Kasus: pengangguran

  • Siasat Pemkot Depok Atasi 65.742 orang Pengangguran – Page 3

    Siasat Pemkot Depok Atasi 65.742 orang Pengangguran – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Kota Depok berusaha menekan angka pengangguran Kota Depok yang mencapai 65.742 orang. Salah satunya dengan mengadakan job fair menghadirkan 50 perusahaan untuk menyerap tenaga kerja masyarakat Depok.

    Sekretaris Daerah Kota Depok, Mangguluang Mansyur mengatakan, Pemerintah Kota Depok melalui Dinas Tenaga Kerja telah melaksanakan Job Fair. Adapun Job Fair dilaksanakan mulai 26 Agustus sampai 27 Agustus di Mall Pesona Square Depok.

    “Ada 3.000 lowongan pekerjaan dari 50 perusahaan yang akan menerima para pencari kerja,” ujar Mangguluang, Selasa (26/8/2025).

    Agung menjelaskan, pelaksanaan Job Fair yang dilaksanakan Pemerintah Kota Depok bersama dunia usaha, sebagai bukti sinergitas dalam menekan angka pengangguran. Pemerintah Kota Depok turut melibatkan kelompok-kelompok usaha untuk mengatasi masalah ketenagakerjaan.

    “Tenaga kerja yang bisa diserap kurang lebih ada 3.000 lowongan kerja.

    Mangguluang mengakui, angka pengangguran Kota Depok mencapai 6,27 persen dari jumlah penduduk Kota Depok atau sekitar 65.742 orang. Pemerintah Kota Depok terus berupaya untuk menyediakan lapangan pekerjaan, untuk menekan angka pengangguran Kota Depok.

    “Semoga ini juga bisa mengatasi permasalahan terkait dengan ketenagakerjaan yang ada di Kota Depok dan mengatasi pengangguran di Kota Depok,” ucap Mangguluang.

    Rencananya Pemerintah Kota Depok akan membuka kembali pelaksanaan Job Fair. Hal itu untuk mengatasi permasalahan pengangguran dengan menyediakan lapangan pekerjaan, salah satunya mengajak para pengusaha di Kota Depok.

    “Ini membuka peluang terkait dengan lowongan kerja yang ada di Kota depok. Lebih besar lagi, berarti lowongan kerja juga lebih banyak yang bisa ditampung disitu,” terang Mangguluang.

     

  • Kemnaker apresiasi RTK Makro Pemkab Serang guna tekan pengangguran

    Kemnaker apresiasi RTK Makro Pemkab Serang guna tekan pengangguran

    Kami mengapresiasi karena ini bukan hanya sekedar amanat regulasi, tetapi penyusunan buku Rencana Tenaga Kerja Makro, menunjukkan komitmen Pemkab Serang untuk menyiapkan SDM unggul

    Serang (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang, Banten, secara resmi meluncurkan Buku Rencana Tenaga Kerja (RTK) Makro Kabupaten Serang Tahun 2024-2029 sebagai peta jalan untuk menekan angka pengangguran secara terstruktur, sistematis, dan masif.

    Kepala Badan Perencanaan dan Pengembangan Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI Prof Anwar Sanusi yang hadir sebagai pembicara kunci, mengapresiasi langkah inisiatif Bupati Serang Ratu Rachmatu Zakiyah tersebut.

    ”Kami mengapresiasi karena ini bukan hanya sekedar amanat regulasi, tetapi penyusunan buku Rencana Tenaga Kerja Makro, menunjukkan komitmen Pemkab Serang untuk menyiapkan SDM unggul,” ujarnya.

    Menurutnya, Rencana Tenaga Kerja Makro ini berfungsi sebagai cetak biru atau roadmap konkret dalam membangun sektor ketenagakerjaan yang selaras dengan visi dan misi Kabupaten Serang untuk lima tahun ke depan.

    Sementara itu Bupati Serang Ratu Rachmatu Zakiyah menyatakan buku tersebut menjadi acuan kebijakan agar program ketenagakerjaan menjadi lebih terukur dan terarah. Salah satu poin utamanya adalah penguatan konsep link and match antara pencari kerja dengan kebutuhan industri.

    “Ini dalam rangka menjaga supaya kebijakan yang kita buat untuk tenaga kerja terukur dan terarah. Di dalam buku Rencana Tenaga Kerja ini juga ada kemudahan bagaimana para tenaga kerja bisa link and match untuk pekerjaan ke depan, tujuannya untuk menekan angka pengangguran,” kata Ratu Rachmatu Zakiyah.

    Ia menambahkan strategi untuk menekan angka pengangguran akan diimplementasikan secara terstruktur, sistematis, dan masif, sesuai masukan dari Kemnaker, mengingat Kabupaten Serang berada di kawasan industri yang potensial menyerap banyak tenaga kerja.

