kejadian penganiayaan itu terjadi pada Jumat (12/09/2024) lalu. Saat itu, Elly tidak sengaja muntah di dalam mobil Nofly. Ia pun langsung dihajar oleh Nofly.

    “Sebenarnya ga ada masalah apa-apa. Cuman aku ga sengaja muntah di mobilnya pada pagi dini hari itu. Spontanitas dia memukul aku sampai babak belur,” kata Elly, Kamis (26/09/2024).

    Menurut Elly, saat itu kejadian pemukulan berada di dalam mobil. Sehingga, tidak ada saksi yang langsung melihat peristiwa dugaan penganiayaan itu. Ia pun sudah melaporkan peristiwa ini ke Polrestabes Surabaya.

    “Karena kejadiannya di mobil. Tidak ada saksi  Sedangkan hasil visumnya sudah jelas. Kemarin sebenarnya yang banyak yang luka. Hasil visum positif saya dipukuli,” imbuh Elly. [ang/beq]

  • Tak Segera Sholat Dhuha, Siswa di Blitar Dilempar Kayu Berpaku oleh Guru, Meninggal Dunia

    Tak Segera Sholat Dhuha, Siswa di Blitar Dilempar Kayu Berpaku oleh Guru, Meninggal Dunia

    Blitar (beritajatim.com) – Seorang siswa Mts berusia 14 tahun asal Desa Dadaplangu Kecamatan Ponggok Kabupaten Blitar meninggal dunia usai diduga dilempar kayu berpaku oleh gurunya.

    Peristiwa dugaan penganiayaan ini berlangsung di salah satu MTs swasta yang terletak di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Saat itu, korban bersama rekan-rekannya kedapatan sedang asyik nongkrong saat memasuki jam Sholat Dhuha.

    Melihat hal itu, sang guru yang berinisial U dengan spontan melempar sebilah kayu yang di situ tertancap sejumlah paku. Entah disengaja atau tidak, kayu berpaku yang dilemparkan itu langsung menancap di bagian belakang kepala korban.

    “Masuk waktu dhuha tapi anak-anak masih main badminton. Mungkin emosi atau apa. Katanya bermaksud melempar ke tanah, agar bubar. Ternyata malah kena kepala siswa,” jelas tenaga pengajar yang tak bersedia disebutkan namanya ini, Jumat (27/9/2024).

    Seketika korban tidak sadarkan diri. Korban yang masih berusia 14 tahun itu langsung dilarikan ke RSUD Srengat Kabupaten Blitar untuk mendapatkan perawatan medis.

    “Dilempar lalu menancap ke bagian sini (kepala belakang). Seketika langsung gak sadar anaknya,” imbuhnya mencontohkan.

    Kapolsek Ponggok AKP Sujarwo menyebut pihaknya telah melimpahkan kasus itu ke Unit PPA Polres Blitar Kota. Ia pun enggan berkomentar jauh soal kejadian di MTs Swasta tersebut.

    “Kasus sudah dilimpahkan ke Polres. Karena ini menyangkut anak di bawah umur,” jelasnya. (owi/but)

  • Ketua Bawaslu Surabaya Dilaporkan Aniaya Kekasihnya ke Polisi

    Ketua Bawaslu Surabaya Dilaporkan Aniaya Kekasihnya ke Polisi

    Surabaya (beritajatim.com) – Ketua Bawaslu Surabaya dilaporkan ke Polisi oleh seseorang yang mengaku sebagai kekasihnya bernama Elly Dianawati Saleh (46), Senin (15/07/2024) kemarin. Dalam laporannya, Ketua Bawaslu Surabaya, Novli Bernardo Thyssen diduga melakukan penganiayaan kepada Elly.

    Elly Dianawati Saleh menceritakan, kejadian penganiayaan itu terjadi pada Jumat (12/09/2024) lalu. Saat itu, Elly tidak sengaja muntah di dalam mobil Nofly. Ia pun langsung dihajar oleh Nofly.

    “Sebenarnya ga ada masalah apa-apa. Cuman aku ga sengaja muntah di mobilnya pada pagi dini hari itu. Spontanitas dia memukul aku sampai babak belur,” kata Elly, Kamis (26/09/2024).

    Menurut Elly, saat itu kejadian pemukulan berada di dalam mobil. Sehingga, tidak ada saksi yang langsung melihat peristiwa dugaan penganiayaan itu. Ia pun sudah melaporkan peristiwa ini ke Polrestabes Surabaya.

    “Karena kejadiannya di mobil. Tidak ada saksi  Sedangkan hasil visumnya sudah jelas. Kemarin sebenarnya yang banyak yang luka. Hasil visum positif saya dipukuli,” imbuh Elly.

    Elly menambahkan bahwa sampai saat ini tidak ada permintaan maaf dari Novli. Bahkan, Novli mengatakan kepada Elly bahwa ia terluka karena memukuli dirinya sendiri. Ia pun berharap agar kasus dugaan penganiayaan yang ia terima segera tuntas kasusnya di Polrestabes Surabaya.

    “Dia ga ngaku kalau mukulin aku, dia beralibi kalau aku memukuli diriku sendiri. Logika aja masak aku gebuki mukaku sendiri?,” pungkasnya.

    Sementara itu, Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Haryoko Widhi membenarkan ikhwal pelaporan Elly. Saat ini, kasus itu sudah ditangani oleh Satreskrim Polrestabes Surabaya. “Iya uda lama kok pelaporannya, pada bulan Juli kemarin. Sudah teregistrasi dengan nomor LP/B673/VII/2024/SPKT/Polrestabes Surabaya/ Polda Jatim,” tutur Haryoko.

    Beritajatim.com lantas menghubungi Ketua Bawaslu Surabaya Novli Bernardo Thyssen untuk mengkonfirmasi dugaan kasus penganiayaan yang menyeret namanya. Novli mengatakan pihaknya akan memberikan keterangan khusus terkait kasus ini pada Jumat (27/09/2024) mendatang.

    “Sehubungan dengan semakin liar dan tak terkendalinya isu terkait tindak kekerasan yang dituduhkan secara tidak bertanggung jawab kepada saya, mari kita ngopi bareng, mendengarkan klarifikasi saya, atas tuduhan tuduhan yang jelas jelas tidak pernah saya lakukan. Klarifikasi ini akan lebih baik disampaikan secara tatap muka dibandingkan via WA ataupun telp, untuk menghindari kesalahpahaman dalam artikulasi dan intonasi. Kenapa tidak hari ini, kebetulan, Saya sedang mengikuti rakor Bawaslu di Jakarta, dan kembali hari Jumat siang,” pungkas Novli. (ang/but)