Video Viral, Sekelompok Remaja Wanita Sidoarjo Melakukan Penganiayaan
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Aparat kepolisian saat ini tengah menangani kasus penganiayaan yang melibatkan sejumlah remaja terhadap seorang perempuan seusia mereka.
Peristiwa ini menjadi viral di media sosial dan menarik perhatian publik.
Berdasarkan video yang beredar, tampak seorang remaja perempuan mengenakan baju hitam dengan lengan berwarna cokelat, menunduk sambil memegang rambutnya.
Kemudian, seorang remaja perempuan lain yang mengenakan jaket biru dan kerudung hitam mendekatinya dan langsung menampar pipi korban.
Dalam video berdurasi 1 menit 20 detik tersebut, remaja berjaket itu beberapa kali menampar wajah korban sambil memarahinya, sementara korban hanya menjawab dengan sedikit kata-kata.
Selain itu, seorang perempuan lain yang merupakan teman pelaku juga terlihat menjambak rambut korban.
Panit Reskrim Polsek Taman, Ipda Andri Sasongko, membenarkan adanya kasus
perundungan
di wilayahnya.
Peristiwa ini terjadi pada Sabtu (30/11/2024) sekitar pukul 20.00 WIB.
“Peristiwanya sesuai dengan yang viral, anak perempuan dikeroyok beberapa perempuan. Tempat kejadian masuk wilayah Bringinbendo,” kata Andri saat dikonfirmasi, Jumat (6/12/2024).
Andri menjelaskan bahwa salah satu korban, yang merupakan warga Krian, sudah melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Taman.
Ia juga menambahkan bahwa terdapat tiga anak yang menjadi sasaran dalam insiden tersebut.
“Korbannya sudah datang ke Polsek. Informasinya, korban ada 3, pelaku yang ikut kelompoknya itu ada 7 orang yang melakukan penganiayaan yang ada di video viral itu,” ujarnya.
Saat ini, kasus perundungan ini telah diserahkan kepada Unit PPA Polresta Sidoarjo, mengingat korban dan pelaku masih berstatus pelajar.
“Mengingat korbannya masih berstatus pelajar SMA, kami koordinasikan dengan Unit PPA. Perintah dari Kanit PPA, perkaranya ditarik dan dilimpahkan ke Unit PPA Polresta Sidoarjo,” ucap Andri.
Kasat Reskrim Polresta Sidoarjo, AKP Fahmi Amarullah, juga membenarkan adanya peristiwa tersebut.
Ia menyatakan bahwa penyidik saat ini tengah melakukan pendalaman kasus.
“Masih pendalaman. Beberapa saksi sudah kita mintai keterangan, ada empat saksi,” kata Fahmi.
Kasus ini menjadi perhatian serius dan diharapkan dapat segera menemukan titik terang untuk memberikan keadilan bagi korban.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kasus: penganiayaan
-
/data/photo/2024/12/06/6752ff51b58ab.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Video Viral, Sekelompok Remaja Wanita Sidoarjo Melakukan Penganiayaan Surabaya 6 Desember 2024
-

Pemberontak Islamis Suriah Berjanji Bersikap Toleran? – Halaman all
Usai menduduki Kota Aleppo dan mengusir pasukan Presiden Suriah Bashar Assad, milisi Islam Sunni Hay’at Tahrir al-Sham atau HTS, berjanji tidak akan merundung minoritas di wilayah yang kini berada di bawah kendali mereka.
HTS, yang telah ditetapkan sebagai organisasi teroris asing oleh Amerika Serikat (AS) dan Dewan Keamanan PBB, bercokol di utara Suriah serta di Aleppo, kota terbesar kedua di Suriah, dan kini dikabarkan mulai bergerak ke arah Hama.
“Ketika berhasil mengambil alih Aleppo, mereka meyakinkan anggota kelompok minoritas bahwa mereka akan mengizinkan mereka hidup berdampingan,” kata Chrissie Steenkamp, seorang profesor madya Perubahan Sosial dan Politik di Universitas Oxford Brookes Inggris, kepada DW.