    Pewarta: Desi Purnama Sari
    Editor: Risbiani Fardaniah
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Warga AS Khawatir Kehilangan Pekerjaan Selamanya Karena AI

    Warga AS Khawatir Kehilangan Pekerjaan Selamanya Karena AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Mayoritas warga Amerika Serikat diliputi kekhawatiran atas pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang akan menghilangkan jutaan lapangan kerja secara permanen.

    Hal ini terungkap dalam jajak pendapat terbaru Reuters/Ipsos yang digelar secara  daring selama enam hari dan berakhir Senin (18/8/2025). Survei tersebut menunjukkan 71% responden khawatir AI akan menggantikan terlalu banyak pekerja untuk selamanya.

    Kekhawatiran publik meningkat meski angka pengangguran nasional pada Juli tercatat hanya 4,2%.

    AI pertama kali menguasai percakapan publik pada akhir 2022 ketika OpenAI meluncurkan ChatGPT. Dalam tempo singkat, aplikasi tersebut menjadi yang tercepat tumbuh dalam sejarah. Raksasa teknologi seperti Meta, Google, dan Microsoft segera menyusul dengan produk serupa, memicu gelombang baru persaingan dan investasi.

    Namun, perkembangan itu juga menimbulkan keresahan. Sebanyak 77% responden khawatir AI dapat dimanfaatkan untuk menimbulkan kekacauan politik, seiring maraknya video manipulatif yang terlihat nyata.

    Kekhawatiran tersebut semakin menguat setelah bulan lalu Presiden Donald Trump mengunggah video buatan AI yang memperlihatkan mantan Presiden Barack Obama ditangkap—peristiwa yang sebenarnya tidak pernah terjadi.

    Aspek militer menjadi sumber kecemasan lain. Survei menunjukkan 48% warga menolak penggunaan AI untuk menentukan target serangan militer, sementara hanya 24% yang mendukung, dan sisanya tidak yakin.

    Di sisi lain, euforia terhadap AI memicu arus investasi baru, termasuk rencana Foxconn dan SoftBank membangun pabrik peralatan pusat data di Ohio. Namun, dominasi teknologi ini juga menggeser prioritas kebijakan keamanan nasional, terutama dalam rivalitas strategis AS-China.

    Kekhawatiran publik juga tertuju pada isu energi. Sekitar 61% responden resah terhadap besarnya konsumsi listrik untuk menopang teknologi yang berkembang pesat ini. Menanggapi hal itu, Google baru-baru ini meneken kesepakatan dengan dua perusahaan utilitas listrik AS untuk memangkas penggunaan daya pusat datanya ketika permintaan listrik melonjak.

    AI juga menuai kritik atas sejumlah penyalahgunaan, mulai dari bot yang bisa bercakap secara romantis dengan anak-anak, menyebarkan informasi medis palsu, hingga menjadi alat untuk membenarkan argumen rasis.

    Sebanyak dua pertiga responden mengaku takut manusia akan meninggalkan relasi sosial demi “pasangan” AI. Pandangan soal pendidikan pun terbelah: 36% percaya AI akan membantu, 40% menilai sebaliknya, dan sisanya ragu.

    Jajak pendapat ini melibatkan 4.446 orang dewasa dari seluruh AS secara daring dengan margin kesalahan sekitar dua poin persentase.

  • Terlalu Berani Melawan Oligarki Pendukung Jokowi, Benarkah Jadi Ancaman untuk Prabowo?

    Terlalu Berani Melawan Oligarki Pendukung Jokowi, Benarkah Jadi Ancaman untuk Prabowo?

    GELORA.CO – Berbagai situasi sosial, ekonomi hingga politik yang semakin panas, ditengarai merupakan dampak Matahari Kembar atau rivalitas Prabowo dengan Jokowi.

    Melalui berbagai instrumen yang masih berada di pemerintah, Jokowi yang didukung oleh para kelompok Machiavelli terus berusaha menggerogoti kredibilitas Prabowo.

    Karena itu, rakyat Indonesia perlu secara lebih mendalam dapat memahami potensi adanya ketegangan antara Presiden Prabowo dengan Jokowi.

    Dengan runtuhnya kredibilitas Presiden Prabowo di masyarakat, Jokowi melalui para penerusnya akan kembali mendapat panggung bernama Kekuasaan Indonesia.

    Pernyataan terkait adanya potensi rivalitas antara Presiden Prabowo dengan Presiden Ketujuh Indonesia tersebut, merupakan pandangan Selamat Ginting selaku Analis Politik dan Militer.

    Disampaikan saat menjadi narasumber di sebuah siniar, Analis Politik asal Universitas Nasional ini menduga para pendukung Jokowi belum sepenuhnya ikhlas melepas dominasi politiknya.

    Kedatangan Jokowi saat peringatan HUT RI ke-80 di Istana Negara pada 17 Agustus lalu, justru membuat publik mempertanyakan urgensi kehadirannya.

