Kasus: pengangguran

  • Bupati Banyumas optimistis Tol Pejagan-Cilacap dongkrak ekonomi 

    Bupati Banyumas optimistis Tol Pejagan-Cilacap dongkrak ekonomi 

    Purwokerto (ANTARA) – Bupati Banyumas Sadewo Tri Lastiono mengaku optimistis proyek Jalan Tol Pejagan-Cilacap akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi wilayah selatan Jawa Tengah sekaligus membuka peluang kerja luas bagi masyarakat di Kabupaten Banyumas dan sekitarnya.

    “Tol Pejagan-Cilacap akan menjadi penggerak ekonomi baru. Selain memperlancar arus logistik, proyek ini juga berpotensi menyerap banyak tenaga kerja baik saat pembangunan maupun pascaoperasional,” katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Kamis.

    Ia mengatakan rencana pembangunan jalan tol tersebut saat sekarang telah kembali ke dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN), setelah sempat dihilangkan semasa pandemi COVID-19.

    Bahkan berdasarkan informasi dari Kementerian Pekerjaan Umum (PU), katanya, rencana pembangunan jalan tol sepanjang 95 kilometer tersebut telah menjadi salah satu yang diprioritaskan oleh pemerintah.

    Menurut dia, hal itu terbukti dengan adanya studi kelayakan yang dilakukan oleh Kementerian PU.

    Oleh karena itu, lanjutnya, Pemerintah Kabupaten Banyumas tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis agar manfaat pembangunan tol tersebut dapat dirasakan secara maksimal oleh masyarakat, salah satunya dengan mengintegrasikan proyek tol dengan rencana pengembangan kawasan industri di Kecamatan Wangon.

    “Kami ingin memastikan tol ini tidak hanya menjadi jalur transportasi, juga menjadi pemicu tumbuhnya aktivitas ekonomi baru di sepanjang koridor Banyumas-Cilacap. Kawasan industri Wangon akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan yang kami dorong,” katanya.

    Terkait dengan hal itu, ia mengatakan Pemkab Banyumas akan menawarkan kepada investor yang memenangkan tender proyek Tol Pejagan-Cilacap untuk berinvestasi di kawasan industri yang lokasi bersisian dengan jalan tol tersebut.

    Dengan terhubungnya Banyumas ke jaringan tol nasional, lanjutnya, iklim investasi di wilayah selatan Jawa Tengah diyakini semakin menarik.

    Menurut dia, akses transportasi yang lebih cepat akan menurunkan biaya logistik serta meningkatkan daya saing produk lokal, khususnya dari sektor industri kecil menengah (IKM) dan pertanian.

    Di sisi lain, lanjutnya, keberadaan kawasan industri diyakini akan banyak menyerap tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran di Banyumas.

    Ia mengatakan pemerintah daerah siap bersinergi dengan pemerintah pusat dan sektor swasta agar proyek tersebut berjalan lancar dan memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan.

    “Dengan dukungan infrastruktur yang kuat, Banyumas akan tumbuh menjadi pusat ekonomi baru di selatan Jawa Tengah,” kata Sadewo.

    Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PU Rachman Arief Dienaputra sebelumnya mengatakan saat ini proyek jalan tol tersebut masih dalam tahap pra-studi kelayakan (pre-FS) yang dibantu pemerintah Australia dan diharapkan selesai pada Desember 2025 atau lebih cepat dari rencana semula Januari 2026.

    “Ini merupakan proyek solicited (diprakarsai pemerintah) yang direncanakan dilelang pada Kuartal IV 2026, setelah perizinan lengkap,” katanya di Purwokerto, Kamis (23/10).

    Menurut dia, jalan tol yang direncanakan sepanjang 95 kilometer tersebut akan terdiri atas lima seksi, yakni Bulakamba-Karanganyar dan Karanganyar-Bumiayu (Kabupaten Brebes), Bumiayu-Ajibarang dan Ajibarang-Wangon (Kabupaten Banyumas), serta Wangon-Lebeng (Kabupaten Cilacap).

