Kasus: pengangguran

  • Harga Minyak Mentah Tertahan Menunggu Pertemuan Amerika dan China

    Harga Minyak Mentah Tertahan Menunggu Pertemuan Amerika dan China

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah tidak mengalami perubahan drastis, seiring dengan investor yang menunggu pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang akan diadakan di London.

    Melansir Reuters, Senin (9/6/2025), Harga minyak mentah Brent berjangka masih bertahan pada US$ 66,47 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS meningkat naik 1 sen menjadi US$ 64,59.

    Prospek perdamaian perang dagang antara AS dan China telah menopang harga minyak. Tiga utusan Donald Trump akan bertemu dengan pejabat dari China di London, hari ini, Senin (9/6/2025). Ini merupakan pertemuan pertama konsultasi ekonomi perdagangan AS dan China.

    Laporan pekerjaan AS menunjukkan pengangguran Mei tetap stabil, meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga Federal Reserve. Sementara data dari China memberikan harapan akan permintaan minyak mentah terbesar mengalami kenaikan.

    Pada sisi lainnya, data ekonomi dan prospek kesepakatan perdagangan mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak, mengalahkan kekhawatiran tentang peningkatan pasokan OPEC+, setelah kelompok tersebut mengumumkan kenaikan produksi besar untuk Juli.

    HSBC memperkirakan OPEC+ akan meningkatkan kenaikan pasokan pada Agustus dan September, yang kemungkinan akan meningkatkan risiko penurunan harga. HSCBC memperkirakan harga minyak mentah Brent akan mencapai US$ 65 per barel mulai kuartal keempat tahun 2025. Peneliti Capital Economics percaya bahwa laju peningkatan produksi OPEC+ ini akan bertahan lama.

  • Job Fair Bukan Solusi Atasi Tingginya Pengangguran

    Job Fair Bukan Solusi Atasi Tingginya Pengangguran

    JAKARTA – Pengamat ketenagakerjaan UGM, Tadjuddin Noer Effendi menyebut bila job fair atau bursa lowongan kerja merupakan langkah jangka pendek dan bukan solusi terbaik untuk mengatasi tinggi angka pengangguran di Indonesia.

    Menurutnya, job fair tidak bisa diandalkan pemerintah untuk menyerap tenaga kerja mengingat dalam pelaksanaannya yang diundang hanya perusahaan-perusahaan kecil dan jarang melibatkan perusahaan-perusahaan besar.

    “Yang saya sangat khawatir, perusahaan-perusahaan kecil dijanjiin insentif sama pemerintah kalau mau mengikuti job fair yang dilaksanakan. Padahal sesungguhnya, mereka enggak butuh pekerja. Itu yang sangat berbahaya. Sementara perusahaan besar, biasanya tidak pernah mau membuka lowongan di job fair. Mereka membuka sendiri lowongan pekerjaan,” ujar Tadjuddin, Minggu 8 Juni.

    Sebelumnya, ajang job fair atau bursa lowongan kerja yang diadakan Disnaker Kabupaten Bekasi di President University, Jababeka Convention Center, beberapa waktu lalu diwarnai kericuhan. Ribuan pencari kerja berdesak-desakan, saling dorong, bahkan ada yang terjatuh dan pingsan.

    Tidak lama berselang, viral sebuah video yang diduga seorang konsultan human resource development (HRD) salah satu perusahaan di media sosial.

    Dia menyebut, job fair hanya ajang formalitas, pencitraan perusahaan, serta pemenuhan target kinerja lembaga pemerintah belaka.

    Menurut Tadjuddin, bila pernyataan dalam video itu benar, maka ratusan bahkan ribuan orang yang berdesak-desakan hingga bertaruh nyawa patut dikasihani.

    Selain itu, jika pelaksanan job fair hanya formalitas atau tipuan semata, masyarakat berhak menuntut pemerintah atau perusahaan.

    Hal yang lebih mengherankan, kata dia, di era digital dan kemajuan teknologi seperti saat ini pemerintah masih mengandalkan job fair konvensional, alih-alih menggelar secara online atau daring.

    “Lebih bagus kalau daring, sekarang kan siapa orang yang enggak punya hp. Pelaksanaan job fair konvensional ini yang akhirnya jadi tanda tanya, jangan-jangan job fair hanya akal-akalan pemerintah daerah supaya kelihatan ada upaya untuk menciptakan peluang kerja,” imbuhnya.

    Dia mengungkapkan, untuk menghindari kesan pencitraan dan formalitas dalam pelaksanaan job fair konvensional, pihak penyelenggara harus memastikan validitas lowongan pekerjaan yang ditawarkan dalam setiap job fair.