    Jokowi, menurut Selamat perlu lebih berusaha untuk bisa menunjukkan rasa malu kepada masyarakat Indonesia sebagaimana dilakukan oleh Megawati yang justru absen.

    “Mestinya ada fase dimana dia nge-rem untuk memberikan kesempatan, bahwa sekarang penguasanya adalah Prabowo Subianto,” jelasnya.

    Sebagai figur yang memiliki semangat nasionalisme tinggi, Selamat menilai upaya Prabowo untuk mempersatukan para mantan penguasa cukup tinggi.

    Meski terdengar sempurna, Selamat menilai Presiden Prabowo saat ini justru harus lebih bisa membatasi diri dari para mantan Pejabat Presiden.

    Setiap Presiden sejak dari era SBY hingga Jokowi, menurut Selamat memiliki tantangan psikologis politik berbeda yang dapat berdampak pada kepemimpinannya.

    Hal terbaik yang perlu dilakukan Presiden Prabowo hingga akhir masa jabatannya, adalah dengan fokus kepada pencapaian program rancangannya.

    Kendala yang saat ini perlu ditangani secara khusus oleh Prabowo adalah berbagai warisan kebijakan dari Presiden pendahulunya.

    Selain disampaikan oleh Selamat Ginting, pernyataan terkait adanya perang Matahari Kembar juga sempat diutarakan Ketua Dewan Direktur Great Institut.

    Menurut Syahganda Nainggolan, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto memang sudah direncanakan hanya berjalan selama dua tahun.

    Untuk membuat Presiden Prabowo terperangkap dalam kesulitan, para rival politiknya terus melakukan berbagai upaya delegitimasi.

    Melalui pajak, pengangguran, korupsi, kesehatan, tambang, isu pertahanan dan geopolitik, langkah Presiden Prabowo terus dijegal.

    “Semangat untuk menghilangkan korupsi terlalu kuat, sehingga oligarki berusaha agar tidak dicintai rakyat,” jelas Syahganda dikutip Ayojakarta dari YouTube Forum Keadilan TV. ***

  • Pramono Anung dorong warga Jakarta jadi pekerja di luar negeri

    Pramono Anung dorong warga Jakarta jadi pekerja di luar negeri

    Jakarta (ANTARA) –

    Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mendorong warga DKI Jakarta yang masih mencari pekerjaan untuk menjadi pekerja migran Indonesia di luar negeri sebagai solusi untuk menekan angka penganggur di provinsi tersebut.

    “Saya sungguh-sungguh mendorong agar warga bekerja di luar negeri dengan memberikan fasilitas pelatihan bahasa asing,” kata dia di Jakarta, Sabtu.

    Ia pun mendorong warga Jakarta untuk belajar Bahasa Jepang, Bahasa Korea, Bahasa China, Bahasa Arab dan lainnya agar mereka bisa bekerja di luar negeri. “Kami mendorong untuk itu,” kata dia.

    Selain itu, pihaknya juga menyediakan pameran bursa kerja (job fair) yang ditargetkan digelar di Jakarta sebanyak 21 kali di tahun ini.

    “Saat ini sudah 13 kali ‘job fair’ digelar dan hasilnya kami mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia,” kata dia.

    Menurut dia, dari evaluasi yang dilakukan dalam “job fair” yang digelar Pemprov DKI Jakarta sudah mampu menyerap tenaga kerja yang dibutuhkan di sejumlah perusahaan yang ikut dalam kegiatan tersebut.

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta merilis Keadaan Ketenagakerjaan di DKI Jakarta dengan jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Februari 2025 sebanyak 5,47 juta orang naik 41,62 ribu orang dibanding Februari 2024.

    Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 0,23 persen poin dibanding Februari 2024.

    Penduduk yang bekerja pada Februari 2025 sebanyak 5,14 juta orang, naik sebanyak 30,82 ribu orang dari Februari 2024. Lapangan usaha yang mengalami peningkatan terbesar adalah Aktivitas Jasa Lainnya sebesar 4,42 ribu orang.

    Pada Februari 2025 sebanyak 3,19 juta orang (62,05 persen) bekerja pada kegiatan formal, turun sebesar 1,89 persen poin dibanding Februari 2024 dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Februari 2025 sebesar 6,18 persen, naik sebesar 0,15 persen poin dibanding pada Februari 2024.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pesan Jerome Powell The Fed di Jackson Hole, Sinyal Suku Bunga Hingga Lapangan Kerja

    Pesan Jerome Powell The Fed di Jackson Hole, Sinyal Suku Bunga Hingga Lapangan Kerja

    Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell membuka peluang pemangkasan suku bunga pada rapat dewan gubernur September 2025. Dia menyebut ruang itu seiring meningkatnya risiko di pasar tenaga kerja meski kekhawatiran inflasi masih membayangi.