    Ia mengatakan panjang jalan tol yang melewati wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 40 kilometer melalui dua simpang susun (interchange) di Ajibarang dan Wangon.

    “Kami upayakan, kita lihat nanti mana yang lebih prioritas untuk dibangun duluan dari lima seksi tersebut. Secara kondisi trafik, ruas Ajibarang-Wangon ini cukup padat,” kata Rachman.

    Pewarta: Sumarwoto
    Editor: Virna P Setyorini
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polres Mojokerto Kota Gagalkan Peredaran Narkoba Senilai Rp1,3 miliar Selama Agustus–Oktober 2025

    Polres Mojokerto Kota Gagalkan Peredaran Narkoba Senilai Rp1,3 miliar Selama Agustus–Oktober 2025

    Mojokerto (beritajatim.com) – Upaya Polres Mojokerto Kota dalam memberantas peredaran narkoba kembali membuahkan hasil. Dalam kurun waktu Agustus hingga Oktober 2025, Satuan Reserse Narkoba (Satnarkoba) berhasil mengungkap 29 kasus dengan total 31 tersangka, serta menyelamatkan potensi kerugian masyarakat akibat narkoba senilai Rp1,367 miliar.

    Kapolres Mojokerto Kota, AKBP Herdiawan Arifianto, dalam rilis resminya menyampaikan bahwa dari hasil pengungkapan tersebut, pihaknya berhasil mengamankan berbagai jenis barang bukti, mulai dari 1,045 kilogram sabu-sabu, 10,5 butir pil ekstasi, 770 butir pil double L, serta 222,34 gram sabu-sabu yang dikemas dalam bentuk makanan ringan (snack).

    “Snack ini sudah dicampur obat keras berbahaya dan dikemas seperti makanan ringan biasa. Modus ini dilakukan untuk mengelabui masyarakat maupun petugas,” jelas AKBP Herdiawan dalam rilis di Aula Hayam Wuruk, Mapolres Mojokerto Kota, Kamis (30/10/2025).

    Selain itu, turut diamankan sembilan buah timbangan elektronik, 31 unit handphone, 13 sepeda motor, dan uang tunai sebesar Rp1.825.000 yang digunakan sebagai alat bantu transaksi.

    Menurut AKBP Herdiawan, selama periode tiga bulan terakhir penyidik mencatat 14 laporan polisi pada bulan Agustus, 11 laporan pada September, dan empat laporan pada Oktober.

    “Para tersangka yang diamankan berasal dari berbagai latar belakang pekerjaan, baik swasta maupun pengangguran, dan berdomisili di sejumlah daerah seperti Kota dan Kabupaten Mojokerto, Jombang, Gresik, Bangkalan, dan Surabaya. Rata-rata motif mereka adalah untuk memperoleh keuntungan ekonomi,” katanya.

    Dari hasil operasi tersebut, Polres Mojokerto Kota memperkirakan sebanyak 11.241 jiwa berhasil diselamatkan dari bahaya penyalahgunaan narkoba, dengan nilai ekonomis barang bukti yang digagalkan mencapai Rp1,367,149,000.

    Seluruh tersangka kini menjalani proses hukum dan dijerat dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika serta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Ancaman hukumannya bervariasi, mulai dari 4 tahun penjara hingga hukuman seumur hidup atau mati bagi pelaku utama.

    “Para pelaku ini kami tahan di Rutan Polres Mojokerto Kota, dan sebagian lainnya dititipkan di Lapas Kelas IIB Mojokerto sebanyak 25 tersangka. Kami akan terus berkomitmen menekan peredaran narkoba demi melindungi generasi muda,” tegasnya. [tin/kun]

  • Prudensi keuangan negara dalam menjaga kedaulatan ekonomi

    Prudensi keuangan negara dalam menjaga kedaulatan ekonomi

    Ketika banyak negara masih bergulat dengan tekanan utang dan inflasi tinggi, Indonesia justru berhasil menjaga ruang fiskal untuk merespons dinamika global tanpa menimbulkan ketidakstabilan

    Jakarta (ANTARA) – Tanggal 30 Oktober setiap tahun diperingati sebagai Hari Oeang Republik Indonesia, sebuah momentum yang mengingatkan bangsa ini pada pentingnya kedaulatan ekonomi.