    Selain itu, pemerintah atau dinas ketenagakerjaan harus menyimpan data lowongan yang belum terisi di setiap perusahaan untuk ditawarkan kepada pencari kerja di ajang berikutnya. “Pemerintah pun wajib mencatat pencari kerja yang belum tertampung untuk disalurkan mengisi lowongan kerja di job fair selanjutnya,” tutup Tadjuddin.

  • Sarasehan Bulan Bung Karno, Ketimpangan Ekonomi Jadi Perhatian PA GMNI Jatim

    Sarasehan Bulan Bung Karno, Ketimpangan Ekonomi Jadi Perhatian PA GMNI Jatim

    Surabaya (beritajatim.com) – Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) Jawa Timur terus bergerak memperkuat implementasi Pancasila sebagai jalan kebangsaan.

    PA GMNI menggelar sarasehan dan orasi kebangsaan bertema “Merawat Republik, Menguatkan Rakyat: Pancasila sebagai Jalan Kebangsaan” di Surabaya, Minggu (8/6/2025).

    Ketua PA GMNI Jatim Deni Wicaksono mengatakan, sarasehan dan orasi kebangsaan tersebut tak ubahnya seperti “reuni” kaum nasionalis yang ada di Jawa Timur. Kaum nasionalis berkumpul, memetakan jalan penerapan Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life) bangsa.

    “Dan kita semua sepakat, di tengah situasi geopolitik global dan nasional saat ini, Pancasila sebagai dasar filosofi bangsa, philosophische grondslag, adalah jawaban tepat bagi setiap tantangan zaman yang dihadapi republik ini,” ujar Ketua PA GMNI Jatim Deni Wicaksono.

    Deni menjelaskan, saat ini Indonesia menghadapi beragam tantangan zaman, mulai persoalan geopolitik global, ketahanan pangan, pengangguran, ketimpangan ekonomi, intoleransi, hingga beragam problem sosial lainnya. Tentu saja untuk melewati tantangan tersebut bukanlah hal yang mudah.

    Pancasila, lanjut Deni, sebagai pandangan hidup bangsa (way of life) menjadi bagian dari solusi terhadap tantangan-tantangan zaman tersebut, asalkan mampu diterapkan secara komprehensif. Deni mencontohkan intisari Pancasila, yaitu gotong royong, yang telah mampu membawa negeri ini melalui beragam tantangan sejak era pergolakan kemerdekaan hingga saat ini.

    “Pancasila menampik kehendak individual yang mengorbankan kepentingan bersama. Pancasila menentang segala bentuk individualisme. Kita harus menghidupkan jiwa gotong royong dalam kehidupan publik sesuai intisari Pancasila. Karena dengan gotong royong itulah, Indonesia mampu melewati beragam tantangan dan bahkan krisis yang datang,” jelas wakil ketua DPRD Jatim tersebut.

    Dalam sarasehan tersebut, lanjut Deni, juga mengemuka kekhawatiran tentang ketimpangan sosial-ekonomi di masyarakat. Saat ini mayoritas sumber-sumber kekayaan di Indonesia dikuasai hanya oleh segelintir konglomerasi di Tanah Air. Misalnya terdapat data 1,8 juta hektare tanah dikuasai hanya oleh satu keluarga.

    Ketimpangan ekonomi berpotensi menjadi bom waktu yang berpotensi membawa Indonesia menjadi negara yang semakin gagal mensejahterakan rakyatnya. Kesenjangan sosial-ekonomi tersebut, papar Deni, dapat diatasi dengan nilai-nilai keadilan sosial sebagaimana diajarkan dalam paradigma sosio-demokrasi yang diajarkan Pancasila.

    “Sosio-demokrasi bisa menjadi solusi atas ketimpangan yang ada, karena di dalamnya mengibarkan demokrasi ekonomi yang berorientasi pada pemerataan, bukan hanya penumpukan kapital pada segelintir kelompok saja. Dalam istilah Bung Karno, tidak mengabdi kepada kepentingan gundukan kecil saja, tetapi untuk kepentingan masyarakat luas,” ujar Deni.

    PA GMNI Jatim, imbuh Deni, akan terus mengonsolidasikan kekuatan kaum nasionalis untuk mengolaborasikan kerja-kerja konkrit yang berorientasi pada kepentingan publik. Alumni GMNI tersebar di berbagai bidang, mulai birokrasi, pendidikan, kesehatan, politik, hingga dunia usaha.

    “Semuanya bersepakat menjadikan Pancasila sebagai pandangan hidup yang harus dibumikan dalam kerja-kerja kerakyatan,” pungkas Deni.[asg/aje]

  • Inflasi AS Diprediksi Naik gegara Tarif Trump Tambah Beban Konsumen

    Inflasi AS Diprediksi Naik gegara Tarif Trump Tambah Beban Konsumen

    Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat berpotensi mengalami kenaikan inflasi pada Mei 2025, terutama untuk barang-barang, seiring perusahaan yang secara bertahap mentransmisikan dampak tarif Trump.