“HTS memang suka menggambarkan diri mereka sebagai pihak yang tidak terlalu menindas kelompok minoritas dan agama lain,” kata Steenkamp. Sebagai konsekuensi dari perang saudara di Suriah selama hampir 14 tahun, tidak ada statistik yang akurat tentang minoritas etnis dan agama di Suriah.
Namun, perkiraan yang ada sangat mirip, yaitu populasi Suriah yang berjumlah hampir 25 juta orang terdiri dari sekitar 70% Muslim Sunni, 13% Muslim Syiah yang sekitar 10% di antaranya adalah Alawi, serta minoritas Kurdi, Kristen, dan Druze di negara tersebut.
Ruang bagi kebebasan beragama
Selama lima tahun terakhir, HTS, yang diterjemahkan menjadi “Organisasi Pembebasan Levant,” bertindak sebagai pemerintahan de facto di benteng oposisi utama terakhir Suriah di wilayah barat laut, Idlib, dengan sekitar empat juta warga Suriah yang sebagian besar pengungsi.
“Selama ini, HTS telah membuka diri bagi minoritas agama,” kata Jerome Drevon, analis International Crisis Group yang telah bertemu dengan para pemimpin HTS, kepada DW.
Misalnya, komandan HTS telah bertemu dengan perwakilan Kristen untuk menyampaikan kekhawatiran mereka, katanya.
“Masalah utamanya adalah tentang perumahan, karena banyak rumah warga Kristen di wilayah Idlib telah disita oleh para pengungsi dari tempat lain di Suriah,” jelasnya, seraya menambahkan bahwa “HTS telah mengembalikan rumah dan tanah tersebut kepada pemiliknya yang beragama Kristen.”
Sejak 2018, umat Kristen di wilayah Idlib juga dapat merayakan hari raya keagamaan mereka seperti Paskah atau Natal. “Hak-hak mereka telah membaik secara signifikan,” kata Drevon, menyoroti proses serupa dengan minoritas Druze.
Sasaran strategis hanya untuk Suriah
HTS pro-Turki, yang didirikan pada tahun 2011, awalnya terkait dengan militan al-Qaeda. Namun, kelompok tersebut terpecah lagi karena HTS tidak berupaya membangun kekhalifahan global.
“Mereka ingin mengambil alih rezim Suriah dan menciptakan rezim baru sebagai gantinya,” kata Drevon kepada DW.
“Untuk ini, mereka telah menyatakan kesiapan mereka untuk menciptakan hubungan strategis dengan Turki, Irak, dan hanya beberapa hari yang lalu, mereka bahkan memiliki komunike yang mengatakan bahwa mereka dapat memiliki hubungan dengan Rusia juga,” tambahnya.
Rusia, serta Iran, adalah sekutu utama Assad sementara Turki termasuk di antara pendukung kelompok pemberontak oposisi. “Namun, semua ini tidak mengubah fakta bahwa ada banyak jihadis di jajaran HTS,” kata analis Timur Tengah Guido Steinberg kepada media Jerman ARD awal minggu ini.
“Oleh karena itu, kita harus berasumsi bahwa HTS juga bertindak seperti kelompok jihadis yang melakukan tindakan kekerasan terhadap minoritas agama dan etnis,”
Menurut asumsinya, kekuasaan HTS bisa membuahkan “rejim teror bagi penduduk, terutama di distrik Aleppo yang juga dihuni oleh warga Kristen dan Kurdi.”
Kelam catatan HAM
Hiba Zayadin, seorang peneliti senior di Divisi Timur Tengah dan Afrika Utara dari Human Rights Watch, meragukan bahwa HTS menganut corak Islam yang toleran.
“Ketakutan yang mungkin dirasakan oleh kaum minoritas termasuk Syiah, Kurdi, dan Alawi saat ini, berasal dari catatan hak asasi manusia yang buruk dari HTS dan faksi-faksi Tentara Nasional Suriah yang didukung Turki, yang telah bergabung dengan HTS dalam operasinya baru-baru ini,” kata Zayadin kepada DW.