    Sejarah mencatat bahwa pada tanggal tersebut tahun 1946, pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya mengeluarkan mata uang sendiri sebagai simbol kemandirian ekonomi pasca-kemerdekaan.

    Oeang Republik Indonesia (ORI) bukan sekadar alat transaksi, melainkan lambang kemerdekaan dari penjajahan ekonomi yang selama ratusan tahun membelenggu negeri ini.

    Dalam konteks masa kini, semangat itu tetap relevan. Di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa, pemerintah meneguhkan kembali pentingnya prinsip kehati-hatian atau prudensi dalam setiap langkah pengelolaan fiskal.

    Kebijakan fiskal yang dijalankan Kementerian Keuangan menekankan keseimbangan antara kebutuhan pembangunan dengan keberlanjutan fiskal jangka panjang. Prinsip kehati-hatian ini menjadi landasan moral dan teknokratis dalam setiap keputusan alokasi anggaran.

    Pemerintah tidak tergoda untuk mengeluarkan belanja besar tanpa perhitungan yang matang, melainkan menempatkan efisiensi dan dampak nyata bagi masyarakat sebagai prioritas utama. Dengan menjaga defisit APBN di bawah 3 persen terhadap PDB dan rasio utang di bawah 40 persen, Indonesia menunjukkan komitmen kuat terhadap tata kelola fiskal yang sehat.

    Menjaga stabilitas

    Kondisi ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir penuh dengan ketidakpastian. Perang, perubahan iklim, dan disrupsi teknologi menciptakan tekanan yang kompleks terhadap stabilitas ekonomi dunia. Namun di tengah tantangan itu, Indonesia menjadi salah satu negara yang mampu menjaga stabilitas ekonomi dengan baik.

    IMF dalam laporannya tahun 2025 menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam lima besar negara G20 yang berhasil menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi dan stabilitas fiskal. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap di kisaran 5,1 persen, sementara inflasi terkendali pada tingkat 3 persen sebagai suatu capaian yang jarang ditemui di negara berkembang.

    LPEM UI dalam riset terbarunya tahun 2024 menegaskan bahwa keberhasilan tersebut bukan kebetulan, melainkan hasil dari disiplin fiskal yang berkesinambungan. Belanja negara diarahkan untuk memperkuat sektor produktif seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.

    Di sisi lain, Kementerian Keuangan secara konsisten memperbaiki sistem penerimaan negara melalui digitalisasi pajak dan efisiensi administrasi. Reformasi pajak yang dilakukan tidak hanya memperluas basis penerimaan, tetapi juga meningkatkan transparansi dan kepercayaan wajib pajak.

    OECD dalam laporan Economic Outlook for Southeast Asia 2025 menilai strategi fiskal Indonesia sebagai salah satu yang paling adaptif di kawasan. Ketika banyak negara masih bergulat dengan tekanan utang dan inflasi tinggi, Indonesia justru berhasil menjaga ruang fiskal untuk merespons dinamika global tanpa menimbulkan ketidakstabilan.

    Hal ini menjadi bukti bahwa prinsip prudensi dalam kebijakan fiskal tidak berarti menahan pembangunan, melainkan memastikan setiap kebijakan berjalan efektif dan berkelanjutan.

    Dampak nyata bagi rakyat

    Kebijakan fiskal yang prudent terbukti memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Data BPS menunjukkan tingkat kemiskinan pada Maret 2025 turun menjadi 9,0 persen, terendah dalam satu dekade terakhir. Penurunan ini tidak hanya disebabkan oleh bantuan sosial, tetapi juga oleh penciptaan lapangan kerja di sektor-sektor produktif.

    Program padat karya, dukungan UMKM, serta insentif pajak untuk investasi domestik menjadi motor penggerak utama pengurangan kemiskinan. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 4,8 persen, didorong oleh meningkatnya kegiatan ekonomi digital dan manufaktur.