    Melansir dari Bloomberg, Minggu (8/6/2025), inflasi harga barang dan jasa, tanpa memperhitungkan biaya makanan dan energi yang fluktuatif, diperkirakan naik 0,3% pada Mei 2025. 

    Kenaikan ini menjadi yang terbesar dalam empat bulan, menurut survei Bloomberg terhadap ekonom. Pada April 2025, indeks inflasi inti naik 0,2%.

    Berdasarkan konsensus tersebut, insikator inflasi inti yang dianggap sebagai indikator yang lebih baik untuk inflasi mendasar, diperkirakan akan meningkat untuk pertama kalinya tahun ini dengan nilai median sebesar 2,9% secara tahunan (year on year/YoY), 

    Laporan yang akan terbit pada Rabu (11/6/2026), bersama dengan data harga produsen pada hari berikutnya, akan memberikan pejabat Federal Reserve atau The Fed gambaran akhir tentang inflasi dan dampak tarif yang lebih tinggi sebelum mereka berkumpul untuk pertemuan kebijakan pada 17—18 Juni.

    Meski berpotensi inflasi, sejumlah ekonom Bloomberg, seperti Anna Wong, Stuart Paul, Eliza Winger, Estelle Ou, dan Chris G. Collins, memperkirakan inflasi akan melemah karena terdorong deflasi dari layanan diskresioner lebih dari mengimbangi inflasi barang yang lebih kuat. 

    “Seperti yang ditunjukkan dalam laporan Beige Book terbaru, beberapa perusahaan meneruskan biaya tarif. Kami melihat penerusan sebagian di kategori seperti furnitur, pakaian, dan suku cadang mobil. Namun, tarif penerbangan turun tajam, dan hotel serta layanan rekreasi juga melambat,” tulis ekonom Bloomberg.

    Meskipun Presiden Donald Trump berusaha menekan bankir sentral untuk segera menurunkan suku bunga, Ketua The Fed Jerome Powell dan rekan-rekannya telah menunjukkan bahwa mereka memiliki waktu untuk menilai dampak kebijakan perdagangan terhadap ekonomi, inflasi, dan pasar tenaga kerja.

    Selain data inflasi, data klaim pengangguran awal mingguan akan diperiksa untuk tanda-tanda tekanan di pasar tenaga kerja; laporan Kamis menunjukkan aplikasi klaim naik pada minggu terakhir Mei 2025 ke level tertinggi sejak Oktober 2024. Namun, laporan tenaga kerja menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang melambat tetapi masih sehat.

    Di Kanada, data pariwisata Mei 2025 kemungkinan akan menunjukkan penurunan tajam yang berkelanjutan dalam kunjungan ke AS. 

    Penjualan manufaktur untuk April 2025 juga diperkirakan akan turun karena tarif menghantam ekspor, dan data neraca nasional untuk kuartal pertama akan mengungkapkan bagaimana pendapatan dan kekayaan rumah tangga terpengaruh saat Trump meningkatkan ancamannya dan mulai memberlakukan tarif.

    Kondisi Asia

    Sementara di Asia, pekan kedua Juni 2025 dimulai dengan serangkaian data dari China yang diperkirakan akan menyoroti tekanan deflasi yang menghambat aktivitas manufaktur seiring melambatnya momentum perdagangan. 

    Indikator inflasi China yang akan dirilis pada Senin (9/6/2025) diperkirakan menunjukkan bahwa harga konsumen turun 0,2% pada Mei 2025, bulan keempat berturut-turut, sementara penurunan harga pabrik mendalam menjadi minus 3%, penurunan tertajam sejak November 2023. 

    Dengan pasokan melebihi permintaan, angka-angka ini kemungkinan akan memperkuat kekhawatiran bahwa upaya kebijakan untuk meningkatkan konsumsi sejak kuartal keempat tidak banyak berdampak. 

    Pertumbuhan ekspor China diperkirakan melambat menjadi 6% pada Mei 2025, dengan fokus utama pada pengiriman ke AS setelah turun 21% (YoY) pada April 2025. Taiwan juga akan merilis data perdagangan pada minggu depan.

    Jepang merevisi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama setelah data investasi modal terbaru. Sebagian besar ekonom memperkirakan PDB tetap dalam kontraksi moderat.