    Dalam pidatonya pada simposium ekonomi di Jackson Hole, Wyoming, Powell menyebut stabilitas tingkat pengangguran dan indikator pasar tenaga kerja lainnya memungkinkan bank sentral untuk berhati-hati dalam mempertimbangkan perubahan sikap kebijakan.

    “Namun, dengan kebijakan berada di wilayah restriktif, prospek dasar dan perubahan keseimbangan risiko dapat memerlukan penyesuaian kebijakan,” ujar Powell dikutip dari Bloomberg, Sabtu (23/8/2025).

    Pernyataan Powell muncul ketika pejabat The Fed terbelah soal waktu dan langkah penyesuaian kebijakan dalam beberapa bulan mendatang. Sebagian menilai pasar tenaga kerja masih tangguh, sementara yang lain memperingatkan tanda-tanda pelemahan awal bisa berkembang menjadi perlambatan signifikan.

    Powell menyebut pasar tenaga kerja saat ini berada dalam keseimbangan aneh akibat perlambatan tajam baik dari sisi pasokan maupun permintaan tenaga kerja. Data ketenagakerjaan Juli menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja dalam beberapa bulan terakhir lebih lemah dari laporan sebelumnya.

    “Situasi yang tidak biasa ini mengindikasikan risiko pelemahan ketenagakerjaan meningkat. Jika risiko itu terwujud, dampaknya bisa cepat dalam bentuk PHK besar-besaran dan lonjakan pengangguran,” jelasnya.

    Meski demikian, Powell tetap menekankan perlunya kewaspadaan terhadap dampak tarif impor Presiden Donald Trump yang berpotensi memicu inflasi berkelanjutan. Menurutnya, efek tarif pada harga konsumen kini jelas terlihat, meski diperkirakan bersifat sementara.

    “Namun, tekanan harga akibat tarif bisa memicu dinamika inflasi yang lebih bertahan lama. Itu adalah risiko yang perlu dinilai dan dikelola,” tambahnya.

    Setelah pernyataan Powell, investor meningkatkan taruhan bahwa Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan memangkas suku bunga pada pertemuan 16–17 September. Ekonom Deutsche Bank, Barclays, dan BNP Paribas juga memajukan perkiraan pemangkasan suku bunga ke bulan yang sama.

    James Bullard, mantan Presiden The Fed St. Louis menyebut, Powell mempertegas ekspektasi pemangkasan 25 basis poin pada September.

    “Powell menyoroti laporan tenaga kerja terbaru yang sangat lemah, jadi saya kira itu sudah hampir pasti,” ujar Bullard.

    Pidato Powell berlangsung di tengah tekanan besar dari Presiden Trump dan sekutunya agar bank sentral menurunkan biaya pinjaman—tekanan yang dianggap mengancam independensi The Fed. Saat Powell naik podium, para bankir sentral dan ekonom yang hadir memberi standing ovation sebagai bentuk dukungan.

    Trump, usai pidato, menyindir bahwa The Fed seharusnya menurunkan suku bunga setahun lalu. 

    “Kami menyebutnya ‘terlambat’ bukan tanpa alasan,” kata Trump.

    Di saat bersamaan, Trump juga meningkatkan tekanannya terhadap pejabat The Fed. Presiden AS itu menyatakan akan memecat Gubernur The Fed Lisa Cook jika tidak mengundurkan diri, menyusul tuduhan pemberian informasi palsu dalam pengajuan dua kredit kepemilikan rumah (KPR). 

    Cook, yang hadir di Jackson Hole, sebelumnya menegaskan tidak berniat mundur. Powell tidak menyinggung isu Cook dalam pidatonya dan tidak membuka sesi tanya jawab.

    Perubahan Kerangka Kebijakan

    Powell juga memaparkan perubahan kerangka kebijakan moneter jangka panjang The Fed. Salah satunya menegaskan kembali perubahan pada 2020 yang menyatakan bank sentral tidak otomatis menaikkan suku bunga hanya karena tingkat pengangguran rendah.

    Namun, Powell menekankan bahwa revisi 2020 tidak dimaksudkan untuk “selamanya meniadakan” kemungkinan kenaikan suku bunga jika pasar tenaga kerja menguat dan berpotensi mendorong inflasi.

    Dalam perubahan terbaru, The Fed menghapus frasa bahwa keputusan akan dipandu oleh “kesenjangan dari tingkat maksimum ketenagakerjaan.” Sebagai gantinya, ditambahkan bahasa baru yang menyebut ketenagakerjaan bisa berada di atas penilaian real-time tanpa harus memicu risiko inflasi.

    Menurut Diane Swonk, Kepala Ekonom KPMG, penyesuaian ini memberi The Fed fleksibilitas lebih besar menghadapi ekonomi pascapandemi yang lebih fluktuatif dibanding periode sebelumnya.