    Dalam laporan Indonesia Economic Prospects yang diterbitkan Bank Dunia pada Mei 2025, disebutkan bahwa disiplin fiskal yang diterapkan Indonesia menjadi faktor kunci dalam menjaga kepercayaan investor. Pengelolaan belanja yang transparan dan terukur membuat ekonomi domestik lebih tangguh menghadapi guncangan eksternal.

    Bahkan, peringkat sovereign credit rating Indonesia tetap stabil di level BBB dengan outlook positif menurut Fitch Ratings dan Standard & Poor’s. Ini mencerminkan keyakinan pasar internasional terhadap kredibilitas fiskal pemerintah.

    Pilar utama

    Kedaulatan ekonomi tidak hanya bergantung pada kemampuan memproduksi barang di dalam negeri, tetapi juga pada kemandirian fiskal. Kementerian Keuangan telah menjalankan reformasi struktural untuk memperkuat fondasi tersebut. Salah satunya adalah penerapan Medium-Term Fiscal Framework (MTFF) yang memastikan kesinambungan kebijakan antarperiode pemerintahan.

    Melalui kerangka ini, setiap rencana belanja negara harus disesuaikan dengan proyeksi pendapatan dan kapasitas fiskal jangka menengah, sehingga mengurangi risiko defisit yang tidak terkendali.

    Riset yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS) tahun 2025 menemukan bahwa penerapan MTFF meningkatkan konsistensi antara perencanaan dan realisasi anggaran hingga 92 persen, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang hanya 80 persen.

    Hasil ini menunjukkan bahwa tata kelola fiskal Indonesia semakin kredibel dan terukur. Selain itu, upaya memperkuat penerimaan negara dari sektor digital economy dan green economy menjadi langkah strategis dalam memperluas basis fiskal di masa depan.

    Badan Kebijakan Fiskal (BKF) dalam riset internalnya menyebutkan bahwa digitalisasi perpajakan dan integrasi data keuangan lintas sektor mampu menekan kebocoran penerimaan hingga 15 persen dalam dua tahun terakhir. Langkah ini tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperkuat keadilan fiskal karena wajib pajak besar tidak lagi bisa menghindar dari kewajiban.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ada 10,57 juta lapangan kerja baru di perkotaan China

    Ada 10,57 juta lapangan kerja baru di perkotaan China

    Beijing (ANTARA) – China menciptakan total 10,57 juta lapangan kerja baru di wilayah perkotaan dalam sembilan bulan pertama (Januari-September) 2025, memenuhi 88 persen dari target tahunannya, tunjuk data resmi pada Rabu (29/10).

    Tingkat pengangguran perkotaan yang disurvei tercatat di angka 5,2 persen pada September, menandai penurunan sebesar 0,1 poin persentase dari bulan sebelumnya, kata Cui Pengcheng, juru bicara Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial China, dalam konferensi pers.

    Negara tersebut telah mengintensifkan upaya untuk mempertahankan pasar kerja yang stabil, mempercepat penerapan langkah-langkah untuk mendukung ketenagakerjaan, tambah Cui.

    China menargetkan tingkat pengangguran perkotaan yang disurvei di kisaran 5,5 persen pada 2025 dan bertekad untuk menciptakan lebih dari 12 juta lapangan kerja baru di wilayah perkotaan tahun ini.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Ade irma Junida
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Rupiah melemah dipicu ekspektasi suku bunga Fed bertahan lebih lama

    Rupiah melemah dipicu ekspektasi suku bunga Fed bertahan lebih lama

    pada penutupan perdagangan Rabu sore melemah 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.617 per dolar AS

    Jakarta (ANTARA) – Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange ICDX Taufan Dimas Hareva mengatakan pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi ekspektasi bahwa suku bunga acuan The Fed akan bertahan tinggi lebih lama.