    Australia merilis indikator kepercayaan bisnis dan sentimen konsumen pada Selasa (10/6/2025), sementara India menerbitkan laporan inflasi pada Kamis (12/6/2025) yang diperkirakan menunjukkan kenaikan Indeks Harga Konsumen melambat untuk bulan ketujuh berturut-turut pada Mei 2025, membenarkan keputusan Bank Sentral India (RBI) untuk menurunkan suku bunga acuan repo sebesar 50 basis poin. 

    Pada akhir pekan, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba diperkirakan akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Trump untuk mengumumkan kesepakatan perdagangan.

    Mereka kemungkinan akan bertemu di sela-sela KTT G7 yang dimulai pada 15 Juni di desa Kananaskis di Pegunungan Rocky Kanada, atau mungkin sehari sebelumnya di Washington.

  • Pengangguran di China Rela Bayar Kantor Palsu untuk Pura-pura Kerja

    Pengangguran di China Rela Bayar Kantor Palsu untuk Pura-pura Kerja

    China, Beritasatu.com – Tren unik tengah melanda China, sejumlah pengangguran rela membayar perusahaan atau kantor palsu untuk mempekerjakan mereka secara fiktif agar bisa berpura-pura bekerja di kantor sewaan tanpa mendapatkan penghasilan.

    Dengan membayar biaya harian antara 30 Yuan hingga 50 Yuan atau sekitar Rp 68.000 hingga Rp 113.000 anak-anak muda yang sedang menganggur tersebut bisa mendapatkan fasilitas lengkap layaknya di kantor. Mulai dari meja kerja, makan siang, hingga koneksi Wi-Fi gratis untuk pura-pura bekerja, dikutip dari Oddity Central, Minggu (8/6/2025).

    Beberapa konsumen bahkan dapat memilih paket tambahan yang menyediakan tugas-tugas fiktif, jabatan manajer palsu, ada juga simulasi karyawan yang ‘nakal’ agar terasa lebih nyata.

    Fenomena yang disebut ‘perusahaan pura-pura bekerja’ tersebut semakin populer pada 2025 ini, seiring meningkatnya permintaan dari para pengangguran yang didominasi oleh anak-anak muda.

    Surat kabar Spanyol, El Pais, dalam sebuah laporan baru-baru ini mengunjungi salah satu perusahaan tersebut dan mewawancarai sejumlah ‘karyawan’ fiktif tersebut. Sebagian mengatakan, mereka tertarik dengan konsep pura-pura bekerja ini, ada pula yang mengaku lebih senang menghabiskan waktu di tempat nyaman dengan biaya terjangkau daripada hanya diam di rumah.

    Sementara yang lainnya, berharap pengalaman pura-pura bekerja di kantor ini bisa membantu mereka mendapatkan pekerjaan sungguhan di masa depan.

    “Meskipun beberapa dari kami memang membutuhkan tempat untuk berpura-pura bekerja, kebanyakan tertarik hanya karena konsepnya yang menarik,” kata Xu Lin, seorang konten kreator.

    Data menunjukkan, pada Maret 2025 tingkat pengangguran usia muda di China untuk kelompok usia 16 tahun hingga 24 tahun (tidak termasuk mahasiswa) mencapai 16,5%. Sementara pada kelompok usia 25 sampai 29 tahun mencapai 7,2%.

    Ketersediaan ruang kantor berharga murah di kota-kota besar seperti Beijing turut memicu tren tak biasa ini. Mengingat, harga sewa yang ditawarkan bahkan bisa lebih murah dibandingkan bekerja sekaligus makan dan minum di kafe.

  • Fenomena ‘Manusia Tikus’ di Gen Z-Milenial China Makin Ngetren, Ada Apa?

    Fenomena ‘Manusia Tikus’ di Gen Z-Milenial China Makin Ngetren, Ada Apa?

    Jakarta

    Sebuah tren baru tengah menjamur di kalangan generasi muda China, terutama gen Z dan milenial. Mereka menyebut dirinya sebagai ‘manusia tikus’ atau lao shu ren dalam bahasa Mandarin, istilah viral yang mencerminkan gaya hidup menyendiri, nokturnal, dan menjauh dari tekanan kompetitif masyarakat modern.

    Tren ini muncul sebagai bentuk perlawanan diam-diam terhadap budaya kerja keras tanpa mengenal waktu dan efisiensi ekstrem yang telah lama mendominasi kehidupan sosial dan profesional di China.

    Seperti yang dialami seorang mahasiswa magister asal China, pasca menempuh studi di King’s College London, Pu Yiqin (23). Pu adalah salah satu dari banyak anak muda yang mengidentifikasi dirinya sebagai ‘manusia tikus’. Melalui vlog harian yang diunggah di platform Xiaohongshu, Pu mendokumentasikan rutinitas sejak pagi hingga larut malam dan penuh keterasingan.