“Pelanggaran sebelumnya terhadap kedua kelompok tersebut termasuk penganiayaan terhadap umat minoritas agama dan etnis termasuk kekerasan, pemindahan paksa, serta penghancuran warisan budaya dan agama,” tambahnya.
Namun, kaum minoritas dan aktivis politik atau pembangkang Suriah tidak hanya terancam di wilayah yang diperintah oleh pemberontak Islam. “Di wilayah yang dikuasai pemerintah, mereka yang dianggap menentang rezim, termasuk karena mereka berasal dari wilayah yang sebelumnya atau saat ini dikuasai oposisi atau yang merupakan bagian dari sekte terpinggirkan, termasuk Sunni dan Kurdi,” kata Zayadin.
“Mereka berisiko mengalami penahanan sewenang-wenang, penghilangan paksa, dan penindasan yang berkelanjutan,” imbuhnya. Dia tidak melihat banyak harapan untuk fajar baru hak asasi manusia di Suriah.
“Dinamika sektarian secara signifikan membentuk pengalaman hidup kelompok etnis dan agama yang sering terperangkap dalam siklus ketakutan, pengungsian, dan penindasan,” katanya.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris
-

Nasib Guru di Malang Tampar Murid yang Melawan saat Dinasehati, Pelapor Diduga akan Cabut Laporan
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Lu’lu’ul Isnainiyah
TRIBUNJATIM.COM, MALANG – Kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan guru agama di SMP Diponegoro Dampit, Kabupaten Malang mulai menemukan titik terang.
Rencananya, hari ini, Jumat (6/12/2024) pelapor akan berkonsultasi dengan penyidik Satreskrim Polres Malang.
Sebagaimana diketahui, Rupi’an (39) guru agama di SMP Dampit memukul mulut anak didiknya DE yang melawan saat dinasehati.
DE mengucapkan kata kotor hingga membuat Rupi’an reflek menamparnya .
Peristiwa ini terjadi pada Agustus 2024 silam, kemudian oleh keluarga korban peristiwa ini dilaporkan ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Malang pada, pertengahan September 2024.
KBO Satreskrim Polres Malang, Ipda Dicka Ermantara mengupayakan restorative justice (RJ) atau penyelesaian perkara dengan menghadirkan semua pihak.
“Untuk penanganan guru itu kita mengedepankan penyelesaian di luar proses hukum. Kemudian dalam perkara ini kami tetap mencarikan solusi, dan Insya Allah ada jalan keluarnya,” kata Dicka ketika dikonfirmasi, Jumat (6/12/2024).
Dicka mengatakan, rencananya Senin (9/12/2024) mediasi akan dilakukan termasuk melibatkan Dinas Pendidikan.
Namun, berdasarkan informasi yang beredar, rencananya hari ini, pelapor akan berkonsultasi dengan penyidik Satreskrim Polres Malang. Informasinya, pelapor akan mencabut laporan yang diayangkan.
Dicka membenarkan bahwa pelapor akan berkonsultasi dengan penyidik. Namun secara pasti Dicka belum mengetahui apa yang akan dikonsultasikan. Karena samapi dengan berita ini ditulis, pihak keluarga belum tiba.
“Informasinya samar-samar sih akan mencabut laporan, tetapi mereka belum datang ke Polres sampai saat ini. Katanya masih perjalanan,” pungkasnya
Guru Tampar Siswa di Lamongan
Sebelumnya, juga viral di media sosial video guru tampar siswa karena tak dipanggil bu.
Peristiwa ini terjadi di SMP Negeri 1 Kembangbahu, Lamongan.
Guru yang tampar siswa SMP itu berinisial E.
Peristiwa itu terjadi pada saat si guru E sedang mengajar,sesi ulangan pelajaran Bahasa Inggris, Selasa (24/9/2024).
Saat itu siswa atau korban sedang mengumpulkan lembar jawaban di meja guru.
Guru E kemudian terpancing emosi saat siswa memanggilnya tanpa embel-embel bu, langsung nama guru yang bersangkutan, hingga tiga kali.