    “Hal ini menyusul sejumlah data ekonomi AS yang tetap solid, termasuk pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dan klaim pengangguran mingguan yang masih stabil,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan Rabu sore melemah sebesar 9 poin atau 0,05 persen menjadi Rp16.617 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.608 per dolar AS.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah di level Rp16.631 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.622 per dolar AS.

    Sentimen lain terhadap rupiah berasal dari imbal hasil (yield) obligasi AS yang tetap tinggi turut menahan minat terhadap aset berisiko di kawasan Asia, termasuk kurs rupiah.

    Melihat dari faktor domestik, pelaku pasar disebut masih menantikan arah kebijakan lanjutan Bank Indonesia pasca mempertahankan BI-Rate pada level 6,25 persen pada pekan lalu.

    “Upaya stabilisasi nilai tukar melalui intervensi di pasar valas dan DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward) diperkirakan akan menjaga volatilitas rupiah agar tetap terkendali. Surplus neraca perdagangan dan aliran masuk devisa hasil ekspor (juga) masih menjadi faktor penahan pelemahan lebih dalam,” ungkap Taufan.

    Menurut dia, pergerakan rupiah yang relatif datar dalam beberapa hari terakhir mencerminkan fase konsolidasi pasar di tengah katalis baru yang minim.

    Pelaku pasar dinyatakan cenderung bersikap wait and see menjelang hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan diumumkan pada Rabu malam waktu AS (30 Oktober 2025).

    “Keputusan dan pandangan The Fed terkait Federal Funds Rate (FFR) akan menjadi petunjuk utama arah kebijakan moneter AS ke depan dan berpotensi mempengaruhi sentimen terhadap aset berisiko, termasuk rupiah,” ujar Research and Development ICDX tersebut.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Rupiah Loyo terhadap Dolar AS Hari Ini 29 Oktober 2025, Investor Menanti Hasil Rapat FOMC – Page 3

    Rupiah Loyo terhadap Dolar AS Hari Ini 29 Oktober 2025, Investor Menanti Hasil Rapat FOMC – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Rabu, (29/10/2025). Rupiah turun sebesar 5 poin atau 0,03% ke posisi 16.613 dari sebelumnya 16.608.

    Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibayangi sentimen investor yang menanti hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pekan ini.

    “Kurangnya sentimen global dan domestik yang kuat juga berkontribusi terhadap terbatasnya pergerakan mata uang,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.

    Saat ini, fokus pasar disebut tetap tertuju pada pertemuan FOMC mendatang yang dijadwalkan diumumkan malam ini.

    Dia mengatakan, investor telah sepenuhnya memperhitungkan estimasi penurunan Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis points (bps).

    Mengutip Anadolu, pasar tenaga kerja AS yang melemah secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir dan inflasi berada di bawah ekspektasi memperkuat potensi Federal Reserve (The Fed) akan terus memangkas suku bunga hingga 2026.

    Mengenai inflasi September AS naik 0,3%, lebih rendah dari perkiraan di sekitar 0,4%. Secara year on year (yoy), inflasi naik menjadi 0,3%, di bawah perkiraan yang sebesar 4,1%.

    Begitu pula inflasi inti hanya naik 0,2%, dibandingkan perkiraan 0,3%. Secara yoy, inflasi turun ke 3% dibandingkan perkiraan bertahan di angka 3,1%.

    Mengenai lapangan kerja non pertanian AS, hanya meningkat 22 ribu pada Agustus 2025, di bawah harapan. Selanjutnya, lapangan kerja di sektor swasta menurun 32 ribu pada September, bertentangan dengan estimasi peningkatan. Adapun tingkat pengangguran naik dari 4,2% menjadi 4,3%.

    “(Berdasarkan faktor-faktor tersebut), hari ini, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam rentang Rp16.550–Rp16.650 per dolar AS,” kata Josua.

  • Purbaya Kasih Sinyal Bakal Turunkan Tarif Pajak PPN – Page 3

    Purbaya Kasih Sinyal Bakal Turunkan Tarif Pajak PPN – Page 3

    Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menilai laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil di angka 5% ternyata belum mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup.