    “Sebagian besar waktu kami dihabiskan di rumah, seperti tikus yang hidup dalam kegelapan,” ujarnya. Ia menyebut bahwa tirai kamarnya selalu tertutup karena tikus butuh pencahayaan redup untuk bertahan.

    Fenomena ini tidak hanya populer di China, tetapi juga mulai digunakan oleh mahasiswa China di luar negeri, seperti di Inggris dan Singapura. Sebuah unggahan viral oleh seorang perempuan muda dari Provinsi Zhejiang, yang membagikan rutinitas menyendirinya, bahkan mengumpulkan lebih dari 400.000 likes di Xiaohongshu.

    Meski tampak ringan dan jenaka, tren ini mencerminkan tekanan nyata yang dirasakan anak muda China, mulai dari persaingan pendidikan seperti ujian gaokao yang ketat, hingga tingkat pengangguran pemuda yang mencapai 15,8 persen pada April 2025. Ditambah lagi, dengan lebih dari 12 juta lulusan universitas tahun ini, pasar kerja menjadi semakin sesak dan tidak seimbang.

    Tren manusia tikus dianggap sebagai evolusi dari fenomena tang ping atau ‘berbaring’, saat anak muda memilih untuk keluar dari perlombaan sosial dan menolak ekspektasi masyarakat. Menurut Yuan Yuan, dosen di Xi’an Jiaotong-Liverpool University, manusia tikus adalah simbol keputusan untuk berhenti bersaing sepenuhnya.

    “Ini adalah bentuk menyerah pada tangga sosial. Mereka memilih beraktivitas di malam hari, di internet, dan cukup sekadar ‘ada’ dalam masyarakat,” beber dia, dikutip dari CNA, Minggu (8/6/2025).

    NEXT: Antara Humor dan Kepedihan

    Bagi banyak anak muda, istilah manusia tikus merupakan bentuk zi hei,humor merendahkan diri sendiri yang digunakan untuk menertawakan situasi sulit tanpa memperlihatkan kelemahan secara langsung.

    “Mungkin karena tekanan besar yang dihadapi, anak muda jadi menikmati humor seperti ini,” kata Pu. Meski demikian, ia menekankan bahwa manusia tikus bukan berarti malas atau menyerah sepenuhnya.

    “Banyak dari kami memang hidup dalam lingkungan yang tidak ideal, tapi kami tetap berusaha menyelesaikan apa yang perlu diselesaikan. Kami hanya memilih untuk menjalani hidup dengan ritme kami sendiri,” tambahnya.

    Fenomena ini dinilai sebagai cerminan dari krisis struktural yang lebih luas di China, mulai dari ketimpangan antara pendidikan dan lapangan kerja, tekanan sosial yang tinggi, hingga hilangnya harapan atas mobilitas sosial.

    Di tengah kondisi ini, manusia tikus menjadi identitas alternatif yang memberi ruang bagi anak muda untuk merefleksikan diri dan meredefinisi nilai hidup di luar tuntutan sosial yang kaku.

  • Migran Center Pertama di Indonesia Segera Dibangun di Kota Palu

    Migran Center Pertama di Indonesia Segera Dibangun di Kota Palu

    Palu, Beritasatu.com – Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, secara resmi menerima hibah lahan seluas dua hektare dari Pemerintah Kota Palu, Sulawesi Tengah. Penyerahan ditandai dengan penandatanganan dokumen hibah oleh Menteri Karding dan Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, yang berlangsung di Taman Vatulemo, Minggu (8/6/2025).

    Tanah hibah yang berlokasi di Kelurahan Mamboro, Kecamatan Palu Utara tersebut akan dimanfaatkan untuk pembangunan Migran Center pertama di Indonesia yang mendapat dukungan langsung dari pemerintah daerah.

    “Atas nama kementerian, saya sangat berterima kasih. Dukungan ini akan sangat membantu kami dalam membangun ekosistem vokasi yang terintegrasi,” ujar Menteri Karding kepada media.

    Karding menjelaskan, Migran Center ini akan menjadi pusat layanan terpadu yang mencakup pelatihan vokasi, penerbitan sertifikasi kompetensi, layanan informasi ketenagakerjaan luar negeri, hingga pendampingan bagi pekerja migran Indonesia (PMI).

    “Di Kota Palu ini akan kita dirikan Migran Center yang melibatkan banyak pihak. Diharapkan fasilitas ini mampu meningkatkan kualitas dan jumlah penempatan pekerja migran asal Sulawesi Tengah, khususnya dari Kota Palu. Ini akan berdampak pada ekonomi daerah, keluarga, sekaligus mengurangi pengangguran dan kemiskinan,” jelasnya.

    Lebih lanjut, Menteri Karding menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan nasional. Ia menyampaikan apresiasi atas arahan Presiden Prabowo Subianto yang terus mendorong sinergi lintas level pemerintahan.