Karena itulah si ibu guru menampar korban hingga tiga kali dengan melihatkan muka marah.
Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Munif Syarif dikonfirmasi membenarkan kejadian tersebut dan pihaknya langsung bertindak untuk mencari informasi.
“Peristiwanya baru tadi,” kata Munif melului sambungan ponselnya.
Pihaknya kini telah mendalami kasusnya dengan memintai keterangan oknum guru dan semua pihak yang bisa dimintai keterangan.
Munif memastikan pihaknya akan menjatuhkan sanksi pada oknum guru.
“Untuk sementara, sambil menghimpun keterangan, oknum guru itu kita tarik ke Diknas. Ya mulai besuk,” tandasnya.
Apapun juga alasannya, guru tidak dibenarkan melakukan tindakan kekerasan terhadap siswa.
Seharusnya, mampu menciptakan sekolah itu sebagai tempat yang nyaman, aman untuk belajar.
“Dan itu seringkali saya sampaikan setiap ada pertemuan,” katanya.
Munif berharap insiden ini tidak lagi terulang. Dan peristiwa ini menjadi pembelajaran semua pihak.
Terbaru, setelah viral dan direspon Dinas Pendidikan setmepat, sang guru E yang ditemani suaminya, menemui kedua orang tua siswa, Selasa (24/9/2024) malam.
Bahka, guru tersebut legowo meminta maaf.
Iktikad baik bu guru E mendatangi rumah korban juga disaksikan tokoh masyarakat setempat, Wignyo yang juga Ketua Komite, perangkat desa dan juga Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Munif Syarif.
Kedua orang tua siswa menerima permintaan maaf E.
Bahkan guru berinisial E dan suaminya itu secara terbuka meminta maaf atas kejadian tersebut yang diabadikan rekaman video dengan didampingi Munif Syarif.
Perkara penganiayaan ini tidak sampai proses hukum, lantaran orangtua siswa menganggap persoalan ini telah selesai dan diselesaikan secara kekeluargaan.
“Saya selaku orang tua, saya menerima permintaan maaf dari ibu. Saya menerima, dan tidak memperjang masalah ini, selesai,” ungkap Rusandi, orang tua siswa
Sementara itu suami E, juga meminta maaf atas keselahan istrinya yang telah melakukan pemukulan pada korban saat ulangan.
“Saya memohon maaf atas kesalahan istri saya yang telah memikul siswanya saat ulangan tadi. Dan tidak akan mengulangi lagi,” ungkap suami E.
Senada, bu guru E juga terbuka meminta maaf atas kesalahan yang telah dilakukannya.
Dia kemudian berjabat tangan dengan kedua orang tua korban dan siswa yang jadi sasaran emosinya saat jam pelajaran Selasa siang (24/9/2024).
Perdamaian itu juga dituangkan dalam surat pernyataan dari orang tua siswa yang isinya perkara penganiayaan diselesaikan secara kekeluargaan dan tidak akan menuntut secara hukum.
Surat pernyataan itu dibuat dan ditandatangani pada Selasa (24/9/2024) malam di atas meterai Rp 10.000 disebutkan juga jika surat pernyataan dibuat tanpa paksaan oleh siapapun.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Lamongan, Munif Syarif menyatakan, persoalan yang ada di SMP Negeri 1 Kembangbahu tidak ada masalah lagi.
“Sudah, sudah selesai. Dan bu guru E dengan didampingi suaminya telah beriktikad baik bertandang ke rumah korban menemui kedua orang tua siswa untuk meminta maaf dan mengakui kesalahannya,” ungkap Munif Syarif, Rabu (25/9/2024).
Munif menambahkan, mereka saling memaafkan dan diselesaikan secara kekeluargaan.
Meski begitu, tandas Munif, pihaknya atas nama lembaga dinas tetap menindak tegas dan menjatuhkan sanksi pada oknum guru itu.
“Mulai hari ini, bu E kita tarik ke Dinas Pendidikan,” katanya.
Pihaknya juga tetap memintai keterangan dalam proses BAP internal.