    Menurut dia, angka tersebut masih terlalu rendah untuk menekan tingkat pengangguran yang terus bertambah setiap tahun.

    Purbaya mengungkapkan, banyak masyarakat yang akhirnya memilih bekerja di sektor informal karena sulit menemukan pekerjaan tetap. Padahal, sektor informal tidak mampu memberikan kesejahteraan jangka panjang seperti halnya sektor formal.

    “Kalau 5% itu tidak cukup untuk menyerap tenaga kerja yang masuk usia kerja setiap tahun. Sekarang 5% kenapa pengangguran turun? Karena kerjanya informal. Desain ekonomi enggak seperti itu, kita enggak mau warga negara kita kerjanya di informal. Kalau bisa semuanya kaya di sektor formal,” kata Purbaya dalam Sarasehan 100 Ekonom INDEF, di Jakarta, Selasa (28/10/2025).

    Menurut perhitungan Purbaya, Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 6,7% untuk dapat menampung seluruh angkatan kerja baru di sektor formal.

    Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa 6%

    Namun, tantangan besar menghadang. Sejak krisis ekonomi 1998, Indonesia belum pernah lagi mencapai pertumbuhan setinggi itu. Imbasnya, sebagian besar tenaga kerja baru tidak terserap secara optimal, sehingga angka pengangguran tetap tinggi.

     

     

     

  • Government Shutdown AS dan Langkah Antisipasi RI

    Government Shutdown AS dan Langkah Antisipasi RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Pada awal Okto -ber 2025, kita mendengar kabar bahwa Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberlakukan penutupan atau dikenal dengan government shutdown sebagai dampak belum disetujuinya usulan anggaran oleh parlemen.

    Sebagai konsekuensi, peme rintah AS merasionalisasi pekerja federalnya pada periode goverment shutdown tersebut. Dilansir dari NBC News, pemerintah AS telah merumahkan lebih dari 4.000 pegawai federal dari tujuh departemen, dengan porsi terbesar dari Departemen Keuangan dan Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan.

    Goverment shutdown yang berkepanjangan akan mendorong pemutusan hubungan kerja pegawai federal yang diprediksi terus meningkat. Hal ini secara langsung turut menambah akumulasi jumlah pengangguran yang pada akhirnya dapat menurunkan permintaan terhadap barang dan jasa. Berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja AS, tingkat pengangguran pada Agustus 2025 sebesar 4,3% (month-to-month/MtM), atau lebih tinggi dibandingkan bulan Juli 2025 yang hanya 4,2% (MtM).

    Peningkatan jumlah pengangguran di AS akan berdampak pada peningkat-an pesimisme masyarakat terkait kondisi keuangan dan dunia usaha. Hal ini terkonfirmasi dari Indeks Sentimen Konsumen yang dirilis oleh Universitas Michigan pada bulan Oktober 2025 sebesar 55, atau sedikit pesimis dibandingkan dengan September 2025 sebesar 55,1.

    Konsumen yang pesimis akan mengurangi konsumsi dan meningkatkan tindakan berjaga-jaga, sehingga dalam jangka panjang berpotensi menurunkan konsumsi barang impor dari negara mitra, termasuk Indonesia.

    Masyarakat yang pesimis terhadap kondisi perekonomian akan meningkatkan ekspektasi inflasi ke depan. Hal ini diperkuat dengan realisasi angka inflasi pada September 2025 tercatat 3% (year-on-year/YoY) tertinggi sejak Januari 2025, serta lebih tinggi dari inflasi Agustus 2025 sebesar 2,9% (YoY). Peningkatan tekanan inflasi di tengah kondisi ketenagakerjaan yang masih lemah akan menimbulkan ketidakpastian terhadap pro-babilitas penurunan suku bunga the Fed.

    Stance kebijakan the Fed yang tidak pasti, akan memicu gejolak di pasar keuangan global sehingga mendorong terjadinya capital flight dan pada akhirnya memberikan tekanan terhadap nilai tukar mata uang di berbagai negara.