    “Ini bukti pentingnya kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah. Semoga kerja sama ini terus berlanjut dan memberi manfaat besar bagi masyarakat, khususnya warga Kota Palu,” tambahnya.

    Sementara itu, Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid, menjelaskan Kota Palu memiliki peran strategis sebagai daerah penyangga di Sulawesi Tengah. Oleh karena itu, kehadiran Migran Center akan sangat penting dalam mendukung pelatihan kerja dan penerbitan sertifikasi bagi calon pekerja migran.

    “Dengan adanya balai latihan ini yang menjadi pusat terintegrasi—mulai dari pelayanan, pelatihan vokasi, hingga sertifikasi—maka akan sangat membantu pemerintah daerah se-Sulawesi Tengah dalam menyiapkan tenaga kerja migran yang kompeten,” tutup Hadianto.

  • Gen Z Ogah Menabung, Pakar Peringatkan Dampaknya Berbahaya

    Gen Z Ogah Menabung, Pakar Peringatkan Dampaknya Berbahaya

    Jakarta, Beritasatu.com – Generasi Z tengah menghadapi tantangan ekonomi yang cukup berat. Dalam sebuah survei terbaru dari Credit Karma, hampir separuh (49%) dari generasi ini, yang kini sebagian besar berada di usia 20-an merasa bahwa merencanakan masa depan adalah hal yang sia-sia.

    Sikap pasrah ini turut membentuk pola konsumsi yang bebas dan tanpa perencanaan, terutama selama musim panas. “Mereka merasa putus asa secara finansial dan berfikir apa gunanya menabung untuk masa depan,” ujar  advokat keuangan konsumen di Credit Karma Courtney Alev.

    Pola pikir seperti ini, yang dikenal dengan istilah “YOLO” (You Only Live Once), bisa berdampak negatif dalam jangka panjang. Jika tidak dikendalikan, hal ini dapat menyebabkan utang berbunga tinggi yang sulit dilunasi, serta menunda pencapaian tujuan hidup penting , seperti hidup mandiri dari orang tua atau menyiapkan dana pensiun.

    Menurut para ahli, justru usia muda, akhir remaja hingga awal 20-an adalah masa terbaik untuk membangun kebiasaan keuangan yang sehat. Meski investasi awal hanya dalam jumlah kecil, bunga majemuk dapat memberikan hasil signifikan dalam jangka waktu puluhan tahun.

    “Ada banyak konsekuensi keuangan jangka panjang jika generasi ini tidak mulai merencanakan masa depan dan terus menghabiskan uang tanpa kendali,” tegas Alev.

    Rasa frustrasi ini dipahami oleh para pakar sebagai reaksi terhadap situasi ekonomi saat ini. Pasar kerja dinilai kurang bersahabat bagi pendatang baru maupun mereka yang ingin pindah pekerjaan.

    Meskipun tingkat pengangguran nasional di AS berada di angka 4,2%, angka ini jauh lebih tinggi di kalangan usia 22–27 tahun. Menurut data Federal Reserve Bank of New York per Maret 2025, tingkat pengangguran mencapai 5,8% untuk lulusan perguruan tinggi baru dan 6,9% bagi mereka yang tidak memiliki gelar sarjana

    Masalah lain yang membebani kaum muda adalah utang. “Banyak dari mereka merasa tidak punya cukup uang dan terlilit utang,” jelas direktur pelaksana Sun Group Wealth Partners Winnie Sun.

    Ia menambahkan bahwa kecemasan juga datang dari ketidakpastian nilai gelar pendidikan mereka di tengah perkembangan artificial intelligence (AI).  “Mereka bertanya-tanya, apakah gelar ini akan tetap berguna jika AI mengambil alih pekerjaan mereka?”

    Sekitar 50% lulusan perguruan tinggi tahun akademik 2022-2023 meninggalkan kampus dengan utang rata-rata sebesar US$29.300, menurut College Board. Penagihan kembali utang mahasiswa yang gagal bayar juga telah dimulai kembali pada Mei setelah jeda lima tahun. Upaya pemerintahan Biden untuk meringankan beban pinjaman mahasiswa sebagian besar terhambat di pengadilan.

    Laporan dari New York Fed pada 2024 menunjukkan bahwa tunggakan kartu kredit meningkat paling cepat di kalangan gen Z dibandingkan generasi lain. Sekitar 15% di antaranya telah memaksimalkan penggunaan kartu kredit mereka.

    Kemudahan berbelanja juga menjadi faktor pemicu. “Belanja tidak pernah semudah sekarang,” kata Alev, menyoroti maraknya layanan beli sekarang, bayar nanti (BNPL).