Munif berharap kejadian serupa tidak lagi terulang. Pihaknya juga mengimbau guru, siswa dan didukung oleh orang tua siswa untuk bersama-sama menciptakan sekolah nyaman dan aman.
-

Inilah Tampang Yusa Cahyo, Pria Yang Bunuh 3 Anggota Keluarga Karena Kesal Tak Diberi Pinjaman Uang
TRIBUNJATENG.COM, KEDIRI – Inilah sosok Yusa Cahyo Utomo, pelaku pembunuhan satu keluarga di Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri.
Yusa Cahyo Utomo ditangkap pihak kepolisian ternyata masih bagian dari keluarga, yakni disebut-sebut merupakan adik dari salah satu korban, Kristin (34).
Penangkapan Yusa dilakukan di wilayah Lamongan, sebagaimana kabar yang beredar di media sosial.
Terkait hal ini, Kasi Humas Polres Kediri, AKP Sriati, membenarkan bahwa pihaknya akan menggelar rilis resmi pada Jumat (6/12/2024) siang di Mapolres Kediri.
“Nanti akan dirilis langsung oleh Bapak Kapolres setelah sholat Jumat,” ujar AKP Sriati, Jumat pagi.
Yusak, pelaku pembunuhan keluarga guru di Ngancar, Kabupaten Kediri, saat dipapah memasuki ruangna konferensi pers di Mapolres Kediri, Jumat (6/12/2024). (Istimewa)
Informasi yang dihimpun dari Kepala Dusun Gondanglegi, Rusmani, mengungkapkan bahwa Yusa sempat datang ke rumah korban pada Minggu (1/12/2024) lalu.
Ia diketahui meminta bantuan untuk meminjam uang sebesar Rp10 juta kepada Kristin.
Namun, menurut penuturan tetangga korban, Supriono, permintaan tersebut tidak dipenuhi.
“Pak Supriono bercerita bahwa Yusa sebelumnya sudah meminjam uang Rp2 juta, tetapi hingga kini belum dikembalikan,” ungkap Rusmani.
Penangkapan Yusa membawa kelegaan bagi warga sekitar yang sempat diliputi kekhawatiran setelah tragedi ini terjadi.
“Kami berharap pelaku dihukum seadil-adilnya sesuai perbuatannya,” kata Rusmani.
Sebelumnya, dugaan pembunuhan ini menewaskan tiga anggota keluarga sekaligus, yaitu Agus Komarudin (38), Kristina (34), dan anak pertama Christian Agusta Wiratmaja (12).
Sementara itu , anak bungsu/terakhir aluarga ini Samuel Putra Yordaniel (8) masih dirawat di RS Bhayangkara Kota Kediri.
Tak Diberi Pinjaman Uang
Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto memimpin konferensi pers tersebut.
Dia menyatakan, pelaku ditangkap setelah polisi melakukan olah TKP.
“Tidak sampai 24 jam pelaku ditangkap di daerah Lamongan,” kata AKBP Bimo Ariyanto.
“Pelaku adalah adik kandung dari korban perempuan,” lanjutnya.
Terkait motif, Kapolres mengatakan bahwa pelaku melakukan penganiayaan tersebut karena sakit hati lantaran permintaan meminjam uang ditolak.
Dia menjelaskan, Minggu, 1 Desember 2024, pelaku sempat mengunjungi korban. Saat itulah tersangka meminjam uang dan ditolak.
Berikutnya, Selasa (3/12/2024), tersangka datang lagi dari Wates ke kediaman korban di Ngancar dengan berjalan kaki.
“Penganiayaan dilakukan pukul 3 (sore). Lalu pukul 5 dia meninggalkan TKP dengan membawa mobil milik korban, tas, dan barang-barang lainnya,” ujarnya. (*)
-

Sakit Tidak Dipinjami Jadi Motif Pembunuhan Satu Keluarga di Kediri, Pelaku Adik Korban – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Inilah kabar terbaru soal kasus tewasnya satu keluarga guru di Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Kamis (5/12/2024).
Tiga orang tewas dan satu orang alami luka-luka dalam tragedi pembunuhan ini.