    Di tengah melambatnya ekonomi global, AS mengenakan tarif tambahan kepada sektor padat karya dan modal. Dikutip dari siaran pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Oktober 2025, AS kembali mengenakan tambahan tarif kepada sektor farmasi, mebel, dan otomotif sejak 1 Oktober 2025, serta mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan sebesar 100% terhadap produk asal China.

    Oleh karena itu, kebijakan government shutdown akan makin menghambat dilakukannya negosiasi ulang tarif impor AS sehingga berisiko terhadap penurunan kinerja perdagangan global secara berkepanjangan.

    STRATEGI MITIGASI

    Fenomena kebijakan government shutdown dan pengenaan tambahan tarif sektor mebel harus dires-pons secara cermat, karena penurunan kinerja industri padat karya dapat memicu meningkatnya pengangguran.

    Salah satu strategi antisipasi yang dapat ditempuh dalam jangka pendek salah satunya diversifikasi pasar ke negara yang potensial meningkatkan volume perdagangannya dengan Indonesia, misalnya Afrika.

    Hal ini didukung oleh data Indonesia Eximbank yang mencatat pertumbuhan ekspor Indonesia ke Afrika mengalami trend peningkatan dengan pertumbuhan tahunan gabungan mencapai 9,47% dalam lima tahun terakhir.

    Selanjutnya, diversifikasi pasar perlu didukung digitalisasi UMKM siap ekspor produk unggulan nasional antara lain fesyen, furnitur, dan makanan olahan. Eksistensi UMKM digital akan mengakselerasi perolehan pasar baru karena pemasaran digital bersifat borderless. Hal ini terkonfirmasi dari penelitian Indef tahun 2024 yang menyatakan bahwa rata-rata omzet UMKM Digital mengalami peningkatan hingga 50% tiap tahun dan mampu menambah jumlah tenaga kerja.

    Dalam jangka menengah, perlu dikembangkan sektor pariwisata berbasis komunitas untuk menyerap tenaga kerja secara inklusif. Sebagai contoh sukses yaitu Provinsi Bali, sektor pariwisata mampu menjaga pengangguran terbuka di level 1,58% pada Februari 2025 atau terendah nasional dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi 5,95% pada triwulan II/2025 berdasarkan data Badan Pusat Statistik.

    Keberhasilan Bali dapat menjadi role model daerah lain untuk menurunkan pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagai upaya pengembangan sektor pariwisata dan UMKM, Bank Indonesia terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pembiayaan perbankan kepada sektor prioritas termasuk pariwisata.

    Bank Indonesia mencatat, total insentif KLM mencapai Rp393 triliun pada minggu pertama Oktober 2025. Pada akhirnya, pengembangan pariwisata dan UMKM merupakan strategi untuk mendorong penyerapan tenaga kerja nasional di tengah kebijakan government shutdown dan ancaman kebijakan tarif resiprokal Amerika. Semoga!

  • Ngebet Ekonomi Tumbuh Minimal 6 Persen, Purbaya: Biar Semua Orang Kaya

    Ngebet Ekonomi Tumbuh Minimal 6 Persen, Purbaya: Biar Semua Orang Kaya

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan pemerintah harus mengejar laju pertumbuhan ekonomi minimal 6% untuk menciptakan lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan bagi masyarakat.

    Menurutnya, pertumbuhan 5% seperti yang terjadi saat ini belum cukup untuk menyerap tenaga kerja baru, terutama di sektor formal.

    “Kalau 5% itu tidak cukup untuk menyerap usia tenaga kerja yang masuk setiap tahun. Sekarang pengangguran memang turun, tetapi sebagian besar bekerja di sektor informal,” ujar Purbaya di acara sarasehan 100 ekonom Indonesia di Menara Bank Mega, Selasa (28/10/2025). 

    Desain ekonomi, lanjutnya, tidak boleh bergantung pada ekspansi sektor informal. Pemerintah perlu memastikan pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan lapangan kerja formal yang lebih produktif dan menjamin masa depan tenaga kerja. 