    Survei Credit Karma mencatat bahwa 77% pengguna gen Z mengaku layanan BNPL mendorong mereka untuk belanja melebihi kemampuan finansial. Survei ini melibatkan 1.015 orang dewasa, termasuk 182 responden dari gen Z.

    Gabungan dari tekanan ekonomi, utang, serta ketidakpastian politik dan kebijakan tarif yang berubah-ubah, semakin menambah beban mental anak muda.

    “Semua tantangan ini saling menumpuk dan menciptakan rasa pesimis di kalangan generasi muda yang ingin membangun kehidupan finansial mereka,” pungkas Alev.

  • Badai PHK Besar-Besaran Hantam AS, Trump Langsung Kena Tuding!

    Badai PHK Besar-Besaran Hantam AS, Trump Langsung Kena Tuding!

    Jakarta CNBC Indonesia – Jumlah klaim tunjangan pengangguran di Amerika Serikat (AS) melonjak ke level tertinggi dalam delapan bulan terakhir. Hal ini mencerminkan meningkatnya jumlah pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

    Dilansir dari Detikcom yang mengutip AP News, Sabtu (7/6/2025), data per 31 Mei 2025 menunjukkan bahwa klaim tunjangan pengangguran naik sebanyak 8.000 menjadi total 247.000 pengajuan. Angka tersebut mendekati rekor tertinggi saat pandemi COVID-19 lalu yang mencapai 250.000 pengajuan.

    PHK massal terjadi di banyak sektor, menyusul berbagai perusahaan menurunkan ekspektasi penjualan dan laba mereka sepanjang 2025. Dalam hal ini tak sedikit perusahaan yang menjadikan aturan tarif Presiden Donald Trump sebagai alasan proyeksi penurunan laba tersebut.

    Sekalipun Trump telah menghentikan atau mengurangi banyak kebijakan tarifnya, kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global yang disebabkan oleh perang tarif dapat merusak pasar tenaga kerja AS yang selama ini kuat.

    Misalnya saja, ada raksasa fast moving consumer goods (FMCG) terbesar di dunia, Procter & Gamble (P&G) yang secara resmi mengumumkan rencana mereka untuk memangkas 7.000 pekerjanya.

    Kemudian, perusahaan lain yang telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja massal terhadap banyak karyawannya tahun ini termasuk Workday, Dow, CNN, Starbucks, Southwest Airlines, Microsoft dan Meta selaku perusahaan induk Facebook.

    Ditambah lagi, pemerintahan Trump saat ini juga tengah mengurangi jumlah pegawai pemerintah federal secara drastis sebagai upaya efisiensi anggaran pemerintah. Namun banyak dari pemotongan tersebut yang ditentang di pengadilan dan Kongres AS.

    Beruntung pemerintah AS melaporkan bahwa lowongan pekerjaan sempat meningkat secara tak terduga pada April. Meskipun data lain menunjukkan bahwa orang Amerika tetap kurang optimis terhadap pasar tenaga kerja mereka saat ini.

    “Jumlah total orang Amerika yang menerima tunjangan pengangguran per 24 Mei turun tipis sebesar 3.000 menjadi 1,9 juta,” tulis AP dalam laporannya.

    (pgr/pgr)

  • Tekanan Tak Henti Trump ke The Fed: Suku Bunga Harus Turun 1%, Ancam Ganti Powell

    Tekanan Tak Henti Trump ke The Fed: Suku Bunga Harus Turun 1%, Ancam Ganti Powell

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali meningkatkan tekanannya terhadap Ketua Federal Reserve Jerome Powell agar memangkas suku bunga sebesar satu poin persentase penuh.

    Melansir Bloomberg, Sabtu (7/6/2025), lewat unggahan di media sosial, Trump mengkritik kebijakan suku bunga The Fed. Bahkan dirinya menyebut Powell dengan julukan sinis “Terlambat Bertindak.”

    “Terlambat di The Fed adalah bencana! Meski dia ada, negara kita tetap hebat. Pangkas satu poin penuh, berikan bahan bakar roket!” ungkap Trump di media sosial.

    Meski permintaan Trump terhadap pemangkasan suku bunga bukan hal baru, ukuran desakannya kali ini sangat ekstrem.

    Presiden yang menunjuk Powell pada 2017 itu berulang kali menilai sang ketua terlalu berhati-hati dalam menurunkan biaya pinjaman. Bulan lalu, Trump bahkan secara langsung menekan Powell dalam pertemuan di Gedung Putih.

    Berbicara kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One, Trump mengungkapkan tengah mempertimbangkan calon pengganti Powell, yang masa jabatannya berakhir Mei 2026.