Ketiganya yakni bernama Agus Komarudin (38), istrinya yang bernama Kristina (37), dan anak pertamanya, Agusta Wiratmaja Putra (12).
Sementara satu korban luka berinisial SPY (8) yang merupakan anak bungsu korban.
Setelah pihak kepolisian melakukan pendalaman, pelaku penembakan pun berhasil diringkus.
Pelaku bernama Yusak yang merupakan adik ipar Agus atau adik kandung Kristina.
“Pelaku adalah adik kandung dari korban perempuan,” ujar Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto, dikutip dari TribunMataraman.com
Yusak ditangkap di Lamongan, Jawa Timur tak sampai 24 jam.
“Tidak sampai 24 jam pelaku ditangkap di daerah Lamongan,” kata AKBP Bimo Ariyanto.
Ia menuturkan, motif pelaku melakukan pembunuhan adalah karena sakit hati karena permintaan meminjam uang ditolak korban.
Pembunuhan bermula pada Minggu (1/12/2024) saat pelaku mengunjungi korban.
Di kesempatan tersebut, pelaku meminjam uang dan ditolak.
Lalu, pada Selasa (3/12/2024), pelaku datang ke kediaman korban dengan berjalan kaki.
Pelaku langsung menganiaya korban dan meninggalkan TKP dengan membawa barang berharga milik kakaknya.
“Penganiayaan dilakukan pukul 3 (sore). Lalu pukul 5 dia meninggalkan TKP dengan membawa mobil milik korban, tas, dan barang-barang lainnya,” ujarnya.
Diwartakan sebelumnya, tiga dari empat anggota keluarga tersebut ditemukan tewas bersimbah darah di rumahnya di Dusun Gondang Legi, Desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Kamis (5/12/2024) pagi.
Korban bernama Agus Komarudin (38), istrinya yang bernama Kristiani (37), dan anak pertamanya, Christian Agusta Wiratmaja.
Sementara anak terakhir dari korban, Samuel Putra Yordaniel yang masih duduk di bangku SD dikabarkan selamat dan kini dirawat di rumah sakit.
Kapolres Kediri, AKBP Bimo Ariyanto menuturkan, kasus ini diduga merupakan kasus pembunuhan dengan pencurian disertai kekerasan.
Mengutip TribunJatim.com, setelah olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan fakta bahwa korban alami kekerasan fisik sebelum meninggal dunia.
“Dari keterangan beberapa saksi dan hasil olah TKP, kejadian ini kami duga sebagai kasus pencurian dengan kekerasan yang berujung pada pembunuhan,”
“Kami juga sudah melakukan pemeriksaan di Rumah Sakit Bhayangkara untuk melihat kondisi salah satu korban yang masih selamat, dan alhamdulillah kondisinya stabil,” kata AKBP Bimo Ariyanto.
Diketahui, korban yang selamat bernama Samuel Putra Yordaniel.
“Saat ini korban yang selamat sedang dalam masa pemulihan. Kami akan memberikan informasi lebih lanjut setelah hasil rontgen dan CT scan keluar,” tambahnya.
Kronologi Penemuan Jenazah
Jenazah Agus ditemukan oleh saksi pada Kamis pagi sekira pukul 08.30 WIB.
Saat itu, sejumlah saksi datang ke rumah Agus.
Pintu rumah korban tertutup rapat dan tak ada respons saat saksi mengetuk pintu beberapa kali.
Korban juga dihubungi beberapa kali namun tak ada jawaban.
Hingga seorang keluarga korban bernama Supriyono memutuskan untuk membuka jendela kamar.
Mengutip TribunJatim.com, di situ, Supriyono melihat ada bercak darah di atas kasur.
Salah satu saksi juga mengaku mengintip dari lubang tembok kayu di dapur dan menyaksikan ada tangan tergeletak di dapur.
Para saksi pun melaporkan hal ini ke perangkat desa setempat dan diteruskan ke Polsek NGancar.
Saat polisi tiba di lokasi, Agus dan Kristiani ditemukan tewas di dapur dalam kondisi berlumuran darah.