    Karena itu, dibutuhkan percepatan pertumbuhan di kisaran 6%–7% agar mampu menyediakan pekerjaan di sektor formal setiap tahun. “Saya bukan bicara tenaga kerja yang kurang terjamin masa depan, kita bicara yang sektor formal yang terjamin masa depannya kayak gitu,” jelasnya.

    Purbaya menilai, pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak serta-merta menimbulkan inflasi, sebagaimana dikhawatirkan sebagian pihak. Ia menjelaskan dalam teori ekonomi modern, inflasi baru akan meningkat jika pertumbuhan ekonomi aktual melebihi potensi pertumbuhan ekonomi (potential growth).

    “Banyak yang berdebat soal ini, namanya neutrality of money. Ada yang bilang kalau mencetak uang pasti dorong inflasi tetapi enggak selalu begitu. Kalau seperti itu, bank sentral di dunia enggak ada gunanya. Mereka bisa mencetak atau mengurangi uang untuk menciptakan pertumbuhan,” katanya.

    Menurut Purbaya, selama laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di bawah potensi 6–7%, risiko inflasi yang disebabkan oleh permintaan (demand-pull inflation) relatif kecil. Karena itu, ia menilai justru saat ini waktu yang tepat untuk mendorong akselerasi ekonomi.

    Ia menegaskan, percepatan pertumbuhan bukan sekadar soal angka, melainkan soal pemerataan kesejahteraan. Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan lapangan kerja yang berkualitas, ia berharap seluruh warga dapat menikmati hasil pembangunan secara merata.

    “Setelah krisis, kita tidak pernah tumbuh 6,5% lagi. Akibatnya, banyak tenaga kerja kita yang masih menganggur atau bekerja di sektor informal bahkan sarjana pun banyak yang seperti itu,” imbuhnya.

     

    “Jadi, tidak usah takut kita tumbuh terlalu cepat. Justru sekarang kita harus tumbuh lebih cepat supaya kita semua bisa kaya bersama,” tutur Purbaya. 

     

     

  • Fenomena PHK Massal Perusahaan Raksasa, Sinyal Ekonomi Global Hadapi Tekanan Besar

    Fenomena PHK Massal Perusahaan Raksasa, Sinyal Ekonomi Global Hadapi Tekanan Besar

    Secara umum, PHK massal bukanlah penyebab langsung dari krisis moneter, tetapi dapat memperburuk kondisi ekonomi yang sudah rapuh.

    Polanya bisa digambarkan seperti rantai sebab-akibat, PHK menyebabkan pengangguran meningkat, daya beli turun, konsumsi melemah, lalu penjualan dan keuntungan perusahaan ikut menurun. Akibatnya, investasi melambat dan pertumbuhan ekonomi tertekan.

    Ketika situasi ini terjadi bersamaan dengan melemahnya ekspor atau cadangan devisa yang menipis, nilai mata uang suatu negara bisa tertekan.

    Jika pemerintah tidak mampu menyeimbangkan anggaran dan menjaga stabilitas keuangan, tekanan tersebut dapat memicu inflasi tinggi hingga berujung pada krisis moneter.

    Krisis moneter sendiri umumnya disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor ekonomi, seperti defisit transaksi berjalan yang besar, utang luar negeri yang jatuh tempo bersamaan, cadangan devisa yang menipis, serta penarikan modal besar-besaran oleh investor asing.

    Ketika PHK massal terjadi di tengah situasi seperti ini, risiko krisis semakin besar karena ekonomi kehilangan mesin penggerak konsumsi dan investasi.
    recommended by

    Sejarah menunjukkan bahwa PHK massal sering kali menjadi akibat, bukan penyebab utama, dari krisis ekonomi.

    Pada Krisis Asia 1997, misalnya, gelombang PHK besar-besaran terjadi setelah nilai tukar rupiah terjun bebas akibat utang luar negeri dan tekanan pasar valuta asing.

    Sementara pada Krisis Global 2008, jutaan pekerja kehilangan pekerjaan setelah pasar kredit dan aset keuangan di Amerika Serikat runtuh.