    The Fed juga menegaskan kembali target inflasi 2% serta pentingnya menjaga ekspektasi inflasi tetap stabil. Namun, mereka mencabut strategi 2020 yang mengizinkan inflasi di atas target untuk mengompensasi periode inflasi rendah, serta menghapus frasa bahwa suku bunga rendah adalah “ciri khas lanskap ekonomi.”

    Perdebatan Suku Bunga

    Komentar Powell berada di antara pandangan beragam pejabat The Fed belakangan ini. Presiden The Fed Cleveland Beth Hammack menilai data inflasi terbaru membuatnya tidak bisa mendukung pemangkasan bila pertemuan digelar pekan ini. 

    Nada hati-hati juga disampaikan Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid, sementara Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic hanya melihat satu kali pemangkasan tahun ini.

    The Fed sebelumnya memangkas suku bunga tiga kali pada akhir 2024, tetapi menahan level acuan tahun ini. Kekhawatiran inflasi akibat tarif impor kembali menguat seiring data inflasi terbaru yang menunjukkan harga produsen pada Juli naik tercepat dalam tiga tahun terakhir.

    Sebagian pejabat kini menilai pelemahan pasar tenaga kerja sebagai alasan memulai kembali penurunan suku bunga. Dua Gubernur The Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, bahkan menentang keputusan Juli untuk mempertahankan suku bunga, dengan alasan risiko ketenagakerjaan.

    Pasca laporan tenaga kerja Juli yang lebih lemah dari perkiraan, Presiden The Fed San Francisco Mary Daly dan Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari memberi sinyal dapat mendukung pemangkasan pada September.

  • Dulu Jadi Rebutan, Lulusan Ilmu Komputer Sekarang Banyak Pengangguran

    Dulu Jadi Rebutan, Lulusan Ilmu Komputer Sekarang Banyak Pengangguran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badai PHK masih terus menghantui dunia, seiring ketidakpastian ekonomi, konflik geopolitik, dan kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI). Banyak profesi yang dulunya populer sekarang sudah tak relevan. 

    Lulusan universitas ternama dengan jurusan yang ramai peminat juga tak menjamin mudah mendapat pekerjaan. Salah satunya jurusan Ilmu Komputer yang beberapa tahun lalu sempat naik daun.

    Bahkan, jurusan Ilmu Komputer sempat disebut-sebut sebagai pencetak tenaga kerja bergaji tinggi. Sayangnya, perkembangan AI yang kian masif menjadi biang kerok jurusan Ilmu Komputer tak lagi menjadi jurusan ’emas’.

    Pengangguran dari lulusan kalangan lulusan Ilmu Komputer terpantau meningkat, misalnya di Amerika Serikat (AS). Jurusan Ilmu Komputer menduduki peringkat ke-7 dengan tingkat pengangguran tertinggi, yakni sebesar 6,1%, menurut The Federal Reserve Bank of New York.

    Angka tersebut mencerminkan dampak dari PHK yang meluas di seluruh industri teknologi, termasuk di perusahaan-perusahaan seperti Amazon dan Google, yang telah mengurangi kesempatan kerja bagi lulusan baru.

    Tingkat penganggurannya hanya sedikit di belakang jurusan-jurusan ‘tradisional’ lainnya seperti Fisika (7,8%) dan Antropologi (9,4%).

    “Setiap anak dengan laptop merasa mereka adalah Zuckerberg berikutnya, tetapi kebanyakan tidak dapat memiliki level kompetensi paling minimal sekalipun,” kata Michael Ryan seorang pakar keuangan kepada Newsweek.

    Teknik Komputer, yang sering kali tumpang tindih dengan Ilmu Komputer di banyak universitas, menunjukkan tingkat pengangguran yang lebih tinggi yaitu 7,5%.

    Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang prospek pekerjaan di bidang tersebut. Sebaliknya, jurusan seperti Ilmu Gizi, Jasa Konstruksi, dan Teknik Sipil mencatatkan tingkat pengangguran terendah, berkisar antara 1% hingga 0,4%.

    “Jurusan Ilmu Komputer telah lama dimanjakan dengan mimpi yang tidak sesuai kenyataan,” menurut konsultan SDM Bryan Driscoll.

    Namun, seperti banyak jurusan dan pekerjaan terkait lainnya, kenyataan yang ada sangat menyakitkan. Kondisi saat ini jumlah lulusan komputer lebih besar dibandingkan dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

    “Utang mahasiswa yang besar, dan pasar yang lebih mengutamakan silsilah daripada potensi,” kata Driscoll.

    Laporan terbaru oleh Oxford Economics, yang dikutip oleh CBS News, menemukan bahwa lulusan baru yang menganggur menyumbang 12% dari kenaikan 85% tingkat pengangguran AS sejak pertengahan 2023, meskipun hanya menyumbang 5% dari total angkatan kerja.