Sementara Christian Agusta ditemukan meninggal dunia di ruang tengah dan anak terakhir korban ditemukan dalam kondisi terluka parah.
Samuel Putra, anak terakhir Agus pun dibawa ke rumah sakit untuk perawatan.
(Tribunnews.com, Muhammad Renald Shiftanto)(TribunJatim.com/TribunMataraman.com, Isya Anshori)
-

Polda Metro Jaya Terima Tiga Kasus Gantung Diri Dalam Satu Hari, Seluruh Korban Laki-laki – Halaman all
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) menerima tiga laporan kasus kematian dengan cara gantung diri di wilayah hukumnya dalam satu hari.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary Syam Indradi megatakan tiga kasus gantung diri terjadi di Pondok Aren (Tangsel), Serpong Utara (Tangsel), dan Grogol Petamburan (Jakarta Barat).
Ketiga korban berjenis kelamin laki-laki.
Peristiwa gantung diri di Pondok Aren Tangerang Selatan tepatnya di Bengkel Berkat Motor 2 Perempatan Zodiac pada Kamis (5/12/2024) pukul 08.15 WIB.
Kronologi kejadian pada pukul 07.00 WIB diketahui oleh saksi YES dari tetangga korban HT yang mencium bau di depan rumahnya.
Kemudian saksi HT dan YES menuju lokasi kemudian menelepon keluarga korban untuk membuka pintu.
“Kedua saksi membuka pintu dan melihat korban NZ dikamarnya dalam keadaan membusuk (gantung diri) serta ditemukan obat-obatan di sekitar korban,” jelas Ade Ary.
Tindak lanjut berikutnya menelepon palang hitam, pihak keluarga menolak dilakukan otopsi dan membuat surat pernyataan.
Peristiwa gantung diri di Regency Melati Mas Blok A.1/8 No. 11 RT 01/09 Kelurahan Pondok Jagung, Kecalamat Serpong Utara, Tangerang Selatan terjadi pada Kamis (5/12/2024) pukul 11.00 WIB.
Korban S dievakuasi oleh keluarga korban dan langsung dibawa ke rumah sakit Columbia BSD.
Sekira pukul 15.30 WIB, korban dikirm ke Kampung Halaman yang berlokasi di Purbalingga untuk dimakamkan.
“Dari keterangan istri korban bahwa suaminya tak pernah cerita dan tidak ada masalah dengan suami (korban),” katanya.
Peristiwa ketiga penemuan mayat gantung diri di Jalan Tanjung Duren Timur, Gg. Manggis Xx, Rt.1/Rw.6 Kelurahan Tanjung Duren Selatan Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat, Kamis (5/12/2024).
Saksi SW menerangkan bahwa sebelum kejadian sedang makan bersama korban DW di dalam kamar kosz
Kemudian korban bilang kepada saksi ingin mencuci baju di kamar mandi.
Lalu korban keluar kamar da masuk ke kamar mandi.
“Saksi merasa curiga korban tidak kunjung keluar dari kamar mandi lalu saksi memanggil korban dan mengetuk hingga mendorong pintu kamar mandi,” papar Kabid Humas Polda Metro.
Akan tetapi korban tidak kunjung merespons.
Kemudian saksi berinisiatif meminta bantuan kepada tetangga kos untuk melihat ke dalam kamar mandi melalui ventilasi udara.
Dan ternyata korban sudah meninggal dunia menggantung diri di dinding kamar mandi menggunakan kabel listrik Listrik berwarna hitam.
“Pada saat kejadian korban tidak menggunakan baju, menggunakan celana pendek abu-abu setelah dilakukan pengecekan dari Tim Identifikasi Polres Jakarta Barat dan Polsek Grogol Petamburan tidak ada tanda penganiayaan pada tubuh korban,” ungkap Ade Ary.
Selanjutnya korban dibawa ke RSCM untuk Visum Et Repertum (VER).
Disclaimer: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri. Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
DISCLAIMER:
Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan bunuh diri.Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan bunuh diri, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan bunuh diri.
/data/photo/2024/12/06/675283f591306.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