    “Akan diumumkan segera,” katanya, tanpa menyebut nama. Saat ditanya soal Kevin Warsh, mantan gubernur The Fed, Trump menjawab, “Ia sangat dihormati.”

    The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan pada 17–18 Juni dan diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuan. Para pejabat menyatakan ingin melihat dampak kebijakan ekonomi Trump—terutama soal tarif, pajak, dan imigrasi—sebelum mengubah arah kebijakan moneter.

    Pemangkasan suku bunga satu persen dalam satu pertemuan sangat jarang terjadi kecuali dalam situasi gawat. Kali terakhir langkah serupa diambil adalah Maret 2020, saat pandemi Covid-19 memicu resesi dalam dan lonjakan pengangguran.

    The Fed sendiri menargetkan inflasi 2% dan menyeimbangkan antara stabilitas harga dan lapangan kerja—dua mandat yang ditetapkan Kongres. Menurunkan suku bunga terlalu cepat berisiko memicu inflasi, sementara mempertahankannya terlalu tinggi bisa menahan pertumbuhan ekonomi.

    Trump menyampaikan desakan ini setelah data terbaru menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja melambat di bulan Mei namun tetap solid, dengan tingkat pengangguran bertahan di 4,2%. Gedung Putih menyebut ekonomi tengah “melonjak”, ditopang pertumbuhan gaji dan inflasi yang mulai terkendali.

    Namun pejabat The Fed menilai kondisi pasar kerja masih cukup kuat untuk mempertahankan suku bunga. Mereka khawatir pelonggaran dini justru memperburuk tekanan inflasi yang belum sepenuhnya mereda.

    Dalam unggahan berikutnya, Trump menuduh Powell membuat negara “merugi besar” karena mempertahankan suku bunga tinggi, yang berdampak pada biaya bunga utang pemerintah.

    “Jika dia memotong, kita bisa turunkan bunga utang jangka pendek dan panjang. Inflasi tak ada. Kalau nanti muncul lagi, naikkan suku bunga. Sangat sederhana!!!” tulisnya.

    Sejak The Fed menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi tinggi dalam beberapa tahun terakhir, biaya pinjaman AS melonjak. Rata-rata suku bunga obligasi pemerintah kini berada di kisaran 3,36%, jauh lebih tinggi dibanding era sebelum kenaikan suku bunga.

    Tahun fiskal lalu, pembayaran bunga utang setara 3,06% dari Produk Domestik Bruto (PDB) — tertinggi sejak 1996.

    Ironisnya, meski Trump dan Partai Republik berjanji menekan defisit, RUU pemotongan pajak yang tengah mereka dorong justru diperkirakan memperlebar defisit.

    Kantor Anggaran Kongres (CBO) memperkirakan RUU itu akan menambah beban bunga sebesar US$551 miliar selama satu dekade. Proyeksi ini belum mencakup dampak lain seperti potensi dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi.

    The Fed Makin Mantap Tahan Suku Bunga

    Di sisi lain, The Fed semakin mantap untuk mempertahankan suku bunga acuannya, setelah data ketenagakerjaan terbaru menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih cukup kuat di tengah ketidakpastian akibat perubahan besar dalam kebijakan perdagangan.

    Laporan bulanan Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis Jumat (6/6) mencatat tingkat pengangguran tetap di 4,2% pada Mei. Meski penciptaan lapangan kerja tercatat sebanyak 139.000—lebih rendah dibandingkan rata-rata tahun lalu—revisi ke bawah pada data sebelumnya tetap mengindikasikan pelemahan yang bertahap, bukan mendadak.

    Para pengambil kebijakan di The Fed tetap berhati-hati. Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyebut laporan ketenagakerjaan ini “solid” dan mengatakan saat ini adalah waktu untuk mempertahankan kebijakan.

    The Fed dijadwalkan menggelar pertemuan pada 17–18 Juni, dan diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga. Pelaku pasar kini memprediksi pemangkasan pertama baru terjadi pada September, disusul satu kali lagi pada Desember.

    Setelah laporan ketenagakerjaan dirilis, ekspektasi terhadap kemungkinan pemangkasan ketiga tahun ini mulai berkurang.

    “Data ketenagakerjaan yang kuat memperkuat argumen The Fed untuk bersabar,” kata Scott Helfstein, Kepala Strategi Investasi Global X.

    Namun demikian, sejumlah analis memperkirakan pasar tenaga kerja akan terus melemah dalam beberapa bulan ke depan akibat tekanan dari tarif impor dan ketidakpastian kebijakan pemerintah.

    Laporan terbaru menunjukkan bahwa penambahan lapangan kerja hanya terjadi di sektor-sektor terbatas seperti layanan kesehatan, sementara manufaktur mencatat penurunan terbesar sejak Januari.