    Laporan tersebut mengaitkan peningkatan pengangguran lulusan baru dengan ketidaksesuaian antara meningkatnya jumlah pemegang gelar dan menurunnya permintaan bisnis di bidang tertentu. Kesenjangan ini paling menonjol di sektor teknologi, di mana lulusan ilmu komputer lebih banyak jumlahnya daripada lulusan dari disiplin ilmu lainnya.

    Meskipun Ilmu Komputer tetap menjadi salah satu bidang sarjana yang paling cepat berkembang, menurut Pusat Statistik Pendidikan Nasional, bidang ini juga sangat rentan terhadap otomatisasi. Kemajuan AI telah meningkatkan kekhawatiran tentang stabilitas pekerjaan jangka panjang bagi para profesional di industri ini.

    “Ada ketidaksesuaian antara permintaan bisnis dan pasokan tenaga kerja secara keseluruhan,” menurut Matthew Martin, ekonom senior AS di Oxford Economics.

    “Dan hal itu sangat terkonsentrasi di sektor teknologi,” ia menambahkan.

    Pesan Menohok Bos Nvidia

    Sejalan dengan kekhawatiran terhadap nasib lulusan Ilmu Komputer, CEO Nvidia Jensen Huang blak-blakan menyebut manusia tak perlu lagi belajar Ilmu Komputer. Sebab, di masa depan, komputer akan makin canggih dan manusia tak perlu membuat pemrograman yang rumit.

    Hal ini, menurut dia, akan mendemokratisasi industri teknologi. Sebab, ia menilai semua orang akan makin melek teknologi berkat perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).

    “Kami akan membuat komputer jadi lebih pintar, sehingga tak ada lagi yang perlu belajar ilmu komputer untuk membuat pemrograman komputer,” kata dia, dalam wawancara bersama Jim Cramer di CNBC International, beberapa saat lalu.

    Lebih lanjut, Huang mengatakan tujuan AI adalah membuat komputer mengerti bahasa manusia. Saat ini, manusia yang perlu memahami bahasa komputer untuk menciptakan inovasi.

    Oleh sebab itu, dalam beberapa dekade terakhir, profesi computer engineer menjadi incaran. Jurusan IT pun jadi sasaran bagi lulusan SMA yang ingin mendaftar kuliah karena masa depannya dinilai gemilang.

    “Komputer harus bisa memahami apa yang manusia inginkan dan tujuan manusia. Manusia hanya perlu memberikan perintah untuk komputer dengan bahasa manusia, agar mereka mengerjakan apa yang dibutuhkan manusia,” kata Huang.

    Huang mengatakan di masa depan manusia akan melihat pabrik-pabrik dijalankan oleh serangkaian robot canggih. Kendati demikian, ia tak sepakat jika disebut robot akan menggantikan manusia.

    Sebab, robot-robot yang diciptakan oleh AI perlu dilatih oleh manusia untuk menjadi robot produktif. Robot harus belajar dari data. Ke depannya, data itu akan bisa langsung dipelajari dan dianalisa dari pergerakan manusia sehari-hari.

    Peran manusia sangat krusial dalam pelatihan robot, sehingga Huang memprediksi manusia tak akan jadi pengangguran.

    “Ini justru akan menciptakan lapangan pekerjaan dan membuat perusahaan lebih produktif,” kata dia.

    “Ketika perusahaan lebih produktif, pendapatan mereka akan naik. Ketika itu terjadi, mereka akan merekrut lebih banyak karyawan,” ia menuturkan.

    Di tengah kesulitan mencari pekerjaan, semoga kita semua diberi kekuatan untuk terus semangat. Semoga informasi ini bermanfaat!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pemerintah Klaim Hilirisasi & Industrialisasi Pangan Bisa Tekan Pengangguran

    Pemerintah Klaim Hilirisasi & Industrialisasi Pangan Bisa Tekan Pengangguran

    Jakarta

    Kementerian Pertanian (Kementan) mengklaim hilirisasi dan industrialisasi sumber daya alam (SDA) yang dicanangkan pemerintah berdampak positif terhadap perekonomian. Tidak hanya menyumbang pertumbuhan ekonomi, hilirisasi SDA juga dapat menekan angka pengangguran.

    Plt. Sekretaris Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Nurul Qomariyah, menyebut langkah tersebut dapat membuka lapangan kerja seluas-luasnya untuk mewujudkan keadilan ekonomi. Hal ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.

    “Dalam rangka melaksanakan hilirisasi dan dukungan terhadap penyediaan bahan baku industri, salah satu prioritas Bapak Presiden yang tertuang dalam Asta Cita dan menjadi prioritas nasional adalah melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi berbasiskan sumber daya alam dan maritim untuk membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam mewujudkan keadilan ekonomi,” terang Nurul dalam acara Pesta Rakyat di Gedung Smesco, Jakarta, Jumat (22/8/2025).

    Nurul mengatakan, Kementan sendiri memiliki kriteria untuk menjalankan program hilirisasi di sektor pertanian. Pertama, produk pertanian yang berkelanjutan. Kedua, melanjutkan industri eksisting. Kemudian terakhir, melanjutkan ekspor sekaligus menekan impor produk pertanian untuk menambah devisa.

    “Tentunya dengan usaha hilirisasi ini butuh tenaga kerja, sehingga bisa dilakukan penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran, kemudian menurunkan kemiskinan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan ini sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan PDB minimal 6% pada tahun ini,” jelasnya.

    Nurul menambahkan, ada beberapa komoditas di sektor tanaman pangan hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang menjadi fokus hilirisasi Kementan. Adapun komoditas tersebut di antaranya, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, lada, pala, dan kelapa sawit.

    “Harapannya hilirisasi yang dilakukan dapat meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian untuk selanjutnya dapat diekspor, yang pada akhirnya akan meningkatkan devisa dari sektor pertanian,” tutupnya.

    (kil/kil)

  • Harga Emas Tergelincir Jelang Pidato Ketua The Fed Jerome Powell – Page 3

    Harga Emas Tergelincir Jelang Pidato Ketua The Fed Jerome Powell – Page 3

    The Fed telah mempertahankan suku bunga sejak Desember, tetapi para pedagang melihat peluang 71% untuk penurunan seperempat poin pada bulan September, menurut perangkat FedWatch CME.

    Jumlah warga Amerika Serikat yang mengajukan tunjangan pengangguran melonjak minggu lalu, menandai peningkatan terbesar dalam hampir tiga bulan.

    Sementara itu, Departemen Kehakiman AS berencana untuk menyelidiki Gubernur Fed Lisa Cook atas tuduhan penipuan hipotek, dengan seorang pejabat senior mendesak Ketua Jerome Powell untuk mengeluarkannya dari dewan direksi, Bloomberg News melaporkan pada Kamis.

    Perusahaan riset Fitch Solutions, BMI, pada Rabu merevisi perkiraan harga emas 2025 naik sebesar USD 150 menjadi USD 3.250 per ounce.

    “Harga akan tetap tinggi dalam beberapa minggu mendatang karena pasar bersiap untuk penurunan suku bunga The Fed AS pada September. Bahkan saat itu, kami yakin kenaikan harga emas setelah penurunan suku bunga akan terbatas karena sebagian besar sudah diperhitungkan,” kata BMI dalam sebuah catatan.

    Harga perak spot naik 0,6% menjadi USD 38,10 per ounce, platinum naik 1,1% menjadi USD 1.354,20, dan paladium turun 0,6% menjadi USD 1.107,41.

  • The Fed Bakal Buat Pengumuman Besar Hari Ini, Suku Bunga Turun?

    The Fed Bakal Buat Pengumuman Besar Hari Ini, Suku Bunga Turun?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan untuk menyampaikan pidato utama di Jackson Hole, Wyonming, Jumat (22/8/2025). Pidato itu hampir pasti akan menjadi yang terakhir di pertemuan tahunan bank sentral, di tengah salah satu masa paling bergejolak dalam sejarahnya.

    Mengutip CNBC International, pidato tersebut diberi judul “Tinjauan Prospek Ekonomi dan Kerangka Kerja”. Pidato ini menunjukkan bahwa Powell akan menyampaikan pandangannya tentang kondisi secara umum serta membahas tujuan kebijakan jangka panjang The Fed.

    Sejumlah topik akan menjadi bahan pidato tersebut. Ini mencakup sentimen jangka pendek untuk pasar keuangan, jalur kebijakan The Fed jangka panjang, dan upaya untuk melestarikan independensi pada saat institusi itu menghadapi tekanan politik yang sangat besar.

    “Dia telah melakukan pekerjaan yang baik dalam menjaga independensi The Fed, mengabaikan kebisingan dan beberapa pertanyaan yang dia dapatkan, dan tetap fokus pada ketergantungan data dan mandat ganda The Fed,” kata Michael Arone, kepala ahli strategi investasi di State Street Global Advisors. “Dia mengambil jalan yang terhormat terkait independensi The Fed dan beberapa tekanan yang jelas dia dapatkan dari pemerintahan Trump. Jadi saya pikir dia akan terus berjalan di jalur itu.”

    Saat ini, Presiden Donald Trump terus-menerus menekan Powell dan rekan-rekannya. Seperti yang dia lakukan selama sebagian besar masa jabatan pertamanya, Trump mendesak Powell untuk menurunkan suku bunga.

    Namun dalam beberapa hari terakhir, serangan presiden terhadap The Fed telah melampaui kebijakan moneter. Awal musim panas ini, Gedung Putih mengecam The Fed atas proyek rekonstruksi besar di kantor pusatnya di Washington, D.C. Hal itu bertepatan dengan periode ketika Trump bermain-main dengan ide untuk mencopot Powell.

    Kemudian minggu ini, pemerintahan mengalihkan fokusnya ke Gubernur The Fed Lisa Cook. Trump menuduhnya melakukan penipuan hipotek terkait dengan dua pinjaman yang didukung pemerintah federal yang dia ambil.

    Politik dan Kebijakan.

    Di tengah kontroversi dan tekanan ini, Powell bisa menggunakan pidato tersebut untuk setidaknya menyerang gangguan politik. Walau begitu, ia mungkin tetap berpegang pada praktik masa lalu dengan tidak menargetkan secara langsung.

    “Dia akan melontarkan sindiran dan berbicara tentang independensi The Fed, karena apa yang harus dia rugikan pada titik ini?,” kata ekonom senior di Allianz Trade North America, Dan North.

    “Tampaknya cukup jelas bahwa Trump tidak bisa memecatnya secara hukum. Dia tentu bisa memberikan semua jenis tekanan yang luar biasa padanya. Dan saya pikir ini adalah kesempatan bagi Powell untuk mengatakan bahwa bank sentral harus tetap independen, dan itulah yang akan kami lakukan.”

    Pasar memperkirakan Powell akan menyiapkan pemotongan suku bunga pada September. Dalam setiap pidato Jackson Hole sebelumnya, dimulai pada 2018, dia mengisyaratkan pergeseran kebijakan yang signifikan. Dari mendorong pemotongan triwulanan dalam pidato pertamanya, pergeseran penting dalam cara melihat inflasi pada 2020, hingga isyarat tahun lalu menuju langkah agresif pada September.

    Pasar telah mengambil petunjuk dari pidato utama ketua tersebut. Di sisi lain, komentar Wall Street mencerminkan ekspektasi serupa kali ini, meskipun dalam istilah yang agak lebih halus.

    “Kami tidak berharap Powell secara tegas mengisyaratkan pemotongan September, tetapi pidato tersebut harus memperjelas kepada pasar bahwa dia kemungkinan akan mendukungnya,” kata ekonom Goldman Sachs David Mericle dalam sebuah catatan.

    Inflasi vs. pengangguran

    Poin lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana Powell mengkarakterisasi pasar tenaga kerja dan pandangannya tentang dampak inflasi dari tarif Trump.

    Tak lama setelah pertemuan The Fed bulan Juli, Biro Statistik Tenaga Kerja mengumumkan pertumbuhan pekerjaan yang sedikit untuk Juli dan bahkan perolehan yang lebih lemah untuk Mei dan Juni. Namun, beberapa pembuat kebijakan telah menggunakan kata “solid” untuk menggambarkan pasar tenaga kerja, yang mengindikasikan urgensi yang lebih sedikit untuk pemotongan suku bunga.

    Di sisi lain, notulen dari pertemuan Juli mengindikasikan sebagian besar anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) melihat kekhawatiran yang lebih besar terhadap inflasi. Presiden regional The Fed Beth Hammack dari Cleveland, Raphael Bostic dari Atlanta dan Schmid di Kansas City telah menyatakan skeptisisme tentang perlunya pemotongan September.

    “Powell kemungkinan akan tetap berhati-hati dan tidak berkomitmen di muka untuk pemotongan September, yang dapat mengecewakan beberapa investor,” tulis Krishna Guha, kepala kebijakan global dan strategi bank sentral di Evercore ISI.

    “Sebagian besar pidatonya mungkin akan mencoba memberikan kerangka jangka menengah hingga jangka panjang yang stabil untuk strategi kebijakan dan pengendalian inflasi.”

    Lima tahun lalu, dengan latar belakang pandemi Covid dan protes atas kebrutalan polisi, The Fed mengadopsi apa yang disebutnya “target inflasi rata-rata yang fleksibel.” Pada dasarnya, hal ini memungkinkan The Fed untuk membiarkan inflasi berjalan panas jika pengangguran lebih tinggi, terutama bila kondisi ini terjadi kelompok yang kurang terwakili.

    Selama beberapa tahun berikutnya, The Fed tetap tidak berubah sementara inflasi mencapai level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun. Kali ini, The Fed kemungkinan akan memperbarui sikapnya kepada posisi sebelumnya, yang mencakup tindakan pencegahan jika inflasi tampaknya meningkat.

    “Meskipun adopsi kerangka kerja baru pada 2020 bukanlah faktor utama di balik keterlambatan The Fed dan kelebihan inflasi yang substansial, itu berkontribusi pada hasil ini,” ujar Matthew Luzzetti, kepala ekonom AS Deutsche Bank, dalam sebuah catatan.

    “Untuk alasan ini, kami berharap pidato Powell di Jackson Hole akan menyoroti perubahan pada pernyataan The Fed tentang tujuan jangka panjang yang akan mencerminkan kenyataan ini. Secara khusus, kami berharap pidato tersebut menyerukan pengembalian modifikasi 2020 dan memulihkan peran utama untuk pencegahan.”

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]